Annas Mansyur: Alhamdulillah Saya Juara Lomba Khutbah Jumat

Annas Mansyur memahami pilihannya memeluk Islam memiliki konsekuensi. Allah langsung mengujinya dengan dua hal. Pertama adalah ia diuji dengan diterima oleh masyarakat Muslim di daerah tempat tinggalku ketika bekerja di apotek. Yang kedua, ia diuji dengan sakit yang aku alami.

Memang ini, tidak mudah bagiku, apalagi usiaku ketika itu masih lima belas tahun, sehingga dalam kondisi yang sulit apalagi untuk hidup mandiri. Namun, aku tidak pernah menyesali pilihanku untuk memeluk Islam.

Annas tidak pernah menangisi keadaanku, biarpun tidak ada yang merawatku di kamar ketika aku sakit. Tidak ada kehangatan tangan seorang yang ku panggil ibu yang merawatku. Tidak ada yang membantuku untuk mempersiapkan makanku.

Walaupun Annas sedang sakit, ia tetap melakukan semuanya sendiri. menyiapkan makanku sendiri, mencuci pakaianku sendiri, semua serba sendiri, persis seperti lagu yang dinyanyikan oleh Maggy Z yang berjudul “angka satu”. Ya! Begitulah penderitaan yang aku rasakan ketika itu, begitu sulit dan pahit. Semoga ini akan berubah manis pada waktunya, amin yaa rabbal ‘alamin.

Sabar adalah hal pertama yang saya lakukan. Menerima dengan lapang dada segala ketentuan yang diberikan oleh Allah  karena keyakinanku bahwa Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya. Kini aku pun tahu, ternyata hal itu ada dalam kitab suci Allah Swt.;

Kesabarannya ini, ternyata dilihat oleh Allah. Selama ia sakit, Annas terus berdoa dalam shalatku semoga lekas disembuhkan oleh Allah. Ya! Meski sedang sakit aku tetap berusaha untuk salat. Kata pak ustaz yang mengajariku tentang Islam, salat adalah kewajiban setiap orang Muslim meski dalam kondisi apa pun.

Apabila sedang sakit seperti Annas, maka Ia bisa shalat sambil berbaring kata pak ustaz. Akhirnya,subhanaAllah, Allah memberikan kesehatan kepadaku. Ia pun sembuh sehingga Annas bisa melakukan aktifitasnya seperti semula, bekerja di apotek dan belajar mengaji.

“Saya merasa bahwa Allah sungguh telah memberikan petunjuk kepadaku, dan aku sangat bersyukur karenanya,” kata dia.

Tepat pada tanggal 25 Desember 2013 yang lalu, umat Kristiani merayakan perayaan hari Natal. Sebagaimana kebiasaan yang ada pada umumnya di kampung halamanku, kami merayakannya di gereja. Akan tetapi, pada tahun lalu aku tidak ikut merayakan karena sudah masuk Islam.

Tak lama ayah meneleponku dan memberi tahu bahwa saya harus ikut dalam perayaan tersebut di gereja di dekat tempat tinggal kami. “Fidel, kamu harus pulang, ini ada perayaan Natal di tempat kita,” kata ayah kepadaku.

“Tidak bisa ayah. Aku sedang banyak kerjaan di sini. Gak mungkin aku tinggalkan kerjaan ini, nanti gak selesai-selesai.” tuturku.

Ayah terus saja memaksaku, katanya pemilik toko tempat aku bekerja kan orang Kristen, jadi pasti dia juga memberi waktu kepadaku untuk libur. “Yang punya toko kan orang Kristen juga, gak mungkin kamu gak libur. Banyak alasan aja kamu, pulang kamu! Jangan banyak membantah! Dasar anak kurang ajar!” maki ayah kepadaku.

Tidaklah mudah menjelaskan perpindahan agamaku kepada ayah. Ia adalah sosok yang temperamental. Tak jarang aku ditendang dan dipukul ketika masih berada di rumah. Ibuku pun sering ia marahi. Ayah memang sulit untuk menerima perbedaan, apalagi yang berbeda dengan pendapatnya.

Ia akan marah-marah, bahkan tidak jarang memaki bila ada anak atau istrinya yang tidak sependapat dengannya. Oleh sebab itu, aku mendapat makiannya ketika menolak untuk mengikuti perintahnya pulang ke rumah untuk merayakan Natal bersama keluarga dan sahabat di kampung halaman.

Iman Kristen yang perlahan memudar pada diriku membuatku semakin tidak ingin melakukan hal-hal yang menyangkut agama lamaku. Perayaan-perayaan hari besar saya tinggalkan. Selain karena memang sudah memeluk agama Islam, sebenarnya saya juga merasa risih melakukan hal itu.

Pembaca bisa membayangkan bagaimana ketika seorang yang hendak pergi kebaktian ke gereja. Mereka memang menggunakan pakaian rapih dan bagus, bahkan tidak jarang berharga mahal. Akan tetapi, pakaian yang mereka kenakan belum tentu bersih dari najis, juga tidak menutup aurat.

Coba pembaca pikirkan, seseorang yang ingin menghadap pejabat saja harus berpakaian sopan dan rapih, bagaimana bila kita hendak menghadap Tuhan? Bukankah pakaian yang dikenakan harus bersih, suci, dan menutup aurat? Inilah yang membuat aku risih ketika pergi ke gereja.

Tidak ada saf atau barisan khusus bagi laki-laki dan perempuan, layaknya ibadah salat yang dilakukan oleh umat Muslim. Setiap orang duduk berdasarkan nama sesuai dengan kastanya, berpakaian rok mini maupun dan menggunakan baju tidak berlengan dibolehkan, tidak ada wudhu atau melepas alas kaki ketika masuk ke gereja.

Sungguh berbeda sekali dengan tata cara peribadatan yang umat Muslim lakukan ketika menghadap Allah. Inilah yang seharusnya umat Kristiani pelajari dan renungkan, agar mereka tidak saja menjadi umat yang mengikuti doktrin gereja, melainkan menjadi umat yang memahami agama yang benar-benar mengajarkan kebaikan.

Empat bulan berselang. Aku semakin lancar dan tekun dalam mempelajari Alquran dan Islam. Ketekunanku ini ternyata diperhatikan oleh orang-orang di sekitar mesjid, khususnya ustaz yang mengajarku membaca Alquran.

Tepat pada bulan April yang lalu, ada sebuah perlombaan khutbah Jumat se-kabupaten Gunung Sitoli. Ustaz berkata kepada saya; “Annas, ini ada perlombaan khutbah Jumat, kamu harus ikut perlombaan ini mewakili masjid kita.” katanya kepadaku.

Dengan wajah kaget dan merasa tidak percaya diri, aku berkata kepada ustaz; “Bagaimana kalau aku tidak bisa? Aku takut nanti malah akan membuat malu mesjid kita.” kataku. “Tidak apa-apa, yang penting ada yang mewakili mesjid kita. Dan menurut ustaz kamu layak untuk mengikuti perlombaan tersebut.” jawab ustaz.

Kemudian aku berkata pada waktu itu; “Emangnya tidak ada remaja yang lain ustadz?” tanyaku dengan tidak percaya diri. “Bukan tidak ada, ada, tapi kami percaya sama kamu saja.” Sekali lagi aku bilang kepada ustdaz; “Tapi nanti kalau aku gagal, gak apa-apa ya ustadz? Jangan marah ya?” kataku.

“Ya udah, gak papa.” jawab ustadz. Aku pun kemudian mengikuti perlombaan tersebut yang diadakan di dekat kantor Bupati Gunung Sitoli.

Tiba saatnya pengumuman pemenang. Saya pun deg-degan menanti pengumuman tersebut.Alhamdulillah, dewan juri mengumumkan bahwa aku mendapat juara kedua. Sungguh ini sangat menyenangkan hatiku. Aku bangga pada diriku dan berterima kasih kepada ustaz yang telah membimbingku, sehingga aku bisa seperti sekarang ini.

Terlebih lagi telah memenangkan lomba khutbah Jumat. Hati kecilku berkata; “Alangkah bahagianya ibu kalau ia tahu bahwa anaknya yang dulu nakal dan bandel telah berubah, dan insyaAllah menjadi anak yang saleh.” ujarku dalam hati. Saya ingin sekali menghadiahkan pialaku ini kepada ibu. Betapa aku sangat menyayanginya; “Aku rindu ibu……Sungguh sangat sulit kehidupanku jauh darimu.”

Setelah selesai pembagian hadiah, teman-teman dan juga ustaz mendatangiku. Mereka sangat bangga kepadaku, sehingga mengacungkan jempol mereka kepadaku. Saya juga merasa tersanjung karena mereka bilang hebat. Terlebih lagi ustadz yang mengajariku khutbah; “Bagus, kamu hebat..” katanya.

Banyak di antara mereka yang tidak menyangka bahwa saya akan memenangkan perlombaan ini. Apalagi saya adalah seorang mualaf yang baru saja memeluk Islam, namun subhanallah, Allah yang Maha Tahu apa yang akan terjadi pada hamba-Nya. Aku pun tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Semoga Allah memberikan jalan kemudahan bagiku, amin ya rabbal ‘alamin.

Sumber: Pesantren Mualaf Annaba Center

Red: Agung Sasongko

Indeks Kepuasan Haji Turun, Petugas Diminta Tingkatkan Layanan

Indeks kepuasaan jamaah haji Indonesia terhadap layanan haji tahun 1435H/2014 mengalami penurunan dibandingkan penyelenggaraan tahun sebelumnya.

Kementerian Agama berharap petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi tahun ini meningkatkan pelayanan agar indeks kepuasan tidak lagi mengalami penurunan.

Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nur Syam mengatakan jamaah haji menyatakan layanan haji 2014 memuaskan dengan indeks sebesar 81,52 persen. “Memuaskan tapi ini mengalami penurunan 1,17 persen dari tahun sebelumnya,” kata dia pada Pembekalan Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 1436H/2015 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis (4/6).

Perubahan indeks ini dipengaruhi penurunan kepuasaan terhadap layanan transportasi, petugas non-kloter, dan akomodasi atau pemondokan. Akomodasi dan transportasi menempati peringkat terendah dalam indeks kepuasaan jamaah haji 2014.

Nur Syam menjelaskan, ketidakpuasan terkait transportasi seperti tidak banyak sopir yang mengetahui lokasi pemondokan Indonesia. “Rute berubah karena sopir tidak selalu warga lokal atau warga Arab Saudi,” kata dia.

Terkait daerah kerja, kemenag menempatkan Daker Armina di tempat terendah. “Karena crowded,” kata Nur Syam. Daker Jeddah menempati peringkat pertama sebagai daker yang memberikan layanan paling memuaskan. Disusul, Madinah dan Makkah.

Dia pun mengingatkan agar layanan transportasi, akomodasi atau pemondokan, petugas non-kloter tidak mengalami penurunan tahun ini. Petugas kloter mendapatkan indeks paling tinggi dalam soal layanan juga harus menjaga dan bahkan meningkatkan layanan. “Prinsipnya, senyum, sapa, salam, dan layani agar indeksnya meningkat,” kata Nur Syam.

Nur Syam menyadari petugas tidak mungkin memuaskan semua jamaah. Sebab, ada 168 ribu calon jamaah haji yang harus dilayani. “Komplain pasti ada. Tapi, kita ingin mayoritas terpuaskan,” kata dia.

Indeks sangat memuaskan sebesar 85 persen. Pada tahun lalu, layanan kesehatan sudah sangat memuaskan, yaitu 88,68 persen  “Tapi, indeks ini pun turun dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 90 persen,” kata Nur Syam.

 

sumber: ROL

Kemenag: Persiapan Haji Capai 90 Persen

Kepala Pusat Informasi dan Humas (Kapuspinmas) Kementerian Agama Rudi Subiyantoro mengakui bahwa sampai saat ini persiapan penyelenggaraan ibadah haji musim haji 1436 H/2015 M sudah mencapai 90 persen.

Dari sejumlah rapat yang diikuti, mulai pembahasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dengan Komisi VIII DPR sampai urusan pendokumentasi pemberangkatan jemaah haji reguler dan khusus, dapat disimpulkan bahwa persiapannya sudah mencapai 90 persen, kata Rudi yang didampingi Kabid Data Sulistyowati pada rapat evaluasi kinerja Bidang Data Pinmas di Bogor, Rabu malam.

Ia mengakui masih ada pekerjaan yang harus “dikebut”, yaitu pekerjaan membuat visa bagi jemaah haji dan buku kesehatan. Termasuk pemberian vaksin meningitis bagi seluruh jemaah haji di Indonesia. Distribusi vaksin, seperti dikemukakan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, dr. Pediansjah bahwa kini seluruh vaksin sudah tiba di ibukota provinsi. Tinggal pendistribusiannya yang menjadi tanggung jawab Pemda Provinsi masing-masing ke wilayah kabupaten/kota.

“Saya berkesimpulan, persiapan sudah matang. Pembuatan dokumen masih berproses terus. Ini pekerjaan sudah biasa seperti tahun-tahun sebelumnya,” ia menjelaskan.

Sementara itu Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan, pada musim haji 1436 H/2015 M memberikan makan bagi Jemaah haji Indonesia selama di Mekkah dan Madinah. Di Mekkah pemberian makan berlangsung tujuh hari sebelum dan sesudah pelaksanaan wukuf di Arafah (H-7 dan H + 7). Meski sehari sekali, pemberian makan ini diharapkan dapat mengurangi kesulitan Jemaah mendapatkan menu makanan sesuai dengan cita rasa makanan di Tanah Air.

Sedangkan pemberian makanan di Madinah, sehari dua kali ditambah makanan ringan seperti snack pada pagi hari. Untuk di Armina (Arafah dan Mina), diatur sedemikian rupa sehingga Jemaah tidak merasa kekurangan. Termasuk minuman yang terus menerus harus tersedia, karena Jemaah haji pada tahun ini menghadapi cuaca panas. Pemberian makan di Armina berlangsung sejak 8 hingga 13 Zulhijah.

Khusus pemberian makan sekali sehari di Mekkah, Sri menyebut sebagai peristiwa pertama kali dalam sejarah perhajian. Pemberian makan seperti ini memang pernah dicoba Kemenag beberapa tahun sebelumnya namun gagal. Pasalnya, distribusi makanan tidak lancer karena padatnya kota Mekkah saat puncak musim haji.

Menyangkut kontrak dengan perusahaan katering untuk melayani Jemaah haji Indonesia selama di Tanah Suci, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis dalam percakapan khusus dengan Antara mengaku bahwa pihaknya telah mengikat kontrak dengan 25 perusahaan catering di Mekkah dan 10 perusahaan catering di Madinah. Semua perusahaan tersebut telah diteliti dan memiliki jejak rekam yang baik.

Mengapa di Mekkah harus ada pelayanan catering? Menurut Sri, hal itu merupakan bagian dari prasyarat penerapan program elektronik haji (e-hajj) dari pemerintah Arab Saudi. Selain itu, ada keinginan kuat dari Kemenag untuk meningkatkan kualitas pelayanan Jemaah haji di Saudi Arabia.

 

sumber: Republika Online

Mereka yang Tak Merindukan Surga

Adakah surga yang tidak dirindukan?
Bukankah surga selalu dirindukan?

Beberapa komen bernada heran  muncul ketika saya menerbitkan novel Surga yang Tak Dirindukan. Banyak yang mempertanyakan pemilihan judul tersebut.
Bagaimana mungkin surga tidak dirindu?
Sebenarnya kata surga dalam novel saya  bermakna kias dari  pepatah rumahku surgaku. Ketika seorang suami memutuskan menikah lagi, maka seolah ia sudah tidak merindukan rumah sebagai surganya lagi.
Namun  bukan novel Surga yang Tak Dirindukan  yang akan saya bahas, melainkan jawaban atas pertanyaan di atas tadi.

Adakah di antara kita yang tidak merindukan surga?
Untuk menjawabnya kita harus menelusuri dulu, siapa-siapa sajakah yang merindukan surga. Perindu surga adalah mereka yang akan melakukan apapun agar bisa masuk ke dalam janah-Nya.
Mereka adalah orang-orang beriman dan beramal sholih.

“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang sholih ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. ( QS. Al-Hajj: 23)
Dalam surat Al-Mukminun dijabarkan orang beriman adalah pewaris surga, orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, yang menunaikan zakat, dan menjaga kemaluannya.
Perindu surga adalah orang yang bertakwa.

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya. ( QS. Az-Zumar:73-74 )

Perindu surga adalah orang-orang yang taat kepada Allah dan rasulNya.
” … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa : 13)
Lalu siapakah yang tidak merindukan surga?
Kebalikan dari semua di atas.

Mereka yang tidak beriman, tentu saja sudah jelas termasuk dalam orang-orang yang tidak merindukan surga.
Yang berbahaya adalah orang yang mengaku beriman tapi tidak taat pada perintah Allah dan mengabaikan ajaran Rasulullah. Mereka ingin masuk surga, percaya surga itu ada, tapi perilakunya tidak menunjukkan kerinduannya terhadap  surga.
Bahkan jika kita menelaah Al-Qur’an dan hadits  serta fakta di lapangan,  orang yang perilakunya tidak menujukkan kerinduan pada surga jauh lebih banyak.

Mereka yang menyekutukan Allah atau syirik, percaya dukun, melakukan sihir, takut hantu, adalah orang yang tidak merindukan surga.
Orang yang berzina, melakukan aktivitas yang mendekati zina,  membuka situs porno, berkhalwat (pacaran berdua-duaan), melakukan sodomi atau homoseksual, adalah orang yang tidak merindukan surga.

Muslim yang meninggalkan shalat wajib, tidak puasa Ramadhan, mengabaikan kewajiban haji ketika rezeki dan materi mencukupi, tidak mengeluarkan zakat, juga bentuk perilaku tidak merindukan surga.
Membunuh, mencuri, merampok, menipu,  minum khamr (alkohol, narkoba, dan segala sesuatu yang memabukkan), berjudi, ikut taruhan, menganiaya,  merupakan  perilaku orang yang tidak merindukan surga.

Pejabat yang korup, lalim, manipulatif,  pemungut cukai yang dzalim, hakim dan aparat yang tidak adil,  adalah sosok pemimpin yang tidak merindukan surga. Pemakan riba, pemakan harta anak yatim, penipu, pendusta, menjadi saksi palsu, membuat sumpah palsu, ingkar janji, tidak amanah pun bukan golongan mereka yang merindukan surga. Orang yang riya, sombong, takabur, anak yang durhaka kepada orang tua,  pemutus  silaturahim,  mereka yang suka menuduh orang lain, tukang fitnah, mencibir, merendahkan sesama juga bukan termasuk yang merindukan jannah.

Sebenarnya masih banyak lagi contoh-contoh perilaku  yang tidak merindukan surga.
Kembali ke pertanyaan adakah di antara kita yang tidak merindukan surga?
Ternyata ada, bahkan banyak  sekali. Tapi yang lebih penting dari itu semua adalah menanyakan hati masing-masing, termasuk yang manakah kita? Mereka yang merindu surga, atau menjauh darinya?

 

Oleh: Asma Nadia

 

sumber: Republika Online

Kanada Teliti Alasan Warganya Masuk Islam

Di tengah peningkatan jumlah mualaf, sebuah penelitian di Kanada baru-baru ini mencoba menjawab pertanyaan mengapa orang Kanada memilih Islam?

“Kanada adalah negara yang tidak memiliki satu pun artikel jurnal tentang mualaf. Jadi, saya pikir ini kesempatan besar,” kata Prof Scott Flower dari University of Melbourne dalam sebuah wawancara dengan Radio CBC Ottawa Morning, dilansir dari onislam.net, Ahad (26/7).

Atas alasan ini, Public Safety Canada mendanai proyek seorang akademisi Australia untuk mempelajari mengapa warga Kanada masuk Islam.

Penelitian ini akan menjadi studi pertama tentang mualaf di Kanada, mengikuti pola sejumlah penelitian lain yang menerima dana dari Public Safety melalui Kanishka Project. Sebelumnya, Kanishka Project juga mendanai penelitian mengenai terorisme dan kontraterorisme.

Flower berencana menghabiskan beberapa bulan ke depan di Kanada untuk mewawancarai para mualaf. Ia ingin mengetahui alasan di balik keputusan mereka.

“Anda pasti sangat abai bila tidak merasa peduli dengan masyarakat Muslim pada umumnya, terutama kalangan mualaf,” ungkap dia.

Pasalnya, kata Flower, sudah ada sejumlah RUU yang disahkan baru-baru ini di Kanada yang tidak bermaksud menggunakan kata menindas, tapi benar-benar membuat umat Islam tertekan.

Dia menambahkan, kondisi ini telah membuat penelitiannya semakin rumit. Ia dihadapkan pada tantangan mencari responden yang siap dengan risiko keamanan.

Kanishka Project didirikan pada Juni 2011 atas rekomendasi dalam laporan Air India. Proyek ini merupakan proyek lima tahun senilai 10 juta dolar.

Penelitian Flower mendapat dana senilai 169.240 dolar kanada dari putaran kelima hibah Kanishka, dengan judul, “Towards understanding the extremely rare: distinguishing ordinary processes of religious conversion from violent extremism.”

Kendati begitu, Flower mengaku tidak tahu bagaimana pemerintah Kanada akan menggunakan hasil penelitiannya. Sejauh ini, Muslim telah membentuk 2,8 persen dari 32,8 juta populasi penduduk Kanada. Jumlah itu menempatkan Islam sebagai agama minoritas terbesar di Kanada.

Paw Research Center menyimpulkan dalam studi, “Memetakan Populasi Muslim Global: Laporan Jumlah dan Persebaran Populasi Muslim Dunia,” umat Islam hampir berjumlah seperempat dari total populasi dunia. Jumlah Muslim mencapai 23 persen dari 6,8 miliar penduduk dunia.

 

 

sumber: Republika Online

 

Hukuman Berat Bagi Pemutus Silaturahim

Oleh: Supriyadi

 

Bulan Syawal merupakan bulan silaturahim bagi masyarakat Muslim Indonesia. Hal ini karena pada hari Lebaran tersebut diisi dengan saling bermaafan, saling berkunjung, dan saling menyapa antara yang satu dan lainnya.

Selain memeriahkan Lebaran dan memang sudah menjadi tradisi, masyarakat pun mudik hanya untuk bersilaturahim.

Secara bahasa, kata silaturahim merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yaitu shilah al-rahim. Istilah tersebut terdiri atas dua kata, yakni shilah yang berarti sambung atau menyambung dan al-rahim yang berarti persaudaraan atau kekerabatan (bisa juga kasih sayang). Dengan demikian, secara bahasa, silaturahim berarti menyambung (tali) persaudaraan atau kekerabatan.

Sementara itu, jika kita mengorek arti silaturahim secara istilah yang disesuaikan dengan konteks masyarakat kita sekarang, kita bisa mengartikan bahwa silaturahim adalah upaya menyambung tali persaudaraan dengan saling mengunjungi antara yang satu dan yang lainnya agar terjalin rasa kasih sayang dan solidaritas antarsesama.

Dalam konteks tersebut, silaturahim dilakukan dengan bertamu, saling melihat keadaan dengan kunjungan, dan saling menyapa dengan komunikasi yang baik pada kunjungan tersebut.

Paling tidak, ada dua hal yang perlu kita ketahui dari silaturahim berkaitan dengan pengertiannya secara istilah. Pertama, menyambung tali persaudaraan yang sebelumnya belum tersambung, artinya berkenalan dengan orang lain kemudian menjalin persaudaraan. Kedua, mempererat persaudaraan atau kekerabatan sehingga jalinan tersebut semakin baik dari waktu ke waktu dan tidak dilepaskan.

Ajaran tentang silaturahim ini sungguh digaungkan oleh agama Islam untuk persatuan umat. Islam tidak menghendaki permusuhan, tetapi menghendaki persaudaraan. Hal itu sesuai dengan fitrah kemanusiaan bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara yang satu dan yang lainnya.

Anjuran silaturahim ini sangat Rasulullah SAW tekankan kepada umat Islam. Ketika Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau pun melekatkan hubungan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang sebelumnya kedua kaum tersebut belum saling kenal. Karena Rasulullah SAW memerintahkan silaturahim, hubungan kedua kaum tersebut sungguh sangat harmonis. Mereka terikat dalam sebuah tali persaudaraan yang sangat kuat.

Selain menambah jaringan dan saudara, silaturahim juga mempunyai manfaat lain. Rasulullah SAW menjelaskan, “Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya (kebaikannya), maka bersilaturahimlah.” (HR Bukhari).

Sementara itu, Islam tidak menyukai orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan. Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim).” (HR Bukhari dan Muslim).

Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh mengerikan. Na’udzu billah min dzalik.

 

sumber: Republika online

Huruf Muqathaah dan Hikmahnya

Di awal-awal surat dalam Al-Qur’an ada 29 tempat yang diawali dengan huruf muqatha’ah seperti alif laam miim, yaasin, dan thahaa. Apa maksud dari huruf muqatha’ah tersebut? Apa hikmahnya adanya huruf tersebut dalam Al-Qur’an?

Ibnu Katsir sendiri menyimpulkan bahwa huruf muqatha’ah kalau kita hitup seluruhnya ada 14 huruf (tanpa pengulangan). Huruf-huruf tersebut terangkai dalam kalimat berikut:

نَصَّ حَكِيْم قَاطِع لَهُ سِرٌّ

Tafsiran Huruf Muqatha’ah

Ketika membahas awal surat Al-Baqarah yang terdapat pula huruf muqatha’ah seperti alif laam miim, Ibnu Katsir menjelaskan yang intinya sebagai berikut.

Para ulama pakar tafsir berselisih pendapat mengenai hakikat huruf muqatha’ah yang terdapat di awal-awal surat.

Ada ulama yang mengatakan bahwa Allah yang mengetahui maksudnya. Hakikat huruf-huruf tersebut diserahkan pada Allah dan para ulama tidak menafsirkannya. Yang berpendapat seperti ini adalah dari sahabat-sahabat utama yaitu Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, dan Ibnu Mas’ud.

Ada juga ulama yang menyatakan bahwa huruf muqatha’ah tersebut memiliki tafsiran. Namun mereka berselisih pendapat mengenai tafsirannya. Seperti ada pendapat yang menyatakan bahwa huruf muqatha’ah tersebut adalah di antara nama Al-Qur’an. Juga ada yang menyatakan bahwa huruf muqatha’ah adalah di antara nama Allah.

Namun pendapat pertama bahwa huruf muqatha’ah itu diserahkan maknanya pada Allah lebih tepat. Sedangkan pendapat kedua tidaklah didukung dengan dalil. Seperti misalnya ada yang menafsirkan surat Yasin dengan “wahai manusia”, karena yaa adalah huruf nida’ (panggilan) yang berarti wahai. Sedangkan siin adalah dari kata insan yang berarti manusia. Pendapat ini tidak didukung oleh dalil yang kuat sebagaimana dikemukakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Tafsir Surat Yasin, hlm. 8.

Hikmah Adanya Huruf Muqatha’ah di Awal Surat

Ada beberapa pendapat mengenai hikmah huruf muqatha’ah di awal-awal surat:

1- Untuk menunjukkan awal-awal surat. Namun menurut Ibnu Katsir pendapat ini adalah pendapat yang lemah karena tidak semua surat diawali dengan huruf muqatha’ah.

2- Awal-awal surat ini diawali dengan muqatha’ah supaya sampai di tengah orang musyrik yang menentang sehingga ketika mereka mendengar, mereka mau membaca. Pendapat ini adalah pendapat yang lemah karena jika maksudnya seperti itu tentu di setiap awal surat mesti ada huruf muqatha’ah. Begitu pula pendapat ini lemah karena surat Al-Baqarah dan Ali Imran diawali dengan huruf muqatha’ah namun pembicaraannya bukan ditujukan pada orang musyrik.

3- Huruf muqatha’ah yang terletak di awal surat ini untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur’an. Artinya, manusia atau makhluk tidak bisa mendatangkan yang semisal Al-Qur’an. Padahal huruf muqatha’ah itu ada dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, setelah penyebutan huruf muqatha’ah yang dibicarakan adalah tentang Al-Qur’an. Inilah yang terdapat dalam 29 surat.

Pendapat ketiga di atas dikemukakan oleh Fakhrudddin Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, didukung pula oleh Az-Zamakhsyari dalam kitab Kasyafnya dan juga menjadi pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Abu Hajjaj Al-Mizzi. Demikian penjelasan yang disarikan dari Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1: 241-248.

Hikmah terakhir itulah yang dikuatkan pula oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Tafsir Surat Yasin, hlm. 9.

Semoga bermanfaat.

 

Referensi:

Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Abu Ishaq Al-Huwaini. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Surat Yasin. Cetakan pertama, tahun 1424 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsaraya.

Disusun di Darush Sholihin Panggang, Gunungkidul, 10 Syawal 1436 H di pagi hari

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans),Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom

Kisah Inspiratif Para Ahli Sedekah

Sudah sering kita dengar tentang keutamaan sedekah. Baik yang ditegaskan oleh Allah SWT melalui ayat-ayat suci Alquran maupun penuturan Rasulullah SAW yang terhimpun dalam sunah Rasul. Bagi orang-orang beriman, berbagai ayat Alquran dan hadis tentang keutamaan sedekah, niscaya akan membuat mereka bertambah imannya.

Sebab, mereka yakin Allah pasti benar dan tak pernah mengingkari janji-Nya, dan Rasulullah pun senantiasa dibimbing-Nya di setiap perkataannya. Seperti dikemukakan Alquran, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.”

Penghayatan makna itu semakin berbekas dengan kisah nyata pengalaman para ahli sedekah. Pengalaman mereka yang memperoleh berbagai pertolongan dari Allah berkat sedekah, makin meresap ke dalam hati. Buku yang berjudul “Donat Kehidupan”ini, memuat kisah-kisah tersebut.

Bermacam-macam sedekah yang mereka lakukan. Misalnya, menyedekahkan rumah, mengikhlaskan (menyatakan lunas utang seseorang), menjadi kasir Allah (selalu bersedia membantu orang yang membutuhkan), memberikan ponsel kepada staf atau karyawan, memberikan hadiah komputer untuk masjid, mentraktir anak-anak yatim atau dhuafa makan di restoran, sampai mengumpulkan uang angin untuk sedekah seperti yang dilakukan seorang tukang tambal ban dan reparasi sepeda.

Balasan yang diberikan Allah atas sedekah itu luar biasa. Bukan hanya dari segi wujud fisik barang tersebut, melainkan juga dari segi waktu yang sifatnya sangat cepat bahkan seketika. Misalnya, memperoleh sebuah laptop yang sangat bermanfaat, mendapatkan hadiah Blackberry, bisa membeli rumah seharga ratusan juta rupiah dengan biaya yang sangat ringan, selamat dari musibah kecelakaan lalu lintas, bahkan penyakit diabetesnya pun sembuh.

Berbagai kisah nyata yang ditulis oleh penulis yang juga pelaku sedekah dan Ketua Yayasan Darul Quran Nusantara ini sangat menginspirasi. Penulis bahkan juga mengutip pernyataan tokoh-tokoh dari Barat dan non-Muslim yang me nyatakan keutamaan memberi (dalam bahasa agama Islam disebut berzakat dan bersedekah).

“Semakin kita rela dan banyak bersedekah, semakin banyak pula yang kita dapatkan. Lihatlah, selalu saja orang-orang paling dermawan di dunia, juga adalah yang paling kaya di dunia.” Karena itu, buku ini sangat layak dibaca oleh setiap Muslim.

Judul        : Donat Kehidupan
Penulis    : Anwar Sani
Penerbit  : Daqu Publishing
Cetakan  : I, 2012
Tebal        : 158 hlm