2 Tujuan Penciptaan Manusia

Segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik di langit maupun di bumi pasti ada tujuan dan hikmahnya. Tidaklah semata mata karena hanya suka-suka saja. Bahkan seekor nyamuk pun tidaklah diciptakan sia-sia

Segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik di langit maupun di bumi pasti ada tujuan dan hikmahnya. Tidaklah semata mata karena hanya suka-suka saja. Bahkan seekor nyamuk pun tidaklah diciptakan sia-sia. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminun:115).

Tulisan singkat ini akan membahas 2 tujuan utama penciptaan manusia

1. Mengilmui Tentang Allah

Allah Ta’ala berfirman

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 12).

Allah menceritakan bahwa penciptaan langit dan bumi, agar manusia mengetahui tentang ke Maha Kuasaan Allah Ta’ala, bahwa Allah lah pemilik jagad raya ini dengan ilmu Allah yang sempurna. Tidak ada satu pun yang terluput dari ilmu dan pengawasan Allah, karena ilmu Allah meliputi segala sesuatu

2. Untuk Beribadah Kepada Allah Semata

Allah Ta’ala berfirman

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).

Ayat di atas jelas menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata. Ayat ini mengisyaratkan pentingnya tauhid, karena tauhid adalah bentuk ibadah yang paling agung, mengesakan Allah dalam ibadah.

Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama manusia diciptakan adalah agar berilmu. Maka buah dari ilmu adalah beramal. Tidaklah ilmu dicari dan dipelajari kecuali untuk diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam kecuali untuk mendapatkan buahnya. Karena ilmu adalah buah dari amal.

Semoga tulisan singkat ini bisa menjadi motivasi kita untuk semangat mencari ilmu dan mengamalkan ilmu yang telah di dapatkan. Sebagaimana yang telah Allah sebutkan pada 2 ayat di atas, sebagai konsekuensi kita diciptakan sebagai manusia. Wallahul Muwaffiq.

Penulis: Wiwit Hardi P.

Artikel Muslimah.Or.Id

Ini Alasan Tuhan Menciptakan Sesuatu Berpasang-pasangan

Segala sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan berpasang-pasangan. Karena dalam dunia ini kita tidak bisa hidup sendirian tanpa orang lain. Manusia, hewan, bahkan para sel terkecil pun berpasang-pasangan guna terus mempertahankan kelangsungan hidup. Apakah para pecinta kumpulan misterisependapat? Laki-laki dan perempuan diciptakan berpasang-pasangan, ini alasan Tuhan menciptakan sesuatu berpasang-pasangan.

Penjelasan Dalam Al-Qur’an
Dalam surat yasiin ayat 36 menyebutkan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi secara berpasang-pasangan. Pada dasarnya yang dimaksud dengan berpasang-pasangan ini adalah laki-laki dan perempuan maupun dalam hewan adalah jantan dan betina. Semuanya sudah diciptakan sedemikian rupa agar makhluk hidup dapat berkembang biak dan memiliki keturunan.
Dalam Surat Adz-Zaariyat juga disebutkan Allah berfirman bahwa Allah menciptakan segala sesuatunya berpasang-pasangan agar kita semua selalu mengingat kebesaranAllah. Segala macam nikmat diturunkan oleh Allah bagi kita manusia. Anugrah Cinta adalah anugrah yang paling indah yang diberikan oleh Allah pada hati manusia. Sehingga dengan berpasang-pasangan itu maka manusia dapat merasakan perasaan cinta yang begitu indahnya.
Dengan berpasang-pasangan manusia dapat menjalani hidupnya dengan lebih indah, karena pasangan diharapkan dapat melengkapi kehidupan kita dan menutupi segala macam kekurangan kita. Dalam bahasa Arab pun, setiap kata benda dikelompokkan mejadi dua kelompok, yaitu mudzakar (yang bersifat laki-laki atau maskulin) dan muannas (yang bersifat wanita atau feminism). Muannas ini biasanya ditandai dengan adanya huruf ta’ marbuthah di akhir katanya.
Tidak hanya itu, untuk menerangkan mengenai bahwa semuanya diciptakan berpasang-pasangan, dalam Al-Qur’an pun semua objek secara berpasang-pasangan, seperti misalnya kata hidup dan mati, baik dan buruk, dunia dan akhirat, malaikat dan setan, rugi dan untung, tampan dan cantik, laki-laki dan perempuan, siang dan malam, kesemuanya disebutkan berulang-ulang dalam Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa semuanya memang diciptakan berpasang-pasangan.
Penjelasan Dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam dunia ilmu pengetahuan, fakta mengenai semuanya diciptakan berpasang-pasangan ini baru terkuak sekitar abad ke-19. Ilmuwan yang berhasil menguak fakta tersebut bernama Paul Dirac, yang merupakan seorang ilmuwan asal Inggris. Setelah selesai melakukan penelitian, Paul Dirac mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam alam semesta ini semuanya berpasang-pasangan. Nama penemuannya itu disebutkan Parite, yang menjelaskan bahwa setiap partikel di alam semesta ini bahkan partikel yang paling kecil sekalipun memiliki pasangannya masing-masing. Dari hasil penelitian yang Paul Dirac lakukan itu, lantas ia berhasil mendapatkan penghargaan nobel bidang fisika di tahun 1933. Kerja keras Paul Diracmemang patut diacungi jempol saat itu, namun sebelum Paul Dirac menemukan hasil penelitian itu, Al-Qur’an sudah lebih dulu mengemukakan teori tersebut jauh berabad-abad sebelum Paul Dirac menemukan temuannya.

Jika manusia berpasang-pasangan dan hewan pun berpasang-pasangan, maka begitu pula dengan tumbuhan. Pada awalnya manusia di zaman dahulu tidak mengenal adanya teori berpasang-pasangan pada tumbuhan. Namun setelah manusia mulai tertarik makin dalam mengenai ilmu pengetahuan, akhirnya manusia juga meneliti mengenai tumbuhan dan tercetuslah ilmu botani. Dari penelitian dalam ilmu botani itu maka terungkaplah bahwa tumbuhan pun hidup berpasang-pasangan. Karena tumbuhan tentunya juga berkembang biak dan tidak mungkin tumbuhan melakukannya sendiri tanpa ada pasangannya bukan? Maka dari itu ini alasan Tuhan menciptakan sesuatu berpasang-pasangan.

Setiap tumbuhan memiliki organ jantan dan betinanya. Dalam tumbuhan yang memiliki dua jenis kelamin, jantan maupun betina, tetap nampak perbedaannya mana yang disebut dengan organ jantan dan mana yang disebut organ betinanya. Saat berkembang biak, tumbuhan akan menghasilkan buah. Sebelum menghasilkan buah, maka tumbuhan akan menghasilkan bunga. Dalam bunga terdapat organ jantan yaitu benang sari dan organ betina yaitu ovula. Dari benang sari dan ovula itu yang akan melakukan pembiakan. Saat melakukan pembiakan tumbuhan biasanya memerlukan penghantar, biasanya hewan seperti lebah dan kupu-kupu yang akan menghantarkan serbuk sari sehingga pembiakan dapat terjadi dan akhirnya tumbuhan tersebut menghasilkan buah. Dalam buah terdapat biji, yang saat buah itu jatuh nanti, maka akan berkembang lagi menjadi bakal tumbuhan yang baru.

Selain itu, partikel yang berpasang-pasangan yang lainnya adalah atom. Atom ditemukan pada tahun 1899 oleh dua fisikawan yang berasal dari Jerman bernama Julius Elster dan Hans Freiderich Geitel. Mereka menemukan bahwa atom memiliki ion yang berpasangan, yaitu ion postif yang disebut electron dan juga ion negatif yang disebut proton. Atom terdiri dari 3 partikel yaitu neutron yang netral dan kemudian electron dan proton, yang menjadi inti atom adalah neutron dan proton sedangkan elektron mengitari inti atom tersebut pada orbitnya, layaknya planet-planet yang mengelililingi matahari. Begitulah kerja ion positif dan negatif itu selalu berpasangan dalam sebuah atom. Masih banyak lagi yang bisa dibeberkan mengenai fakta berpasangan ini, bahkan penyakit yang berbahaya sekalipun pastilah memiliki penyembuhnya atau obatnya, kesemuanya itu saling melengkapi sehingga dapat berjalan dengan baik.

Asmaul Husna dan Keuangan Keluarga

“Fadzkuruunii adzkurkum…Maka ingatlah kepadaKu maka Aku pun akan ingat kepadamu…” (Al-Baqarah (2): 152)

Begitulah salah satu seruan Allah supaya kita senantiasa ingat kepadaNya. Ayat ini dibahas panjang lebar di dalam kitab tafsir Ibnu Katsir. Beliau menyebutkan bahwa Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, katanya, Rasulullah bersabda: “Allah SWT telah berfirman, ‘Hai anak Adam, jika kamu mengingat-Ku dalam dirimu, niscaya Aku akan mengingatmu dalam diri-Ku.

Dan jika kamu mengingat-Ku di tengah kumpulan (manusia), niscaya Aku akan mengingatmu di tengah kumpulan para malaikat (di tengah kumpulan yang lebih baik). Jika kamu mendekat kepada-Ku satu jengkal, niscaya Aku akan mendekat kepadamu satu hasta. Dan jika kamu mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadamu satu depa. Dan jika kamu mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku akan mendatangimu dengan berlari.’” (HR Bukhari).

Ekonomi Indonesia, Ekonomi Keluarga Kita
Dengan segala permasalahan ekonomi yang kita hadapi sekarang seperti inflasi barang dan jasa yang sangat kerap kita hadapi, kerugian ekonomi pascabencana atau kerusakan bumi seperti kasus asap baru-baru ini menjadikan sebagian dari kita putus asa dengan segala ikhtiar yang telah ditempuh.

Baca saja berita CNN tentang kerugian akibat kebakaran hutan yang menurut KADIN Riau mencapai Rp 20 triliun atau menurut versiCenter for International Forestry Research (CIFOR) kemungkinan bisa hingga Rp 200 triliun setelah ditambah dengan kerugian yang dialami oleh Malaysia dan Singapura, belum lagi jika ditambah kerugiaan dariFilipina yang kabarnya asap sudah tiba di sana.

Kerugian yang timbul adalah mulai dari pembatalan pesawat, kurangnya sinar matahari untuk pertanian, turunnya omset penjualan barang dan penyedian jasa karena kurangnya mobilitas, dan lain sebagainya. Sudah tentu semua ini menganggu pemasukan pendapatan sebagian keluarga. Lantas bagaimana solusinya?

 

Solusi Keuangan
Dalam mengelola keadaan defisit di saat keadaan seperti ini salah satunya adalah jika dapat mengencangkan ikat pinggang dengan mengurangi pengeluaran kebutuhan sekunder, mencari bahan subtitusi lebih murah untuk menutupi kebutuhan primer dan mengurangi makan di luar atau jalan-jalan keluarga.

Tahap keduanya adalah mencari solusi pendapatan baru dan yakin bahwa Allah yang menetapkan rezeki bagi setiap mahluk jadi jangan pernah putus asa.

Tentu saja di sisi lain ada sebagian keluarga yang menikmati pendapatan yang lebih baik dari keadaan ekonomi yang disebut di atas, seperti penjual oksigen dalam tabung dan obat-obatan, masker penutup hidung dan air bersih, namun tetaplah hidup prihatin serta senantiasa berbagi dengan sesama.

Apapun keadaannya, semuanya tidak kekal, maka dari itu baik dalam keadaan senang maupun susah, jangan pernah berhenti bersyukur dan berdoa supaya Allah Ya Akhir memberikan akhir hidup kita dalam keadaan terbaik dan akan masuk ke Surga Firdaus.

Dahsyatnya Doa
Banyak di antara kita melupakan dasyatnya dampak doa yang kita panjatkan kepada Allahuntuk merubah nasib dan keadaan yang kita hadapi. Termasuk “Gerakan Nasional Revolusi Mental” yang sedang dicanangkan oleh pemerintah saat ini, harusnya juga menyentuh “bagaimana merevolusi cara kita berdoa”. “Percuma membangunFisik tanpa membangun pola pikir  masyarakat” kata Ir. H. Joko Widodo, Presiden RI.

Ikhtiar pembangunan fisik termasuk juga ikhtiar membangun keluarga dan mengelola keuangannya yang baik seharusnya didampangi dengan doa, dan doa yang baik adalah doa yang mengikuti syarat kabul dan adabnya. Barulah kemudian kita berharap bahwa doa kita akan diijabah, tanpa penghalang.

Saya tergelitik menyampaikan tulisan ini karena sering mendengar sebagian kita yang mengeluh “kenapa ya masalah asap ini tidak segera usai?”, “kenapa ya ekonomi Indonesia tidak bisa lebih cepat tumbuhnya?”, “kapan Indonesia akan bebas dari hutang?”, “kapan ya masyarakat kita bersih korupsi?” dan akhirnya “kenapa ya uang yang kubawa ke rumah selalunya tidak pernah cukup?”, atau “bagaimana supaya Allah membukakan lagi pintu-pintu rezeki bagi keluarga kita?”.

 

Namun sayangnya, kita lupa dahsyatnya doa, juga syarat dan adab berdoa sering tidak kita perhatikan seperti misalnya memastikan setiap yang dimakan dan diminum adalah halal, menghadap kiblat, tidak tergesa-gesa serta memuji Allah dengan nama-namaNya yang terbaik (asmaul husna).

Menggunakan beberapa nama-nama Allah yang disesuaikan dengan keinginan berdoa terkesan sederhana namun hal ini dapat memberikan dampak yang luar biasa. Seperti dalam Al-‘Araf (7): 180 dimana Allah menganjurkan kita untuk menggunakan Asma’ul Husna dalam doa: “Hanya milik Allah asmaul husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu…”

Disamping itu ada sebuah hadith Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud adalah sebagai berikut: “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mulai dengan memuji dan mengagungkanAllah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wassalaam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.”

Semoga anjuran dari Alquran an hadith ini akan memberikan semangat bagi kita untuk mengenal Allah (ma’rifatullah) melalui nama-namanya yang berjumlah 99 ini.

Contoh Doa dengan Asmaul Husna
Banyak dari kita yang paham, sering mendengar kajian atau hafal asmaul husna, tapi malas menggunakannya dalam doa. Padahal doa kita terdengar sangat sejuk ketika menggunakannya seperti: Ya Allah Ya Qaadir, hentikanlah bencana kebakaran hutan di Riau dan hutan-hutan lainnya.

Ya Allah Ya A’liyy, Ya Syakuur, Ya Hamiid naikkanlah martabatIndonesia, jadikan bangsa ini bangsa yang banyak bersyukur lagi terpuji, Ya Allah Ya Haadi, tunjukanlah kami jalan yang Engkau ridhoi, Ya Allah Ya Razzaq, bukakanlah pintu-pintu rezeki bagi keluarga kami, Ya Allah Ya Mujiib, kabulkan doa kami.

 

Tips memahami dan menghafal 99 asmaul husna

Walau kita sibuk dengan bisnis, pekerjaan atau studi, sempatkanlah membaca buku-buku tentang asmaul husna, membaca ayat-ayat Alquran beserta artinya yang menggunakan asma-asma di dalamnya. Sangat bagus jika dapat meluangkan waktu untuk mendengar kajianAsmaul Husna di majlis atau online seperti yang sudah diselenggarakan oleh pengajian di Glasgow dan Pengajian Derby-Leicestershire-Nottingham di Inggris dan tentunya ada juga di kota–kota lainnya.

Bagi yang di Jakarta dan sekitarnya, dapat datang ke kajian rutin mengenai asmaul husna seperti yang sudah didedikasikan oleh Andalusia Islamic Centre, Sentul City, Bogor, pada hari Ahad kedua setiap bulan dimulai jam 7:30 pagi.

Informasi yang didapati dari Imam Besar Masjid Andalusia bahwa jamaah yang hadir rata-rata bisa sebanyak seribu orang dewasa dan anak-anak termasuk mahasiswa dan mahasiswi STEI Tazkia atau bisa hingga 3.000 orang jika dipadukan acara-acara khusus seperti perayaan 1 Muharram, Maulid Nabi, dan lain sebagainya.

Kajian yang diberi nama “Sukses, Kaya, Bahagia dengan Asma’ul Husna dan Teladan Rasulullah SAW” ini dibawakan oleh Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec, pimpinan Tazkia Group yang kerap didampingi oleh pembicara internal Tazkia, pembicara tamu baik pakar atau ulama asal Indonesia maupun mancanegara.

Kajian yang sudah berlangsung lebih dari 4 tahun ini bulan depan, Ahad, 8 November 2015 akan membahas asma yang ke-56 yaitu “Al-Hamiid” yang artinya “Yang Maha Terpuji” yang dapat dijumpai diantaranya di dalam  QS Huud (11):73, QS Al-Hajj (22):24, QS Luqmaan (31):12 dan QS Faathir (35):15.

Adapun tehnik menghafal cepat asmaul husna dapat dipelajari melalui kursus sehari dengan tehnik menggunakan otak kanan yang banyak disediakan oleh majlis-majlis kajian di Indonesia. Jika berhasil menghafal, tentunya akan mempermudah kita dengan cepat menggunakan asma-asma yang terkait dengan doa yang kita panjatkan. Wallahu’alam.

Masih mengeluh? Masih malas berdoa? Tentu saja tidak lagi, bukan?

 

Oleh: Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc
(Penulis dan Konsultan Sakinah Finance di Colchester, Inggris)

sumber: Republika Online

Tujuan Allah Menciptakan Manusia

Syekh Qasim Nanotvi R.H. menulis sesuatu yang indah dalam bukunya. Dia menulis: “Wahai manusia, pikirkanlah waktu dimana kalian belum diciptakan. Saat itu matahari sudah ada, bulan sudah ada, langit sudah ada, gunung-gunung sudah ada, sungai dan laut sudah ada. Ketika kalian belum ada, banyak hal yang sudah ada dan sepenuhnya berfungsi.

Kita dapat mengambil kesimpulan dari sini. Kesimpulannya adalah Allah tidak menciptakan kalian untuk benda-benda ini. Alasannya adalah, jika kalian diciptakan untuk mereka, maka tanpa kalian, mereka semua tidak akan bisa berfungsi dengan benar. Itulah mengapa ketika kalian belum ada, semua ciptaan Allah ini bekerja baik-baik saja.

Apa yang akan terjadi jika kalian sudah ada dan semua benda ini belum diciptakan? Jika kalian sudah ada tapi matahari belum ada? Kalian sudah ada tapi bulan belum bersinar? Kalian ada tapi air belum ada? Kalian ada tapi bumi belum ada? Kalian ada tapi tanaman dan hewan belum ada? Dengan begitu, tentu manusia akan mengalami kesulitan.”

Wahai manusia, pahamilah bahwa Allah tidak menciptakan kalian untuk apapun di dunia ini, melainkan segala sesuatunya di dunia diciptakan untuk kalian.”

Sungguh tidak beruntung orang-orang yang menghabiskan hidupnya hanya untuk dunia kemudian meninggal. Dia mendapatkan segalanya di dunia, tapi apa tujuannya karena Allah sebenarnya telah menciptakan semua ini untuk kita? Wahai manusia, sebenarnya Allahmenciptakan kalian untuk apa? Jika kalian memikirkan Al-Qur’an dan hadist Rasulullah S.A.W. kita akan sadar bahwa Allah telah menciptakan segalanya untuk kalian, dan telah menciptakan kalian untuk diri-Nya.

 

sumber: Lampu Islam

Tujuan Pokok dari Penciptaan Manusia

Sesungguhnya kita hidup di dunia ini hanya sebentar saja, ibarat orang yang berteduh di bawah pohon lalu berjalan lagi. Demikian penggalan materi tausyiah bertajuk ‘Tujuan Pokok dari Penciptaan Manusia’ Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif (iHaqi), Erick Yusuf  ketika menghadiri acara pengajian di MT Khoirunnisaa Miftahul Jannah Kota Baru Parahiyangan Bandung Barat. (Selasa,22/9/15).

Segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik di langit maupun di bumi pasti ada tujuan dan hikmahnya. Tidaklah semata mata karena hanya suka-suka saja. Tidak ada suatu makhluk hidup yang diciptakan sia-sia. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminun:115).

Membahas tujuan utama penciptaan manusia ialah, agar manusia mengetahui tentang Allah dan untuk beribadah kepada Allah semata. Dan Allah Ta’ala berfirman,  “Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 12).

Allah menceritakan bahwa penciptaan langit dan bumi, agar manusia mengetahui tentang ke Maha Kuasaan Allah Ta’ala, bahwa Allah lah pemilik jagad raya ini dengan ilmu Allah yang sempurna. Tidak ada satu pun yang terluput dari ilmu dan pengawasan Allah, karena ilmu Allah meliputi segala sesuatu.

Dan kemudian, menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata. Seperti hal nya dalam firman Allah, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).

“Ayat di atas jelas menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata. Ayat ini mengisyaratkan pentingnya tauhid, karena tauhid adalah bentuk ibadah yang paling agung, mengesakan Allah dalam ibadah.” tutur Ustadz yang disapa dengan sebutan Kang Erick tersebut.

“Dan selain itu, Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama manusia diciptakan adalah agar berilmu. Maka buah dari ilmu adalah beramal. Tidaklah ilmu dicari dan dipelajari kecuali untuk diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam kecuali untuk mendapatkan buahnya. Karena ilmu adalah buah dari amal.” kata dia.

 

sumber: Republka Online

Resolusi Tahun Baru

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh ya Sahabatku yang mulia.

Dalam kurang dari lima hari ke depan. Kita akan meninggalkan tahun 2015 miladiyah dan memasuki tahun 2016 miladiyah, dengan segala kenikmatan yang telah Allah Subhanahu berikan kepada kita sekalian, sekaligus dengan suatu harapan, agar hidup dan kehidupan kita di tahun yang akan datang lebih baik dari tahun ini.

Kenapa? Karena pada hakikatnya, tidak ada seorang pun di antara kita yang rata-rata sudah  berusia diantara 60-70 tahun, yang tidak berharap agar senantiasa  tetap sehat, sejahtera, dan dapat beraktivitas sesuai kemampuan yang kita miliki.                                                                                                                                                                  .                             Sebagai orang yang beriman kita wajib bersyukur atas kenikmatan-kenikmatan yang Allah Subhanahu Wata’ala karuniakan kepada kita, khususnya saat kita bangun dari tidur, kita senantiasa berdo’a :

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

alhamdulillahil ladzi ahyana ba’da ma amatana wailaihin nusyur

Artinya :

Segala puji bagi Allah yang menghidupkan aku kembali setelah mematikan aku dan kepada Allah akan bangkit.

Apabila Allah Subhanahu Wata’ala tidak mengehendaki kita lagi:                             Allah akan sibukkan kita dengan urusan dunia …                                                      Allah akan sibukkan kita dengan urusan anak-anak…                                                   Allah akan sibukkan kita dengan urusan pekerjaan ….

Alangkah ruginya karena kesemuanya itu akan kita tinggalkan….                               Semua hanya titipan belaka.

Sekiranya kita mampu bertanya pada orang-orang yang telah pergi terlebih dulu menemui Allah Subhanahu Wata’ala jika kepada mereka diberikan peluang untuk hidup sekali lagi, sudah pasti mereka tidak lagi memilih bertarung mati-matian untuk merebut dunia …

Karena tujuan kita diciptakan adalah untuk menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya ..

Kita mungkin cemburu apabila melihat orang lain lebih dari kita, dari segi gaji, pangkat, jabatan, harta, rumah besar, mobil mewah …

Namun kenapa kita tidak pernah cemburu melihat ilmu orang lain lebih dari kita …

Kita tidak pernah cemburu melihat orang lain lebih banyak amalan dari kita…

Namun kita tidak pernah cemburu, apabila melihat orang lain bangun di Sepertiga Malam, Sholat Tahajud, Membaca Al Qur’an, istighfar, dan  bermunajat…

Kita cemburu apabila melihat orang lain ganti mobil baru dengan yang lebih mewah …

Tetapi kita jarang cemburu, apabila melihat orang lain yang bisa khatam Al Qur’an sebulan dua kali…

Setiap kali menyambut hari ulang tahun. Baik itu ulang tahun kelahiran kita, ulang tahun perkawinan kita, ulang tahun kelahiran anak-anak dan cucu-cucu kita,  bahkan dalam menyambut tahun baru hijriah maupun tahun baru miladiyah. Kita sibuk ingin merayakannya sebaik mungkin, tetapi kita telah lupa bahwa dengan bertambahnya umur kita, perjalanan kita menuju Illahi semakin dekat.

Kita patut Merenungi dan melakukan introspeksi  mengenai persiapan ke satu perjalanan yang jauh, yang tidak akan kembali untuk selama-lamanya. Hidup di dunia yang sangat singkat ini, akan menentukan kehidupan kita yang kekal di akhirat nanti.                                                                                                                             Mungkin selama hidup dan kehidupan kita dimuka bumi ini, kita pernah membaca atau mendengar orang lain membacakan talqin:

Sesungguhnya mati itu Benar …..

Alam kubur itu benar …..

Hisab itu benar …..

Padang Mahsyar itu benar…

Surga dan neraka itu benar …..

Allah Subhanallahu Wata’ala berfirman dalam  QS Adh-Dhuha (93) ayat 4:

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى

Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).                                                       .                                                                     Penyelesaian masalah hidup dan kehidupan ini, adalah melalui iman dan amal… Dengan Iman sebesar zarrah, Allah Subhanahu Wata’ala muliakan kita dengan Surga ……….. أمِينْ يَامُجِيبَ السَّائِلِينْ

Semoga uraian ini bermanfaat bagi kita, ahli kita, karib kerabat kita, dan sahabat yang kita cintai.

Billahi taufik walhidayah. Wassalamu’alaikum warohmatullahi.                    Wabarokaatuh

sumber: Broadcast WhatsApp/Komunitas Ayo Mengaji

Hukum Nikah Mut’ah

Tanya :

Ustadz, mohon jelaskan hukum nikah mut’ah!

 

Jawab :

nikah mut’ah (temporary marriage) adalah menikah dengan seorang wanita untuk jangka waktu sementara dengan mahar tertentu. (nikaah al mar`ah li muddah al mu`aqqatah ‘ala mahrin mu’ayyan). (Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughah Al Fuqaha`, hlm. 309). Misal seorang laki-laki berkata kepada seorangwanita,”Aku beri engkau harta sekian dengan ketentuan aku akan bersenang-senang denganmu selama satu hari, atau satu bulan, atau satu tahun.” Ini contoh untuk jangka waktu yang ma’luum (diketahui dengan jelas). Dapat juga jangka waktunya majhul (tak diketahui jelas), misalnya,”Aku beri engkau harta sekian dengan ketentuan aku akan bersenang-senang denganmu selama musim Haji, atau selama aku tinggal di negeri ini, atau hingga datangnya si Fulan.” Jika jangka waktu tersebut berakhir, terjadilah perpisahan (furqah) antara laki-laki dan wanita itu tanpa talak. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 41/333).

nikah mut’ah hukumnya haram. Inilah pendapat jumhur fuqaha, yaitu ulama mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, dan lain-lain dengan berbagai dalil-dalil syar’i yang rajih (kuat), yang intinya membuktikan bahwa nikah mut’ah itu hukumnya mubah di awal Islam, namun kemudian hukum mubah ini dihapus (di-nasakh) sehingga hukumnya menjadi haram hingga Hari kiamat. Sebagian ulamamengatakan nasakh (penghapusan) itu terjadi saat Haji Wada’, sementara sebagian ulama lainnya mengatakan nasakh tersebut terjadi saat Fathu Makkah. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 41/333; Imam Al Ja’bari,Rusukh Al Ahbar fi Mansukh Al Akhbar, hlm. 440; Imam Ibnu Syahin, An Nasikh wa Al Mansukh min Al Hadits, hlm. 221).

Dalil pendapat jumhur antara lain hadits Ar Rabii’ bin Sabrah Al Juhani RA dari ayahnya bahwa Nabi SAW pernah bersabda :

يا أيها الناس ! إني قد كنت أذنت لكم في الاستمتاع من النساء. وإن الله قد حرم ذلك إلى يوم القيامة. فمن كان عنده منهن شيء فليخل سبيله. ولا تأخذوا مما آتيتموهن شيئا

”Wahai manusia, sesungguhnya aku pernah mengizinkan kalian untuk nikah mut’ah dengan para wanita. Dan sesungguhnya Allah telah mengharamkan hal itu hingga Hari kiamat. Maka barangsiapa yang di sisinya ada wanita-wanita [yang dinikahinya secara nikah mut’ah], hendaklah dia berpisah darinya, dan janganlah kamu mengambil apa yang telah kamu berikan kepada mereka.” (HR muslim no 1406). (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 41/334).

Dalil lainnya dari jumhur ulama adalah firman Allah SWT :

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلاَّ عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6)

Dan [orang-orang yang beriman] adalah orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (QS Al Mukminuun [23] : 5-6). wanita yang dinikahi dengan nikah mut’ah sebenarnya bukanlah istri dan bukan pula budak. Maka nikah mut’ah pastilah termasuk perbuatan tercela yang haram hukumnya. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 41/335; Muhammad Malullah, Al Syi’ah wal Mut’ah, hlm. 24).

Kaum Syiah berpendapat nikah mut’ah hukumnya boleh. Imam Khomeini, misalnya, dalam kitabnyaKasyful Asraar hlm. 117-118 mengatakan nikah mut’ah itu halal dengan beberapa alasan; Pertama, bahwanikah mut’ah itu tidak dinasakh dan yang melarang mut’ah adalah Umar bin Khaththab itu sendiri, bukan Nabi SAW. (HR muslim dari Jabir no 1405). Kedua, bahwa nikah mut’ah itu dibolehkan oleh ayat :

فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ مِنْهُنَّ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ

Maka wanita-wanita yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna).“ (QS An Nisaa` [4] : 24) (Muhammad Malullah, Al Syi’ah wal Mut’ah, hlm.12).

Pendapat Imam Khomeini itu batil. Pertama, tidak benar bahwa tak ada nasakh nikah mut’ah dan tak benar pula nikah mut’ah diharamkan oleh Umar bin Khaththab itu sendiri. Yang benar, nikah mut’ah telah dinasakh oleh Nabi SAW dan Umar sekedar mengokohkan pengharaman nikah mut’ah oleh Nabi SAW. Umar bin Khaththab berkata :

إن رَسُول اللَّهِ صَلَى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم أذن لنا في المتعة ثلاثا، ثم حرمها

“Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah mengizinkan kita untuk nikah mut’ah tiga kali, lalu mengharamkannya.” (HR Ibnu Majah, no 1963; Imam Nawawi, Syarah Shahih muslim, 9/183). Kedua, ayat tersebut (QS An Nisaa` : 24) tidak menunjukkan bolehnya nikah mut’ah. Karena jika dibaca ayatnya secara utuh dari awal hingga akhir, akan jelas konteksnya adalah pernikahan biasa yang halal, bukannikah mut’ah. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 41/335; Muhammad Malullah, Al Syi’ah wal Mut’ah, hlm. 17).Wallahu a’lam. (ust Siddiq al Jawie)

 

 

sumber: Hizbut Tahrir

Profesor Okuda: Ilmuwan Muslim Jepang dan pendidik

Prof. Dr. Atsushi Kamal Okuda, Profesor sistem Politik di Universitas Keio. Ilmuwan muslim Jepang dan pendidik.

Dr Kamal Okuda telah lama berjuang mencari agama, sampai ia memeluk Islam. Dia menjelaskan hidupnya sebelum memeluk Islam: “Sebelum memeluk Islam hidup saya adalah barbar .. Sangat barbar! Jahil.. tidak tahu yang sebenarnya!”

Dr. Okuda adalah contoh yang sangat baik bagi umat Islam di Jepang. Dia mengambil minat dalam perundang-undangan Islam, ia pindah ke Aleppo-Syria untuk melanjutkan studi dan belajar bahasa Arab. Dia mengatakan: “Pada saat itu saya masuk Islam .. Saya percaya bahwa ini adalah hadiah terbesar dari Allah dalam hidup saya!”.

Hari ini, Dr Okuda bekerja keras dengan rekan-rekannya dan para mahasiswa di Jepang untuk menyebarkan Islam di sana, dan untuk menyelamatkan bangsa mereka. Semoga Allah memberi mereka berkat dan pahala mereka baik.

sumber: Islam in Japan 日本でのイスラム

Memakmurkan Masjid

Alquran memberikan penegasan, bahwa orang yang bisa memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, Hari Kiamat, dan orang-orang yang tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan orang-orang yang hanya takut kepada Allah [QS at-Taubah: 18].

‘Abdurrazzaq menuturkan dari Ma’mar dari Abi Ishaqdari ‘Amr bin Maimun al-Audi mengatakan, “Aku mendapati para sahabat Nabi SAW mengatakan,“Sesungguhnya masjid adalah rumah Allah di bumi. Pasti, Allah akan memuliakan siapa saja yang mendatangi Allah di sana.” [Tafsir Ibn Katsir, QS at-Taubah: 18]. Karena itu, mereka pun menjaga adab dan hukum yang terkait dengan pemakmuran masjid.

Tempat Ibadah 

Sebagai rumah Allah dan tempat ibadah, tentu masjid tidak boleh digunakan untuk melakukan maksiat. Meski konotasi ibadah itu sendiri harus dipahami, bukan sekadar shalat, zakat, puasa, Haji dan jihad, tetapi meliputi “apa saja yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan”. Itulah konotasi ibadah, menurut Ibn Taimiyyah. Karena itu, cakupannya luas. Tidak terbatas pada lima kategori ibadah, sebagaimana yang disebutkan di atas.

Karena itu, pada zaman Nabi SAW masjid juga tidak saja digunakan untuk melakukan ibadah mahdhah, seperti shalat, dzikir, i’tikaf dan membaca Alquran, tetapi juga digunakan untuk melakukan ibadah secara umum, sebagaimana yang didefinisikan oleh Ibn Taimiyyah di atas. Di zaman Nabi SAW, masjid juga digunakan menjadi pusat pemerintahan, peradilan, musyawarah, pendidikan, bahkan latihan perang.

Selain itu, di Masjid Nabawi juga terdapat ruangan khusus untuk Ahl Shuffah, yang tidak mempunyai rumah. Letaknya di bagian depan pintu masuk. Di Shuffah inilah, sebanyak 400 orang sahabat ditampung oleh Nabi SAW. Karena itu, di zaman ‘Umar, dibangun tempat khusus, di luar masjid untuk aktivitas mubah, yang bisa mengganggu ibadah jika dilakukan di dalam masjid. Di situ, siapa saja yang ingin mengeraskan suaranya, melantunkan syair, dan perkara mubah yang lainnya diwadahi. Tempat itu disebut al-Bathiha’.

Dalam kitab al-Jami’ al-Kabir dituturkan dari Ibn Mubarak dari ‘Abdullah bin Abi Ja’far. Dia mengirim surat kepada Nabi SAW, dan bertanya, “Siapakah orang yang dikategorikan memenuhi seruan Allah dan memakmurkan masjid dengan baik?” Nabi SAW menjawab, “Orang yang tidak mengeraskan suaranya di masjid, dan tidak menyatakan kata-kata kotor.” Hadits ini dilemahkan oleh sebagian ulama’, karena mursal. Tetapi, maknanya dikuatkan oleh hadits Bukhari.

Dalam riwayat Bukhari dari as-Saib bin Yazid bertutur, “Ketika aku tidur di masjid, tiba-tiba aku dikejutkan oleh seorang pria, dan ternyata dia ‘Umar bin al-Khatthab. Dia berkata, “Pergilah, dan bawalah kedua orang ini kepadaku.” Aku pun menghadapnya dengan membawa keduanya. Dia berkata, “Siapakah kalian?” Keduanya menjawab, “Penduduk Thaif.” ‘Umar berkata, “Kalau kalian penduduk sini, pasti aku sudah menghukum kalian berdua. Kalian mengeraskan suara kalian di masjid Rasulullah SAW.”  

Karena itu, Ibn Hajar al-Haitami, dalam kitab Fatawa-nya menyatakan, menurut az-Zarkasyi, “Sunah dalam semua dzikir adalah perlahan, kecuali talbiyyah [dianjurkan keras]. Al-Azra’i berkata, “Imam as-Syafii radhiya-Llahu ‘anhu telah membawa hadits-hadits dzikir jahr kepada konteks orang yang ingin memberikan pelajaran.”Dalam kitab al-‘Ubab disebutkan, “Disunahkan berdoa dan dzikir dengan perlahan. Imam boleh mengeraskan keduanya setelah salam dengan tujuan memberi pelajaran kepada orang Mukmin. Jika mereka sudah tahu, hendaknya mereka [melafalkannya dengan lirih].”  

Adzan, Mu’adzin, dan Tatacaranya 

Masjid sebagai rumah Allah, dan tempat ibadah, khususnya shalat berjamaah, maka menghidupkan shalat jamaah di masjid bagian dari fardhu kifayah. Fardhu tersebut bisa ditunaikan, jika ada adzan yang dikumandangkan Mu’adzzin untuk memanggil kaum muslim agar datang ke masjid. ‘Aisyah menuturkan,“Ketika adzan telah dikumandangkan, Nabi SAW pun bergegas memenuhi panggilan-Nya, dan mengacuhkan apa saja yang ada di sekitarnya. Bahkan, aku yang ada di sampingnya pun seolah tak dikenalnya.”

Adzan tidak boleh dikumandangkan dengan lagu yang bisa mengubah makna. Adzan yang dikumandangkan harus oleh Mu’adzin tetap. Jika tidak, harus seizin Mu’adzin tetap, kecuali khawatir waktunya lewat, jika harus menunggu Mu’adzin tetap. Adzan atau iqamat tidak boleh disela dengan waktu diam yang lama, kata-kata mubah atau umpatan. Adzan pun tidak boleh dikumandangkan sebelum waktunya, kecuali sebelum Fajar, yaitu setelah pertengahan malam [waktu tahajud]. Jeda antara adzan dan iqamat, dalam kitab al-Bahr, disebutkan sepanjang orang membaca 40 ayat al-Qur’an. Orang yang mendengarkan adzan disunahkan mengucapkan apa yang dia dengar, kecuali “Hayya ‘ala as-shalat”dan “Hayya ‘ala al-Falah”. Begitu juga disunahkan berdoa, setelah Mu’adzin selesai mengumandangkan adzan, yang dengannya Nabi SAW akan memberi syafaat kelak di akhirat. Bagi orang yang sudah di masjid setelah adzan wajib mengikuti shalat jamaah, dan tidak boleh meninggalkan masjid, kecuali ada udzur syar’i.

Mereka yang memenuhi seruan adzan pun diberi kesaksian oleh Allah. Karena itu, para ulama’ salaf mengatakan, “Jika kalian menyaksikan seseorang menghidupkan masjid, maka berbaik sangkalah kepadanya.” [Tafsir al-Qurthubi, QS at-Taubah: 18]. Jika mereka yang menjawab adzan secara lisan dan berdoa saja mendapatkan syafaat dari Nabi, lalu bagaimana jika mereka memenuhi panggilannya secara nyata dengan mendirikan shalat, atau shalat berjamaah di masjid? Tentu lebih lagi.

Adzan, selain merupakan panggilan Allah kepada orang Mukmin untuk memakmurkan masjid, dan karenanya mereka yang berangkat memenuhi seruan Allah diberi kesaksian oleh Allah sebagai “orang Mukmin”, juga merupakan wujud syiar Islam. Dengannya, syiar Islam dikumandangkan, setidaknya lima kali sehari ke seluruh penjuru bumi. Dengannya pula tampak, apa yang disabdakan Nabi, “Islam itu tinggi, dan tidak ada yang bisa menandingi ketinggiannya.” [HR ad-Daruquthni dan al-Baihaqi]

Meski begitu, adzan tidak boleh dikumandangkan sewaktu-waktu, kecuali waktu yang telah ditetapkan, sebagaimana yang dijelaskan di atas. Sampai sekarang, di Masjid Nabawi maupun Masjid al-Haram, selain adzan untuk shalat, kedua masjid tersebut juga tidak mengumandangkan suara lain. Misalnya, bacaan Alquran, atau Shalawat Tarhim sebelum Subuh sebagaimana yang dilakukan di beberapa masjid di negeri muslim yang lain.

Meskipun ini tidak dilarang, namun sebaiknya memperhatikan pandangan ‘Umar bin al-Khatthab dan Imam as-Syafii di atas. Karena umumnya, bacaan tersebut diputar di dalam masjid, lalu suaranya keluar. Di masjid sendiri suaranya keras, keluar juga demikian. Tujuannya baik, tetapi bisa menganggu kekhusyu’an orang yang hendak beribadah, baik di dalam masjid maupun di rumah-rumah.

Selain itu, Alquran sendiri mengajarkan, “Jika al-Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah dengan seksama, dan diamlah.” [QS al-A’raf: 204]. hukum mendengarkan dengan seksama [fastami’u lahu] dan diam [anshitu] ketika Alquran dibaca ini bersifat umum, baik ketika di dalam shalat, maupun di luar shalat. Konsekuensinya, ketika bacaan Alquran tersebut diperdengarkan, maka wajib mendengarkan dengan seksama, dan diam. Tetapi, yang terjadi tidak seperti itu. Justru, tampak ketika bacaan Alquran diperdengarkan, seolah tidak dihiraukan. Ini juga harus menjadi perhatian, sehingga maksud baiknya tidak menabrak perintah/larangan yang lain.

Begitulah, gambaran sekilas, bagaimana memakmurkan masjid, serta membersihkan masjid dari praktik yang bisa mengganggu pemakmurannya. Wallahu a’lam.[]

 

Oleh: KH Hafidz Abdurrahman

 

sumber: Hizbut Tahrir