AMALAN & KEUTAMAAN 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Kementerian Agama telah memutuskan 1 Dzulhijah 1437 Hijriah akan bertepatan dengan 3 September 2016. Dengan demikian maka hari raya Idul Adha 1437 Hijriah akan jatuh pada Senin 12 September 2016.

Bulan Dzulhijjah penuh dengan keutamaan, terutama 10 hari pertama dari Dzulhijjah.

Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهم, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tiada hari-hari yang amalan sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Alloh daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rosululloh, tidak pula jihad di jalan Alloh?” Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menjawab: “Tidak juga jihad di jalan Alloh, kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikit pun ” [HR al-Bukhori. Lafadz ini dari riwayat at-Tirmidzi]

Dari Jabir bin Abdullah, Rosulullah bersabda:

أفضل أيام الدنيا أيام العشر

“Hari yang paling utama di dunia adalah hari sepuluh Dzulhijjah.” (Shohihul Jami’)

Karena besarnya keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini, Allah Ta’ala sampai bersumpah dengannya dalam firman-Nya:

وَلَيَالٍ عَشْرٍ

“Dan demi malam yang sepuluh.” (Qs. al-Fajr: 2)

Yaitu: sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah, menurut pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir dan Ibnu Rajab [serta menjadi pendapat mayoritas ulama].

Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata, “Tampaknya sebab yang menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.”

Amalan-Amalan di Bulan Dzulhijjah

Berikut ini diantara amalan-amalan yang sangat diutamakan untuk dilakukan di sepuluh hari awal Dzulhijjah:

1. Haji

Dzulhijjah dinamakan Dzulhijjah karena di bulan inilah dilaksanakannya ibadah haji

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Alloh, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitulloh. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Alloh Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Ali Imron: 97]

2. Memperbanyak amal sholeh

Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهم, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tiada hari-hari yang amalan sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Alloh daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rosululloh, tidak pula jihad di jalan Alloh?” Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menjawab: “Tidak juga jihad di jalan Alloh, kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikit pun. ” [HR al-Bukhori. Lafadz ini dari riwayat at-Tirmidzi]

Dan amal sholeh dalam hadits ini umum mencakup puasa, sholat, dzikir, membaca al-Qur’an,

bersedekah.

3. Tidak memotong atau mencabut rambut, kulit dan kuku bagi yang akan berkurban

Dari Ummu Salamah, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

“Jika telah masuk sepuluh hari pertama Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, maka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun.” [HR. Muslim no. 1977]

Hukum ini khusus bagi orang yang berniat ingin berkurban, adapun yang selainnya tidak dilarang.

4. Memperbanyak Sedekah

Sedekah secara umum hukumnya sunnah, dan nilai kesunnahannya pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah ini semakin kuat.

Allah berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah (2): 261)

5. Memperbanyak Takbir

Ibnu Umar dan Abu Huroiroh رضي الله عنهم keluar ke pasar pada 10 hari (pertama) Dzulhijjah sambil bertakbir dan orang-orangpun bertakbir dengan takbir mereka berdua.” [Diriwayatkan al-Bukhori secara mu’allaq. Dishohihkan al-Albani dalam al-Irwa’ no. 651]

6. Puasa Arofah Pada Tanggal 9 Dzulhijjah

Puasa sunnah mulai 1 Dzulhijjah diperbolehkan bahkan termasuk anjuran memperbanyak amal sholih di 10 hari pertama Dzulhijjah (kecuali puasa tanggal 10 Dzulhijjah yang dilarang).

Dan puasa yang paling utama adalah puasa Arafah tanggal 9 Dzulhijjah.

Dari hadits Abu Qotadah al-Anshori, bahwa Rosululloh صلى الله عليه وسلم ditanya tentang puasa Arofah, beliau menjawab: “Puasa Arofah menggugurkan dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” [HR. Muslim no. 1162, Ahmad no. 22621, an-Nasa’i dalam al-Kubro no. 2826]

7. Sholat Iedul Adha

Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه berkata:

مِنَ السُّنَّةِ أَنْ تَخْرُجَ إِلَى الْعِيْدِ مَاشِيًا

“Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatangi sholat ied dengan berjalan kaki”. [HR.At-Tirmidzy dalam As-Sunan (2/410); dihasankan al-Albani dalam Shohih Sunan at-Tirmidzi (530)]

Abu ‘Isa At-Tirmidzy- berkata dalam Sunan At-Tirmidzy (2/410), “Hadits ini di amalkan di sisi para ahli ilmu. Mereka menganjurkan seseorang keluar menuju ied dengan berjalan kaki”.

8. Berkurban

Berkurban adalah ibadah kepada Allah dengan menyembelih seekor kambing atau sepertujuh onta atau sapi pada hari Idul Adha dan tiga Hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah). Hukumnya sunnah mu’akkadah menurut jumhur ulama. Ibadah kurban bukan kewajiban sekali seumur hidup, tetapi sunnah yang dianjurkan setiap tahun jika dirinya mampu, bahkan Rasulullah saw ketika di Madinah beliau selalu berkurban setiap tahunnya.

Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

“Barangsiapa memiliki kelapangan (rizki) tapi tidak berkurban, janganlah ia mendekati tempat sholat kami.” [HR. Ibnu Majah Dihasankan oleh al-Albani dalam Takhrij Musykilatul Faqr no. 102]

9. Tidak berpuasa pada hari raya Idul Adha dan Hari Tasyriq

Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata:

«أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْأَضْحَى، وَيَوْمِ الْفِطْرِ»

“Bahwa Rosululloh melarang puasa pada 2 hari: hari raya Idul Adha dan Idul Fithri.” [HR. Muslim no. 139, Malik 1/376, Ahmad no. 10634, Ibnu Hibban no. 3598]

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

“Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141).

PENUTUP

Demikianlah beberapa syi’ar Islam di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, maka hendaknya kita mengagungkan syi’ar-syi’ar tersebut.

وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu menunjukkan ketakwaan hati.” [Al-Hajj: 32]

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam

*Maroji’: Fiqhul-Islam wa Adillatuh karya Prof. DR. Wahbah Zuhayli, dll

Hindari Berburuk Sangka

ALLAH SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al Hujurt [49]: 12).

Hati yang jernih, bening, dan bersih akan terpancar dari perilaku sehari-hari. Tidak ada buruk sangka, yang ada kasih sayang terhadap sesama, berbaik sangka terhadap Allah Swt, juga terhadap sesama saudara. Sebaliknya, jika hati kotor, maka yang ada adalah penyakit-penyakit hati yang mengerikan. Salah satunya adalah buruk sangka.

Buruk sangka dalam istilah Al Quran dikenal dengan“Suudhan”dan sebaliknya, istilah untuk baik sangka adalah“husnudhan”.Keduanya merupakan prasangka terhadap sesuatu atau seseorang. Jika kita mengawali hari dengan buruk sangka, bukannya dengan doa-doa yang Rasulullah Saw ajarkan, maka yang akan terjadi adalah banyaknya kesalahan yang akan kita lakukan di sepanjang hari tersebut.

Pasangan suami istri yang saling berburuk sangka, keduanya akan sibuk dengan pikiran masing-masing, hati tidak menentu. Akhirnya berpengaruh pada kualitas hidup rumah tangga mereka hingga mengabaikan anak-anak mereka. Tugas dan kewajiban yang seharusnya menjadi prioritas utama menjadi terbengkalai karena sangkaan yang bukan-bukan dan tidak ada buktinya.

Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak berburuk sangka. Namun, bukan berarti Islam melarang kita untuk bersikap waspada atau berhati-hati dalam menyikapi situasi. Jika kita berada di dalam lingkungan orang-orang shaleh, kenapa kita harus berburuk sangka terhadap mereka. Jika ada yang mengetuk pintu rumah kita dan kita yakin bahwa yang mengetuk itu adalah saudara kita yang baik akhlaknya, kenapa tidak kita ajak mereka untuk masuk dan berbincang di dalam rumah kita?

Begitu juga sebaliknya. Jika lingkungan sekitar kita terkenal dengan kejahatan dan kemaksiatan, maka sebaiknya kita mewaspadai segala bentuk situasi yang ada. Bersikap hati-hati itu perlu, tapi tidak berarti kita harus berburuk sangka pada orang di sekitar kita. Namun, Kita pun perlu berhati-hati, jangan sampai kita beranggapan bahwa orang lain telah berburuk sangka kepada kita. Karena jika demikian, maka kitalah yang telah berburuk sangka kepadanya.

Siapapun bisa terjangkit penyakit hati ini. Oleh karenanya, jika kita ingin terhindar dari kebiasaan berprasangka buruk terhadap sesuatu atau seseorang, bahkan berprasangka buruk terhadap Allah Swt, cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah berbaik sangka.

Tidak ada yang mustahil bagi Allah Swt. Jika niat kita untuk memperbaiki diri itu kuat, disertai dengan usaha maksimal, maka bukan mustahil kita akan hidup dalam kebahagiaan tanpa ada prasangka buruk. Melatih diri untuk mencari seribu satu alasan positif dalam memaklumi sikap atau perilaku orang lain adalah salah satu cara agar kita terhindar dari buruk sangka.

Saat ucapan salam kita tidak dijawab oleh orang lain, maka berbaik sangkalah, siapa tahu mereka tidak mendengar ucapan salam kita. Atau, ketika ada imam shalat yang membaca surat selain surat-surat dari Juz Amma dengan lantunan suara yang sangat bagus, maka jangan berburuk sangka bahwa dia berbuat riya. Tanamkanlah dalam hati dan pikiran kita bahwa dia melakukan hal itu karena memang itulah yang patut dia lakukan dan bahwa dia melakukannya dengan niat ikhlas karena Allah Swt.

Jadi, latihlah hati dan pikiran kita untuk memikirkan segala hal yang positif. Kita mendengar ceramah di masjid, jika hati dan pikiran kita jernih, maka kita akan bertambah ilmu dan akhlak kita akan semakin baik. Kita pun tidak disibukkan dengan prasangka yang bukan-bukan terhadap penceramah. Pikiran dan hati kita menjadi tenang.

Kalaupun kita ada dalam kesulitan ekonomi, jika kita tidak berburuk sangka kepada Allah Swt dan orang-orang di sekitar kita, maka kita tidak akan merasa dunia ini sempit. Kita mampu melewatinya dengan tetap menjaga perilaku kita. Selain akhlak kita terpelihara, kemuliaan kita juga akan tetap terjaga. Dengan menghindari kebiasaan berburuk sangka, selain akan baik dalam pandangan manusia, yang utama adalah baik dalam pandangan Allah Swt. [*]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
 – See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2321501/hindari-berburuk-sangka#sthash.1tN2wVSK.dpuf

Telah Resmi Berdiri ‘’Markaz Ukhuwwah Indonesia-Suriah

GHOUTA SARQIYYA, Senin (Sahabat Suriah | Sahabat Al-Aqsha): Di ujung bulan November 2014 lalu, sebuah ikatan persaudaraan baru dikokohkan.

Sahabat Suriah dan Al-Sarraa Foundation meresmikan Markaz Ukhuwwah (Markas Persaudaraan) Indonesia-Suriah di Masjid Abdullah bin Salam di Ghouta Syarqiyya.

Markaz ini akan menjadi posko penyebarluasan bantuan rakyat Indonesia ke seluruh wilayah di sebelah timur kota Damaskus.

Alhamdulillah, kita sengaja mendirikan markaz ini di masjid agar lebih banyak berkahnya,” jelas Tomi Janto, Kordinator Sahabat Suriah di Yogyakarta.

Tomi Janto menambahkan, Markaz Ukhuwwah ini menjalankan dua fungsi, fungsi markazi dan fungsikhairi.

Fungsi markazi mendukung seluruh kegiatan pendidikan anak-anak di Masjid Abdullah bin Salam ini. “Tahfizhul Quran, perbaikan gizi, peralatan belajar, sewa lapangan futsal, gaji para ustadznya dan lain-lain semua kita dukung secara rutin setiap bulan,” jelas Tomi Janto.

“Pokoknya Masjid Abdullah bin Salam itu jadi masjidnya rakyat Indonesia. Jama’ahnya keluarga kita. Imam dan para asatidznya juga imam dan asatidz kita,” tukasnya sambil tersenyum.

Yang kedua, fungsi khairi, menjadi pusat koordinasi penyebarluasan bantuan rakyat Indonesia kepada rakyat Suriah yang sudah dilakukan oleh Sahabat Al-Aqsha dan Sahabat Suriah sejak April 2012.

Sebagaimana diketahui sejak meletusnya revolusi rakyat Maret 2011 yang mengakibatkan krisis kemanusiaan yang parah, banyak wilayah Suriah terbelah. Sebagian masih dikuasai rezim yang dipimpin Basyar Assad dari etnis ‘Alawiyah-Nusairiyah (etnis Syiah), sebagian lagi sudah dibebaskan oleh para Mujahidin rakyat Suriah.

Ghouta Syarqiyya termasuk yang sudah dibebaskan. Namun akibatnya, kawasan ini diisolasi, dikepung oleh pasukan rezim Suriah.

Salah satu puncaknya, pada 21 Agustus 2013, beberapa kota di Ghouta diserang roket senjata kimia yang datang dari arah Damaskus yang masih dikuasai rezim Suriah. Lebih dari 1700 orang warga (lebih 400 orang anak-anak) tewas dalam serangan dini hari itu.

Sampai hari ini, serangan bersenjata masih terus mengancam, namun sebagian besar rakyat Ghouta masih bertahan.

“Sahabat Suriah memfokuskan bantuan kepada mereka yang masih bertahan di tempat-tempat yang terisolasi seperti Ghouta,” kata Tomi Janto.

Abu Ja’far Abdurrahman, Penanggung Jawab Suriah dari Al-Sarraa Foundation, menjelaskan, “Sahabat Al-Aqsha dan Sahabat Suriah semakin intensif mengirimkan bantuan berupa paket makanan, susu, bantuan medis, alat sekolah, daging qurban, pembangunan sumur air minum, dan keperluan darurat lainnya.”

Abu Ja’far juga menjelaskan, di musim dingin ini, amanaj gudang kayu bakar dan perlengkapan musim dingin juga sedang dan terus ditunaikan.

Dari Yogyakarta, Ketua Umum Sahabat Al-Aqsha M. Fanni Rahman berdoa, “Semoga Allah jadikan Masjid Abdullah bin Salam dan Markaz Ukhuwwah Indonesia-Suriah di Ghouta Syarqiyya sebagai bagian dari kemenangan Islam.“

Fanni juga menambahkan, semoga markaz ini jadi saksi yang meringankan kita semua di Padang Mahsyar.
Akhirnya, Fanni menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada seluruh masyarakat yang mendukung amal fii Sabiilillah ini, sampai Masjidil Aqsha merdeka. Dengan izin Allah.* (Sahabat Suriah | Sahabat Al-Aqsha)

 

sumber: Sahabat Suriah

Ini 3 Potensi Kerawanan Selama Puncak Haji di Armina

Tim kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengidentifikasi tiga potensi kerawanan di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) seusai melakukan survei lokasi.

“Kami mengunjungi Armina untuk melakukan survei dan melihat beberapa hal yang perlu dikonfirmasi dengan pemerintah Arab Saudi,” ungkap Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, Selasa.

Ketiga potensi kerawanan tersebut adalah pertama nyamuk yang banyak terdapat di Padang Arafah. “Kami sudah sampaikan dan pemerintah Arab Saudi berjanji akan melakukan fogging (pengasapan)” katanya.

Mengingat penyebaran virus zika maka tim kesehatan juga mewaspadai penyebaran virus tersebut mengingat prosesi haji melibatkan jamaah dari seluruh dunia.

Kedua adalah posisi toilet di Mina yang terletak lebih tinggi dari tenda jamaah sehingga akan menyulitkan jamaah Indonesia yang sebagian besar berusia lanjut.

Ketiga, kata dia, adalah penggunaan escalator atau tangga berjalan di Terowongan Muaishim yang menuju Jamarat atau lokasi melontar jumrah. “Itu perlu diwaspadai karena ada jamaah kita yang kemarin patah tulang gara-gara escalator,” katanya.

Sementara itu Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Muchtaruddin Mansyur menjelaskan tim kesehatan siap untuk memberikan layanan optimal di Armina dengan menurunkan tim promosi dan prevensi serta tim gerak cepat selain petugas kesehatan yang berada di pos kesehatan.

Masing-masing tim beranggotakan 40 tenaga kesehatan dan enam tenaga pendukung. “Kita tidak hanya memberikan layanan kesehatan tapi juga penyuluhan agar jamaah memahami tahapan-tahapan ibadah dan segala faktor resikonya,” katanya.

Menurut dia, tim promosi dan prevensi telah melakukan tugasnya jauh sebelum puncak ibadah haji di Armina. Tim ini bertanggung jawab menyampaikan potensi kerawanan baik suhu, lingkungan maupun kesehatan.

 

 

sumber: Republika Online

Jaga Kesehatan Jelang Puncak Haji

Menjelang puncak haji, jamaah haji diminta agar lebih pandai untuk menjaga kesehatan. Ini karena ritual puncak haji seperti wukuf di Arafah yang kemudian berlanjut pada mabit hingga melempar jumrah boleh dibilang sangat menguras tenaga.

Untuk itulah jamaah disarankan agar mematuhi imbauan dari pemerintah atau kepala rombongan. Saat beribadah pun dianjurkan untuk mengikuti aturan yang ada. Misalnya, tidak perlu mengutamakan lempar jumrah di siang hari atau bakda Zhuhur yang sedang ramai-ramainya.

Jangan lupa untuk menjaga asupan makanan dan minuman. Bawalah bekal makanan seperti roti atau kurma yang dapat dikonsumsi untuk menjaga stamina tubuh agar tetap prima. Tak ketinggalan, siapkan pula air mineral dalam jumlah cukup dalam termos yang mudah dibawa-bawa. Kenakan pula alas kaki yang nyaman karena ibadah demi ibadah setelah wukuf di Arafah biasanya didominasi dengan aktivitas berjalan kaki.

Doa yang Diijabah

Berdoa menjadi satu keniscayaan dalam berhaji. Para jamaah akan memanjatkan doa terbaik kepada Allah SWT. Hanya, banyaknya keinginan membuat jamaah tidak fokus.

Ketua Yayasan Bani Adam, Ustaz Matyoto Fahruri, mengatakan, salah satu keistimewaan melaksanakan ibadah haji dan umrah adalah diijabahnya doa-doa selama di Tanah Suci. Doa-doa yang insya Allah dikabulkan oleh Allah SWT adalah doa untuk diri sendiri, anak, suami atau istri, orang tua, sahabat, dan untuk sesama Muslim.

“Bahkan, untuk orang yang membenci kita sekalipun,” ujar Matyoto ketika dihubungi Republika.

Jadi, doa-doa apa saja dan di manakah jamaah sebaiknya memanjatkan doa kepada-Nya agar kelak dikabulkan? Berikut perinciannya.

Doa mohon ampunan

Doa tersebut, di antaranya, agar diampuni segala dosa, dimudahkan segala urusan dan masalah hidup, dan dikabulkan segala hajat. Jangan lupa pula berdoa rumah tangga sakinah mawadah warahmah bagi yang sudah berkeluarga.

Doa kesalehan keluarga

Doa lain yang juga penting, menurut wakil ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kabupaten Boyolali ini, adalah agar dijadikan suami yang saleh, seperti Nabi Ibrahim AS yang memiliki akhlakul karimah dan berwibawa. Doa menjadi istri yang salehah seperti Siti Hajar dan doa agar anak-anak saleh dan salehah seperti Nabi Ismail AS. “Doa-doa ini penting karena perjalanan haji atau umrah adalah napak tilas keluarga sakinah mawadah warahmah,” katanya.

Doa husnulkhatimah

Doa berikutnya yang tak kalah penting adalah jika wafat dalam keadaan husnulkhatimah dan masuk surga seperti Nabi Muhammad SAW.

Tempat doa yang mustajab

Adapun, tempat-tempat yang mustajab ketika memanjatkan doa adalah searah dengan Hajar Aswad, Multazam, dekat maqam Ibrahim, Hijr Ismail, Rukun Yamani, tempat air zamzam berada, Bukit Sofa, antara pilar hijau ketika sa’i, dan di Bukit Marwah. “Ini ketika kita berada di Masjidil Haram, Makkah,” ungkapnya.

Jika berada di Masjid Nabawi, Madinah, tempat yang mustajab untuk berdoa adalah di Raudhah, dekat rumah, maqam, dan mimbar Nabi Muhammad SAW. Sementara, di Arafah, doa akan diijabah di wilayah Musdalifah dan juga tempat di mana jamaah melakukan lontar jumrah.

Waktu berdoa

Mengenai waktu berdoa, Matyoto mengatakan, yaitu pada saat sepertiga malam akhir sampai Subuh, ketika antara azan dan iqamat, saat selesai membaca Alquran, atau usai shalat wajib dan sunah, insya Allah, doa kita akan dikabulkan.

 

Sumber: Jurnal Haji Republika

Islam Sembuhkan Depresi Berat Jamillah Taha

Sekitar 23 tahun yang lalu, Jamillah Taha memutuskan untuk menikahi pria Muslim yang dia cintai. Kendati demikian, langkah tersebut tidak serta-merta membuat perempuan asal Australia itu meninggalkan keyakinannya sebagai pemeluk Kristen.

Hidup dalam perbedaan dia jalani bersama sang suami selama belasan tahun. Sampai pada 2009, barulah hidayah Islam mengantarkan dirinya menjadi mualaf.

Hidup berumah tangga dalam perbedaan keyakinan diakui Jamillah tidaklah mudah. Apalagi, ketika anak-anaknya mulai beranjak dewasa, mereka dibuat bingung sendiri lantaran tidak adanya kesatuan pandangan orang tua mereka soal pendidikan agama.

“Oleh karenanya, meski beberapa negara mengizinkan pernikahan beda agama, saya menyarankan sebaiknya hal itu dihindari karena bisa menimbulkan masalah serius di kemudian hari,” tutur Jamillah membuka kisah, seperti dikutip laman I Found Islam.

Korban Pelecehan Seksual

Jamillah dibesarkan dalam lingkungan keluarga Kristen di Australia. Semasa kecilnya, ia kerap menjadi bulan-bulanan murid lainnya di sekolah. Sementara di rumah, ia juga sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari kakak laki-lakinya, baik secara fisik maupun mental. Sayangnya, orang tuanya justru acuh tak acuh saja atas semua pengalaman buruk yang ia alami tersebut.

Yang lebih memiriskan lagi, ketika Jamillah berusia 13 tahun, ia sempat menjadi korban pelecehan seksual oleh sepupunya selama berbulan-bulan. “Saya benar-benar kehilangan rasa percaya diri sejak saat itu. Beban psikologis yang harus saya hadapi sungguh berat,” ujarnya.

Selepas remaja, Jamillah bertemu dengan seorang pria Muslim bernama Taha. Ia pun jatuh cinta kepada lelaki tersebut. Awalnya, ayah dan ibunya tidak merestui keinginannya untuk menikah dengan Taha. Akan tetapi, kegigihannya memperjuangkan hubungan dengan pria itu akhirnya mampu meluluhkan hati kedua orang tuanya.

“Ayah dan ibu akhirnya mau menerima Taha. Kami pun menikah,” kata Jamillah.

 

Mimpi Buruk

Setelah menikah, Jamillah mulai mengalami mimpi buruk selama bertahun-tahun. Mimpi yang menghantui tidurnya secara berulang-ulang itu selalu mengenai peristiwa yang sama, yakni perkosaan yang dialaminya ketika masih berumur 13 tahun dulu.

Seusai melakukan konseling ke psikolog dan psikiater, barulah Jamillah menyadari bahwa ia mengidap depresi berat. Begitu beratnya depresi yang dia derita sehingga sempat terlintas di pikirannya untuk mengakhiri hidup.

Jamillah merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Namun, dia tidak mengetahui apa yang hilang itu. Sampai akhirnya dia menonton kisah tentang para mualaf di laman YouTube. Tanpa disangka-sangka, kegiatan itu ternyata mampu membawa ketenangan bagi jiwanya. Seakan-akan dia kembali menemukan secercah harapan setelah mengikuti cerita mengenai pengalaman mereka mencari hidayah Islam.

“Saya pikir, Allah SWT memang sengaja mendorong saya kepada Islam. Saya mulai mengikuti cerita para mualaf di YouTube, sampai akhirnya saya ketagihan menontonnya,” kata Jamillah mengaku.

Semakin banyak menonton kisah para mualaf, ketertarikan Jamillah terhadap Islam pun kian meningkat. Dia akhirnya berkesimpulan, agama samawi tersebut adalah satu-satunya solusi bagi persoalan hidup yang dihadapinya selama ini.

Selanjutnya, Jamillah pun mulai mengikuti kuliah Islam setiap pekan. Sebagai hasilnya, ada semacam perubahan besar yang ia rasakan setiap kali menghadiri kuliah tersebut. Di dalam dirinya mulai tumbuh kembali sikap optimistis dan semangat untuk menjalani hidup dengan lebih baik. “Saya tidak tahu persis bagaimana perubahan itu bisa muncul di dalam diri saya. Tetapi saya yakin, semua itu berasal dari Allah SWT,” kata Jamillah.

Pada 2009, perempuan Australia itu akhirnya resmi mengikrarkan dua kalimat syahadat dan menjadi mualaf. Dia pun merasa sangat beruntung karena bisa memperoleh kembali bagian yang hilang dalam hidupnya selama ini. “Walaupun butuh waktu 40 tahun untuk menemukan Islam, namun sekarang aku benar-benar memahami betapa luas kasih sayang Allah itu,” ujarnya penuh haru.

Giat Beribadah

Selama lima tahun terakhir, hari-hari Jamillah lebih banyak diisi dengan ibadah. Ada perasaan spiritual yang sangat dalam ketika ia menunaikan shalat lima waktu, berdoa, dan berzikir kepada Allah. “Semua amalan itu benar-benar membawa ketenteraman bagi pikiran dan hati saya,” katanya.

Selain memperbanyak ibadah, Jamillah kini terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Di antaranya, membantu para tunarungu berkomunikasi lewat bahasa isyarat. Di samping itu, dia juga giat membantu banyak orang di Facebook, terutama para Muslim dan mualaf.

“Saya ingin menggunakan sisa umur saya untuk membantu orang lain. Karena pada hakikatnya, membantu sesama manusia dalam kebajikan sama artinya dengan menyenangkan Allah SWT,” tuturnya.

sumber: Republika Online

Pakailah Jilbab dengan Benar

DAHULU, sebelum munculnya peradaban,manusia tidak berpakaian. Lambat laun seiring dengan tingkat intelektual dan peradaban, orang-orang mulai memakai dedaunan dan kulit yang disamak sebagai penutup badan.

Kemudian semakin tinggi peradaban dan pendidikan,ditemukanlah kain. Sampai akhirnya dibuat pakaian yang lebih rapi dan lebih menutup. Seperti halnya busana muslimah itu merupakan puncaknya peradaban manusia.

Kurang lebih demikian jawaban seorang doktor muslimah saat menanggapi hinaan yang mengatakan perempuanIslam yang serba ditutup itu,menunjukkan peradaban yang terbelakang. Jadi, kalau orang-orang yang berpakaian mini, bahkan berpakaian lebih dari mini, lalu merasa hal itu modern dan menganggap dirinya sebagai orang-orang puncak peradaban, maka berarti para hewanlah yang paling beradab dan paling modern.

Hewan memang tidak mengenakan baju, karena hewan juga tidak pakai iman dan tidak punya rasa malu. Seperti kucing tidak malu bobogohan di mana saja. Sehingga orang-orang yang pacaran di sana-sini sambil berpegangan dan pelukan, itu harusnya lebih banyak berpikir lagi. Karena kurangnya rasa malu berarti iman yang juga sangat kurang.

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, Iman itu mempunyai tujuh puluh cabang lebih, yang tertinggi darinya ialah kalimat l ilha illallh, dan yang paling rendah adalah membuang duri dari jalan, dan malu adalah salah satu dari cabang iman.(HR. Imam Muslim)

Martabat kita (manusia) juga beriring dengan penampilan. Semakin sering memamerkan aurat, semakin rendah nilai kita. Sebagaimanamohon maafhobi para perempuannakal, yaitu memamerkan tubuhnya. Mereka itu perempuanyang imannya kurang. Ada pun orang yang tidak punya rasa malu,hidupnya tidak akan tenang.

Mungkin selama ini ada di antara kita yang menganggap orang yang suka memamerkan auratnya ke sana kemari itu bahagia. Padahal tidak, dan dijamin tidak bahagia. Karena bahagia itu sebanding dengan tingkat keimanan kepada Allah SWT. Bila makin yakin kepada Allah, maka kita pun makin tenang dan bahagia. Selalu ingat kepada-Nya agar kita punya rasa malu, karena Allah juga selalu menyaksikan dan mengetahui apa pun yang kita perbuat.

Termasuk bagi perempuanyang mau memakai jilbab, pakailah jilbab dengan benar. Jangan sampai berpakaian tapi seolah tidak berpakaian. Seperti yang pakaiannya ketat sehingga tetap memamerkan tubuhnya. Milikilah rasa malu, sebab kita yang melihatnya juga malu.

Saudaraku. Jilbab bukan sekadar kerudung. Karena selain berkerudung, dalam memakai jilbab juga harus menutup bagian tubuh yang lain dengan baik. Kalau mau memakai jilbab tapi tetap memamerkan tubuh, maka jadi tidak ada bedanya dengan yang tidak pakai jilbab. Padahal, Allah yang sudah memuliakan perempuandengan jilbab, yaitu supaya lebih terhormat dan indah.

Perempuan-perempuanyang imannya baik, iamalu memperlihatkan bagian tubuh yang tidak layak diperlihatkan kepada orang lain. Hanya perempuan-perempuan yang tidak punya rasa malu,yang senang memamerkan apa yang tidak layak dipamerkan. Yakni, memamerkan keimanannya yang buruk. [*]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

sumber: Inilah.com

Siapa yang Disebut Mualaf?

Istilah mualaf merujuk pada Alquran surah at-Taubah ayat 60, berlaku untuk umum. Kata mualaf, menurut Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yunahar Ilyas, tidak hanya diperuntukkan bagi Muslim yang baru memeluk Islam, tetapi juga dipakai untuk mendekati mereka yang non-Muslim.

“Konsepsi mualaf bersifat umum,” kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu. Berikut petikan perbincangan wartawan Republika, Nashih Nashrullah, dengan sosok yang juga menjabat ketua MUI Pusat tersebut:

Siapa yang disebut mualaf?

Mualaf artinya luas. Konsep mualaf umum, tidak hanya yang baru masuk Islam, bahkan mereka yang belum masuk Islam pun bisa dikategorikan mualaf, jika memang akan didekati hatinya, bahkan non-Muslim yang kita perlu dekati dia, untuk beri perlindungan ke umat Islam, bisa dianggap sebagai mualaf. Konsepsi mualaf yang bersifat umum, ini seperti juga ditegaskan dalam surah at-Taubah ayat 60. Zakat tidak hanya yang masuk Islam, tetapi siapa saja yang akan didekati hatinya untuk kepentingan Islam. Tapi, pemahaman yang jamak dipahami masyarakat kita, mualaf hanya baru masuk Islam. Karena itu, bagi saya Yusuf Islami, bukan mualaf.

Seperti apa potret mualaf di era awal dakwah?

Hampir semua mualaf, sahabat generasi awal mualaf, jadi seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, ketika itu bisa dikatakan semua mualaf. Jadi jika dicermati, mereka dirangkul dari segi perhatian. Rasulullah SAW mendidik mereka. Itu nomor satu. Yang kita kurang adalah sisi ini, yakni pembinaan. Memang ekonomi dan finansial perlu, tetapi jangan lupakan pendidikan dan pembinaan.

Apakah ada pembatasan ‘usia’ mualaf?

Pembatasan itu tidak ada. Karena itu, menurut saya, perlu ada pembatasan waktu disebut mualaf. Berpatokan dengan kebijakan Umar bin Khatab, tiga tahun tidak layak disebut mualaf. Seperti kebijakan Umar menghadapi dua sahabat yang tetap ingin dianggap mualaf. Mereka tidak lagi meminta hak zakatnya, kecuali karena alasan lain, misal atas pertimbangan kefakiran atau kemiskinan. Jika alasan mualaf dengan pengertian baru masuk Islam, tampaknya tidak. Saya tidak menemukan angka pembatasan memang. Bagi saya pribadi, berpikir tiga tahun cukup. Pertama masuk Islam mualaf, kalau sudah lewat tiga tahun saya kira tidak mualaf lagi. Di Indonesia, kadang 25 tahun pun berislam pun masih dianggap mualaf.

Kini, pembinaan mualaf menjadi tanggung jawab bersama?

Benar, semuanya bisa berkontribusi. Pertama, meminta lembaga dakwah, ormas, memberi perhatian kepada mualaf. Artinya, yang baru masuk Islam, dibimbing keislamannya. Kedua, dibantu problem hidup, karena masuk Islam, dapat masalah. Akan lebih baik lagi tugas ini dikerjakan oleh pemerintah, seperti Kementerian Agama. Ada Dirjen Bimas Islam, misalnya. Di AS, urusan mualaf diurus oleh Islamic Centre New York. Demikian juga di Jeddah, lembaga swasta atau pemerintah berbondong-bondong membina mualaf.

 

 

Sumber: Koran Republika

Suharto, Natsir, dan Mengenang Pemulangan Jenazah Bung Tomo dari Makkah

Rabu dini hari kemarin (31/8) tersebar kabar duka, Sulistina Sutomo (91 tahun), istri penggerak jihad di Perang Kemerdekaan 10 November 1945, Bung Tomo, wafat. Sama halnya dengan sang suami, meninggalnya almarhumah juga sama-sama persis menjelang Hari Raya Idul Adha. Bedanya, Bung Tomo wafat di Makkah, sedangkan Ibu Sulistna wafat di RS Gatot Soebroto, Jakarta.

Sulistina dimakamkan pada Rabu sore di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngagel, Surabaya. Pusaranya berdampingan dengan pusara sang suaminya tercinta yang memang dulu telah memilih agar dimakamkan di pemakaman umum biasa (rakyat) dari pada di Taman Makam Pahlawan.

Dan ketika mendengar kabar bahwa istri Bung Tomo wafat, ingatan melayang pada pertemuan dengan putra beliau, Bambang Sulistomo, pada sore hari menjelang terbenamnya matahari saat melakukan wukuf di Padang Arafah.

“Bapak dulu dimakamkan di sana,” kata Mas Bambang, panggilan akrab Bambang Sulistomo, sembari menunjuk ke arah sebuah tempat di dekat area Padang Arafah.

Bagi publik yang hari ini tengah menaruh perhatian pada soal haji karena dirinya atau keluarga ada yang tengah melakukan perjalanan haji ke Makkah, sosok Bung Tomo memang perlu diberi perhatian khusus.

Sebab, selain sebagai pahlawan nasional, tak banyak orang tahu bahwa Bung Tomolah satu-satunya jamaah haji asal Indonesia yang ketika meninggal jenazahnya bisa dibawa pulang ke Indonesia. Selain dia, sampai sekarang tak ada jenazah jamaah haji Indonesia yang dimakamkan di Tanah Air.

Setahun yang silam, yakni pada waktu terjadinya musibah robohnyacrane di Masjidil Haram dan terjadinya tubrukan jamaah saat melakukan lempar jumrah di Mina, di publik muncul pertanyaan: apakah ada perlakuan khusus bagi jamaah haji Indonesia yang wafat di Arab Saudi?

Jawabnya memang dipastikan: tidak ada sama sekali! Semua jamaah haji yang meninggal pasti langsung dimakamkan di sana.

Tapi, dari semua itu tentu saja ada pengecualian. Pengecualaian itu ternyata hanya terjadi pada satu orang yang mana itu adalah seorang warga negara Indonesia.

Lalu siapa orangnya? Tak lain dan tak bukan orang itu adalah penggerak perlawanan rakyat Surabaya ketika melawan penjajah Belanda yang saat itu membonceng bala tentara Inggris pada masa perang kemerdekaan, yakni Bung Tomo!

Nama tokoh satu ini selalu disebut ketika peringatan Hari Pahlawan. Pidatonya yang menggelegar dengan berulang kali memekikkan takbir kini sudah diunggah ratusan ribu kali ke Youtube.

Di akhir pidato yang lantang bergelora, Bung Tomo melalui corong RRI Surabaya menjelang 10 November 1945 dengan suara lantang menegaskan: ”Dengarlah ini jawaban kita rakyat Surabaya … Selama banteng-banteng Indonesia masih memiliki darah merah yang dapat membahasi kain putih, merah dan putih, maka selama itu tidak kita tidak akan menyerah kepada siapa pun. Merdeka atau mati. Allahuakbar … Allahuakbar … Allahuakbar …!”

Nah, ketika sedang mengenangkan sosok Bung Tomo, tiba-tiba melintas di dekat kami sesosok pria mungil berkulit kuning langsat, Bambang Sulistomo. Dia mantan aktivis gerakan mahasiswa. Sewaktu zaman Malari tahun 1974, dia dimasukkan ke dalam bui oleh rezim Soeharto bersama para mahasiswa yang saat itu menentang masuknya modal asing asal Jepang. Yang cukup istimewa, Mas Tom adalah putra Bung Tomo yang legendaris itu.

”Makam aslinya Bapak berada di belakang rumah sakit di dekat Arafah. Setelah dipulangkan ke Tanah Air, Bapak dimakamkan kembali di sebuah permakaman umum di Surabaya. Bapak meninggal pada 7 Oktober 1981 di usia 61 tahun,” lanjut Bambang ketika menceritakan kenangannya tentang posisi makam sang ayah.

Menurut dia, beberapa saat setelah tersebar kabar bahwa Bung Tomo wafat saat menjalankan ibadah haji, pada saat itu pula kabar tentang kencangnya tarik ulur usaha pemulangan jenazah Bung Tomo sangat seru di media massa. Media massa sepertiMajalah Panji Masyarakat dan Harian Pelita selalu memberitakannya setiap kali terbit.

Adanya tarik ulur terhadap proses pemulangan jenazah tersebut menjadi menarik karena saat itu Bung Tomo terkenal sebagai sosok yang sangat kritis terhadap kebijakan rezim Orde Baru. Beberapa tahun sebelum wafat, pada 11 April 1978, ia sempat ditangkap dan dipenjara karena menyatakan kebijakan Presiden Soeharto melenceng. Garis politik Bung Tomo saat itu searah dengan sikap para tokoh senior pendiri Republik Indonesia yang beberapa tahun setelah dia meninggal kemudian mendirikan Kelompok Petisi 50.

”Bapak wafat ketika tengah berhaji. Sebelum wafat, dia mengeluh sesak napas” lanjut Bambang kembali.

Dia kemudian menuturkan, setelah media massa memberitakannya, ternyata faktanya kemudian sama sekali tak disangkanya. Presiden Suharto ternyata berperan besar sehingga jenazah bisa dipulangkan ke Tanah Air.
Seingat Bambang, kala itu Presiden Suharto memerintahkan para petinggi negara untuk mengusahakan pemulangan jenazah Bung Tomo.

”Seingat saya, Pak Moerdiono dan Pejabat Sekretaris Militer Presiden Syaukat Banjaransari, sangat banyak membantu. Tentu saja ada peran yang sangat besar dari Pak Natsir selaku ketua Rabithah Al-Islami,” kata Bambang.

Benar saja, setelah melalui proses berliku, jenazah Bung Tomo baru bisa dipulangkan delapan bulan kemudian. Saat itu makam pun dibongkar. Autopsi jenazah untuk memastikan bahwa itu jenazah Bung Tomo dipimpin oleh ahli forensik Muin Idris.

”Saya yakin itu jenazah Ayah karena di bagian muka dekat hidungnya saat itu masih bisa dilihat adanya tahi lalat. Nah, proses autopsi usai, jenazah dibawa pulang. Semula akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, tapi kami menolak karena ayah sudah berwasiat agar bila meninggal dimakamkan di pekuburan biasa saja,” tutur Bambang.

bung-tomo-_151111162350-238Dan, terkait soal pemulangan jenazah ini, seorang keponakan pegawai Bea Cukai yang saat itu turut mengawal kepulangan jenazah Bung Tomo menceritakan bahwa sang pamannya selama mengawal jenazah dalam perjalanan Jeddah ke Jakarta tak berani menyentuh makanan dan minuman yang diberikan awak pesawat. Alasannya, ia takut diracuni karena Bung Tomo waktu itu disebut sebagai tokoh utama oposisi melawan Pak Harto.

Ketika cerita ini dikonfirmasi, Mas Tom hanya mengangguk dan tersenyum. ”Ya, itulah Bapak,” ujarnya pendek.

Setelah berkata itu, Mas Tom kemudian memandangi perbukitan yang mengelilingi Arafah. Mungkin dia tengah mengenang saat kesibukannya mengurus pemulangan jenazah ayahanda tercinta yang saat itu wafat dan dimakamkan di dekat Arafah.

Akhirnya, untuk Bung Tomo dan istrinya, Sulistina Sutomo: “Allahummaghfirlahum warhamhum. 

 

sumber: Republika Online