Rasulullah: “Didiklah Anakmu kepada 3 Perkara”

ANAK sebagai karunia dari Allah, merupakan rahmat dan rizki yang dinanti para orang tua. Karena anak adalah permata hati yang dengan kesalehannya bisa membahagiakan kedua orang tua di dunia dan di akhirat. Allah berfirman, “Itu adalah rahmat dan berkah Allah curahkan kepadamu.” (QS. 11:73)

Amal saleh anak bisa menjadi sedekah jariyah yang pahalanya tidak akan terputus hingga hari kiamat tiba. Sebab keberadaan anak saleh dikarenakan adanya pengorbanan dan perjuangan yang besar dari para orang tua dalam mendidiknya tanpa kenal waktu. Rasulullah bersabda, “Apabila anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara , yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Pantaslah jika anak adalah milik yang paling berharga , menjadi aset yang paling bernilai bagi para orang tua di dunia dan akhirat. Karena itu wahai para orang tua berilah anak nikmat Allah yang teragung yaitu pendidikan mencintai Alquran. Allah berfirman, “Allah Yang Maha Penyayang. Telah mengajarkan Alquran.” (QS. 55 : 1-2)

Pentingnya pendidikan anak mencintai Alquran telah diwasiatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. kepada para orang tua dengan sabdanya, “Didiklah anakmu kepada 3 perkara yaitu mencintai nabimu, mencintai keluarganya, dan (mencintai) membaca Alquran, karena sesungguhnya pelaku Alquran akan berada di bawah naungan Arsy Allah saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.” (HR. Thabrani).

Mengapa anak harus dididik mencintai Rasulullah, keluarganya dan mencintai Alquran? Karena dalam konsep Islam, anak harus disiapkan menjadi pemimpin yang beriman kokoh, beribadah benar, berakhlak mulia, berwawasan pengetahuan yang luas dan bermanfaat, sehat, mandiri, dan menjadi pejuang dalam melaksanakan dan menegakkan nilai2 Islam hingga kejayaaannya. Merekalah yang akan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.

Mendidik anak cinta alquran itu dimulai dengan cinta membacanya, cinta menghafal dan mengulangnya, cinta memahami ayat-ayat-Nya, hingga cinta untuk mengamalkan dan berdakwah kepadanya.

[Baca lanjutan: Urgensi dan Kiat Mendidik Anak Cinta Quran]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2335503/rasulullah-didiklah-anakmu-kepada-3-perkara#sthash.ezHTZgZu.dpuf

Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Imam Besar Masjidil Haram Non Arab Pertama dari Minangkabau

Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Rahimahullah adalah ulama besar Indonesia yang pernah menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi’i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia memiliki peranan penting di Mekkah al Mukarramah dan di sana menjadi guru para ulama Indonesia.

Syaikh Ahmad Khatib Al – Minangkabawi Rahimahullah merupakan tokoh yang memiliki darah Koto Gadang, sebuah desa yang memiliki keunikan intelektualitas di Minangkabau Pada Masa Kolonialisme ( Baca : Koto Gadang, Desa Intelektual di Lereng Gunung Singgalang dan Puncak Ngarai Sianok)dan Satu Keturununan dengan tokoh besar Koto Gadang lainnya yakni Abdul Rahman Datuk Dinegeri Orang Kaya Besar, Haji Abdul Gani Rajo Mangkuto, Sutan Muhamad Salim, K.H Agus Salim, Abdul Muis, , Rohana Kudus, Sutan Syahrir dan Prof.Dr. Emil Salim merupakan tokoh – tokoh besar Koto Gadanng yang berasal dari satu keturunan yaitu Tuanku Nan Kecil dan Syaikh Imam Abdullah Bin Abdul Aziz

Riwayat

Nama lengkapnya adalah Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, lahir di Koto Tuo – Balai Gurah, IV Angkek Candung, Agam, Sumatera Barat, pada hari Senin 6 Dzulhijjah 1276 H (1860 Masehi) dan wafat di Mekkah hari Senin 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M).

Awal berada di Mekkah, ia berguru dengan beberapa ulama terkemuka di sana seperti Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy.

Banyak sekali murid Syaikh Khatib yang diajarkan fiqih Syafi’i. Kelak di kemudian hari mereka menjadi ulama-ulama besar di Indonesia, seperti Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) ayah dari Buya Hamka; Syaikh Muhammad Jamil Jambek, Bukittinggi; Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli, Candung, Bukittinggi, Syaikh Muhammad Jamil Jaho Padang Panjang, Syaikh Abbas Qadhi Ladang Lawas Bukittinggi, Syaikh Abbas Abdullah Padang Japang Suliki, Syaikh Khatib Ali Padang, Syaikh Ibrahim Musa Parabek, Syaikh Mustafa Husein, Purba Baru, Mandailing, dan Syaikh Hasan Maksum, Medan. Tak ketinggalan pula K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan, dua ulama yang masing-masing mendirikan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, merupakan murid dari Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah.

Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah adalah tiang tengah dari mazhab Syafi’i dalam dunia Islam pada permulaan abad ke XX. Ia juga dikenal sebagai ulama yang sangat peduli terhadap pencerdasan umat. imam Masjidil Haram ini adalah ilmuan yang menguasai ilmu fiqih, sejarah, aljabar, ilmu falak, ilmu hitung, dan ilmu ukur (geometri).

Nasab

Ia bernama lengkap Al ‘Allamah Asy Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah bin ‘Abdul Lathif bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Khathib Al Minangkabawi Al Jawi Al Makki Asy Syafi’i Al Atsari rahimahullah.

Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah Al Khatib dilahirkan di Koto Tuo, kenagarian Balai Gurah, Kec. Ampek Angkek Candung, Kab. Agam, Prov. Sumatera Barat pada hari Senin 6 Dzul Hijjah 1276 H bertepatan dengan 26 Mei 1860 M. Ibunya bernama Limbak Urai binti Tuanku Nan Rancak. Ayahnya bernama ‘Abdul Lathif yang berasal dari Koto Gadang. ‘Abdullah, kakek Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah atau buyut menurut riwayat lain, adalah seorang ulama kenamaan. Oleh masyarakat Koto Gadang, ‘Abdullah ditunjuk sebagai imam dan khathib. Sejak itulah gelar Khatib Nagari melekat dibelakang namanya dan berlanjut ke keturunannya di kemudian hari.

Pendidikan

Ketika masih di kampung kelahirannya, Ahmad kecil sempat mengenyam pendidikan formal, yaitu pendidikan dasar dan berlanjut ke Sekolah Raja atau Kweek School yang tamat tahun 1871 M.

Di samping belajar di pendidikan formal yang dikelola Belanda itu, Ahmad kecil juga mempelajari mabadi’ (dasar-dasar) ilmu agama dari Syaikh ‘Abdul Lathif, sang ayah. Dari sang ayah pula, Ahmad kecil menghafal Al Quran dan berhasil menghafalkan beberapa juz.

Pada tahun 1287 H, Ahmad kecil diajak oleh sang ayah, ‘Abdul Lathif, ke Tanah Suci mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah rangkaian ibadah haji selesai ditunaikan, ‘Abdullah kembali ke Sumatera Barat sementara Ahmad tetap tinggal di mekkah untuk menyelesaikan hafalan Al Qurannya dan menuntut ilmu dari para ulama-ulama mekkah terutama yang mengajar di Masjid Al Haram terutama yang mengajar di Masjid Al Haram.

Di antara guru-guru Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah di mekkah adalah:

Sayyid ‘Umar bin Muhammad bin Mahmud Syatha Al Makki Asy Syafi’I (1259-1330 H)

Sayyid ‘Utsman bin Muhammad Syatha Al Makki Asy Syafi’i (1263-1295 H)

Sayyid Bakri bin Muhammad Zainul ‘Abidin Syatha Ad Dimyathi Al Makki Asy Syafi’i (1266-1310 H) –penulis I’anatuth Thalibin.

Dalam Ensiklopedi Ulama Nusantara dan Cahaya dan Perajut Persatuan mencatat beberapa ulama lain sebagai guru Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah, yaitu:

Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan (wafat 1304) –mufti Madzhab Syafi’i di mekkah-

Yahya Al Qalyubi Muhammad Shalih Al Kurdi

Mengenai bagaimana semangat Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah dalam thalabul ‘ilmi, mari sejenak kita dengarkan penuturan seorang ulama yang sezaman dengannya, yaitu Syaikh ‘Umar ‘Abdul Jabbar rahimahullah dalam Siyar wa Tarajim hal. 38-39, “…Ia adalah santri teladan dalam semangat, kesungguhan, dan ketekunan dalam menuntut ilmu serta bermudzakarah malam dan siang dalam pelbagai disiplin ilmu. Karena semangat dan ketekunannya dalam muthala’ah dalam ilmu pasti seperti mathematic (ilmu hitung), aljabar, perbandingan, tehnik (handasah), haiat, pembagian waris, ilmu miqat, dan zij, ia dapat menulis buku dalam disiplin ilmu-ilmu itu tanpa mempelajarinya dari guru (baca: otodidak).”

Selain mempelajari ilmu Islam, Ahmad juga gemar mempelajari ilmu-ilmu keduniaan yang mendudkung ilmu diennya seperti ilmu pasti untuk membantu menghitung waris dan juga bahasa Inggris sampai betul-betul kokoh.

Murid

Mengenai murid-murid Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah rahimahullah, Siradjuddin ‘Abbas berkata, “Sebagaimana dikatakan di atas bahwa hamper ulama Syafi’I yang kemudian mengembangkan ilmu agama di Indonesia, seperti Syaikh Sulaiman Ar Rasuli, Syaikh Muhd. Jamil Jaho, Syaikh ‘Abbas Qadhli, Syaikh Musthafa Purba Baru, Syaikh Hasan Ma’shum Medan Deli dan banyak lagi ulama-ulama Indonesia pada tahun-tahun abad XIV adalah murid dari Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah Khathib Minangkabau ini.”[2]

Ucapan senada juga dinyatakan penulis Ensiklopedi Ulama Nusantara di banyak tempat. Bahkan Dr. Kareel A. Steenbrink membuat satu pasal dalam Beberapa Aspek:Guru untuk Generasi Pertama Kau Muda. Namun, tidak salah kiranya kita sebutkan di sini beberapa murid-muridnya yang menonjol, baik secara keilmuan maupun dakwah yang mereka lancarkan, di antaranya adalah:

Syaikh ‘Abdul Karim bin Amrullah rahimahullah –ayah Ustadz Hamka-. Seorang ulama kharismatik yang memiliki pengaruh kuat di ranah Minang dan Indonesia. Di antara karya tulisnya adalah Al Qaulush Shahih yang membicarakan tentang nabi terakhir dan membantah paham adanya nabi baru setelah Nabi Muhammad terutama pengikut Mirza Ghulam Ahmad Al Qadiyani.

Muhammad Darwis alias Ustadz Ahmad Dahlan bin Abu Bakar bin Sulaiman rahimahullah –pendiri Jam’iyyah Muhammadiyyah-.

Ustadz Muhammad Hasyim bin Asy’ari Al Jumbangi rahimahullah –salah satu pendiri Jam’iyyah Nahdlatul ‘Ulama-.

Ustadz ‘Abdul Halim Majalengka rahimahullah–pendiri Jam’iyyah I’anatul Mubta’allimin yang bekerja sama dengan Jam’iyyah Khairiyyah dan Al-Irsyad

Syaikh ‘Abdurrahman Shiddiq bin Muhammad ‘Afif Al Banjari rahimahullah –mufti Kerajaan Indragiri-.

Muhammad Thaib ‘Umar

Dan lain-lain.

Imam Besar Masjidil Haram Mekkah pertama dari orang non Arab

Kealiman Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah dibuktikan dengan dilangkatnya ia menjadi imam dan khathib sekaligus staf pengajar di Masjid Al Haram. Jabatan sebagai imam dan khathib bukanlah jabatan yang mudah diperoleh. Jabatan ini hanya diperuntukkan orang-orang yang memiliki keilmuan yang tinggi.

Mengenai sebab pengangkatan Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah Al Khathib menjadi imam dan khathib, ada dua riwayat yang nampaknya saling bertentangan. Riwayat pertama dibawakan oleh ‘Umar ‘Abdul Jabbar dalam kamus tarajimnya, Siyar wa Tarajim (hal. 39). ‘Umar ‘Abdul Jabbar mencatat bahwa jabatan imam dan khathib itu diperoleh Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah berkat permintaan Shalih Al Kurdi, sang mertua, kepada Syarif ‘Aunur Rafiq agar berkenan mengangkat Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah menjadi imam & khathib. Sedangkan riwayat kedua dibawakan oleh Hamka rahimahullah dalam Ayahku, Riwayat Hidup Dr. ‘Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera yang kemudian dinukil oleh Dr. Akhria Nazwar dan Dadang A. Dahlan. Ustadz Hamka menyebutkan cerita ‘Abdul Hamid bin Ahmad Al Khathib, suatu ketika dalam sebuah shalat berjama’ah yang diimami langsung Syarif ‘Aunur Rafiq. Di tengah shalat, ternyata ada bacaan imam yang salah, mengetahui itu Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah pun, yang ketika itu juga menjadi makmum, dengan beraninya membetulkan bacaan imam. Setelah usai shalat, Syarif ‘Aunur Rafiq bertanya siapa gerangan yang telah membenarkan bacaannya tadi. Lalu ditunjukkannya Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah yang tak lain adalah menantu sahabat karibnya, Shalih Al Kurdi, yang terkenal dengan keshalihan dan kecerdasannya itu. Akhirnya Syarif ‘Aunur Rafiq mengangkat Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah sebagai imam dan khathib Masjid Al Haram untuk madzhab Syafi’i.

Gagasan-gagasan

Perhatiannya terhadap hukum waris juga sangat tinggi, kepakarannya dalam mawarits (hukum waris) telah membawa pembaharuan adat Minang yang bertentangan dengan Islam. Martin van Bruinessen mengatakan, karena sikap reformis inilah akhirnya al-Minangkabawi semakin terkenal. Salah satu kritik Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah yang cukup keras termaktub di dalam kitabnya Irsyadul Hajara fi Raddhi ‘alan Nashara. Di dalam kitab ini, ia menolak doktrin trinitas Kristen yang dipandangnya sebagai konsep Tuhan yang ambigu.

Selain masalah teologi, dia juga pakar dalam ilmu falak. Hingga saat ini, ilmu falak digunakan untuk menentukan awal Ramadhan dan Syawal, perjalanan matahari termasuk perkiraan wahtu salat, gerhana bulan dan matahari, serta kedudukan bintang-bintang tsabitah dan sayyarah, galaksi dan lainnya.

Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah juga pakar dalam geometri dan tringonometri yang berfungsi untuk memprediksi dan menentukan arah kiblat, serta berfungsi untuk mengetahui rotasi bumi dan membuat kompas yang berguna saat berlayar. Kajian dalam bidang geometri ini tertuang dalam karyanya yang bertajuk Raudat al-Hussab dan Alam al-Hussab.

Karya

Karya-karya tulis Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu karya-karya yang berbahasa Arab dan karya-karya yang berbahasa Melayu dengan tulisan Arab. Kebanyakan karya-karya itu mengangkat tema-tema kekinian terutama menjelaskan kemurnian Islam dan merobohkan kekeliruan tarekat, bid’ah, takhayul, khurafat, dan adat-adat yang bersebrangan dengan Al Quran & Sunnah.

Karya-karya Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah dalam bahasab ’Arab:

Hasyiyah An Nafahat ‘ala Syarhil Waraqat lil Mahalli

Al Jawahirun Naqiyyah fil A’malil Jaibiyyah

Ad Da’il Masmu’ ‘ala Man Yuwarritsul Ikhwah wa Auladil Akhwan Ma’a Wujudil Ushul wal Furu’

Raudhatul Hussab

Mu’inul Jaiz fi Tahqiq Ma’nal Jaiz

As Suyuf wal Khanajir ‘ala Riqab Man Yad’u lil Kafir

Al Qaulul Mufid ‘ala Mathla’is Sa’id

An Natijah Al Mardhiyyah fi Tahqiqis Sanah Asy Syamsiyyah wal Qamariyyah

Ad Durratul Bahiyyah fi Kaifiyah Zakati Azd Dzurratil Habasyiyyah

Fathul Khabir fi Basmalatit Tafsir

Al ‘Umad fi Man’il Qashr fi Masafah Jiddah

Kasyfur Ran fi Hukmi Wadh’il Yad Ma’a Tathawuliz Zaman

Hallul ‘Uqdah fi Tashhihil ‘Umdah

Izhhar Zaghalil Kadzibin fi Tasyabbuhihim bish Shadiqin

Kasyful ‘Ain fi Istiqlal Kulli Man Qawal Jabhah wal ‘Ain

As Saifu Al Battar fi Mahq Kalimati Ba’dhil Aghrar

Al Mawa’izh Al Hasanah Liman Yarghab minal ‘Amal Ahsanah

Raf’ul Ilbas ‘an Hukmil Anwat Al Muta’amil Biha Bainan Nas

Iqna’un Nufus bi Ilhaqil Anwat bi ‘Amalatil Fulus

Tanbihul Ghafil bi Suluk Thariqatil Awail fima Yata’allaq bi Thariqah An Naqsyabandiyyah

Al Qaulul Mushaddaq bi Ilhaqil Walad bil Muthlaq

Tanbihul Anam fir Radd ‘ala Risalah Kaffil ‘Awwam, sebuah kitab bantahan untuk risalah Kafful ‘Awwam fi Khaudh fi Syirkatil Islam karya Ustadz Muhammad Hasyim bin Asy’ari yang melarang kaum muslimin untuk nimbrung di Sarekat Islam (SI)

Hasyiyah Fathul Jawwad dalam 5 jilid

Fatawa Al Khathib ‘ala Ma Warada ‘Alaih minal Asilah

Al Qaulul Hashif fi Tarjamah Ahmad Khathib bin ‘Abdil Lathif

Adapun yang berbahasa Melayu adalah:

Mu’allimul Hussab fi ‘Ilmil Hisab

Ar Riyadh Al Wardiyyah fi Ushulit Tauhid wa Al Fiqh Asy Syafi’i

Al Manhajul Masyru’ fil Mawarits

Dhaus Siraj Pada Menyatakan Cerita Isra’ dan Mi’raj

Shulhul Jama’atain fi Jawaz Ta’addudil Jumu’atain

Al Jawahir Al Faridah fil Ajwibah Al Mufidah

Fathul Mubin Liman Salaka Thariqil Washilin

Al Aqwal Al Wadhihat fi Hukm Man ‘Alaih Qadhaish Shalawat

Husnud Difa’ fin Nahy ‘anil Ibtida’

Ash Sharim Al Mufri li Wasawis Kulli Kadzib Muftari

Maslakur Raghibin fi Thariqah Sayyidil Mursalin

Izhhar Zughalil Kadzibin

Al Ayat Al Bayyinat fi Raf’il Khurafat

Al Jawi fin Nahw

Sulamun Nahw

Al Khuthathul Mardhiyyah fi Hukm Talaffuzh bin Niyyah

Asy Syumus Al Lami’ah fir Rad ‘ala Ahlil Maratib As Sab’ah

Sallul Hussam li Qath’i Thuruf Tanbihil Anam

Al Bahjah fil A’malil Jaibiyyah

Irsyadul Hayara fi Izalah Syubahin Nashara

Fatawa Al Khathib dalam versi bahasa Melayu

Wafat

Pada tanggal 9 Jumadil Ula tahun 1334 H, Allah ‘memanggil’ Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah ke hadhirat-Nya setelah sekian lama hidup di dunia yang fana ini. Ya, jatah ia tinggal di dunia ini telah habis setelah mencetak kader-kader yang hingga detik ini masih disebut-sebut. Jasadnya memang sudah tiada, namun kehadirannya seakan-akan masih bisa dirasakan karena keilmuan dan peninggalan-peninggalannya berupa murid-muridnya yang terus memperjuangkan misi-misinya dan terutama karya-karya ilmiahnya yang masih terus dibaca hingga hari ini. Rahimahullah wa askanahu fasiha jannatih.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Khatib_Al-Minangkabawi

Good News From Indonesia

Lima Konflik SARA Paling Mengerikan Ini Pernah Terjadi di Indonesia

Sebagai negara majemuk dengan beragam suku, ras, agama dan golongan, Indonesia menjadi negara paling rawan terhadap konflik SARA. Perbedaan pandangan antar kelompok masyarakat di suatu wilayah kerap menjadi pemicu pecahnya bentrok antar mereka.

Namun, di tengah konflik itu ada saja orang yang memanfaatkan situasi itu sehingga menjadi konflik berkepanjangan. Berikut konflik SARA paling mengerikan yang pernah terjadi di Indonesia seperti dihimpun Okezone.

 

  1. Sentimen Etnis Berujung Penjarahan

Peristiwa penembakan yang menewaskan empat mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998 ternyata berbuntut panjang dan menyulut emosi warga. Akibatnya, keesokan harinya Jakarta menjadi lautan aksi massa yang terjadi di beberapa titik. Penjarahan dan pembakaran pun tak dapat dihindarkan.

Krisis moneter berkepanjangan di tahun 1998 berujung pada aksi kerusuhan hebat pada penghujung rezim Orde Baru pimpinan almarhum Soeharto. Saat itu, Indonesia dilanda krisisi ekonomi parah sehingga melumpuhkan seluruh persendian ekonomi dalam negeri.

Kerusuhan yang terjadi malah menular pada konflik antar etnis pribumi dan etnis Tionghoa. Saat itu, banyak aset milik etnis Tionghoa dijarah dan juga dibakar oleh massa yang kalap.

Massa pribumi juga melakukan tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap para wanita dari etnis Tionghoa kala itu. Konflik antar etnis itu menjadi catatan kelam di penghujung pemerintahan rezim Soeharto.

2. Konflik Agama di Ambon

Konflik berbau agama paling tragis meletup pada tahun 1999 silam. Konflik dan pertikaian yang melanda masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999, telah berkembang menjadi aksi kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan semua tatanan kehidupan bermasyarakat.

Konflik tersebut kemudian meluas dan menjadi kerusuhan hebat antara umat Islam dan Kristen yang berujung pada banyaknya orang meregang nyawa. Kedua kubu berbeda agama ini saling serang dan bakar membakar bangunan serta sarana ibadah.

Saat itu, ABRI dianggap gagal menangani konflik dan merebak isu bahwa situasi itu sengaja dibiarkan berlanjut untuk mengalihkan isu-isu besar lainnya. Kerusuhan yang merusak tatanan kerukunan antar umat beragama di Ambon itu berlangsung cukup lama sehingga menjadi isu sensitif hingga saat ini.

3. Tragedi Sampit, Suku Dayak vs Madura

Tragedi Sampit adalah konflik berdarah antar suku yang paling membekas dan bikin geger bangsa Indonesia pada tahun 2001 silam. Konflik yang melibatkan suku Dayak dengan orang Madura ini dipicu banyak faktor, di antaranya kasus orang Dayak yang didiuga tewas dibunuh warga Madura hingga kasus pemerkosaan gadis Dayak.

Warga Madura sebagai pendatang di sana dianggap gagal beradaptasi dengan orang Dayak selaku tuan rumah. Akibat bentrok dua suku ini ratusan orang dikabarkan meninggal dunia. Bahkan banyak di antaranya mengalami pemenggalan kepala oleh suku Dayak yang kalap dengan ulah warga Madura saat itu. Pemenggalan kepala itu terpaksa dilakukan oleh suku Dayak demi memertahankan wilayah mereka yang waktu itu mulai dikuasai warga Madura.

4. Pemerintah vs Kelompok Separatis

Pemerintah RI pernah disibukkan dengan konflik melawan beberapa kelompok separatis. Sebut saja konflik melawan kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dipicu keinginan mereka yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Pemerintah yang enggan melepas Aceh, mau tidak mau mempertahankannya mati-matian hingga pecahlah peperangan di tanah rencong.

Konflik dengan GAM berakhir menyusul kesepakatan yang diteken kedua belah pihak, di mana salah satunya menyepakati agar Aceh menjadi daerah otonomi khusus (otsus) dengan penegakan hukum syari’ahnya.

Di bumi Indonesia bagian timur juga terjadi konflik separatis yang tak kalah sengit. Adalah kelompok Republik Maluku Selatan (RMS) dan Operasi Papua Merdeka (OPM) yang berjibaku melawan pemerintah demi lepas dari wilayah Indonesia.

Aksi pemberontakan pun terjadi namun berhasil dipadamkan oleh aparat TNI-Polri sebagai garda terdepan pemerintah Indonesia memertahankan keutuhan wilayahnya.

5. Penyerangan Kelompok Syi’ah di Sampang

Aksi penyerangan terhadap pengikut Syi’ah terjadi di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur pada Agustus 2012 silam. Sebanyak dua orang warga Syi’ah tewas dan enam orang lainnya mengalami luka berat serta puluhan warga mengalami luka ringan.

Kasus ini sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2004. Klimaksnya adalah aksi pembakaran rumah ketua Ikatan Jamaah Ahl al-Bait (IJABI), Tajul Muluk, beserta dua rumah jamaah Syi’ah lainnya serta sebuah musala yang digunakan sebagai sarana peribadatan. Aksi tersebut dilakukan oleh sekira 500 orang yang mengklaim diri sebagai pengikut ahlus sunnah wal jama’ah.

 

sumber: Okezone

Syiah Houthi Tembakkan Rudal Balistik ke Mekkah

Sebuah rudal balistik hampir saja menghantam Kota Suci Mekkah, Kamis (27/10/2016) waktu setempat. Beruntung, rudal tersebut berhasil dihadang dan di hancurkan pasukan koalisi Arab Saudi.

Pemberontak Syiah Houthi telah mengkonfirmasi jika mereka lah yang menembakan rudal tersebut. Namun, mereka membantah jika dengan sengaja menjadikan Kota Mekkah target serangan mereka.

Disebutkan, jika sasaran sebenarnya dari rudal balistik tersebut adalah Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah yang salah satu bandara tersibuk di Saudi.

Dilaporkan SPA, kelompok pemberontak Syiah Houthi, yang dibekingi Iran dan pendukung mantan presiden Ali Abdullah Saleh, memang menargetkan sejumlah kota perbatasan Saudi.

Hingga kini, kelompok bersenjata Syiah ini, masih menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, termasuk ibu kota Sanaa.

 

 

sumber: Bumi Syam

Penggunaan Senjata Kimia di Lima Tahun Konflik Suriah

Konfik Suriah telah berlangsung selama lebih dari lima tahun. Sejak 2011 lalu, pertempuran dimulai dengan adanya pihak-pihak yang tidak puas dan menentang pemerintah negara itu di bawah kepemimpinan Presiden Bashar al-Assad.

Sementara Assad dan pasukannya terus mencoba mempertahankan kekuasaan, kelompok oposisi Suriah semakin berkembang. Mereka datang dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk militan.

Dari Free Syrian Army hingga Front Al Nusra yang merupakan cabang dari Alqaidah muncul bersama untuk menumbangkan rezim Assad. Konflik terus meluas dengan adanya keterlibatan negara-negara lain untuk membela masing-masing pihak yang berlawanan demi kepentingan politik.

Kebanyakan, oposisi berada di wilayah timur Aleppo, salah satu kota terbesar Suriah, yang sekaligus menjadi panggung utama konflik di negara tersebut. Sementara beberapa daerah di bagian barat masih dikuasai oleh pemerintah.

Pertempuran yang terjadi di Suriah melibatkan kekuatan serangan bom dari udara dan gempuran dari pasukan darat. Namun, dalam beberapa laporan penemuan pada 2015 lalu, serangan yang melibatkan penggunaan senjata kimia terjadi.

Dalam sebuah laporan rahasia kepada Dewan Keamanan PBB, diduga pasukan Pemerintah Suriah bersalah melakukan serangan senjata kimia pada Maret tahun lalu. Bahkan, serangan itu diyakini sudah terjadi untuk ketiga kalinya.

Serangan gas kimia dijatuhkan di Provinsi Idlib. Dalam laporan itu, disebutkan helikopter menjatuhkan serangan gas kimia dari dua pangkalan udara dan menggunakan unit skuadron 253 dan 255. Keduanya merupakan bagian dari brigade helikopter milik pasukan militer Suriah.

Kemudian pada Agustus lalu, bukti adanya penggunaan senjata kimia itu diperkuat dari temuan tong di dekat lokasi kejadian. Gas tersebut dijatuhkan dengan menggunakan bom barel.

Dugaan lain yang lebih besar adalah senjata kimia telah digunakan sejak awal konflik Suriah berlangsung. Bahkan, hal ini menjadi salah satu penyebab kematian warga sipil dalam perang saudara di negara tersebut.

Klorin merupakan senyawa umum kimia yang biasanya digunakan sebagai bahan industri. Gas ini bersifat beracun dan amat reaktif terhadap cairan yang ada di selaput lendir paru-paru dan mata.

Pada September lalu, Kepala Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) Ahmet Uzumcu mengatakan, laporan tentang penggunaan klorin yang meningkat. Hal ini khususnya terjadi di wilayah yang dikuasai oposisi Suriah dan pihaknya masih menyelidiki dugaan tersebut.

Pemerintah Suriah membantah tuduhan itu dan mengatakan, hal tersebut hanya upaya pemberontak untuk mengalihkan perhatian dari kekalahan mereka. Baru-baru ini, media pemerintah negara itu juga melaporkan oposisi menembakkan peluru gas yang mengandung klorin di area perumahan wilayah barat Aleppo, tepatnya di Al Hamdaniya.

Akibatnya, puluhan orang yang merupakan warga sipil serta tentara pemerintah menderita sesak napas. Namun, tak ada laporan yang menyebutkan terjadi kematian.

Syrian Obervatory for Human Rights (SOHR) yang berpusat di Inggris mengatakan, para tentara yang berada di wilayah garis depan, daerah perbatasan dengan oposisi mengalami kondisi lemas. Tetapi, belum dipastikan, apakah hal itu terjadi karena serangan gas klorin.

Sementara itu, oposisi meyakini pasukan Assad menggunakan gas beracun di wilayah lain yang berada dalam kekuasaan mereka. Demikian dengan serangan senjata kimia lain, yang terjadi selama pertempuran dua belah pihak berlangsung.

Investigasi PBB
Dewan Keamanan PBB disebut akan membahas laporan dari PBB dan kelompok pengawas, yang menyalahkan pasukan pemerintah atas serangan gas beracun yang terjadi beberapa kali sejak 2015. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon dan pimpinan OPCW menyiapkan kelompok penyelidik yang melakukan pengumpulan bukti-bukti, termasuk wawancara para saksi.

Temuan kemungkinan serangan gas kimia ini juga akan memicu pertikaian antara lima negara kekuatan veto. Membuat Rusia dan Cina bersatu melawan AS, Inggris, dan Prancis yang sering kali menuduh pasukan Pemerintah Suriah melakukan tindakan tersebut.

Tim ahli dibentuk atas kesepakatan resolusi PBB dari Dewan Keamanan. Persiapan penyelidikan dilakukan untuk mengidentifikasi secara perinci siapa saja pihak, yang menggunakan sejumlah serangan senjata kimia di Suriah.

Kemudian, ada dugaan gas kimia belerang yang dikenal dengan sebutan mustard, juga digunakan dalam perang di kota-kota Suriah bagian utara. Temuan yang didapat oleh OPCW menunjukkan penggunaan senjata kimia itu ada di Marea.

Diduga kuat, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menggunakan gas tersebut sebagai senjata. Pihak oposisi menjelaskan, bom ditembakkan dari desa yang dikuasai kelompok militan itu.

Mustard merupakan gas kimia yang hampir sama dengan klorin. Gas ini dapat menyebabkan kerusakan kulit, mata, dan sistem pernapasan.

Organ-organ dalam tubuh manusia juga terkena dampak berbahaya. Bahkan, bagi anak bayi, dapat menyebabkan kematian.

Salah satu laporan penggunaan senjata kimia di Suriah juga datang dari The Syrian American Medical Society. Diyakini ada 161 serangan senjata kimia hingga akhir tahun lalu, yang menyebabkan hingga 1491 orang tewas.

***
Senjata Kimia Sejak PD I

Penggunaan senjata kimia dalam sebuah pertempuran telah terjadi sejak zaman dahulu. Dalam Perang Dunia I, untuk pertama kalinya gas klorin digunakan dalam jumlah besar, yaitu sekitar 124 ribu ton.

Akibatnya, sekitar satu juta orang mengalami gangguan kesehatan. Bahkan, secara keseluruhan 90 ribu tewas akibat efek dari gas beracun tersebut.

Kemudian pada Perang Dunia II, senjata kimia juga digunakan untuk memusnahkan jutaan manusia. Salah satunya yang terkenal adalah oleh Nazi. Selain itu, bom nuklir yang meski tidak secara langsung dianggap sebagai senjata kimia, dijatuhkan oleh AS di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Bom nuklir mengandung bahan kimia radioaktif yang sangat mematikan.

Tahun 1925, Protokol Jenewa menuntut larangan penggunaan senjata kimia. Namun, perjanjian senjata kimia terbentuk pada 29 April 1997 dan ditandatangani oleh 188 negara. Saat itu, Suriah, Angola, Burma, Mesir, Israel, Korea Utara (Korut), Somalia, dan Sudan Selatan tidak ikut menandatanganinya.

Senjata kimia yang dimaksud dalam perjanjian tersebut adalah seluruh zat kimia yang digunakan, seperti VX, sulfur mustard, sarin, klorin, dan hidrogen sianida. Termasuk penyandangnya, seperti ranjau, granat tangan, serta hulu ledak rudal.

Seluruh jenis senjata kimia tersebut sangat berbahaya. Namun, salah satu yang disebut paling sering digunakan dan berisiko sangat tinggi adalah gas mustard. Hal itu selain masuk melalui paru-paru, gas sulfur juga dapat masuk ke kulit dan menyebar ke aliran darah serta mengenai organ-organ lainnya.

Pada 2013 lalu, Suriah menandatangani konvensi yang berisi larangan pengembangan, produksi, penyimpanan, dan penggunaan senjata kimia, serta pemusnahannya. Saat itu, Menteri Luar Negeri Walid Al Muallem juga mengatakan, pemerintah negaranya bersedia memberi akses kepada para inspektor PBB untuk melakukan pengawasan, sesuai ketentuan dalam perjanjian tersebut.

OPCW mengatakan, pengawasan untuk menghancurkan senjata kimia di Suriah terus dilakukan. Dalam satu tahun terakhir, cadangan senjata terlarang di negara itu ditemukan dan dihancurkan, sesuai dengan aturan yang ada dalam perjanjian internasional.

Pada 2014 lalu, senjata kimia Suriah dihancurkan di atas kapal Angkatan Laut AS di Mediterania. Saat itu, Presiden AS Barack Obama mengatakan, hal itu sangat penting dalam upaya melawan penyebaran senjata pemusnah massal di seluruh dunia.

Laporan terbaru yang datang dari OPCW menyimpulkan, gas klorin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai senjata di Suriah. Gas yang disebut berwarna kuning kehijauan dengan bau tajam beraksi dengan berbagai bahan organik, hingga kemudian menimbulkan api dan ledakan keras. Penggunaannya di Suriah paling banyak ditemukan di beberapa desa bagian utara, di antaranya Talmanes, AL Tamanah, dan Kafr Zeta.

Sebelumnya, penggunaan gas kimia jenis lainnya, yaitu sarin diperkirakan pernah dilakukan di Suriah. Gas yang dikembangkan pada Perang Dunia II ini dapat membuat korban tewas berjatuhan seketika, meski hanya sedikit jumlah zat yang digunakan.

Sarin memasuki tubuh tidak hanya melalui pernapasan, tetapi juga kulit dan menyerang sistem syaraf pusat. Orang yang terkena dan menghirup gas ini tak dapat bernapas beberapa menit setelah terkena dan dapat berujung pada kematian. Hanya pakaian khusus yang menutup seluruh tubuh dapat digunakan untuk melindungi diri dari gas beracun ini.

Senjata kimia hingga saat ini cenderung masih mudah diproduksi. Meski larangan produksi dan bahan-bahan untuk membuat senjata itu ditetapkan, pihak-pihak tertentu memperolehnya di pasar gelap. (Puti Almas/reuters)

 

Oleh: Puti Almas/Reuters

sumber:Bumi Syam

UE Mulai Ingkar Janji, Ribuan Pengungsi Suriah Terjebak

Uni Eropa sempat membuat janji bahwa negara kaya di Uni Eropa akan menerima puluhan ribu warga Suriah dan Irak yang mengungsi akibat peperangan. Namun satu per satu negara Uni Eropa mengingkari janji tersebut sebelum mereka akhirnya menutup perbatasan negaranya dari pengungsi perang pada musim semi lalu.

 

Kini ribuan pengungsi terdampar dan terjebak di Yunani. Mereka banyak yang tinggal di lokasi bekas pabrik pembuatan kertas toilet. Mereka juga harus menghadapi suhu malam hari yang mencapai di bawah 10 derajat selsius.

Nyamuk-nyamuk mengintai tenda-tenda kanvas putih yang dipakai pengungsi sejak satu bulan terakhir. Sejumlah pengungsi menjadi korban aksi kriminalitas seperti pemerkosaan, penusukan, dan pencurian. “Saya tidak ingin pergi keluar sendirian lagi,” ujar Rama Wahed (16 tahun), gadis asal Suriah, dikutip dari The Independent.

Ada juga pengungsi yang coba melalukan bunuh diri. Laporan Amnesty International menunjukkan para pengungsi di Yunani mendapatkan beragam ancaman. Selain sistem keamanan yang buruk, mereka juga terancam dengan cuaca ekstrim di musim dingin.

Yunani mengatakan akan mengambil langkah untuk membantu memperbaiki kondisi 50 ribu pengungsi yang ada di negaranya. Namun, UNHCR hanya menyediakan dana sedikit yakni sebesar 1,11 miliar dolar AS atau Rp 14,43 triliun.

Janji Eropa
Pada Juni 2015, sejumlah pemimpin Uni Eropa bertemu di Brussel, seiring dengan terus bertambahnya jumlah pencari suaka ke Uni Eropa. Dua negara dinyatakan mengalami krisis pengungsi terbesar, yaitu Yunani dan Italia, sebagai negara yang dekat dengan perairan Mediterania.

Sebagai aksi solidaritas, negara-negara Uni Eropa lainnya sepakat untuk berbagi beban pengungsi. Uni Eropa akan membagi 40 ribu pengungsi yang sebagian besar dari Suriah, untuk negara anggotanya yang terbentang dari Portugal ke Finlandia.

Mereka berjanji akan memberikan tempat tinggal, bantuan dan kesempatan membangun kehidupan yang layak. Karena jumlah pencari suaka melonjak, Uni Eropa mempersilakan pembagian negara bagi 160 ribu pengungsi.

Namun, 16 bulan setelah keputusan awal, Uni Eropa sampai saat ini hanya merealisasikan 3,3 persen dari janji mereka. Uni Eropa hanya menerima 5.290 pengungsi, yaitu 4.134 dari Yunani dan 1.156 dari Italia.

 

sumber:Republika Online

17 Ribu Bayi Pengungsi Suriah Lahir di Turki Sejak Konflik

Setidaknya 17 ribu bayi dari keluarga pengungsi Suriah lahir di Turki sejak perang Suriah pecah. Otoritas Penanganan Darurat dan Bencana Turki (AFAD) menyatakan mereka menyediakan makanan khusus bagi pengungsi yang sedang hamil dan menyusui di pusat layanan ibu dan anak di seluruh wilayah Turki.

Turki sendiri merupakan penampung pengungsi Suriah terbesar saat ini, sekiat tiga juta jiwa. Sejauh ini pula, Tukri telah mengeluarkan biaya hingga 12 miliar dolar AS untuk membantu para pengungsi Suriah. Bantuan komunitas internasional sejauh ini sudah mencapai 512 miliar dolar AS. AFAD juga mengirim sekitar 1,63 miliar lira Turki (520 juta dolar AS sebagai bantuan kemanusiaan ke Suriah sejak perang di sana pecah.

Setidaknya, ada 82 ribu anak-anak Suriah sudah bersekolah di pusat pengungsian di Turki. Kerja sama Kementerian Pendidikan Turki dengan AFAD memastikan 310 ribu anak-anak Suriah mulai usia laik bersekolah di TK hingga SMA tak turun ke jalan dan disekolahkan dengan baik, demikian dilasir Middle East Eye, Rabu (2/11).

Setidaknya, sudah 115 ribu pengungsi Suriah yang sudah mendapat pekerjaan pasca mengikuti sertifikasi aneka keterampilan yang diorganisasi AFAD. Sementara kaum ibu dari sebagian pengungsi sudah dilibatkan dalam aneka kegiatan seperti membantu kegiatan AFAD. Staf AFAD bahkan mulai mengedukasi para pengungsi soal pentingnya menikah di usia muda dan poligami.

Berdasarkan catatan AFAD, tak kurang dari 400 ribu warga Suriah tewas sejak perang pecah di Suriah. 13,5 juta warga Suriah bertopang pada bantuan sosial, 6,1 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan 4,8 juta orang terpaksa mengungsi.

AFAD sudah mendirikan 26 pusat pengungsian di seluruh wilayah Turki dan menyediakan bantuan fisik, sosial, dan psikologis bagi para pengungsi. Berdasarkan data Badan Pengungsi PBB, Turki merupakan penampung terbesar pengungsi dari Suriah, termasuk pengungsi anak-anak.

 

sumber: Republika Online

Mau Iktikaf, Pahami Keutamaan Ibadah Ini

Iktikaf adalah ibadah yang sangat ditekankan Rasulullah selama 10 hari terakhir Ramadhan. Beliau tak pernah keluar masjid selama 10 malam itu, sampai-sampai Aisyah binti Abu Bakar mengantarkan bekal makanan untuk beliau ke masjid.

Sebelum mulai melakukan iktikaf, seorang Muslim patut memahami makna, syarat, rukun, dan keutamaan ibadah ini.
“Itikaf itu tinggal di masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Syaratnya, dalam keadaan suci. Iktikaf boleh diisi dengan membaca Alquran, shalat tahajud, atau berzikir,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Ali Mustafa Yaqub, kepada ROL, Selasa (7/7).

Kiai Mustafa mengungkapkan, falsafah iktikaf adalah tinggal di rumah Allah. Tinggal di rumah Allah menunjukkan kecintaan seorang Muslim kepada Allah. Mencintai Allah adalah ibadah, lantaran itu tinggal di rumah Allah juga bernilai ibadah. Catatannya, itikaf harus dilakukan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.

Imam Besar Masjid Istiqlal ini menjelaskan, rukun iktikaf adalah niat dan berada di masjid. Itikaf harus dilakukan di masjid, tidak boleh di rumah. Syaratnya hanya satu, suci dari hadats kecil dan hadats besar. Sebelum masuk masjid untuk i’tikaf, Muslim diharuskan berwudhu lebih dulu. Apabila batal, langsung keluar lagi untuk mengambil wudhu.

Menurut Kiai Mustafa, waktu-waktu terbaik untuk melakukan iktikaf adalah sepertiga malam. Meski menurutnya tidak ada amalan yang khusus dicontohkan Rasul, Muslim bisa mengisi waktu-waktu tersebut dengan membaca Alquran, qiyamul lail, dzikir, muhasabah, dan memperbanyak zikir.

“Ramadhan sebenarnya tidak terbatas pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Orang boleh melakukan iktikaf di luar Ramadhan. Nabi juga melakukan i’tikaf di luar bulan Ramadhan. Tapi, kebanyakan orang melakukan iktikaf pada bulan Ramadhan dalam rangka menjaring lailatul qadr,” jelas Kiai Mustafa.

 

sumber: Republika Online