Nabi-Nabi yang Diutus di Makkah

Makkah al-Mukarramah adalah tanah yang sangat disucikan umat Islam. Sebab, Allah SWT telah menegaskan hal itu dalam Alquran.

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka, mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya pada yang batil dan ingkar pada nikmat Allah? (QS Al-Ankabut [29]: 67).

Dan mereka berkata, ‘Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami’. Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi, kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS Al-Qashash [28]: 57).

Selain Makkah, tanah yang juga disebut suci oleh Allah adalah Palestina dan di sekitarnya. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. (Al-Maidah [5]: 21). Lihat juga dalam surah Al-Isra [17] ayat 1.

Sedangkan Madinah al-Munawwarah, disucikan oleh Rasulullah SAW.  Anas RA mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, Madinah itu haram (tanah suci) dari ini sampai ini, tidak boleh dipotong (ditebang) pohonnya, dan tidak boleh dilakukan bid’ah di dalamnya. Barangsiapa yang membuat bid’ah (atau melindungi orang yang berbuat bid’ah) di dalamnya, maka ia terkena laknat Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya. (HR Bukhari).

Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya, tanah haram tidak melindungi orang yang maksiat, orang yang lari dari (hak) darah (orang lain), maupun orang yang lari karena khurbah (bencana, wabah). (HR Bukhari).

Sebagai kota yang disucikan, tentu saja Makkah memiliki banyak keistimewaan. Di antaranya, didirikannya rumah Allah (baitullah), sebagai kiblat umat Islam di seluruh dunia. Seluruh kaum Muslimin wajib menghadapkan wajah ke arah Baitullah, setiap akan mendirikan shalat lima waktu.

Allah juga memberikan keberkahan kepada Makkah. Di antaranya, Allah mengharamkan peperangan di kota ini, dilarang mencabut rumput, dilarang membunuh hewan, dan lain sebagainya.

Selain itu, tentu saja, kemuliaan Makkah karena di sinilah Allah mengutus nabi yang pertama (Adam AS) dan nabi terakhir (Muhammad SAW). Dalam kitab Athlas Tarikh al-Anbiya` wa ar-rusul, Sami bin Abdullah Al-Maghluts menjelaskan, ada enam nabi dan rasul yang diutus Allah di Makkah dan sekitarnya (Jazirah Arabia). Keenam nabi dan rasul itu adalah Nabi Adam AS, Nabi Ismail AS, Nabi Saleh AS, Nabi Hud AS, Nabi Syuaib AS, dan Nabi Muhammad SAW.

Selain Jazirah Arabia (Makkah), nabi-nabi juga diutus Allah di daerah lainnya seperti Mesir, Syam dan Palestina, serta Irak. Dari 25 nabi dan rasul yang disebutkan dalam Alquran, hanya enam nabi yang diutus di bumi Makkah dan sekitarnya. Sebagian dari 25 rasul itu, pernah berkunjung ke Makkah, bahkan melaksanakan ibadah haji. Di antara mereka adalah Nabi Ibrahim AS.

Nabi Adam AS adalah nenek moyang manusia. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah. Adam diciptakan dari tanah. Allah menciptakannya secara langsung dan meniupkan ruh-Nya kepada Adam. Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam sebagai sujud hormat, bukan sujud pengagungan. Allah mengajarkan kepadanya nama-nama seluruh benda. (Lihat QS Al-Baqarah [2] ayat 30-38).

Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Nabi Adam AS diturunkan oleh Allah di tanah India, kemudian ia diperintahkan untuk melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Hal yang sama juga diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibnu Umar. Manakala Allah menurunkan Adam, Dia menurunkannya di tanah India. Kemudian, dia datang ke Makkah, lalu berangkat ke Syria (Suriah sekarang), wafat di sana.

Sedangkan At-Thabari menyebutkan, Adam wafat dan dimakamkan di kaki Gunung Abu Qubais di Makkah al-Mukarramah. Ada pula yang nenyatakan, Adam di turunkan di Dajna, di antara Makkah dan Thaif. Pendapat lain menyatakan, Adam di diturunkan di Bukit Shafa dan Hawa di Marwah.

At-Thabari menegaskan, Adam diturunkan di India, tepatnya di puncak gunung tertinggi di dunia, yakni Mount Everest di Himalaya. Puncak gunung Everets mencapai 8.884 meter dari permukaan laut. Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts, Nabi Adam hidup sekitar tahun 5872 Sebelum Masehi (SM), dan wafat pada 4942 SM.

Imam Qurthubi berpendapat, sesungguhnya Adam AS adalah manusia pertama yang membangun rumah Allah (baitullah). Kemudian, disempurnakan oleh Ibrahim dan Ismail AS.

Nabi Saleh AS adalah putra Ubai bin Asif bin Masih bin Ubaid bin Hadzir bin Tsamud bin ‘Amir bin Iram bin Sam bin Nuh AS. Nabi Saleh AS diperkirakan hidup pada 2150-2080 SM. Dan diutus menjadi nabi sekitar tahun 2100 SM dan wafat di Makkah.

Nabi Saleh diutus di kawasan Al-Hijr (antara Makkah dan Madinah). Perkampungan tempat diutusnya kini disebut juga dengan nama Madain Saleh. Namanya disebut dalam Alquran sebanyak sembila kali.

Nabi Saleh AS diberikan sejumlah kemukjizatan, salah satunya berupa unta betina. Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Saleh. Ia berkata, Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS Al-A’raf [7]: 73.

Namun, umatnya mendustakannya dan bahkan membunuh unta betina tersebut. Dan pada (kisah) kaum Tsamud ketika dikatakan kepada mereka, ‘Bersenang-senanglah kalian sampai suatu waktu’. Maka, mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya, lalu mereka disambar petir dan mereka melihatnya. Maka, mereka sekali-kali tidak dapat bangun dan tidak pula mendapat pertolongan. (QS Adz-Dzariyat [51]: 43-45).

Kaumnya sangat pandai memahat gunung dan bukit lalu menjadikannya sebagai rumah atau tempat tinggal. Karya kaum Nabi Saleh hingga kini dapat disaksikan di Madain Saleh.

 

Nabi Hud AS diutus kepada kaum ‘Ad. Hud diutus di daerah Al-Ahqaf dan wafat di dasrah Hadramaut. Nama lengkapnya adalah Hud bin Abdullah bin Rabah bin Khulud bin ‘Ad bin Ush bin Iram bin Sam bin Nuh AS.

Nabi Hud AS diperkirakan hidup sekitar tahun 2450-2320 SM, dan diutus menjadi nabi sekitar tahun 2400 SM. Namanya disebut dalam Alquran sebanyak tujuh kali.

Nabi Hud memiliki karakter sebagai orang yang senang mensyukuri nikmat yang diberikan padanya. Ia mengajak kaumnya untuk menyembah Allah dan mengenyahkan berhala-berhala. Namun, kaum ‘Ad menolaknya dan bahkan menghinanya. Kaum ‘Ad seringkali menyebut Nabi Hud sebagai orang yang gegabah, bodoh, dan pendusta.

Karena sikap kaumnya ini, Allah kemudian membinasakan mereka dan menimbunnya ke dalam tanah. Hingga kini peninggalannya ada di daerah Ubar dan Hadramaut. Hasil penemuan peninggalan kaumnya ini oleh para arkeolog dinamakan sebagai Atlantis di Padang Pasir.

Nabi Ismail AS adalah putra Nabi Ibrahim AS dari istrinya yang bernama Siti Hajar. Beberapa waktu setelah dilahirkan, Ibrahim AS mengajak istrinya Siti Hajar dan Ismail ke Makkah. Ibrahim ditugaskan oleh Allah untuk menyempurnakan pembangunan Ka’bah (baitullah).

Kisah Nabi Ismail dan Ibrahim AS, dalam beberapa perbuatannya, hingga kini terus berjalan dan dilaksanakan mayoritas umat Islam, terutama dalam pelaksanaan ibadah haji.

Sami bin Abdullah al-Maghluts menyebutkan, Nabi Ismail AS diperkirakan hidup pada 1911-1774 SM. Namun, ia baru diutus menjadi nabi dan rasul pada 1850 SM. Ia diutus di wilayah Makkah al-Mukarramah. Kaumnya disebut dengan nama Al-Amaliq dan kabilah-kabilah Yaman.

Sejak kecil, Allah telah memuliakannya dengan memancarkan air Zamzam yang penuh berkah dari bawah telapak kakinya. Dia sangat penyabar, pemberani, dan menepati janji.

Allah berfirman, Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya (umatnya) untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya. (QS Maryam [19]: 54-55).
lam Masjid Nabawi.

Nabi Syuaib AS adalah mertua Nabi Musa AS. Ia mempunyai dua orang anak perempuan dan salah seorang putrinya menikah dengan Nabi Musa AS. Nabi Syuaib AS tinggal di daerah Madyan.

Nabi Syuaib diperkirakan hidup pada tahun 1600-1400 SM. Sedangkan saat diangkat dan diutus menjadi nabi pada usia 50 tahun atau sekitar 1550 SM. Namanya disebut sebanyak 11 kali.

Para ahli tafsir menjulukinya dengan Khatib al-Anbiya` (Sang Orator), karena bagusnya ia dalam mendebat kaumnya. Selain itu, Nabi Syuaib juga pandai berargumentasi dan menggugurkan pendapat kaumnya.

Menurut sejumlah riwayat, Nabi Syuaib diutus kepada kaum Madyan dan Ashabul Aikah, yaitu sekelompok orang yang menyembah hutan belantara dan pohon-pohon besar. Kedua bangsa ini kemudian ditimpa bencana dan siksa akibat perbuatan maksiat dan pembangkangan mereka terhadap ajakan Nabi Syuaib AS untuk menyembah Allah.

Rasulullah SAW adalah seorang nabi yang ummi, yakni tidak bisa membaca dan menulis. Namun demikian, Allah memberikan kelebihan pada Rasulullah dengan kemukjizatan berupa Alquran. Kitab suci umat Islam ini merupakan mukjizat terbesar. Di dalamnya terkandung berbagai kisah, hukum, ancaman dan larangan, serta petunjuk hidup umat manusia.

Nabi Muhammad SAW adalah putra dari Abdullah bin Abdul Muthalib. Saat dilahirkan pada tahun 570 Masehi, ayahnya sudah meninggal dunia. Dan saat berusia sekitar lima tahun, ibunya yang bernama Aminah juga wafat di daerah Abwa (Madinah).
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad SAW menikah dengan Siti Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya keturunan Quraisy. Dan saat berumur 40 tahun, Allah mengangkatnya menjadi nabi dan rasul terakhir (khatamun nabiyyin) dengan diturunkannya surah Al-Alaq [95]: 1-5, di gua Hira.

Ketika memasuki usia 53 tahun, dan beratnya perjuangan yang dihadapi umat Islam di Makkah, bersama para sahabatnya, beliau hijrah ke Madinah. Di kota inilah beliau mengajarkan Islam dan menjadikan Madinah sebagai kota Nabi. Beliau wafat pada usia 63 tahun dan dimakamkan di Madinah, tepatnya di dalam Masjid Nabawi.

 

 

sumber: Republika Online

Rezeki yang tak Disangka

Diriwayatkan bahwa di Tanah Haram terdapat seorang wali Allah. Dia berpuasa setiap hari, setiap hari ada seseorang yang datang membawakan dua kerat roti untuk berbuka puasa.

Pada suatu hari, terlintas didalam pikirannya, “Mengapa aku harus menggantungkan rezeki ku pada orang ini? mengapa aku melupakan Maha pemberi rezeki seluruh alam.

Ketika pembawa roti datang pada malam tersebut, wali Allah itu pun mengembalikannya kepadanya. Orang itu pun pergi. Selama tiga hari, wali Allah itu tinggal tanpa sesuaru untuk dimakan.

Pada malam harinya dia memohon bersungguh-sungguh di hadapan Allah. ketika dia tidur, wali Allah itu bermimpi. Dia mendengar dalam mimpinya suara bisikan menegurnya, “Mengapa engkau mengembalikan roti yang telah Allah kirimkan untukmu melalui tangan salah seorang hamba-Nya?”

Dia menjawab, “Aku berpikir, bahwa dengan menerima pemberian darinya aku telah bergantung pada selain Allah dalam masalah rezekiku.”

Suara itu bertanya lagi, “Tetapi tahukah engkau, siapakah yang telah mengirimkannya kepadamu?”

Wali Allah itu menjawab, ” Allah yang melakukannya.”

Sahut suara itu,”Kalau begitu, ambillah roti itu dan jangan engkau tolak lagi.”

 

Masa Lalu Aleppo yang Sejahtera

Secara sangat singkat, kota ini mengalami jatuh bangun tak berkesudahan. Reruntuhan kuil dari akhir abad milenium ketiga sebelum Masehi masih bisa ditemukan hingga beberapa tahun lalu.

Situs-situs ini berkumpul di sejumlah lokasi benteng abad pertengahan yang terkenal. Situs ini masih mendominasi daerah dan memberi gambaran bagaimana benteng pertahanan yang melindunginya selama berabad-abad.

Aleppo sejahtera secara politik dan ekonomi selama abad 18 sebelum Masehi. Saat itu wilayah Aleppo masih menjadi ibu kota Kerajaan Yamkhad. Mimpi indah berakhir saat kota jatuh ke tangan bangsa Het, bangsa kuno yang berasal dari wilayah Anatolia, sekarang Turki.

Aleppo menjadi kota penting selama periode Hellenistik dan menjadi pos perdagangan antara Mediterania dengan wilayah timur. Aleppo dengan cepat menyerap aura Kekaisaran Roma. Kota ini kemudian sejahtera sebagai penghubung lalu lintas karavan di bawah Pemerintahan Byzantium.

Pada tahun 636 setelah Masehi, Aleppo direbut oleh pasukan Arab Muslim. Sekitar 80 tahun kemudian, di bawah Kekhalifahan Umayyah Sulaiman, Masjid Agung dibangun.

Pada abad 10, Aleppo menjadi ibu kota dinasti Suriah Utara, Hamdanid. Namun, kemudian menderita perang dan kerusakan. Kerajaan Byzantium, Pasukan Salib, Fatamidz, dan Seljuk bertarung memperebutkan wilayah.

Aleppo tidak pulih hingga pertengahan abad ke-12. Kemudian, di bawah dinasti Ayyubi yang merupakan dinasti Muslim asal Kurdi pimpinan Salahuddin al-Ayyubi, kota ini kembali menjadi kota sejahtera dan besar.

Ayyubi memperlebar wilayah kekuasaan hingga ke sekitar. Hingga, pada akhir 1290, Aleppo diserang pasukan Mongol. Kota ini menderita lagi hingga ke titik terburuk pada 1348. Disertai dengan serangan yang menghancurkan oleh bangsa timur pada 1400.

Pada 1516, Aleppo menjadi bagian Kesultanan Utsmaniyah. Tak lama kota ini dijadikan ibu kota dari Provinsi Aleppo itu sendiri. Tak sulit juga membuatnya menjadi pusat perdagangan seperti sedia kala. Aleppo menjadi titik pertemuan oriental dan Eropa.

 

 

sumber: Republika ONline

Al-Farabi, Bintang dari Aleppo

Nama lengkap Al-Farabi adalah Abu Nasr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Uzlagh al-Farabi. Di dunia Barat, Al-Farabi dikenal dengan sebutan Alpharabius. Ia dilahirkan di Farab, Turkestan, dari sebuah keluarga Turki.

Al-Farabi mengawali pendidikannya di Baghdad. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan Baghdad menuju Aleppo, Suriah, pada 942 Masehi. Di sana, bintangnya kian bersinar. Ia pun kian menguasai bidang yang digemarinya, logika dan bahasa.

Kepergian Al-Farabi ke Allepo mendapat sokongan penuh dari Pangeran Aleppo, Sayf al-Dawlah, yang kemudian naik takhta pada 945. Al-Farabi mendapatkan tunjungan hidup selama berada di Allepo. Paling tidak, ia memperoleh empat dirham per hari.

Dari tangannya, ia melahirkan puluhan karya. Paling tidak ada 39 karya yang masih bertahan hingga saat ini. Beberapa karyanya, seperti The Enumeration of the Sciences dan The Intellect telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.

Karya Al-Farabi ini dikenal luas di abad pertengahan dan sering menjadi rujukan bagi para filsuf renaisans Italia. Al-Farabi juga menulis sejumlah karya yang merupakan komentar atas karya Aristoteles, baik di bidang fisika, meteorologi, maupun risalah logika.

Bahkan, Al-Farabi juga mengembangkan filsafatnya sendiri. Pemikirannya berserak dalam sejumlah karya, yaitu Tahsil al-Sa’ada yang merupakan trilogi dan Ihsa al-‘ulum yang berisi klasifikasi prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan.

Karya tersebut berisi ringkasan pengetahuan dalam bidang filologi, logika, matematika, fisika, kimia, ekonomi, dan politik. Karya tersebut diterjemahkan pada abad ke-12 oleh seorang penerjemah Latin bernama Gundisalvi.

Ada pula Al-Medina al-Fadila. Al-Farabi menguraikan tentang Madinah sebagai kota yang bagus untuk menjadi contoh bagi pembangunan kota-kota lainnya. Ia menilai Madinah sebagai kota yang suci dengan kualitas pemimpin yang baik pula.

Pun, ada Fusus al-Hikam yang merupakan langkah Al-Farabi mengenalkan para pembacanya kepada dunia filsafat. Bahkan, di bidang musik, ia menuliskan pemikirannya pula yang terangkum dalam buku berjudul Kitab al-Musiqi.

 

 

sumber: Republika Online

Aleppo Lahirkan Tokoh Penting Peradaban Islam

Selama ini masyarakat dunia hanya mengenal Andalusia, Kordoba, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Istanbul sebagai kota-kota penting dalam sejarah peradaban Islam. Tidak demikian halnya dengan Aleppo, kota yang terletak sekitar 350 kilometer sebelah utara ibu kota Suriah.

Padahal, di kota ini terdapat peninggalan sejarah peradaban Islam seperti benteng-benteng, pintu gerbang, pasar-pasar tradisional, rumah peristirahatan, masjid, tempat pemandian umum, rumah sakit, dan madrasah (sekolah).

Sama halnya dengan Damaskus, Aleppo memiliki sejarah panjang sebagai salah satu kota tertua di dunia. Aleppo terletak di persimpangan sejumlah jalur perdagangan yang padat. Bahkan, Aleppo termasuk rute ‘Jalan Sutra’ sejak milenium kedua sebelum Masehi (SM).

Kota ini secara berturut-turut pernah dikuasai oleh berbagai suku bangsa dan dinasti, seperti Hitti, Assyria, Arab, Fathimiyah, Ayyubiyah, Mongol, Mamluk, dan Turki Usmani (Ottoman). Karenanya, tak mengherankan jika Organisasi Konferensi Islam (OKI) telah memilih Aleppo sebagai kota pusat budaya Islam di wilayah Arab pada 2006 silam.

Pada masa pemerintahan Islam, yang dimulai sejak 637 M, Aleppo menjelma menjadi kota terkemuka dalam berbagai bidang. Mulai dari ekonomi, kebudayaan, hingga ilmu pengetahuan.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, Aleppo telah melahirkan sejumlah tokoh penting dalam khazanah keilmuan dan peradaban Islam. Hal ini juga yang mendorong penguasa Islam pada masa itu, untuk membangun sejumlah madrasah (lembaga pendidikan). Salah satu madrasah yang cukup terkenal pada masa itu adalah Madrasah Al-Zahiriyah.

Pada masa Sultan Malik al-Zahir, Madrasah Al-Zahiriyah tumbuh menjadi pusat perkembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan terbesar di Aleppo. Orang pertama yang ditunjuk oleh penguasa Aleppo untuk mengajar di sana adalah Diya’ al-Din Abu al-Ma’ali Muhammad bin Hasan bin As’ad bin ‘Abd al-Rahman bin al-Ajami. Kuliah perdana selain dihadiri oleh kaum terpelajar Aleppo juga dihadiri secara langsung oleh Sultan Malik al-Zahir.

Sejarawan Barat, Allah Terry dalam bukunya bertajuk Ayyubid Architecture mengungkapkan, Madrasah Al-Zahiriyah merupakan sebuah kompleks bangunan sekolah yang terletak sekitar 500 meter ke arah utara pintu gerbang Kota Aleppo. Pintu gerbang itu dinamakan Bab al-Maqam.

 

 

sumber: RepublkaOnline

Sejumlah Media Pro Syiah di Indonesia Dinilai Lakukan Fitnah Lembaga Kemanusiaan ke Suriah

Sejumlah media pro Syiah dan pendukung Bashar al Assad di Indonesia dinilai telah melakukan fitnah kepada lembaga-lembaga kemanusiaan untuk membantu warga Suriah.

“Banyak pertanyaan sehubungan dengan beredarnya fitnah yang dialamatkan kepada Indonesian Humanitarian Relief (IHR) Foundation, seolah bantuan kemanusiaan masyarakat Indonesia tidak sampai ke rakyat Suriah,“ demikian disampaikan Direktur IHR, Mathori, sebagaimana dikutip Islamic News Agency (INA), Senin (26/12/2016).

Menurut Mathori, melihat polanya, arus fitnah ini tampaknya bukan barang baru. Upaya propaganda serupa sudah lama dilakukan melalui akun-akun Facebook dan laman situs yang diduga berafiliasi pada sebuah ideologi tertentu dan pendukung Rezim Bashar al Assad yang menurut PBB disinyalir telah melakukan kejahatan kemanusiaan.

“Caranya hampir sama, membuat fitnah yang dilakukan dengan berbagai pola, salah satunya adalah membunuh karakter NGO-NGO kemanusiaan yang selama ini bersama-sama ormas Islam, ulama, dan aktivis kemanusiaan menggalang semangat berbagi membantu rakyat Suriah, termasuk Aleppo,” ujar Mathori.

Mathori membantah bantuan yang disalurkan IHR tidak sampai ke warga Suriah. Pihak-pihak yang melakukan propaganda dinilai sengaja “menggoreng” berita yang belum terkonfirmasi kebenaran dan faktanya, selain hanya menyandarkan kepada satu potongan berita, tanpa mau melihat informasi secara utuh. Selain itu, bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Suriah saat ini bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan internasional yang sangat kredibel, IHH.

“Jelas tuduhan fitnah dan tidak benar. İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı (IHH) adalah organisasi lembaga kemanusiaan internasional yang telah diakui oleh PBB dan dalam beberapa aktivitas kemanusiaan ditunjuk secara resmi oleh PBB. Dalam kiprahnya, IHH pernah menjadi inisiator konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla menuju Gaza, Palestina, yang diikuti lembaga dan aktivis kemanusiaan dunia.”

Meski demikian, di lapangan semua kemungkinan bisa terjadi, apalagi dalam suasana perang dan konflik. Mathori membuat logika sederhana, jika ada bantuan dari lembaga kemanusiaan ke Rohingya tidak sampai dan jatuh ke tangah militer Myanmar, bukan berarti NGO tersebut membantu militer atau bantuan tidak sampai ke tangan pengungsi. Apalagi dalam suasana perang, ada banyak faktor terjadi di lapangan.

“Jika ada bantuan ke Rohingya disita militer Myanmar, apa lantas disebut mendukung pihak militer?” ujarnya.

Mathori paham yang dimaksud para pemfitnah, yang menurutnya, menggunakan bahasa yang sangat jelas Pro Rezim keji, Bashar al Assad, agar umat Islam di Indonesia tak menggalang dana untuk rakyat Suriah.

Meski demikian, ia mengatakan, kewajiban semua kaum Muslimin membantu saudaranya di dunia yang sedang menderita dan pengalami penindasan di seluruh dunia. Termasuk di Rohingya, Palestina hingga Suriah.

“Kami menilai tudingan ini adalah bagian dari upaya melemahkan semangat kemanusiaan masyarakat Indonesia untuk membantu sesama saudaranya di Suriah.”

Sebagaimana diketahui, Rezim Bashar al Assad yang merupakan pelanjut ayahnya, Hafed al Asaad berkuasa di Suriah dengan jalan kudeta berdarah, telah bertahan lebih 40 tahun di tampuk kekuasaan sehingga menjadikan banyak warganya tertindas.

Usaha warganya meminta perubahan sejak 2011 lalu, dihadapi dengan serangan kepada rakyatnya sendiri hingga saat ini yang menurut PBB telah menelan lebih 470 ribu jiwa. Sementara 4 juta warga terusir dan menjadi pengungsi.

Belakangan, Suriah yang masuk wilayah Bumi Syam makin hancur dan menderita ketika masuknya Rusia dan keterlibatan Iran yang ingin memperluas ideologi Syiah di kawasan Timur Tengah. Terakhir adalah hancur dan terusirnya Aleppo oleh bom yang dijatuhkan Rusia untuk membantu rezim Bashar dan milisi Syiah dukungan Iran.[]PIZ

 

sumber; BumiSyam

Senyuman Si Gadis Twitter, Bana Alabed untuk Erdogan

Senyuman gadis 7 tahun itu terukuir di wajahnya, saat ia dan keluarga bertemu dengan Presiden Turki, Erdogan beserta sang istri, Emine Erdogan.

Dilansir Worldbulletin, presiden dan Istrinya, Emine Erdogan menyambut Bana dan keluarganya di Istana Presiden yang terletak di Ibukota Turki, Ankara pada hari Rabu.

Bana berterima kasih kepada Erdogan karena telah membantu ia dan keluarganya, bantuan kemanusiaan Turki berhasil mengevakuasi Bana dari Aleppo pada hari Senin yang lalu.

“ Kami telah melaui banyak kesilitan dan rasa sakit, rumah kami dibom yang akhirnya runtuh, kami lapar tapi tidak punya makanan, namun, anda telah menyelamatkan kami di Aleppo, terimakasih untuk semuanya, “ ucap Bana kepada Erdogan.

Setiap rakyat Suriah memiliki perannya masing-masing untuk mencari perhatian dunia dengan meninformasikan kondisi yang terjadi di negaranya, begitu juga dengan Bana Alabed.

Ia adalah gadis kecil yang aktif di twitternya, Bana selalu mengupdate informasi tentang Aleppo yang pada akhirnya dapat menarik perhatian seluruh dunia. dan namanya pun telah menjadi sorotan publik.

Namun saat serangan puncak yang dilakukan rezim dan sekutunya terhadap Aleppo beberapa waktu lalu, gadis ini mengucapkan salam perpisahan dan menghilang dari twitternya.

Serangan Aleppo telah memakan banyak korban, termasuk Bana dan keluarganya, namun ia dan keluarga berhasil divakuasi oleh tim penyelamat Turki, hingga kemudian ia diundang Presiden Turki ke Istana Presiden.

Dalam pertemuan tersebut tidak hanya Bana dan keluarganya saja yang senang, akan tetapi Erdogan juga merasa senang.

Bahkan Erdogan menunjukkan rasa senangnya dalam akun twitter resmi miliknya, “Saya senang menjadi tuan rumah @AlabedBana dan keluarganya di Istana Presiden dan Turki akan selalu berdiri dengan rakyat Suriah. “

 

sumber:BumiSyam

Apakah Karena Jauhnya Jarak, Lantas Kita Memalingkan Wajah Dari Mereka?

Anggota Lembaga Asosiasi Perempuan dan Hak-hak Demokrasi menjelaskan tentang bagaimana kondisi anak-anak dan perempuan yang berada di Aleppo.

Dalam kondisi perang, keadaan tidak menentu, jika hari ini anak-anak selamat dari serangan roket, namun orang tua bahkan rumah dan tanah mereka telah lenyap ditelan oleh rokat yang ganas.

Anak-anak dan perempuan ketakutan dengan keadaan yang demikian, mereka sendiri dan tidak punya sanak saudara, harta benda apa lagi makanan.

Kehidupan mereka benar-benar terpuruk, penuh dengan penderitaan, kesengsaraan dan kenangan menyakitkan yang telah diukir jelas oleh rezim Basyar Assad, Rusia, Iran,dan sekutu lainnya.

Pelanggaran hak Asasi Manusia telah terjadi di Suriah, pelanggaran penggunaan senjata yang berbahan kimia juga terjadi Suriah. Namun meskipun banyak pelanggaran yang terjadi di Suriah, orang yang melakukan pelanggaran tersebut sampai detik ini masih belum juga mendapatkan hukuman.

Orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu masih berkeliaran dan terus menumpahkan darah ratusan ribu rakyat Suriah.

Seperti disebutkan Worldbulletin, sejak pertempuran terjadi di Suriah, anak-anak berusia antara 9 sampai 5 tahun, munuliskan rintihan mereka pada sebuah dinding sekolah di wilayah Darr.

“ Kami ingin bebas, kami ingin demokrasi, “ tulis anak-anak itu.

Sahabat…. Jika seorang anak jatuh di hadapan kita, tidak kah kita akan mengulurkan tangan untuk menolongnya? Jika ada seorang wanita di samping kita yang ditampar, akan kah kita akan memalingkan wajah?

Di negeri nun jauh di sana, pemboman yang dilakukan rezim bernama Basyar Assad dan sekutunya seringkali meninggalkan luka parah pada anak-anak, namun apakah karena jaraknya jauh, kita hanya beriam diri?

Sahabat… Anggota Lembaga Asosiasi mencoba mengingatkan kita sebagai masyarakat dunia, diamnya kita atas perang yang telah terjadi selama 6 tahun di Suriah telah merenggut 500 ribu jiwa.

Warga sipil saat ini telah dijadikan target pembunuhan massal oleh serangan militer Basyar Assad dan Sekutu, namun apakah kita hanya mampu mengecamnya dalam kesunyian?

Meskipun ada PBB, dalam hal ini PBB tidak dapat melakukan apapun dan mereka tidak ingin mengambil tindakan lain kecuali perundingan yang pada akhirnya perundingan tersebut tidak dapat merubah apapun walau sedikit.

Berbagai macam lembaga kemanusiaan mamanggil kita selaku masyarakat dunia. Mereka menegaskan bahwa sejatinya kita sebagai masyarakat dunia dapat menyelamatkan ribuan warga sipil Suriah.

Kita dapat menyelamatkan kehidupan anak-anak dan para wanita, namun mengapa kita ragu untuk melakuakan itu?

Oleh karen itu, berbagai Lembaga kemanusiaan mengajak kita untuk mengambil tindakan tegas atas tragedi Aleppo, sebuah bencana besar dan memalukan dalam sejarah kehidupan manusia yang dilakukan hanya untuk pencipatakan perpolitikan internasional.

Dan kekejaman itu harus kita hentikan. (Eka Aprila)

 

sumber:BumiSyam.com

Nilai Penting Adab dalam Ilmu

BEBERAPA hari yang lalu tepatnya 18 November 2016 bersama santri pesantren Shoulin At-Taqwa Depok, kami selesai mengkhatamkan kajian kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, karya Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Selama satu bulan kitab tersebut kami baca dan pelajari bersama santri Shoulin Depok. Saya menggunakan metode sorogan ala pesantren tradisional, tetapi dengan menggunakan bahasa Indonesia, tidak bahasa Jawa sebagaimana yang berlaku di pesantren tradisional di Jawa.

Kitab ini saya pandang sangat penting diajarkan secara luas untuk para pelajar saat ini. Salah seorang santri At-Taqwa merasa sangat beruntung bisa mengkaji kitab adab ini. Masalah-masalah yang dirundung umat Islam hari ini ternyata ‘kunci pembuka’ jawabannya ada dalam masalah adab. Dan kandungan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim memberi jawaban.

Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim rupanya disiapkan untuk pelajar pemula. Kajiannya ringkas, bahasanya lugas dengan isi cukup padat. Dalam kitab ini, dijelaskan tiga macam adab seorang pelajar dan tiga macam adab seorang guru. Yaitu, adab kepada dirinya, adab kepada ilmunya, dan adab kepada guru atau muridnya.Untuk memperbaiki adab, seseorang harus memperbaiki ilmu. Menempatkan ilmu sebagai sesuatu yang mulya dan memperbaiki niat, juga bagian dari adab. Maka, Hāsyim ‘Asyarī menjelaskan, orang berilmu adalah orang yang niat belajarnya karena mencari rida Allah, bersih hatinya, dan wara’. Bukan bermaksud untuk kepentingan duniawi, seperti untuk memperkaya, mendapatkan jabatan dan memperbesar pengaruh di hadapan orang. Bahkan, memperbanyak tidur dan makan bukanlah adab seorang pelajar karena hal itu akan menghalangi ilmu. Niat yang benar dan membersihkan hati merupakan adab pelajar terhadap dirinya.

Sudah semestinya, kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim dan Ta’lim Muta’allim (karya Syeikh Zarnuji) menjadi pelajaran wajib pelajar sekolah menengah. Tidak sekedar diajarkan membaca kitab, tetapi dilatih atau di-drill adab nya dalam kehidupan sehari-hari. Melatih adab itu sangat mendesak saat ini. Dengan drill itu, sudah mengamalkan isi kitab. Metode ini sudah lebih dari pendidikan karakter saat ini.

Sampai hari ini, masih banyak orang tua yang lebih senang anak-anaknya dilatih subjek-subjek sains, daripada dilatih adabnya. Anak-anak dikirim ke tempat kursus matematika dan IPA. Tapi rupanya belum ditemukan yang mengirim anaknya untuk kursus adab atau kursus kitab­-kitab adab. Pesantren Shoulin At-Taqwa rupanya menghidupkan kembali tradisi mulazamah dan talaqqi kitab-kitab ulama dahulu supaya adabnya baik. Alangkah bagusnya bila pelajar itu pintar sains sekaligus adabnya baik.

Setiap kali mengajar kitab ini, selalu saya selingi dengan kisah sirah kehebatan ulama-ulama kita. Beberapa kali saya bertanya kepada pelajar sekolah Islam tentang ulama Nusantara yang mendunia seperti Syeikh Nawawi al Bantani, Syeikh Mahfudz Turmusi, Syeikh Yasin al-Fadani, dll, mereka tidak lagi mengenalnya. Rupanya banyak juga yang tidak kenal ilmuan-ilmuan Muslim dunia yang kehebatannya diakui Timur dan Barat, seperti; seperti al-Khawarizmi, al-Kindi, al-Jabbar, dll.

Salah satu efek tidak baik hilangnya adab ini adalah, pemuda-pemuda Islam tidak kenal ulama salaf, dan tidak menghormati ulama yang sekarang. Ulama dianggap biasa-biasa saja. Padahal ulama itu warisan Nabi saw.

Apa pentingnya adab? KH. Hasyim ‘Asyari berpendapat bahwa segala amalan ibadah, baik kecil atau besar, tidak memiliki arti apapun kecuali di dalamnya terdapat adab. Termasuk amalan yang berkaitan dengan ilmu, yang melibatkan sorang guru dan murid. Ilmu pengetahuan, kehebatan seorang guru dan murid, tidak akan bermakna kecuali dihiasi dengan adab. Dari Habib bin al-Syahid, ia berkata kepada anaknya: “Berkawanlah dengan orang berilmu dan belajarlah adab kepadanya. Karena hal itu lebih aku sukai daripada (menghafal) banyak hadith” (KH. Hasyim Asy’ari,Adabul Alim wal Muta’allim,hal. 10).

Kepada seorang guru, pelajar wajib memberi penghormatan kepadanya. Berakhlak baik, berkata dan bertanya dengan lembut, menunaikan hak-haknya, dan bersabar terhadap metode pengajarannya. Mislanya; berilah salam ketika masuk ke dalam kelas; sebelum mengajr mulailah terlabih dahulu dengan berdoa untuk para ahli ilmu yang telah lama meninggalkan kita; berpenampilan yang kalem dan jauhi hal-hal yang tidak pantas dipandang mata dan lain sebagainya. Ketika menjelasan adab kepada guru KH. Hasyim ‘Asyari juga memberi pesan agar mencari guru yang memiliki kredibiltas dan otoritas. Ia mengingatkan, pilihlah guru yang akhlaknya baik, ilmu syariatnya sempurna, dan diakui otoritasnya. Janganlah berguru pada orang yang tidak memiliki otoritas ilmu, dan belajar agamanya tidak melalui guru.

Agar Berkah, Penuntut Ilmu Harus Memperhatikan Adab

Sementara tentang adab kepada ilmu (mata pelajaran), KH. Hasyim ‘Asyari memulai pada pemahaman posisi ilmu. Seorang pelajar harus memulai belajarnya dengan ilmu-ilmu fardu ‘ain. Seperti ilmu tauhid, ilmu fikih,  dan ilmu menunddukkan hawa nafsu, tazkiyah al-nafs. Ilmu fardu ‘ain harus ditekuni sampai mencapai pemahaman yang kuat, karena menjadi pokok ilmu-ilmu yang lain.

Banyak yang masih berpendapat  bahwa pencapaian ilmu adalah segala-galanya, padahal pencapaian ilmu yang tinggi tanpa ada itu berakibat; pikiran rusak, perilaku buruk, tersesat dan tertipu oleh dunia.

Seringkali ilmu berubah menjadi sesuatu yang buruk dan merusak lantaran pemiliknya jauh dari Allah Swt, berorientasi pada popularitas, dan selalu disibukkan oleh dunia. Nabi Saw mengingatkan agar jangan sampai orang yang berilmu menjadikan segala sesuatu selain Allah Swt sebagai tujuannya. Beliau bersabda: “Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya ditujukan untuk mencari ridha Allah Subhanahu Wata’ala, tetapi ia mempelajarinya untuk mendapatkan dunia, kelak pada hari kiamat ia tidak akan mencium bau Surga.” (HR. Abu Daud dan Ahmad).

Adab hilang pada saat nafsu menghalahkan ilmu. Syeikh Ibnu Athoillah al-Sakandari mengingatkan, nafsu itu bukan hanya bermain-main di ‘wilayah’ maksiat. Tetapi, nafsu  juga bermain dalam ibadah seorang Muslim. Bahkan, nafsu yang menyusup ke dalam ibadah itu lebih sulit dikenali, daripada nafsu yang mendorong maksiat. Sehingga, menghilangkannya pun lebih susah.

Semangat ibadah karena dorongan nafsu ini bahayanya melebihi nafsu dalam maksiat. Mereka yang menjadi pengikut hawa nafsu, bahkan intensitas ibadahnya melebihi ibadah orang pada umumnya.

Ketika  semangat ibadah seseorang sedang naik, maka ada dua kemungkinan; bila dia orang baik, berarti dorongan itu semata karena Allah Swt. Akan tetapi, jika dia penderita penyakit hati, maka dipastikan dorongan itu karena hawa nafsu.

Mereka ini penyembah hawa nafsu, bukan penyembah Allah Swt. Amalaiyah keagamaannya diletup oleh nafsu, bukan ilmu. Karena itu, biasanya keliru.

Ini Panduan Penting bagi Para Penuntut Ilmu

Ibnu Athoillah al-Sakandari memberi contoh penyembah nafsu yaitu; seseorang yang semangat beribadah sunnah tetapi malas beribadah wajib. Beliau mengatakan: “Salah satu tanda seseorang itu mengikuti hawa nafsu adalah, bersegera dalam menjalankan ibadah sunnah, tetapi malas menunaikan kewajiban” (Ibnu Athoillah al-Sakandari,Al-Hikam,hal.23).

Karena itu, dalam pandangan Islam, seorang yang pintar dan hebat ilmunya tidak dapat dijadikan rujukan selama ia tidak memiliki adab. Semua ulama-ulama; seperti imam Syafi’i, imam Asy’ari, imam Nawawi, imam al Ghazali, Ibnu Hajar, dan lain-lain adalah ulama yang memiliki adab sehingga ilmunya menjadi rujukan. Jika saja ada seorang sarjana Muslim yang fasiq, maka tidak akan menjadi ulama rujukan.

Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi dalam alam pikiran Barat yang meyakini ilmu itu netral. Seorang ilmuan yang hobi mabuk, main perempuan, berjudi dan lain-lain bisa menjadi rujukan ilmu selama keilmuannya tersebut dipandang hebat.*

 

Oleh: Ahmad Kholili  Hasib

Penulis anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda (MIUMI) Jawa Timur

sumber: Hidayatullah.com

Menguasai 170 Ilmu tentang Al Qur`an

HARUN AR RASYID suatu saat bertanya kepada Imam Asy Syafi’i mengenai Kibullah.

Imam Asy Syafi’i pun menjawab,”Sesungguhnya ilmu mengenainya banyak. Apakah Anda hendak bertanya kepadaku mengenai muhkam dan mutasyabihnya? Yang turun lebih awal dan yang lebih akhir? Atau tentang nasikh dan mansukhnya? Atau tentang apa-apa yang hukumnya berlaku meski tilawahnya diangkat? Atau tentang Makkiyah dan Madaniyahnya? Atau tentang mujmal dan  mubayyannya? Atau tentang `am dan khasnya?”

Imam As Syafi’i pun terus menyebutan disiplin ilmu yang ia kuasai mengenai Al Qur`an hingga 170 jumlahnya. (Hasyiyah At Tarmasi, 1/771)

 

sumber: Hidayatullah.com