Waspada pada Fenomena “Iman Setengah”

ADA kalangan yang senang dengan ayat: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Tapi mereka bermuka masam dengan ayat: “Kamu tak akan mendapati saling kasih sayang antara kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah: 22)

Ada kalangan yang berbahagia dengan potongan ayat: “Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, ..” (QS. Ali Imran: 64)

Seolah ayat ini menunjukkan bahwa antara Islam dan Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) itu sama. Tapi, mereka menutup mata dengan kalimat selanjutnya yang merupakan ajakan untuk tauhid dan bersyahadat: “Bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Ali Imran: 64)

atau ayat lain: “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam ..” (QS. Ali Imran: 19)

Juga ayat: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)

Begitulah pengusung paham bahwa semua agama sama. Ada kalangan yang berseri wajah dan cepat loadingnya dengan ayat: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 62)

Mereka anggap semuanya itu beriman, bukan kafir, baik Yahudi, Nasrani, dan Shabiin (penyembah bintang dan berhala) … , padahal tidak ada satu pun mufassir mengatakan seperti itu. Tapi lihat .., mereka cemberut bercampur kejang-kejang dan gagal loading ketika ada ayat yang menjelaskan kekafiran mereka semua dan neraka tempat akhirnya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir yaitu ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)

Ada kalangan yang mengelu-elukan ayat: “Dan tidaklah engkau (Muhammad) diutus melainkan sebagai kasih sayang bagi alam semesta.” (QS. Al-Anbiya: 107)

Tapi, mereka gerah dan panas dalam terhadap ayat-ayat tegas dan perang seperti: “Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang beriman bersamanya, mereka tegas terhadap orang-orang kafir dan saling berkasih sayang terhadap sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29)

Atau ayat: “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan darimu, dan Ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (QS. At-Taubah : 123)

Intinya… mereka hanya akan ikuti dan yakini ayat-ayat yang sesuai keinginan dan hawa nafsu mereka, dengan tafsiran keluar dari koridor para ulama terpercaya. Ada pun ayat-ayat yang bertolak belakang dengan paham dan hawa nafsu mereka, akan mereka buang jauh-jauh, bahkan berani mengatakan TIDAK RELEVAN. Begitulah kelompok pengusung paham sepilis (Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme), dan para pengikutnya, baik yang sudah stadium mengerikan atau yang masih bersin-bersin saja.

Inilah tipe-tipe manusia yang Allah Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. An-Nisa: 150-151)

Sudah seharusnya seorang muslim mengimani semua ayat, dengan sebenar-benarnya iman dan berserah diri. Semuanya adalah haq (kebenaran), tidak ada ragu dan bimbang. Wallahu Alam. [Ustadz Farid Nu’man Hasan]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2350493/waspada-pada-fenomena-iman-setengah#sthash.u8I2ceMG.dpuf

Awas! Terjerumus Murtad akibat Perkataan

3 Jenis Penyebab Murtadnya Seorang Muslim

 

SELAIN dengan jalan penyimpangan keyakinan, kemurtadan itu bisa terjadi akibat ucapan atau lafadz secara lisan, yaitu apabila seseorang mengucapkan sab. Selain itu murtad juga bisa terjadi ketika seseorang melontarkan tuduhan kafir (takfir) kepada seorang muslim tanpa hak.

a. Sab

Istilah sab sering diartikan sebagai penghinaan atau kalimat yang merendahkan, menjelekkan, mencaci, melaknat, menghina.

– Menghina Allah

Para ulama telah mencapai kata sepakat bahwa orang yang menghina Allah Ta’ala, atau mencaci, memaki, menjelekkan-Nya sebagai orang yang murtad dan keluar dari agama Islam. Walaupun hal itu hanya sekedar candaan, atau main-main belaka. Dasarnya adalah firman Allah Ta’ala di dalam Alquran:

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. At-Taubah: 65-66)

– Menghina Rasulullah

Demikian juga para ulama sepakat tanpa ada perbedaan pendapat, bahwa orang yang menghina Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah murtad. Termasuk ke dalam penghinaan ketika seseorang menghina kekurangan baik pada diri beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, atau nasab dan agama. Termasuk juga melaknat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mengejeknya, menuduhnya dengan tuduhan palsu.

– Menghina Para Nabi

Di antara para nabi dan rasul yang jumlahnya mencaiap 124 ribu orang itu, sebagiannya ada yang sudah jelas identitasnya dan kita mengenalnya dengan baik. Kedudukan mereka menurut para ulama sama dan sederajat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka menghina atau menjelekkanpara nabi dan rasul, sama dengan dengan menghina Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka perbuatan seperti itu termasuk juga hal-hal yang berakibat pada kemurtadan. Sedangkan menghina orang-ornag yang belum masih jadi perbedaan pendapat ulama tentang status kenabiannya, meski tidak termasuk perbuatan murtad, namun menghinanya tetap saja bisa dihukum, walaupun bukan hukuman mati.

– Menghina Istri-istri Nabi

Para ulama telah sepakat bahwa menghina istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, khususnya Asiyah radhiyallahuanha termasuk perbuatan murtad. Pelakunya bisa divonis kafir dan halal darahnya dengan dasar yang hak. Sebab pelakunya berhadapan dengan ayat Alquran yang sharih tentang kesuciannya di dalam surat. “Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. An-nuur: 17)

Sedangkan istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selain Aisyah, apakah kedudukannya sama, dalam arti kalau ada yang menghinanya bisa divonis kafir dan halal darahnya? Para ulama agak berbeda dalam hal ini. Mazhab Al-Hanafiyah dan Al-Hanabilah menyamakan antara semua istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan Aisyah dalam kemuliaan dan kedudukannya. Maka orang yang menghina salah satu istri beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, bisa divonis murtad dan halal darahnya. Sedangkan mazhab Al-Malikiyah dan Asy-Syafi’iyah berpendapat bahwa kedudukan para istri nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang lain selain Aisyah sama dengan para sahabat nabi yang lain. Yang menghina mereka tentu dihukum tetapi bukan divonis kafir dan murtad, serta tidak dihukum mati.

 

b. Takfir

Para ulama sepakat bahwa salah satu penyebab kemurtadan adalah ketika seorang muslim menuduh saudaranya yang muslim sebagai kafir tanpa bisa mempertahankan tuduhannya secara legal di majelis mahkamah syar’iyah. Dasarnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Siapa pun orang yang menyapa saudaranya yang muslim, ‘wahai kafir’, maka dia akan mendapat salah satu dari kedunyanya, yaitu benar tuduhannya atau tuduhannya kembali kepadanya.” (HR. Muslim)

“Orang yang menyapa seorang muslim dengan kafir atau memanggilnya dengan sebutan ‘musuh Allah’, padahal tidak benar, maka tuduhan itu akan berbalik kepada dirinya sendiri.” (HR. Muslim)

Dari kedua hadis di atas bisa disimpulkan bahwa menuduh seorang muslim sebagai kafir atau musuh Allah, akan berisiko besar. Sebab tuduhan itu harus bisa dibuktikannya di mahkamah syar’iyah. Bila tuduhannya benar, maka penuduhnya selamat. Namun bila tidak bisa dibuktikannya, maka dirinya sendirilah yang berisiko menerima vonis kafir atau murtad. Kurang lebih ada kemiripan dengan tuduhan zina (qadzaf), di mana penuduhnya justru diancam dengan 80 cambukan apabila tidak bisa membuktikannya di mahkamaha syar’iyah.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2350669/awas-terjerumus-murtad-akibat-perkataan#sthash.qEV5Xjx1.dpuf

Terjerumus Murtad akibat Keyakinan di Hati

3 Jenis Penyebab Murtadnya Seorang Muslim Awas!

 

MENURUT umumnya para ulama, setidaknya ada tiga cara seseorang untuk bisa jadi murtad, yaitu terkait dengan keyakinan tertentu di dalam hati, atau tindakan nyata tertentu dalam bentuk perbuatan, atau ucapan tertentu secara lisan.

Para ulama umumnya membuat batas-batas yang bisa dijadikan patokan untuk diperhatikan, antara lain:

1. Murtad Terkait dengan Keyakinan

Di antara bentuk kemurtadan secara keyakinan misalnya mengingkari sifat Allah, atau menolak kebenaran Alquran, atau mengingkari kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

a. Mengingkari Sifat Allah

Para ulama sepakat bahwa siapa saja dari umat Islam yang meyakini bahwa tuhan itu tidak ada alias atheis, dia telah murtad dari agama Islam. Demikian juga bila mengingkari satu dari sifat-sifat Allah yang jelas, tegas, dan tsabit, maka dia telah murtad keluar dari agama Islam, seperti menyatakan Allah punya anak, istri dan sebagainya. Termasuk bila seseorang mengatakan bahwa Allah itu tidak abadi, atau sebaliknya malah mengatakan alam ini kekal abadi, maka dia telah murtad.

b. Mengingkari Kebenaran Alquran

Orang yang menolak kebenaran Alquran, bahwa kitab itu turun dari Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, turun dengan tawatur, melalui Jibril alaihissalam, dengan bahasa Arab, serta menjadi mukjizat buat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dengan itu Allah menantang orang Arab untuk membuat yang setara, maka dia sudah murtad. Termasuk di dalamnya kategori murtad adalah orang yang menolak kebenaran satu ayat dari ribuan ayat Quran, kecuali bila ayat itu memang multi tafsir atau sudah dinasakh hukumnya.

c. Mengingkari Kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

Menolak kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam termasuk keyakinan yang sesat dan mengakibatkan murtad dari agama Islam. Sebab dasar agama Islam itu diletakkan pada keyakinan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang nabi yang menjadi utusan Allah secara resmi. Maka mengingkari kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sama saja menngingkari keberadaan agama Islam. Berarti orang yang mengingkarinya telah ingkar atau kafir dari agama Islam.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2350666/awas-terjerumus-murtad-akibat-keyakinan-di-hati#sthash.jddIQnpG.dpuf

Imlek Meminta Angpau = Menjual Agama dan Akidah?

TANGAN yang di atas itu lebih baik dari pada tangan yang di bawah. Jadi kita sebagai muslim memang seharusnya menjadi donatur dan bukan menjadi peminta-minta. Hanya yang jadi masalah, kebanyakan umat Islam kebetulan atau memang disengaja, umumnya berada di bawah garis batas kesejahteran, alias fuqara’ wal masakin.

Pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung-jawab masalah kesejahteraan rakyat, rasanya terlalu naif untuk diminta memikirkannya. Alih-alih memikirkan rakyat, yang terlintas di benak para pejabat itu lebih sering tentang bagaimana bisa menang pada pemilihan, atau bagaimana melanggengkan kekuasaannya. Rakyat mau sedang mau susah, bukan urusan saya.

Demikian juga dengan organisasi massa keagamaan, kalau bukan sibuk dengan konflik internalnya, yang nyaris tidak pernah selesai, biasanya juga tidak punya sarana untuk memakmurkan rakyat.

Para ustadz dan da’i bagaimana? Jangan diminta mereka untuk memikirkan masalah ekonomi dan kesejahteraan umat. Sebab mereka sendiri pun kebanyakannya juga berekonomi lemah. Dengan pengecualian para da’i selebriti yang sering muncul di televisi. Ekonomi mereka mungkin sedikit tertunjang, tapi jelas tidak mungkin diminta untuk menyelesaikan problem kemiskinan.

Maka jadilah kita, bangsa Indonesia yang muslim ini, mayoritas berada di lembah kemiskinan dan kefakiran yang akut. Maka jangan salahkan kalau kita melihat sebagian mereka di televisi lagi antri menerima angpau. Jangan salahkan mereka kalau harus terpaksa menadahkan tangan kepada non muslim. Jangan salahkan mereka bila sekampung murtad semua, karena tidak tahan dengan kemiskinan yang melilit.

Mungkin dalam hati mereka bilang, “Sudah lah pak, jangan meributkan masalah akidah, lha wong perut saya ini lapar. Siapa yang memberi makan saya, maka saya ikut saja.” Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, sudah sedemikian parahkah kemiskinan di negeri ini, sampai kita harus menjual agama dan akidah?

Padahal iman di dada ini adalah harga diri satu-satunya yang masih bisa dibanggakan. Namun perut yang merintih minta diisi, tangis bayi yang tidak punya susu, harga-harga yang semakin tidak terjangkau, lahan pertanian yang semakin sempit, pekerjaan yang tidak menentu, semua telah memaksa umat ini untuk menyerah kalah.

Benarlah ungkapan bahwa kefakiran itu nyaris akan membawa kepada kekafiran. Meski rakyat negeri ini hidup di atas negeri yang subur, dengan kekayaan alam berllimpah. Tapi seribu sayang, semua itu justru tidak bisa dinikmati oleh rakyat sendiri. Sebab semua sudah dilego untuk kepentingan bangsa asing dengan kesepakatan timpang bersama dengan para pemegang birokrasi.

Jadi PR besar buat teman-teman para da’i yang menyatakan diri berjuang dari ‘dalam birokrasi’ adalah membuat kebijakan yang adil. Kebijakan itu seharusnya sudah bisa dirasakan hasilnya saat ini, setidaknya berupa kebijakan yang membela kaum lemah, demi mengentaskan kemiskinan dan kefakiran yang masih saja melekat di tubuh umat.

Karena toh ketika dulu kampanye memang slogan-slogan itulah yang selalu dikumandangkan. Sekarang tinggal kita menagih janji. Bukankah janji itu hutang, ustaz? Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. [Ahmad Sarwat, Lc]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2355716/imlek-meminta-angpau-menjual-agama-dan-akidah#sthash.sznjtjSQ.dpuf

Ibu dan Anak ini Bakal Jadi Polwan Berhijab Pertama di Skotlandia

Pada Agustus tahun lalu, Kepolisian Skotlandia mulai memberi lampu hijau bagi penggunaan hijab sebagai bagian dari seragam polisi wanita. Kini, pasangan ibu dan anak, Shafqat (50 tahun) dan Aleena Rafi (19), tengah bersiap menjadi polwan pertama di Skotlandia yang menggunakan hijab saat bertugas.

Begitu program pelatihan mereka selesai, Shafqat dan Aleena akan tercatat sebagai polwan Skotlandia pertama yang berhijab. Menurut Aleena, penggunaan hijab oleh polisi akan dapat membantu penghancuran batasan-batasan tertentu dalam bertugas. Aleena mengakui, masih banyak orang beranggapan, perempuan yang menggunakan hijab justru memiliki keterbatasan dan berada di bawah tekanan.

”Orang masih memiliki stereotipe terhadap perempuan berhijab yang berasal dari kelompok minoritas. Anggapan itu antara lain, perempuan tersebut dipaksa untuk mengenakannya dan dalam kondisi tertindas. Tapi, orang akan melihat, walaupun menggunakan hijab, kami masih bisa melakukan apapun. Hijab tidak membuat kami terbatas,” kata Aleena seperti dikutip Herald Scotland.

Hal senada juga diungkapkan Shafqat. Selama ini, orang-orang hanya melihat hijabnya saja, tanpa mengetahui lebih dalam tentang penggunaan hijab. ”Terkadang orang hanya melihat hijab, tanpa tahu alasan yang ada di belakangnya. Agama kami mengajarkan untuk membantu orang lain. Islam berarti kedamaian,” kata Shafqat.

Shafqat dan Aleena mengungkapkan, pihak Kepolisian Skotlandia benar-benar membantu dan mendukung saat mereka mendaftar sebagai anggota kepolisian. Shafqat dan Aleena memang masuk dalam program rekrutment yang diluncurkan Kepolisian Skotlandia, ‘Positive Action Team’.

Program ini memang bertujuan untuk memberikan ruang kepada orang dengan latar belakang kelompok minoritas, termasuk Muslim, untuk menjadi polisi. Kepala program tersebut, Ann Bell, mengungkapkan, sambutan masyarakat atas program ini cukup bagus, termasuk saat memperkenalkan program ini ke komunitas Muslim dan memperbolehkan penggunaan hijab saat bertugas.

”Bukan berarti, hal ini membuat begitu banyak perempuan berminat untuk menjadi polisi. Tapi kami setidaknya menunjukan, kami terbuka untuk siapa saja,” ujarya.

Sementara Kepala Kepolisian Skotlandia, Phillip Gormley, mengakui, pihaknya memang berusaha untuk meningkatkan keragaman latar belakang para petugasnya. Setidaknya, hanya satu persen polisi di Kepolisian Skotlandia yang berasal dari kelompok etnis dan agama minoritas. Sementara itu, prosentase kelompok minoritas di dalam masyarakat secara keseluruhan tercatat empat persen.

Gormley mengatakan selama ini kepolisian Skotlandia memang dianggap belum mewakili semua komunitas yang ada di masyarakat. Untuk itu, pihaknya membuka kesempatan kepada anggota kelompok minoritas untuk mendaftar sebagai petugas kepolisian. ”Kami memiliki lebih dari 100 calon anggota baru. Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena bolehnya mengggunakan hijab. Jika banyak orang menganggap itu baik maka akan kami lakukan. Kepercayaan dan persetujuan masyarakat menjadi pondasi kami dalam bekerja,” ungkapnya.

 

sumber:Republika Online

Mualaf di Daerah Minoritas Butuh Perhatian

Mualaf di daerah minoritas butuh perhatian umat Islam. Pasalnya, sebagian dari mereka belum memperoleh pembinaan yang cukup dalam memperkuat akidah.

Ketua LPPD Khairu Ummah Ustaz Ahmad Yani, mengatakan, selama ini, para mualaf dinilai cenderung jarang mendapatkan perhatian, baik dari lembaga dakwah setempat ataupun dari tokoh-tokoh Islam setempat. Melalui pesantren kilat mualaf, LPPD coba memberikan perhatian itu.

“Program ini dilakukan agar pada dai dan tokoh Islam setempat memberi perhatian kepada pembinaan mantan non-Muslim, karena banyak di antara mereka yang belum sepenuhnya terbina,” tutur Ustaz Ahmad Yani dalam pesan pendek kepada Republika.co.id beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Ahmad Yani memberikan pesan tausiyah kepada para mualaf seputar keislaman. Pesan tersebut antara lain adalah dengan menanamkan kebanggaan sebagai Muslim, yaitu dengan selalu menunjukkan identitas keislaman.

Tidak hanya itu, para peserta juga diajarkan untuk bergaul dan berlaku sebaik mungkin kepada keluarga ataupun teman yang masih non-Muslim. Bukan tidak mungkin, dia menjelaskan, secara bertahap mereka juga dapat mengajak keluarga atau teman mereka untuk memeluk agama Islam.

“Tidak hanya itu, saya juga berharap para mualaf tersebut bisa terus meningkatkan pemahaman kepada Islam dan memperkuat komitmen untuk terus memeluk agama Islam,” ujar Ustaz Ahmad Yani yang juga menjadi pengurus harian Dewan Masjid Indonesia (DMI) tersebut.

Untuk memberikan bekal dan memperkaya pengetahuan keislamannya, para peserta juga mendapatkan berbagai buku panduan. Mulai buku tentang keimanan, buku panduan untuk masuk surga, buku berisi soal sedekah, dan buku yang membahas secara lengkap soal tata cara shalat.

Selain digelar di Baranusa, program tersebut juga digelar diselenggarakan di sejumlah tempat di NTT, seperti di Maumere, Niki-Niki, Lembata, Alor, dan Kupang. Kegiatan ini pun tidak berhenti di situ. Rencananya, pada Desember mendatang, program Pesantren Bina Mualaf ini juga akan digelar di Pulau Rote, NTT. Kegiatan ini setidaknya berlangsung selama dua hari.

Di Baranusa, pesantren ini digelar selama dua hari beturut-turut. “Seluruh biaya dari kegiatan ini berasal dan didukung dari dana infak kaum Muslimin dan sejumlah lembaga zakat,” tutur Ustaz Ahmad Yani.

Selain membina para mualaf, LPPD Khairu Ummah juga menggelar berbagai pelatihan manajemen terhadap para pengurus dan khatib masjid di sekitar NTT. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan para dai dalam menjawab permasalahan yang dihadapi umat. Kegiatan ini pun bekerja sama dengan Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) setempat.

Lebih lanjut, Ustaz Ahmad Yani menegaskan, cukup penting untuk memberikan perhatian yang besar terhadap dakwah di daerah-daerah terpencil. Karena itu, perhatian itu tidak hanya dilakukan oleh para pendakwah, tetapi juga berbagai elemen umat, terutama yang berada di daerah-daerah tersebut, termasuk juga dengan adanya bantuan-bantuan atau donasi dari kaum Muslimin dan lembaga-lembaga penyalur zakat.

”Untuk program ke daerah-daerah minoritas Muslim, bentuknya berupa kerja sama dengan organisasi setempat. Karena itu, dana harus kami usahakan sendiri. Bahkan, ada yang sepenuhnya berasal dari kami. Karena itu, terhadap para donatur dan pihak-pihak yang telah membantu, kami ucapkan banyak terima kasih,” tuturnya.

 

sumber:  Republika Online

Dilema Haid Berhenti di Kantor, Sukar Mandi Wajib?

SEBAGAIMANA penjelasan dari Ustaz Ahmad Sarwat Lc, ulama sepakat ketika seorang wanita tahu darah haidnya berhenti, tidak diwajibkan untuk segera mandi janabah. Namun dianjurkan saja untuk segera mandi. Jadi tidak harus mandi jam 3 malam kalau memang tidak memungkinkan.

Tetapi seluruh ulama sepakat, bila ada kewajiban salat yang harus dikerjakan dan waktunya hampir habis, maka wajib segera mandi janabah. Kewajiban ini bersifat mutlak dalam keadaan apapun, termasuk bila masih ada di kantor atau di jalan.

Sebab yang namanya salat lima waktu itu tidak boleh ditinggalkan begitu saja dengan sengaja tanpa uzur syari. Dan sengaja meninggalkan salat hukumnya dosa besar, walaupun niatnya akan diganti (diqadha’).

Sebagaimana kita tidak boleh meninggalkan salat fardu hingga lewat dari waktunya, dengan beralasan tidak mau wudu kecuali di rumah, begitu pula seseorang tidak boleh meninggalkan salat hingga lewat waktunya dengan alasan tidak mau mandi janabah kecuali di rumah.

Perlu dipahami bahwa mandi janabah itu tidak harus di rumah sendiri. Mandi janabah sebenarnya bisa dilakukan di mana saja, sebagaimana wudu bisa dilakukan di mana saja. Yang penting paradigma kita harus diubah 180 derajat.

Kalau kita masih punya paradigma yang jumud, beku, kuno, ortodoks, konvensional dan ketinggalan zaman dalam urusan mandi janabah, maka selama-lamanya akan terus meninggalkan salat. Hal itu dilakukan semata-mata cuma karena TIDAK MAU dan malas mandi janabah, kecuali kalau sudah di rumah. Padahal pulang sampai rumah sudah lewat jam 21.00 malam, sementara shalat Zuhur, Asar, dan Magrib ditinggalkan begitu saja.

Sayangnya, paradigma keliru seperti ini masih saja dipertahankan oleh sebagian wanita. []

 

sumber: Inilah.com

Membaca Al-Qur’an di Masjid

Apabila salah satu seorang di antara kalian berangkat ke masjid lalu mempelajari atau membaca dua ayat di masjid, niscaya dua ayat itu lebih baik daripada dua ekor unta dan seterusnya.”  (HR.Muslim, Abu Daud, Ahmad dan Thabrani)

Pergi ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah merupakan amalan yang dianjurkan. Bahkan, setiap langkah menuju masjid di hitung sebagai pahala. Oleh karena itu masjid merupakan tempat ibadah yang dimuliakan, maka aktivitas ibadah yang dilakukan di dalamnya pun memiliki keutamaan tersendiri. Termasuk diantaranya adalah membaca Al-Quran.

Dalam menjalani hidup, seorang muslim butuh pedoman yang dapat mengantarkannya kepada keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Petunjuk itulah yang dinamakan Al-Quran. Dalam sejumlah hadits disebutkan keutamaan orang-orang yang gemar membaca dan mengamalkan Al-Quran.

Dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, baginya satu kebajikan, sedangkan satu kebajikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)

Sebenarnya, membaca Al-Quran bisa dilakukan di mana saja asalkan, di tempat yang bersih dan suci. Kita bisa membacanya di rumah, tempat kerja, atau tanah lapang. Namun, membaca Al-Quran di masjid memiliki keutamaan yang tidak diperoleh jika membacanya di tempat lain.

Dari Uqbah bin Amir ra, bahwa ia berkata, “Saat kami sedang duduk-duduk di shuffah (beranda masjid), Rasulullah saw keluar menemui kami. Beliau bertanya, ‘Siapakah diantara kalian yang senang apabila setiap pagi berangkat ke daerah Buthan (tempat di dekar Madinah) atau ke Aqiq (lembah dekat Madinah), lalu kembali dari sana dengan menuntun dua ekor unta besar yang berpunuk tinggi, tanpa ia melakukan dosa atau memutuskan kekerabatan?’ Kami menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kami semua senang akan hal itu.’ Rasulullah saw bersabda, ‘Jika begitu, kenapa salah seorang diantara kalian tidak berangkat ke masjid lalu ia mempelajari atau membaca dua ayat di masjid? Niscaya dua ayat itu lebih baik daripada dua ekot unta, tiga ayat lebih baik dari pada tiga ekor unta, empat ayat lebih baik daripada empat ekor unta, dan seterusnya.” (HR.Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Thabrani)

Jika seorang muslim membaca lima ayat Al-Quran saat berada di dalam masjid, Allah swt akan memberi keutamaan yang lebih baik daripada lima unta. Bagaimana jika membaca sampai 100 ayat?

Dengan motivasi dari Rasulullah saw tersebut, sudah selayaknya kaum muslimin terketuk untuk membiasakan diri membaca Al-Quran di masjid. Dengan membaca dan mempelajari Al-Quran, kebahagiaan sudah ada di depan mata. Oleh karena itu, sangat sayang jika kita hanya menjadikannya panjangan yang berdebu karena jarang disentuh apalagi dibaca.

 

0leh: Chairunnisa Dhiee  (sumber: buku ‘200 Amalan Saleh Berpahala Dahsyat’)

 

sumber: ZonaMsjid

Wahai Muslimah Inilah Nasihat-Nasihat Ummu Kaltsum untuk Para Muslimah

Sebagai Muslimah, Ummu Kaltsum (wanita pemberani yang tanpa ragu menyusul Rasulullah ke Madinah dengan meninggalkan keluarganya yang musyrik di Mekah) menyajikan nasihat kepada para muslimah :

1. Taat kepada Suami

Ketaatan pada suami akan selalu mendatangkan kerelaan hatinya dan kebahagiaan kepada keduanya. Rasulullah saw pernah memberi nasihat kepada Ummu Salamah: “Bila seorang wanita telah menunaikan kewajiban kepada Tuhannya, taat pada suami dan menggerakkan alat tenunnya, maka ia bagaikan bertasbih kepada Allah.”

Pada kesempatan lain, beliau menancapkan nasihat kepada kaum mukminah: “Pejuang wanita adalah wanita yang memperlakukan suaminya dengan sebaik-baiknya.” Artinya, taat, patuh dan berhias diri hanya untuk suami. Pernah ditanyakan kepada beliau, “Ya kekasih Allah, wanita bagaimana yang paling utama?” Dialah yang patuh kepada suami bila diperintah dan menyenangkan bila dilihat.”

Sebenarnya ketaatan istri terhadap suaminya akan mendatangkan kerukunan dan keharmonisan hidup. Mengapa bisa terjadi keharmonisan? Sebab sikapnya yang demikian itu semata-mata untuk mengharap ridha Ilahi. Teladan utama mengenai hal itu adalah rumah tangga Rasulullah sendiri. Saya mengungkap pula suatu peristiwa yang pernah terjadi pada zaman Rasulullah:

Alkisah, Muadz bin Jabbal datang dari Syam (Syria). Ketika bertemu Rasulullah, tiba-tiba ia bersujud di kaki beliau. Melihat itu Rasulullah heran, “Apa-apaan ini?”

“Ya utusan Allah, saya pernah mengunjungi negeri Syam. Saya melihat orang-orang disana bersujud kepada para pembesar mereka. Saya ingin berbuat seperti itu kepada Rasulullah,” jelas Muadz.

“Jangan kaulakukan itu. Seandainya aku ingin menyuruh bersujud kepada sesuatu, aku akan menyuruh wanita bersujud kepada suaminya,” kata Nabi. Lalu beliau bersabda, “Demi Allah yang memegang jiwaku ditangan-Nya, seorang wanita belum melaksanakan hak Tuhannya sebelum ia melaksanakan hak suaminya.”

2. Seorang istri muslimah janganlah meninggalkan rumah suaminya tanpa seizinnya

Bila seorang istri melanggar peraturan ini, maka pertanda istri tersebut kurang menjaga amanah. Perginya seorang istri dari rumah tanpa seizin suaminya akan mendatangkan berbagai kekhawatiran suami atas keselamatannya. Hal ini akan membuat suami waswas.

3. Mendidik, mengasuh, dan memperhatikan anak

Di tangan wanitalah dipercayakan akhlak anak-anaknya. Tangan wanita akan mengukir jiwa-jiwa bocah menjadi pahatan yang indah, yaitu kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan jiwa yang pahlawan, sementara si suami akan mencari rezeki diluar rumah agar memperoleh penghidupan untuk memenuhi tuntutan hidup. Disinilah letak gotong royong suami istri dalam rumah tangga islami.

Ucapan dan gerak gerik seorang ibu senantiasa akan di teladani oleh anak-anaknya. Karena itu, berbuat dan berbicaralah yang baik selalu.

Seorang ibu adalah penurun bibit akhlak anak-anaknya. Ibu yang menghormati suami, menghargai orang lain, dan menetapi ajaran-ajaran agama akan dilihat putra-putrinya sehingga mereka pun akan memilih yang baik dan menjauhi yang buruk.

Seorang ibu menjaga kebersihan rumah dan dirinya sendiri, merapikan perabot rumah tangga dan mengatur interior rumahnya sendiri. Istri adalah teman dialog suami, penyenang, penyejuk dan pembahagia anggota rumah tangganya.

4. Istri adalah mitra sejati suaminya dalam memikul tanggung jawab rumah tangga; kaya atau miskin.

Sejarah mencatat tentang Asma binti Abu Bakar. “Saya dinikahi oleh Zubair, laki-laki yang tak memiliki apa-apa kecuali seekor kuda dan unta. Saya turut memberi makan kudanya dan memelihara untanya. Saya menimba air, memasak roti untuk suami, dan memotong rumpur makanan unta di kapala.”

 

Oleh : Chairunnisa Dhiee (sumber: buku ‘Perempuan-perempuan Al-Quran’ karya Abdurahman Umairah)

sumber:ZonaMasjid

Mualaf Cantik Korea Ini Jadi Selebgram Terkenal di Malaysia

Mualaf cantik asal Korea, Ayana Jihye Moon, tampaknya tidak cuma mendapatkan ilmu atas perjuangannya belajar Islam. Pasalnya, sejak tiba pada 16 Januari 2017 lalu, Ayana telah menjadi sensasi karena sering mengunggah foto dengan pakaian desainer lokal Leeyana Rahman.

Dilansir dari Malaysian Digest, Rabu (25/1), para pecinta Ayana mulai terlihat dari akun Instagramnya, yang memang banyak membagikan pengalamannya di Malaysia. Bahkan, tidak jarang postingan Ayana menjadi sangat ramai diperbincangkan, lantaran kerap menggunakan kata-kata berbahasa Melayu.

Saat ini, Ayana terdaftar di International Islamic University Malaysia, untuk lebih mengenal studi-studi tentang Islam. Jika sekilas melihat Instagramnya, Ayana memang tampak cukup baik menyesuaikan diri di Malaysia, termasuk untuk makanan lokal dan perbedaan cuaca yang dialaminya.

Jika Anda merupakan salah satu penggemar Ayana, mungkin bisa mampir ke Bangi Central pada Sabtu 28 Januari 2017 mendatang. Hal itu dikarenakan Ayana dijadwalkan untuk meet and greet dengan penggemar-penggemarnya, di butik desainer lokal Leeyana Rahman.

“Jumpa saya di Bangi Central pada 28 Jan ini kerana saya akan menjadi princess untuk kamu semua, saya baru belajar bahasa Malaysia jadi saya kurang fasih,” kata Ayana lewat akun @xolovelyayana yang langsung bisa mengundang komentar dari 200 ribu pengikutnya.

 

sumber: Republika Online