Hikmah Teguran untuk Nabi Daud

Teguran Nabi Daud AS ini, konon (kisah ini masih diperdebatkan) menikahi perempuan dari salah satu bala tentaranya yang diutus ke medan perang, Oria bin Hanna. Perempuan tersebut bernama Sabig binti Syaik. Keduanya menikah dan mencoba mengarungi bahtera rumah tangga dengan penuh kedamaian dan kasih sayang.

Hingga, perintah berperang itu tiba. Raja memerintahkan segenap lelaki yang mampu berjihad untuk berangkat ke medan perang, termasuk Oria. Berat hati Oria sebenarnya untuk melangkahkan kakinya ke medan perang. Dia tidak ingin ketidakberuntungan di medang perang memisahkan dirinya dengan istrinya. Keduanya sudah saling nyaman dalama melalui kehidupan, sehingga terpisah sebentar saja pun sampai menguraikan air mata.

“Kewajiban terhadap tanah air dan agama di atas segala kewajiban. Kewajiban yang harus ditunaikan sekali pun akan menyebabkan membanjirinya air mata dan darah,” kata Oria kepada istrinya tercintanya.

Mendengar jawaban itu, istri Oria Sabig hanya menangis dan memeluk erat tubuh Oria. “Semoga, Allah SWT menjaga keamananmu di sana aku mencitaimu,” katanya masih dalam pelukan Oria.

Di medan perang pertempuran terjadi begitu sengit tidak ada putusnya. Karena sama-sama kuat, perang itu bukan berjalan dalam satu dua hari saja, tetapi puluhan, bahkan ratusan hari juga tetap belum berkesudahan. Pikiran Oria bin Hanna ketika dalam pertempuran selalu membayangkan pelukan mesra istrinya dari bayangan itulah dia berdoa.

“Ya Allah, semoga perang ini segera berakhir dengan kemenangan yang gemilang,” kata Oria dalam doanya.

Namun, perang yang di hadapan Oria semakin sengit, sehingga waktu perang menjadi panjang. Yang paling mengiris hatinya ketika Oria mendengar kabar bahwa istrinya dinikahi raja yang memerintahkannya untuk berperang. Dia tidak menyangka bahwa perintah raja selain mengambil kebahagiaanya sekaligus juga mengambil sumber kebahagian yang datang dari istrinya.

Kecantikan dan ketangkasan istri Oria bernama Sabig binti Syaik membuat hati raja bergetar dibuatnya, akhirnya daripada menimbulkan fitnah terhadap keluarga, raja meminang Sabig, meski masih sebagai istri Oria, Sabig dan keluarga menerima lamaran raja karena Oria tidak kunjung ada kabar, apalagi terakhir Oria dikabarkan telah tewas.

Pernikahan Raja dengan Sabig pun selesai digelar, semenjak pernikah dengan Sabig binti Syaik ini, meski bukan pernikahan yang pertama, melainkan pernikahan yang ke-100 kali ini dirasanya lebih mengembirakan hatinya. Dengan demikian, dalam menjalankan tugas setelah pernikah raja terlihat bergairah.

Raja kembali mengatur pola kerjanya demi bisa memenuhi kewajiban sebagai kepala negara dan kepala dalam rumah tangga. Raja membagai waktunya kepada empat hari. Hari pertama untuk kepentingan dirinya sendiri, hari kedua untuk kepentingan kepada Allah SWT, hari ketiga untuk menghukum dan mengurusi permasalahan umat, dan hari keempat untuk mengajar dan memimpin rakyat ke jalan yang dikehendaki Allah SWT.

Dari kisah ini, Allah SWT memperlihatkan kepada manusia dan Daud bahwa baik perkara kecil maupun besar, tetap diperhatikan Allah SWT. Bukan saja terhadap manusia biasa, tetapi juga terhadap orang-orang pilihan Allah SWT, nabi-nabi mulia, dan rasul-rasul yang suci.

 

sumber: Republika Online

Teguran untuk Nabi Daud

Kisah tentang pertobatan Nabi Daud AS merupakan cerita masyhur yang banyak bertebaran di referensi-referensi israiliyyat, sebagaiannya, menurut para ahli sejarah, benar, tetapi sebagiannya dinyatakan tak valid karena dan bertentangan dengan risalah tauhid yang agung.

Mengutip Rangkaian Kisah Alquran Kisah Nyata Peneguh Iman sebagai raja yang besar dan nabi mulia, rumah Daud selalu dijaga ketat oleh bala tentaranya. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan menemui Daud sebelum mendapatkan izin dari penjaga dan sesudah dikonfirmasi oleh Daud sendiri, itu pun jika sepadan dan sesuai dengan rencana pekerjaan yang sudah ditetapkan oleh Daud .

Pada hari dia beribadah, siapa pun tidak dizinkan masuk untuk mengadukan suatu perkara dan bagitulah seterusnya. Namun, pada suatu hari ada dua orang laki-laki meminta izin masuk untuk menemui Daud sesuai dengan aturannya dua laki-laki itu tidak diperbolehkan masuk. Karena yang datang itu bukan manusia biasa, akhirnya dua laki-laki itu bisa masuk ke kamar Daud  tanpa diketahui oleh satu pun penjaga.

Dua orang yang mendesak masuk tadi merupakan malaikat yang Allah SWT yang diutus untuk memberikan peringatan dan pengajaran kepada Daud. Dialog antara Daud dan dua malaikat itu diabadikan dalam Alquran surah Shaad ayat 22 sampai 24.

Alangkah terkejutnya Daud melihat kedatangan dua tamu itu, padahal dia tidak pernah mengizinkannya untuk masuk. Sebelumnya, Daud tidak mengira bahwa yang datang adalah malaikat yang Allah SWT utus.

Daud kaget dua orang itu sudah ada di sampingnya dalam kamar. Karena melihat Daud terkejut akhirnya dua tamu menenangkannya sambil menyampaikan maksud dan tujuannya menemuinya.

“Kami ini dua orang bersaudara yang bertentangan satu sama lain. Maka, berilah kami hukum yang benar atas pertentangan dan perselisihan kami, tetapi jangan dihukum dengan cara yang tidak adil. Tunjukilah kami kepada jalan yang sebaik-baiknya,” pinta dua tamu itu.

Mendengarkan permintaan dua tamunya itu, Daud tidak dapat menolak perkara yang sudah ada di hadapannya. Daud mengaku siap memberikan keputusan setelah mendengarkan cerita dari masing-masing tamu itu. “Jadi, apa yang membuat kalian berselisih,” tanya Nabi Daud.

Setelah dizinkan untuk menyampaikam, satu di antara dua tamu itu menceritakan bahwa saudaranya memiliki 99 ekor kambing, sedangkan dirinya hanya mempunyai seekor kambing. Tetapi, saudara yang memiliki 99 ekor kambing itu meminta satu kambing miliknya agar menjadi genap 100 ekor kambing.

“Tuntutan ini sudah beberapa kali aku tolak, tetapi dia membantah dengan kata-kata yang fasih, sehingga aku kalah,” keluhnya.

 

sumber: Republika Online

Jejak Dakwah Nabi Ilyas

Dalam Alquran, Ilyas adalah seorang nabi dan rasul yang diutus oleh Allah kepada kaumnya, Bani Israil. Sayangnya, mereka tak mau menerima ajakan dan dakwah Nabi Ilyas untuk menyembah Allah SWT. Sebaliknya, mereka malah menyembah dan memuja berhala yang bernama Baal.

Secara lengkap, kisah Nabi Ilyas dijelaskan dalam Alquran surah Ashshaaffaat [37]: 123-132. ”Sesungguhnya, Ilyas adalah salah seorang dari rasul-rasul. (Ingatlah) ketika dia berkata kepada kaumnya, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Baal (berhala) dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?’

Maka, mereka mendustakannya karena itu mereka akan diseret (ke neraka). Kecuali, hamba-hamba Allah yang ikhlas (menyembah Allah). Kami tinggalkan nama baiknya sampai kepada umat yang kemudian. Selamat dan sejahtera bagi Ilyas. Begitulah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk golongan hamba Kami yang mukmin.”

Menurut Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Al-Qur’an, Ilyas diutus oleh Allah kepada kaum Bani Israil di daerah Ba’labak (Heliopolis: Kota Matahari). Hal yang sama juga disampaikan Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam karyanya Athlas Tarikh  al-Anbiya’ wa al-Rusul (Atlas Sejarah Nabi dan Rasul). Menurut Sami al-Maghluts, Nabi Ilyas diutus oleh Allah di daerah Baalbek (Ba’labakha) yang terletak di daerah sebelah barat Damaskus (Suriah), yang kini masuk wilayah Lebanon. Hal ini juga diperkuat oleh keterangan Ibnu Katsir dalam Qishash al-Anbiya’. Sumber lainnya menyebutkan, Baalbek terletak di sebelah timur Kota Lebanon sekarang ini.

Nabi Ilyas (sekitar 910-850 SM) merupakan keturunan keempat dari Nabi Harun. Ia adalah putra Yasin bin Fanhash bin Aizar bin Harun. Bila diteruskan, namanya akan bersambung ke garis keturunan Ibrahim AS dari Nabi Ishak AS. Kaumnya adalah keturunan Bani Israil.

Menurut seorang sejarawan, Baysir Mahjub al-Saudah, dalam kitabnya Jauber, Tarikhuha wa Hadliruha, umat Nabi Ilyas adalah bangsa Yahudi yang menyebar di Baalbek (Ba’labakha). Menurut sejumlah keterangan, kota ini bernama Fenesia (Phoenisia). Dalam Ensiklopedia Islam untuk Pelajar, disebutkan bahwa kota itu berada di daerah Lebanon.

Penduduk Fenesia awalnya dihuni oleh para pelaut terkenal. Negeri mereka terletak di dekat laut. Namun, mereka tidak beriman kepada Allah. Mereka menyembah patung-patung. Salah satu yang paling dipuja adalah Baal. Sampai sekarang, masih ada sebuah bangunan altar bernama Heliopolis yang diyakini sebagai tempat penyembahan bangsa Fenesia kepada Dewa Baal. Nama Kota Baalbek sendiri diambil dari nama Baal, dewa bangsa Fenesia yang merupakan seorang wanita.

Karena kebobrokan kaum Bani Israil sepeninggal Nabi Sulaiman AS, Allah mengutus Ilyas untuk menyadarkan kaumnya agar beriman kepada Allah. Namun, ajakan dan dakwah Ilyas bertepuk sebelah tangan. Kaumnya justru menolak dakwah Nabi Ilyas. Bahkan, mereka berencana membunuh Ilyas.

Selama bertahun-tahun, Ilyas berdakwah dan mengajak kaumnya untuk menyembah Allah. ”(Ingatlah) ketika dia berkata kepada kaumnya, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Baal (berhala) dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?’ Maka, mereka mendustakannya karena itu mereka akan diseret (ke neraka). Kecuali, hamba-hamba Allah yang ikhlas (menyembah Allah).” (QS Ashshaaffaat [37]: 124-128).

Mereka mendustakan dakwah Nabi Ilyas. Mereka pun berusaha mengejarnya dan membunuhnya. Namun, rencana busuk mereka tercium oleh Nabi Ilyas. Ilyas pun segera meninggalkan kaumnya yang berada dalam kedurhakaan.

 

sumber: Republika Online

Ilyas dalam Injil Barnabas

Umat Islam percaya dan mengimani bahwa Ilyas adalah seorang nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT. Ia diutus kepada kaum Bani Israil. Dahulunya, kaumnya ini beriman. Akan tetapi, sepeninggal Daud dan Sulaiman AS, mereka menyembah berhala yang bernama Baal. Mereka kemudian diazab oleh Allah dengan bencana kekeringan yang sangat panjang.

Kisah Nabi Ilyas berdakwah kepada kaumnya ini juga terdapat dalam Injil. Namun, kisahnya tidak ditemukan dalam Taurat. Hal ini disebabkan pengutusan Ilyas lebih belakangan dibandingkan Nabi Musa AS yang menerima kitab Taurat.

Kisahnya dikemukakan dalam Injil Barnabas. Dalam Injil Barnabas ini, ditulis bahwa Ilyas sering kali memberikan nasihat kepada kaumnya. Dalam Barnabas, disebutkan bahwa namanya adalah Ilya. Berikut adalah nasihatnya yang disebutkan dalam Injil Barnabas dari ayat 23-49.

”Ilya adalah hamba Allah. Hal ini ditulis bagi semua orang yang menginginkan berjalan bersama Allah, pencipta mereka. Sesungguhnya, orang yang suka belajar akan sedikit takut kepada Allah. Karena, orang yang takut kepada Allah akan merasa puas untuk mengetahui apa-apa yang diinginkan Allah saja. Hendaklah orang-orang yang menginginkan mengerjakan amal-amal yang saleh memerhatikan diri mereka karena seseorang tidak akan memperoleh manfaat ketika mendapati keuntungan dunia, sementara ia mendapati kerugian.

Selanjutnya, hendaklah orang yang mengajari orang lain berusaha untuk lebih baik daripada orang lain karena tidak akan bermanfaat suatu nasihat yang diberikan oleh orang yang tidak mengamalkan apa yang dikatakannya. Sebab, bagaimana seorang yang salah dapat memperbaiki kehidupannya, sementara ia mendengar seorang yang lebih buruk darinya berusaha untuk mengajarinya.

Kemudian, hendaklah orang yang mencari Allah berusaha lari dari percakapan dengan manusia karena Musa ketika berada sendirian di atas gunung Saina’ menemukan Allah dan berdialog dengan-Nya sebagaimana seorang pecinta berdialog dengan kekasihnya.

Dan, hendaklah orang-orang yang mencari Allah berusaha keluar sekali setiap tiga puluh kali ke tempat yang biasa dijadikan perkumpulan oleh masyarakat dunia. Karena, boleh jadi, ia dapat melakukan suatu amal pada satu hari saja. Namun, dihitung amalnya itu selama dua tahun, khususnya berkaitan dengan pekerjaan yang mencari ridha Allah.

Hendaklah ketika ia berbicara tidak melihat ke arah mana pun, kecuali ke arah dua kakinya dan ketika ia berbicara hendaklah mengatakan hal yang penting saja. Hendaklah ketika ia makan tidak berdiri dari meja makan dalam keadaan kekenyangan.

Hendaklah mereka berpikir setiap hari karena boleh jadi mereka tidak akan menemui hari berikutnya. Hendaklah mereka benar-benar memanfaatkan waktu mereka sebagaimana mereka selalu bernapas. Hendaklah satu baju dari kulit binatang cukup untuk mereka. Hendaklah mereka setiap malam berusaha untuk tidur tidak lebih dari dua jam. Hendaklah mereka berusaha berdiri di tengah-tengah shalat dengan rasa takut.

Kerjakanlah semua ini dalam rangka mengabdi kepada Allah dengan menjunjung tinggi syariat-Nya yang Allah SWT karuniakan kepada kalian melalui Nabi Musa. Karena, dengan cara seperti ini, kalian akan menemukan Allah SWT dan kalian akan merasakan pada setiap zaman dan tempat bahwa kalian berada di bawah naungan Allah dan Dia akan selalu bersama kalian.”  

 

sumber: Republika Online

Pencegahan Korupsi dan Teladan Abu Bakar

Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok yang gagah, kuat, dan tangguh. Namun, hari itu tangisnya meledak saat utusan Aisyah mengantarkan seorang hamba sahaya dan seekor unta. Bukan hamba sahaya dan unta yang membuat Umar menangis. Tetapi wasiat di baliknya.


Aisyah menceritakan, sebelum Abu Bakar wafat, ia menyampaikan wasiat kepadanya. “Aisyah, tolong periksa seluruh hartaku. Jika ada yang bertambah setelah aku menjabat sebagai khalifah, kembalikan kepada negara melalui khalifah yang terpilih setelahku,” ujar Abu Bakar menjelang detik-detik wafatnya.

Tentu saja Aisyah sedih mendengat wasiat itu. Bukan karena apa-apa, tetapi karena ia merasa akan ditinggal oleh sang ayah. Belum tiga tahun Rasulullah meninggalkannya, kini ia akan ditinggalkan sang ayah. Dan, benar Abu Bakar wafat tak lama setelah itu.

Aisyah pun memeriksa seluruh harta ayahnya. “Kami memeriksa seluruh harta Abu Bakar”, kata Aisyah. “Tidak ada yang bertambah dari hartanya kecuali unta yang biasa dipergunakan untuk menyirami kebun dan seorang hamba sahaya pengasuh yang menggendong bayinya.”

“Allah merahmati Abu Bakar,” kata Umar sambil tersengguk-sengguk. “Ia telah menyusahkan orang-orang setelahnya.” Maksud menyusahkan orang-orang setelahnya adalah membuat khalifah sesudahnya tidak mampu mengungguli Abu Bakar, bahkan sulit mencontoh kualitasnya.

Seperti diketahui, Umar sangat terpacu dengan amal-amal Abu Bakar. Sahabat bergelar Ash-Shiddiq itu selalu mengunggulinya dalam berbagai amal. Ketika di suatu waktu  sehabis shalat Shubuh, misalnya. Rasulullah bertanya kepada jamaah, siapa yang tadi malam qiyamul lail, siapa yang tadi malam khatam Alquran, siapa yang pagi ini sudah berinfak, dan siapa yang sudah menjenguk orang sakit, ternyata hanya Abu Bakar yang mengacungkan tangan terus menerus. Sahabat lain ada yang mengacungkan tangan sesekali, lalu menurunkan tangannya sesekali. Sedangkan Abu Bakar, ia telah melakukan seluruh amal yang disebutkan Rasulullah itu.

Sosok Abu Bakar sungguh telah mencontohkan kebijakan yang luar biasa. Benar-benar pemimpin antikorupsi dan zuhud tingkat tinggi. Ia tidak mau mendapatkan kelebihan harta apa pun selama menjabat sebagai khalifah. Padahal, Abu Bakar adalah juga seorang saudagar yang sangat wajar jika hartanya bertambah. Abu Bakar juga berusaha untuk selalu mengisi waktu hidupnya berlomba dan berbuat kebaikan yang bermanfaat bagi siapa saja.

Kasus-kasus korupsi di Indonesia terus bermunculan dan menjadi sorotan publik. Ditambah lagi, sebagian besar pelaku korupsi adalah para pejabat penerima amanah kepemimpinan dan rakyat. Sungguh sangat jauh berbeda dengan kondisi kepemimpinan Abu Bakar saat menjadi khalifah. Ia merasa khawatir dan ketakutan yang sangat jika harta bendanya bertambah di saat mengemban amanah umat dan rakyat.

Namun, pejabat saat ini justru jangankan khawatir, bahkan (mungkin) rasa takutpun tidak ada sehingga mereka terus melakukan korupsi. Jika setiap pemimpin negeri ini bersedia menghitung ulang dan melaporkan harta benda miliknya yang diperoleh sebelum dan sesudah ia memangku suatu jabatan dengan jujur, bahkan ia bersedia untuk mengembalikan harta yang diperolehnya itu, apabila dianggap mencurigakan dan terindikasi akibat perilaku korupsi. Maka, penurunan kasus korupsi di negeri ini akan sedikit demi sedikit menghilang dan sedikit demi sedikit pula akan beranjak pada tangga keadilan dan kesejahteraan rakyat. Wallahu a’lam.

 

Oleh: Ahmad Agus Fitriawan

sumber: Republika Online

Fenomena Afatul Lisan (Bahaya Lidah): Surga Haram bagi Pelaku Adu Domba atau Penghasut

ADU domba merupakan perangai tercela yang menanamkan dendam di antara manusia, ini merupakan sifat yang dibenci setiap muslim dan muslimah.

Sifat yang buruk ini tidak boleh diremehkan, karena di antara ciri-ciri adu domba dan yang telah ditetapkan baginya, bahwa ia bisa memisahkan seseorang dengan kerabatnya, seseorang dengan teman-temannya, bahkan dirinya dengan anggota saudaranya sendiri.

Adu domba bisa menimbulkan tindak pembunuhan, bahkan peperangan antara dua kabilah. Di dalam masyarakat kita banyak terdapat peristiwa yang menunjukkan betapa besar akibat yang ditimbulkan adu domba. Sedangkan istri yang ideal mempunyai sikap yang pasti dalam menghadapi adu domba sesuai dengan hukum syariat tentang adu domba.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (muttafaq alaihi).

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2358983/surga-haram-bagi-pelaku-adu-domba-atau-penghasut#sthash.CnFALG9H.dpuf

Jebakan Nikmat

Allah SWT telah menetapkan rezeki untuk setiap hamba-Nya. Apa yang menjadi rezeki seseorang tidak akan mungkin jatuh ke tangan orang lain dan tidak akan berkurang sedikit pun. Ia menerimanya secara utuh sebelum ajal menemuinya.

Rezeki itu tidak hanya berupa harta kekayaan, tetapi juga kesehatan, waktu luang, anak saleh, rumah tangga yang baik, dan semua nikmat Allah–baik yang tampak maupun tidak tampak, baik yang besar maupun yang kecil– itu semua adalah rezeki. Dan, rezeki selain harta itu lebih baik (berharga) bagi orang yang bertakwa.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak mengapa kekayaan orang yang bertakwa. Kesehatan lebih baik daripada kekayaan bagi yang bertakwa. Kebaikan jiwa adalah sebagian dari nikmat Allah.” (HR Ahmad).

Karena itu, janganlah seseorang mengorbankan sesuatu yang jauh lebih berharga dari harta kekayaan. Namun, tidak sedikit orang yang mengorbankan agama, keimanan, dan kebaikan jiwanya, hanya untuk mendapatkan harta dunia dengan melupakan akhiratnya.

Kekurangan dari sisi harta jangan sampai membuat kita lupa untuk bersyukur kepada-Nya, atas berbagai nikmat yang jauh lebih berharga daripada harta dunia. Dan, hendaknya kita menjadikan harta kekayaan itu sebagai sarana merealisasikan rezeki yang jauh lebih berharga, yaitu ketakwaan kepada-Nya.

Maka itu, jika kita melihat seseorang yang bergelimang dengan kemaksiatan dan dosa, tetapi rezekinya tampak lancar-lancar saja, kita harus waspada dan menyadari bahwa hal itu adalah bagian dari istidraj.

Rasulullah SAW bersabda, “Jika kamu melihat Allah memberi kepada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR Ahmad).

Tatkala seseorang bersenang-senang dengan berbagai fasilitas (kenikmatan) yang mereka dapatkan, semakin bertambah dan dibukakan pintu kemudahan lainnya sehingga mereka lupa bahwa itu merupakan jebakan nikmat.

Allah SWT berfirman, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS al-An’am [6]: 44).

Sebaliknya, jika kita melihat seorang hamba melakukan berbagai ketaatan kepada Allah, rezekinya biasa-biasa saja, hendaknya kita menyadari bahwa Allah telah menghendaki agar ia mendapatkan kenikmatan yang jauh lebih berharga di akhirat kelak secara sempurna (surga).

Semoga Allah membimbing kita agar menjadi seorang hamba, yang senantiasa pandai bersyukur atas nikmat apa pun dan seberapa pun yang dikaruniakan kepada kita. Amin.

 

Oleh: Imam Nur Suharno

sumber: RepublikaOnline

Tiga Obat

Dalam kehidupan dunia, setiap jiwa pasti pernah mengalami sakit. Ada yang sebentar, ada yang cukup lama, bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Namun demikian, Rasulullah bersabda, “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, maka ia akan sembuh dengan izin Allah.” (HR Muslim).

Demikian pula seperti yang diungkapkan oleh Nabi Ibrahim, “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS asy-Sy’araa [26]: 80). Ibn Katsir menjelaskan maksud ayat di atas, “Jika aku menderita sakit, maka tidak ada seorang pun yang kuasa menyembuhkanku selain Dia sesuai takdir-Nya yang dikarenakan oleh sebab yang menyampaikannya.”

Jadi, untuk jenis penyakit pertama dalam hal fisik, obatnya adalah mencari sebab penyembuhan (berobat) dengan hanya memohon kesembuhan kepada Allah semata.

Demikian diteladankan oleh Nabi Ayyub Alaihissalam, “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS. Al-Anbiya [21]: 83).

Penyakit kedua berupa kebodohan. Obatnya adalah bertanya kepada ahlinya (ulama). Jabir bin Abdillah mengisahkan, “Kami pernah mengadakan suatu perjalanan. Pada saat itu, salah seorang dari kami tertimpa batu sehingga kepalanya terluka parah. Kemudian, orang itu mengalami mimpi basah.”

“Ia bertanya kepada para sahabatnya, ‘Apakah menurut kalian aku telah mendapatkan keringanan untuk bertayamum (sebagai pengganti mandi?)’ Mereka menjawab, ‘Menurut kami, kamu tidak mendapatkan keringanan. Sebab, kamu masih bisa memakai air.’ Ia pun mandi dan akhirnya meninggal dunia.”

Mengetahui hal tersebut, Rasulullah bersabda, “Mereka telah membunuhnya, semoga Allah membinasakan mereka! Mengapa mereka tidak bertanya bila tidak mengetahui? Sesungguhnya obat dari kebodohan adalah bertanya. Seharusnya ia cukup bertayamum saja, caranya dengan menutupi bagian yang luka tersebut dengan secarik kain lalu mengusap atasnya, baru kemudian mengguyur anggota tubuhnya yang lain dengan air.” (HR Abu Dawud).

Penyakit ketiga berupa musibah. Obatnya adalah doa. Ibn Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya, Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, menjelaskan bahwa doa adalah obat yang bermanfaat dan musuh bagi bencana. Doa akan menerangi, mengobati, mencegah, menghilangkan, ataupun meringankan bencana yang menimpa.

Begitu hebatnya obat yang bernama doa ini sampai dikatakan bahwa doa adalah senjata orang beriman. “Doa adalah senjata kaum Mukminin dan merupakan tiang agama serta cahaya langit dan bumi.” (HR Hakim).

Kemudian, dari Ibn Umar, bahwasanya Nabi bersabda, “Doa akan memberikan manfaat terhadap apa yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Maka hendaklah kalian semua berdoa, wahai hamba-hamba Allah.” (HR Hakim).

Oleh karena itu, dapat kita pahami dengan mudah mengapa kemudian Allah menegaskan bahwa, “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS al-Baqarah: 186).

Akan tetapi, ada satu jenis penyakit yang Allah turunkan tanpa obat. Sabda Nabi, penyakit itu adalah “ketuaan” (HR Tirmidzi).

 

 

Oleh: Imam Nawawi

sumber: Republika Online

Ini Lima Janji Allah Jika Anda Berbuat Baik

ALLAH menjanjikan lima hal kepada orang-orang yang berbuat baik. Apa saja lima hal itu?

1. Kecintaan

“Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Baqarah 195)

 

2. Pertolongan

“Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”(An-Nahl 128)

 

3. Rasa aman

“Tidak ada alasan apa pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (At-Taubah 91)

4. Pahala

“Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhan-nya.” (Al-Baqarah 112)

 

5. Kasih sayang

“Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (Al-Araf 56)

Karena itu Allah selalu mengajak kita untuk selalu berbuat baik. “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (Al-Qashas 77). [

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2353680/ini-lima-janji-allah-jika-anda-berbuat-baik#sthash.0NqVf5fh.dpuf

Orang yang Paling Dicintai Allah dan Amalannya

DI zaman Nabi Shallallahualaihi Wasallam ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah. Lalu ia bertanya: wahai Rasulullah, siapa orang yang paling dicintai oleh Allah? Dan apa amalan yang paling dicintai Allah?

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk manusia. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau membayarkan utangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada ber-itikaf di Masjid Nabawi selama sebulan lamanya. Dan siapa yang menahan marahnya maka Allah akan tutupi auratnya. Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia bisa menumpahkannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan di hari kiamat. Dan barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai ia memenuhi kebutuhannya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya di hari ketika banyak kaki-kaki terpeleset ke api neraka” (HR. Ath Thabrani 6/139, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2/575).

Jadilah orang yang bermanfaat

Subhanallah di sini Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam ditanya siapa orang yang paling dicintai oleh Allah, ternyata ia adalah orang yang paling bermanfaat untuk manusia. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Islam mengajarkan agar kita gemar memberikan manfaat kepada orang lain. Bukan sebaliknya, yaitu menjadikan agar bagaimana orang lain bermanfaat buat kita.

Tapi yang hendaknya kita pikirkan adalah bagaimana agar kita bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: “tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah” (HR. Bukhari 1429, Muslim 1033).

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam menganjurkan kepada umatnya agar memiliki jiwa yang gemar memberi manfaat dan tidak bersandar kepada orang lain. Oleh karena itu juga Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: “bersemangatlah kalian kepada apa yang bermanfaat bagi kalian, mintalah pertolongan Allah dan jangan malas” (HR. Bukhari 3591, Muslim 2664). Seorang mukmin selalu memikirkan bagaimana agar hidupnya bermanfaat.

Orang yang punya kelebihan harta, ia berpikir bagaimana memberi manfaat dengan harta saya. Siapa yang memiliki kelebihan ilmu, ia berpikir bagaimana ilmunya bisa memberi manfaat kepada manusia. Siapa yang memiliki tenaga ia berpikir bagaimana agar tenaganya bisa bermanfaat kepada manusia.

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: “Engkau membantu seseorang menaikan barang ke atas kendaraannya, itu adalah sedekah” (HR. Muslim, 1009). Demikianlah Islam menganjurkan umatnya agar menjadi orang yang bermanfaat.

Senangkan hati saudaramu

Lalu dalam hadis di atas, Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: “amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati saudaramu”.

Subhaanallah ketika seseorang melihat saudaranya sedang bersedih hati hendaknya ia berusaha gembirakan hatinya. Atau ia melihat temannya sedang sakit, hendaknya ia hibur hatinya agar bisa semakin sabar dengan sakitnya tersebut. Itu amalan yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Taala.

Dalam riwayat At Tirmidzi juga Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: “barangsiapa yang menghilangkan salah satu kesulitan seorang mukmin maka Allah kelak akan hilangkan salah satu kesulitannya pada hari kiamat”. Siapa di antara kita yang tidak ingin dihilangkan kesulitannya di hari kiamat? Karena kesulitan di hari kiamat lebih dahsyat dan lebih keras. Allah Taala berfirman (yang artinya), “Manusia berkata: “Kapankah hari kiamat itu (terjadi)?” Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: “Ke manakah tempat melarikan diri?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!”(QS. Al Qiyamah: 7-11).

Ia juga berfirman (yang artinya), “Apabila datang suara yang memekakkan pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya” (QS. Abasa: 33-37).

Beri makan orang yang kelaparan

Kemudian kata Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam, “.. atau engkau hilangkan kelaparannya”. Seorang mukmin jangan sampai membiarkan tetangganya kelaparan atau saudaranya sesama Muslim lain kelaparan. Terkadang karena sikap acuh tak acuh, banyak orang kaya yang tidak peduli bahwa di kampung-kampung banyak kaum mukminin yang kelaparan.

Akhirnya apa yang terjadi? Mereka menjadi korban-korban yang empuk bagi Kristenisasi. Akhirnya mereka pun menggadaikan aqidahnya demi mendapat sesuap nasi. Maka Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam mengatakan bahwa menghilangkan kelaparan dari seorang Muslim itu amalan yang sangat dicintai oleh Allah Subhaanahu wa Taala.

Bantulah orang yang terbelit utang

Kemudian kata Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam amalan yang dicintai Allah selanjutnya, “.. atau engkau membayarkan utang untuknya”.

Dahulu, ada seorang laki-laki yang suka berbaik hati memberikan utangan kepada orang lain. Kemudian ia berkata kepada pelayannya, “wahai pelayan coba kamu lihat, adakah diantara mereka yang sulit membayar hutang? Jika ada bebaskan saja utangnya”. Maka kata Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam tentang lelaki ini, pada hari kiamat Allah akan berkata kepadanya, “Aku lebih berhak kepadanya dari engkau, wahai Malaikat bebaskan ia dari api neraka” (HR. Muslim 1560).

Demikianlah, ketika seseorang membebaskan saudaranya dari utang, Allah akan bebaskan ia dari adzab api neraka pada hari kiamat.

Membantu orang lain, besar pahalanya!

Lalu kata Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam tentang amalan yang dicintai Allah, ” aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada ber-itikaf di masjid Nabawi selama sebulan lamanya”.

Siapa yang di antara kita yang pernah itikaf di masjid Nabawi sebulan lamanya? Mungkin tidak ada. Ternyata kita berjalan bersama saudara kita yang kesusahan untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih besar pahalanya dari itikaf di masjid Nabawi. Padahal kata para ulama, itikaf yang paling utama di antaranya di masjid Nabawi. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda, “Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram” (HR. Bukhari-Muslim).

Subhaanallah! Itu menunjukkan kepada kita bahwa Islam mengajarkan kita agar jangan egois, mengajarkan kepada kita sikap dermawan dan berjiwa sosial serta selalu memperhatikan keadaan saudara kita.

Tahan amarahmu

Lalu Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam mengatakan, “siapa yang menahan marahnya maka Allah akan tutupi auratnya”.

Karena amarah seringkali menimbulkan perbuatan dan perkataan yang tidak terkontrol, sehingga menjatuhkan martabat pelakunya. Lalu beliau juga bersabda, “Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia bisa menumpahkannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan di hari kiamat”. Seorang raja yang marah kepada bawahannya padahal ia mampu untuk melakukannya, atau seorang ayah yang marah kepada anaknya padahal ia mampu untuk melakukannya, maka Allah akan panggil dia di hari kiamat dan Allah akan pilihkan bagi dia bidadari-bidadari surga ia inginkan.

Keutamaan membantu orang lain hingga tuntas

Lalu Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda tentang amalan yang dicintai Allah, “Dan barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai ia memenuhi kebutuhannya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya di hari ketika banyak kaki-kaki terpeleset ke api neraka”, yaitu ketika melewati jembatan shirath di akhirat, banyak kaki yang tergelincir dan terpeleset ke dalam api neraka. Maka orang yang berjalan bersama saudaranya, membantunya sampai memenuhi kebutuhannya, Allah akan kokohkan kakinya melewati jembatan shirath tersebut sehingga ia tidak tergelincir.

Saudaraku, sungguh ini petuah-petuah yang bermanfaat bagi kita semua wahai saudaraku. Semoga kita termasuk orang yang mampu melaksanakan petuah-petuah yang ada dalam hadits ini sehingga menjadi orang yang paling bermanfaat bagi manusia dan orang yang paling dicintai oleh Allah Subhaanahu Wa Taala.[Ustaz Badrusalam, Lc.]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2359769/orang-yang-paling-dicintai-allah-dan-amalannya#sthash.hLe0Csum.dpuf