Menjawab Kenapa Rasul Beristri Lebih dari 4 Orang

PERTANYAAN ini memang menarik untuk dikaji, terutama sebagai benteng pertahanan para juru dakwah, bila menghadapi serbuan tasykik (membuat keraguan) para zindiq dan musuh-musuh Allah yang menggoyahkan keyakinan kita.

Untuk itu perlu dijelaskan kepada siapapun, bahwa kedudukan seorang nabi di tengah umatnya tidak sama. Kedudukannya jauh lebih tinggi, bahkan dari derajat para malaikat sekalipun. Bukankah sampai pada titik tertentu dari langit yang tujuh itu, malaikat Jibril pun harus berhenti dan tidak bisa meneruskan perjalanan mi’raj? Sementara nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri saja yang boleh meneruskan perjalanan. Ini menunjukkan bahwa derajat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lebih tinggi dari malaikat Jibril `alaihissalam.

Demikian juga dengan masalah dosa. Kalau manusia umumnya bisa berdosa dan mendapat pahala, para nabi justru sudah dijamin suci dari semua dosa (ma’shum). Artinya, seandainya mau, para nabi itu mengerjakan hal-hal yang diharamkan, sudah pasti Allah tidak akan menjatuhkan vonis dosa kepada mereka. Sebab tugas mereka hanya menyampaikan syariah saja, baik dengan lisan maupun dengan peragaan. Namun karena para nabi itu dijadikan qudwah (contoh) hidup, maka mereka pun beriltizam (berpegang teguh) pada syariat yang mereka sampaikan.

Dalam implementasinya, memang secara jujur harus diakui adanya sedikit detail syariah yang berbeda antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan umatnya. Namun pengecualian ini sama sekali tidak merusak misi utamanya sebagai pembawa risalah dan juga qudwah. Sebab di balik hal itu, pasti ada hikmah ilahiyah yang tersembunyi. Misalnya, bila umat Islam tidak diwajibkan melakukan salat malam, maka Rasulllah shallallahu ‘alaihi wasallam justru diwajibkan untuk melakukannya.

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Muzzammil: 20)

Bila umat Islam diharamkan berpuasa dengan cara wishal (bersambung hingga malam), maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam justru diperbolehkan bahkan diperintahkan. Dari Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah berpuasa wishal di bulan Ramadhan. Lalu orang-orang ikut melakukannya. Namun beliau melarangnya. Orang-orang bertanya, “Mengapa Anda melakukannya?” Beliau menjawab, “(Dalam hal ini) aku tidak seperti kalian. Sebab aku diberi makan dan diberi minum.”

Bila istri-istri umat Islam tidak diwajibkan bertabir dengan laki-laki ajnabi, khusus buat para istri Rasulllah telah ditetapkan kewajiban bertabir. Sehingga wajah mereka tidak boleh dilihat oleh laki-laki, sebagaimana mereka pun tidak boleh melihat wajah laki-laki lain. Hal itu berlaku buat para istri nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kejadian itu bisa kita lihat tatkala Abdullah bin Ummi Maktuh yang buta masuk ke rumah nabi, sedang saat itu beliau sedang bersama dua istrinya. Rasulullah lalu memerintahkan mereka berhijab (berlindung di balik tabir), meski Abdullah bin Ummi Maktum orang yang buta matanya. Namun Rasulullah menjelaskan bahwa kedua istrinya bukan orang yang buta.

Karena itulah Allah Ta’ala berfirman di dalam Alquran: “Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (para istri nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti Rasulullah dan tidak mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar di sisi Allah.” (QS. Al-Ahzab: 53)

Bila wanita yang telah ditinggal mati oleh suaminya selesai dari ‘iddah mereka boleh dinikahi oleh orang lain, maka para janda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam justru haram dinikahi selamanya oleh siapapun. Bahkan kepada mereka disandangkan gelar ummahatul mukminin yang artinya adalah ibu orang-orang mukmin. Haramnya menikahi janda Rasulullah sama dengan haramnya menikahi ibu sendiri. Dan masih ada beberapa lagi kekhususan Rasulullah. Salah satunya adalah kebolehan beliau untuk tidak menceraikan istri yang jumlahnya sudah lebih dari 4 orang. Sedangkan umat Islam lainnya, disuruh untuk menceraikan istri bila melebihi 4 orang.

Sebagaimana kita ketahui di masa lalu dan bukan hanya terjadi pada bangsa Arab saja, para laki-laki memiliki banyak istri, hingga ada yang mencapai ratusan orang. Barangkali hal itu terasa aneh untuk masa sekarang. Tapi percayalah bahwa gaya hidup manusia di masa lalu memang demikian. Dan bukan hanya tradisi bangsa Arab saja, melainkan semua bangsa. Sejarah Eropa, Cina, India, Afrika, Arab dan nyaris semuanya, memang terbiasa memiliki istri banyak hingga puluhan. Bahkan para raja di Jawa pun punya belasan selir.

Lalu datanglah syariat Islam yang dengan bijaksana memberikan batasan hingga maksimal 4 orang saja. Kalau terlanjur sudah punya istri lebih dari empat, harus diceraikan suka atau tidak suka. Kalau kita melihat dari sudut pandang para istri, justru kita seharusnya merasa kasihan, karena harus diceraikan. Karena itulah khusus bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah Ta’ala tidak memerintahkannya untuk menceraikan para istrinya. Tidak ada pembatasan maksimal hanya 4 orang saja. Justru pengecualian itu merupakan bentuk kasih sayang Nabi kepada mereka, bukan sebaliknya seperti yang dituduhkan oleh para orintalis yang hatinya hitam itu. Mereka selama ini menuduh Rasulullah sebagai orang yang haus perempuan, nauzu bilahi min zalik.

Semoga Allah menghancurkan tipu daya para orientalis terlaknat, merusak semua sumber dana dan media propaganda sesat mereka, serta meruntuhkan kesombongan mereka. Amin Ya Rabbal ‘alamin. Wallahu a’lam bishshawab wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. [Ahmad Sarwat, Lc.]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2375033/menjawab-kenapa-rasul-beristri-lebih-dari-4-orang#sthash.TiEU2pts.dpuf

Ketika Qarun Pamer Harta Kekayaannya

Hampir semua umat Islam di seluruh dunia, pernah mendengar kisah Qarun. Ia adalah seorang yang sangat kaya raya, dan hidup sezaman dengan Nabi Musa AS. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, Qarun adalah anak dari paman Musa. Kisah Qarun ini secara lengkap dapat dilihat dalam surah al-Qashash [28] ayat 76-82.

Menurut situs wikipedia, Qarun adalah sepupu Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Musa. Baik Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi. Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.

Qarun dikenal sebagai orang yang sangat kaya. Kekayaannya membuat iri orang-orang Bani Israil. Karena kekayaannya itu pula, Qarun senantiasa memamerkan dirinya kepada khalayak ramai. Bahkan, begitu banyak kekayaan yang dimilikinya, sampai-sampai anak kunci untuk menyimpan harta kekayaannya harus dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat. (Al-Qashash [28]: 76).

”Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.”

Sejumlah ulama mengatakan, yang dimaksud dengan lelaki yang kuat itu adalah diperkirakan tenaganya antara 10 sampai 40 lelaki di masa kini. Hal ini dikarenakan, kunci-kuncinya sangat berat dan tempat untuk menyimpan harta kekayaan Qarun sangat besar.

Qarun menganggap dirinya memperoleh harta itu karena kemampuan (ilmu) yang dimilikinya. Hal itu tampak dari pernyataannya yang termaktub dalam surah Al-Qashash [28]: 78. ”Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.”

Menurut para mufassir (ahli tafsir), Qarun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya, dan inang pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. ”Maka, keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya.” (Al-Qashash [28]: 79).

Menurut sejumlah riwayat, ketika Qarun memamerkan harta kekayaannya, ia menggunakan pakaian yang sangat mewah, jumlah harta benda yang dibawanya harus diangkut oleh 60 ekor unta, dengan didampingi sebanyak 600 orang pelayan yang terdiri atas 300 laki-laki dan 3000 orang perempuan. Saat itu, Qarun juga dikawal sebanyak 4000 orang dan diiringi oleh sebanyak 4000 binatang yang ternak yang sehat.

Karena kemegahan dan keindahan pakaian yang dimiliki Qarun, orang-orang yang menyaksikannya, juga menginginkan kekayaan seperti yang dimiliki Qarun.

”Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: ”Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS 28:79).

Menurut beberapa riwayat, sebelumnya Qarun adalah seorang hamba yang saleh dan miskin. Ia memohon kepada Nabi Musa untuk mendoakannya agar dirinya memiliki sejumlah harta. Dan, doa itu dikabulkan, hingga dirinya menjadi kaya raya. Namun, menurut sejumlah riwayat pula, azab ditenggelamkannya Qarun, juga karena doanya Nabi Musa yang dikabulkan Allah, akibat Qarun tidak mau bersyukur dalam malah menyombongkan diri. Ia juga tak mau menyedekahkan hartanya dan tidak mau mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang miskin yang ada di sekitarnya.

Kesombongan Qarun itu tampak ketika ia mengatakan bahwa harta yang diperolehnya karena ilmu yang dimilikinya (QS:28:78).

Karena kesombongannya itulah, Allah mengazabnya dengan ditenggelamkannya Qarun ke dalam perut bumi. ”Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (QS 28:81).

”Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS Al-Ankabut [29]: 40).

Rasulullah SAW bersabda : ”Tatkala seseorang mengulurkan kainnya ke bawah (karena sombong), tiba-tiba ia terbenam ke dalam tanah dan terperosok ke dalam perut bumi hingga hari kiamat.” (HR Bukhari).

 

REPUBLIKA ONLINE

Bolehkah Ikuti Bacaan Imam Usai Surat Al-Fatihah?

SEBAGIAN orang yang tinggi kecintaannya terhadap Alquran tentu begitu semangat menghafalkannya, hingga Allah pun menganugerahkan kepadanya mampu menghafal sekian banyak ayat-ayat Alquran.

Terkadang keinginan baiknya untuk murajaah (mengulang) hafalan mendorongnya untuk menirukan bacaan Imam sesudah Al-Fatihah, itung-itung bisa mengingatkan sang Imam ketika lupa. Benarkah sikap ini?

Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan namun tidak mendapatkannya! Niat dan keinginan yang baik saja tidaklah cukup, perlu diiringi cara beribadah yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dua hal inilah yang menyebabkan ibadah seorang hamba diterima oleh Allah.

Betapa indahnya perkataan Abdullah bin Masud radhiallahu anhu:

“Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan namun tidak mendapatkannya” (Diriwayatkan Ad-Darimi dengan sanad hasan).

Fatwa Syaikh Bin Bazz rahimahullah

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum makmum membaca surat Al-Fatihah di salat jahriyyah (imam mengeraskan suara dalam membaca Alquran). Bagi ulama yang berpendapat makmum diam, tidak membaca surat Al-Fatihah jika bacaan imam terdengar (ini pendapat yang terkuat), maka tentu mereka memandang makmum lebih tidak boleh lagi membaca surat lain sesudah Al-Fatihah saat imam mengeraskan bacaannya.

Namun, bagaimanakah pendapat ulama yang mengharuskan makmum membaca Al-Fatihah walaupun imam mengeraskan bacaannya (salat jahriyyah)? Bagi ulama yang mengharuskan makmum membaca Al-Fatihah pun melarang makmum dari membaca Alquran sesudah membaca Al-Fatihah. Seperti contohnya adalah Fatwa Syaikh Bin Bazz rahimahullah, beliau berkata,

“Makmum tidak boleh membaca melebihi dari bacaan Al-Fatihah di dalam salat jahriyyah”

“bahkan kewajibannya setelah membaca Al-Fatihah adalah diam untuk mendengarkan bacaan Imam”

“Dalilnya adalah sabda Nabi shalallahu alaihi wa sallam, “Kalian tadi membaca di belakang Imam Kalian?”

Kami menjawab, “Ya”, Beliaupun menanggapinya, “Janganlah kalian lakukan hal itu kecuali membaca Al-Fatihah karena sesungguhnya tidak sah salat seseorang yang tidak membacanya (Al-Fatihah)” (HR. Imam Ahmad ,Syaikh Bin Baz menyatakan bahwa sanadnya shahih- pent).

“Dan apabila dibacakan AlQuran, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian mendapat rahmat” ( Al-Araaf : 204).

Dan berdasarkan sabda Nabi shalallahu alaihi wa sallam, “Jika Imam membaca (dengan keras-pent) maka diamlah Kalian” (HR. Ibnu Majah dalam kitab Iqomatush Shalah was Sunnah fiiha ,no. 838).(Fatwa Syaikh Bin Baz: http://www.binbaz.org.sa/mat/965)

Dan barangsiapa yang nekad melakukannya (mengulang hafalan surat selain Al-Fatihah), maka telah terjatuh dalam dosa karena telah membaca melebihi Al-Fatihah dalam salat jahriyyah (imam mengeraskan suara dalam membaca Alquran) sebagaimana yang dapat disimpulkan dari fatwa Syaikh Bin Baz di atas dan fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid di http://Islamqa.info/ar/66742.Wallahu alam bish-shawab.[muslimorid]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2374259/bolehkah-ikuti-bacaan-imam-usai-surat-al-fatihah#sthash.wK0TTe3a.dpuf

Ternyata Ramadan Bukan Bulan Istimewa bagi Syiah

SEGALA amal seseorang dikendalikan oleh ideologinya. Beda ideologi akan merambah pada perbedaan praktek ibadah, akhlak, dan bahkan muamalah. Ketika kita membandingkan antara praktek ibadah syiah dan praktek ibadah yang diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kita akan mendapatkan sekian banyak perbedaan. Demikian pula akhlak dan muamalah antara syiah dengan yang diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Pada bagian ini, kita akan menyoroti perbedaan praktek puasa syiah dengan puasa yang diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Pertama, bulan ramadhan bukan bulan istimewa. Bagi syiah, ramadhan bukan bulan istimewa bagi syiah untuk beribadah. Suasana semarak ibadah di bulan ramadhan, tidak seramai suasana ketika Muharram atau Syaban. Seolah syiah hendak mengumumkan ke penjuru alam, bulan Ramadhan adalah bulan khusus untuk ahlus sunnah dan tidak ada yang istimewa bagi kami. Ramadhan memang bulan untuk puasa, namun bulan untuk rajin ibadah, menurut syiah.

Bagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ramadhan adalah bulan istimewa. Dan seperti itu pula yang dilakukan kaum muslimin. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lebih rajin mendekatkan diri kepada Allah di bulan ramadhan. Ibnu Abbas radhiyallahu anhu menuturkan, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling pemurah. Lebih pemurah lagi pada saat bulan ramadhan. Ketika Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malam di bulan ramadhan, dan mengajari beliau Al-Quran.” (HR. Bukhari 3554)

Terutama ketika masuk 10 hari terakhir ramadhan, ibadah Nabi shallallahu alaihi wa sallam jauh lebih meninggat. Aisyah menuturkan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, apabila masuk sepuluh terakhir ramadhan, beliau menghidupkan malamnya dengan ibadah, beliau membangunkan para istrinya, bersungguh-sungguh ibadah dan mengencangkan ikatan sarungnya.” (HR. Muslim 1174).

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2375570/ternyata-ramadan-bukan-bulan-istimewa-bagi-syiah#sthash.40p15qlS.dpuf

Tak Semua Marah itu Tercela, Ada Kemarahan Terpuji

KEMARAHAN selalu didefinisikan sebagai ekspresi menuruti hawa nafsu, penuh emosi dan lambang tunduknya kita pada syaitan. Hal ini tidaklah keliru bila merujuk pada perbuatan tercela yang mengikutinya dan alasan apa yang mendasarinya.
Bila kemarahan semata-mata untuk membela diri dan menjatuhkan orang lain, inilah yang disebut dengan marah yang tercela. Namun, bila kita mampu meluruskan niat kita, membuang kotoran jiwa, keinginan dunia dan makhluk. Kemarahan tercela tersebut mampu bergeser menuju kemarahan yang terpuji.
Kemarahan yang terpuji adalah kemarahan yang menjadikan Allah Ta’ala sebagai alasan. Kemarahan yang muncul karena melihat kemunkaran dan kemaksiatan yang merajalela. Kemarahan yang ditujukan untuk membela agama yang haq, bukan sekadar membela dirinya atau golongannya. Dan sungguh, Tuhanlah Dzat yang paling mengetahui murni tidaknya niat seorang hamba. Semoga kita tidak termasuk hamba yang berteriak lantang seolah membela agama Allah, padahal sebenarnya jiwa dan hatinya mengeras karena karat kemunafikan.
Takkan ada dua hati dalam satu rongga dada. Begitu pula takkan ada ketulusan dan kemunafikan yang bersemayam dalam satu tindakan. Kenalilah jiwa amarah kita, apakah ia terpuji ataukah tercela? Apakah ia karena Allah atau hanya nafsu semata? Percayalah, tiada ketentraman kecuali berdua bersama-Nya, tiada kedamaian kecuali dekat dengan-Nya dan tiada pengobat kerinduan selain pemenuhan ketaatan pada-Nya.
Adapun ketaatan itu pula yang mampu menambah kadar keimanan kita di sisi Allah, dan akan berkurang dengan kemaksiatan pada-Nya. Maka semoga kita mampu mengendalikan amarah kita dengan tetap bersabar menghadapi orang-orang yang buruk perangainya dan bodoh pikirannya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
“Dan jika orang-orang jahil mencela mereka, mereka berkata, ‘Salam. (selamat)'”(QS Al-Furqan [25]: 63)
Akan tetapi, jika mereka mendurhakai Allah Ta’ala, kita tidak boleh hanya berdiam diri saja. Pada saat seperti inilah diharapkan bahwa kemarahan kita dengan cara berbicara pada mereka menjelma menjadi nilai ibadah di sisi-Nya. Bukankah kewajiban kita untuk menegakkan syi’ar syi’ar Islam dan berjuang dalam amar ma’ruf nahi munkar? Semoga Allah mengokohkan pijakan kita di atas kebenaran.
Akhirul kalam, silahkan marah, asal tetap terpuji. (DOS)

Mengerikan, Ini Azab Dunia-Akhirat Orang tak Salat

SIKSA yang paling kita takuti tentu adalah azab neraka. Di mana kita dimasukkan api besar yang akan melumat seluruh tubuh, namun terus berulang-ulang hingga kiamat akan menyapa. Astagfirullah hal adzim.

 

Tentang azab orang Kafir

Dalam sebuah dialog antara Nabi dan sahabat, Rasul bersabda: Adakah engkau ketahui, kepada siapa diturunkan ayat ini?Thaha ayat 124 (Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit)

Para sahabat pun menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi Bersabda: azab bagi orang kafir di dalam kuburnya itu berupa siksa sembilan puluh sembilan tinnin. Tahukakah kamu apa itu tinnin? Yaitu sembilan puluh sembilan ular. Sedang tiap-tiap ular itu mempunyai tujuh kepala yang mencakar, menjilat (menggigit) dan meniup hingga bengkak pada tubuh orang kafir. Azab itu berlangsung hingga kiamat (Al-Hadist).

Imam Al-Ghazali menyebutkan, bahwa azab itu merupakan jelmaan dari sifat-sifat yang tercela, dari sombong, riya, dengki, tipu, busuk hati dan sifat-sifat lainnya, yang berbilang-bilang dan bercabang-cabang. Sehingga akhirnya menjelma di alam kubur berupa kalajengking dan ular.

 

Tentang azab bagi orang kikir tak mau mengeluarkan zakat

Sebagaimana Firman Allah dalam surat Ali Imran tentang larangan kikir dalam mengeluarkan zakat . “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil (kikir) dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali Imran: 180).

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang dalam tafsir ayat ini: Yakni, janganlah sekali-kali orang yang bakhil menyangka, bahwa dia mengumpulkan harta itu akan bermanfaat baginya. Bahkan hal itu akan membahayakannya dalam (urusan) agamanya, dan kemungkinan juga dalam (urusan) dunianya. Kemudian Allah memberitakan tentang tempat kembali hartanya pada hari kiamat, Dia berfirman,”Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di leher mereka, kelak pada hari kiamat.” [Tafsir Ibnu Katsir, surat Ali Imran ayat 180]

Abu Hurairah r.a berkata: Nabi Sawa bersabda : “Siapa yang diberi Oleh Allah kekayaan harta kemudian tidak mengeluarkan zakatnya, akan dibentuk baginya harta itu berupa ular botak kepalanya, bersungut dua, lalu dikalungkan di lehernya pada hari kiamat, lalu menggigit kanan kiri pipi sambil berkata : “Aku hartamu, aku timbunan kekayaanmu.” (HR. Bukhari)

 

Selain itu akan ada azab bagi kaum yang meninggalkan salat lima waktu

Dalam kitab Azzawajir susunan Ahmad bin Hajar Alhaitami berkata: “Tersebut dalam hadits: siapa yang menjaga sembahyang lima waktu maka Allah akan memulyakan dengan lima macam :

1. Dihindarkan dari kesempitan hidup

2. Dihindarkan siksa kubur

3. Diberi kitab amalnya dengan tangan kanannya

4. Berjalan di atas akhirat bagaikan kilat

5. Masuk surga tanpa hisab

Dan siapa yang meremehkan (meninggalkan) salat akan dihukum Allah dengan lima belas siksa. Lima di dunia, dan tiga ketika mati, dan tiga di dalam kubur dan tiga ketika keluar dari kubur. Adapun di dunia:

  1. Dicabut berkat umurnya
  2. Dihapus tanda orang salih dari mukanya
  3. Tiap amal yang dikerjakan tidak diberi pahala oleh Allah
  4. Doanya tidak dinaikkan ke langit
  5. Tidak dapat bagian dari doa orang-orang salihin

 

Adapun hukuman yang terkena ketika mati :

  1. Matinya hina
  2. Matinya kelaparan
  3. Matinya haus, dan andaikan diberi air samudera dunia tidak akan puas dan tetap haus.

 

Adapun hukuman ketika di alam kubur :

  1. Disempitkan kuburnya hingga hancur tulang-tulang rusuknya
  2. Dinyalakan api dalam kubur, maka ia bergelimpangan dalam api, siang dan malam.
  3. Didatangkan padanya ular bernama syuja yang buta matanya dari api dan kukunya dari besi tiap kuku panjangnya perjalanan sehari, ia berkata pada di mayat: “Aku syuja al aqra sedang suaranya bagaikan petir yang menyambar, ia berkata: “Allah telah menyuruhku memukul kamu karena meninggalkan salat subuh hingga terbit matahari, dan memukulmu karena meninggalkan salat zuhur hingga asar, dan memukulmu karena meninggalkan salat magrib hingga isya dan memukulmu karena meninggalkan salat Isya hingga subuh, dan tiap ia memukul satu kali terbenamlah orang itu ke dalam tanha tujuh puluh hasta, maka ia selalu tersiksa dalam kubur hingga hari kiamat.

 

Adapun hukuman yang menimpa setelah keluar dari kubur:

  1. Diberatkan hisabnya
  2. Allah murka padanya
  3. Masuk dalam neraka

Diriwayatkan: Bahwa dalam jahanam ada lembah bernama Lamlam yang berisi ular-ular, tiap-tiap ular setebal leher onta, panjangnya sejauh perjalanan sebulan, menggigit orang yang meninggalkan salat, maka mendidihnya bisa racunnya dalam badan orang yang digigit selama tujuh puluh tahun kemudian hancur dagingnya.

 

Adab bagi pelaku zina

Kita mengatahui bahwa sejatinya ketika melakukan zina di dunia pun sudah mendapat siksanya yaitu. Mendapat pukulan 100 kali jika yang berzina belum menikah dan akan mendapatkan rajam jika pelaku zina sudah menikah.

Sebagaimana firman Allah : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nuur : 2)

Diriwayatkan: Bahwa di Jahannam ada jurang yang bernama Jubbulhazan berisi ular dan kala-kala (Amblypygi) tiap-tiap kala sebesar keledai, yang mempunyai tujuh puluh duri, tiap-tiap duri penu dengan bisa/ racun, menggigit orang yang berzina dan menuangkan racunnya dalam badannya yang terasa dalam masa seribu tahun, kemudian hancur dagingnya sehingga mengalir darah bercampur nanah dari kemaluannya.

Diriwayatkan: Bahwa siapa menyentuh tangannya wanita yang tidak halal baginya dengan syahwat makan akan tiba di hari kiamat terbelenggu kedua tangan ke lehernya, maka jika dicium digunting di bibirnya dalam neraka, dan jika berzina, maka akan berkata pahanya menjadi saksi: Aku telah kamu gunakan untuk haram, maka Allah melihat padanya dengan murka sehingga jatuh daging mukanya.

Lalu diingkari perbuatannya tapi lidah berkata: Saya telah mengatakan apa yang tidak halal bagiku, dan tangan berkata: Aku telah menyentuh barang yang haran dan mata berkata: Aku telah melihat yang haram dan kaki berkata: Aku telah berjalan menuju yang haram dan kemuluan berkata : Aku telah berbuat yang haram. Lalu malaikat penjaga berkata : Aku mendengar dan lainnya berkata: Aku mencatat dan Allah berfirman: Aku melihat dan menutupi dan Allah menyuruh pada Malaikat: Tangkaplah dan rasakan padanya dari siksa-Ku karena Aku sangat marah padanya, sebab ia tidak malu pada-Ku.[Kazuhana El Ratna Mida]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2375275/mengerikan-ini-azab-dunia-akhirat-orang-tak-salat#sthash.mhRBJsIt.dpuf

Memahami Kesulitan Hidup Agar Tidak Sulit

SAYA tertantang untuk membaca buku ini: “The Road Less Traveled.” Judulnya saja menarik, yaitu “Jalan Yang Jarang Dilewati.” Buku ini beranak judul “kajian baru tentang psikologi cinta, nilai-nilai tradisional dan perkembangan spiritual.”

Baris-baris pembukanya saja dahsyat: “Life is difficult. This is a great truth, one of the greatest truths. It is a great truth because once we truly see this truth, we transcend it. Once we truly know that life is difficult–once we truly understand and accept it–then life is no longer difficult. Because once it is accepted, the fact that life is difficult no longer matters.”

(Hidup itu sulit. Ini adalah sebuah kebenaran besar, salah satu dari kebenaran terbesar. Ini menjadi kebenaran besar karena sekali saja kita mengetahui kebenaran ini, maka kita akan mampu melaluinya. Sekalu kita sungguh tahu, memahami dan menerima kenyataan bahwa hidup itu sulit maka kehidupan itu tak akan lagi menjadi sulit. Sekali kita menerima gakta ini maka hidup tak akan menjadi masalah lagi).

Nah sekarang tanyakan pada diri kita masing-masing apakah sudah tahu bahwa hidup ini sulit? Kalai sudah tahu, tanyakan lagi apakah kita paham dan menerima fakta bahwa hidup ini memang sulit? Kalau jawabannya adalah “ya” lalu buat apa kita mengeluh?

Mengeluh itu hanya akan mempersulit hidup yang sudah sulit ini. Jangan mengeluh, nikmati dan jalani saja. Kaidah bahwa hidup ini sulit berlaku bukan hanya pada kita melainkan juga pada mereka. Saling berbagilah agar terasa bersama dalam rasa kehidupan.

Masih merasa sulit? Semoga tidak sulit memahami tulisan singkat ini. Masih sulit juga memahaminya? Datanglah ke kajian rutin Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim, Sabtu 29 April 2017 setelah Ashar. Salam, AIM, Pengasuh. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2375722/memahami-kesulitan-hidup-agar-tidak-sulit#sthash.6Xusn2Sk.dpuf

Poligami, Solusi Mengatasi “Surplus” Akhwat

Di berbagai harakah begitu mudah ditemukan perempuan-perempuan (akhwat) yang belum menikah, padahal dilihat dari usianya sudah tua dan matang. Apakah penyebabnya?

Menurut M. Iwan Januar, penulis buku “Bukan Pernikahan Cinderella,” kepada hidayatullah.com mengatakan fenomena ini disebabkan banyak hal. Kata Iwan banyaknya akhwat yang belum menikah bukan karena stok atau jumlah laki-laki Indonesia sedikit.

Bila kita simak data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan. Penduduk laki-laki mencapai 119.507.580 jiwa, sementara perempuan 118.048.783 jiwa. Dengan angka tersebut seyogyanya setiap perempuan mendapat satu laki-laki.

Namun, jelas Iwan, memang jika dilihat di berbagai harokah ada kecenderungan anggota kaum hawa jumlahnya selalu lebih banyak dari anggota laki-laki atau ikhwan.

“Kalau kita lihat disetiap pengajian selalu dipenuhi kaum perempuan. Sehingga yang banyak terbina itu ya perempuan,” kata Iwan.

Iwan menduga minimnya jumlah ikhwan di setiap harokah ini diduga menjadi penyebab banyaknya akhwat yang belum menikah.

Lalu apa solusinya?

Iwan menyarankan agar setiap akhwat dalam menentukan kriteria calon suami tidak terlalu tinggi.

“Jangan memberatkan kriteria. Perempuan di usia muda seringkali memasang tinggi kriteria calon suaminya. Padahal shaleh saja sudah cukup. Ini bisa menjadi penyebab para ikhwan mundur,” saran Iwan.

Selain itu, lanjut Iwan, untuk meminimalisir persoalan akhwat yang belum menikah poligami bisa menjadi solusi.

“Poligami merupakan hukum Islam, seperti halnya hukum haji, hukum shalat, hukum puasa. Semestinya sebagai Muslim kita harus terima dengan penuh keikhlasan,” paparnya.

Poligami yang dimaksud Iwan adalah yang diniatkan untuk membangun rumah tangga.

“Pada pihak suami juga harus ditanamkan tanggungjawab,” tandas Iwan. *

 

HIDAYATULLAH

Menag: Pada Dasarnya Agama Anjurkan Monogami, Poligami Harus Izin Istri

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan bahwa agama pada dasarnya menganjurkan monogami. Hal ini disampaikan Menag saat dimintai pendapatnya terkait dengan praktik poligami yang dilakukan sebagian masyarakat Indonesia.

Meski demikian, Menag mengakui bahwa pandangan seperti ini masih bisa diperdebatkan dan berpotensi memunculkan perbedaan pandangan. Hal itu, menurut Menag, akan kembali pada pilihan masing-masing.

“Pada dasarnya, agama menganjurkan monogami, meski jika hal ini diperdebatkan, pasti akan muncul perbedaan, dan jalan keluarnya akan menjadi pilihan masing-masing,” jelas Menag menjawab pertanyaan wartawan dalam tayangan di salah satu stasiun televise swasta, Jakarta, Selasa (21/04/2015) dikutip laman kemenag.

Dalam kesempatan itu, Menag  didampingi Staf Khusus Hadi Rahman, Kepala Pusat Informasi dan Humas Rudi Subiyantoro, dan Kabag TU Pimpinan (Sesmen) Khoirul Huda.

Menurut Menag,  peraturan terkait poligami bisa dilihat pada UU No 1 Tahun 1974 dan  Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1983. Jika ada masyarakat menghendaki poligami, lanjut Menag, negara memberi syarat, harus ada ijin tertulis dari istri.

“Pada prinsipnya, negara tidak membatasi, namun syarat-syarat ini, lebih pada melindungi dan menjunjung tinggi hak-hak perempuan. Ini jika poligami dilakukan secara resmi,” kata Menag.

Jika poligami dilakukan secara sirri, Menag menegaskan bahwa negara tidak bisa melindungi, jika di kemudian hari, ada masalah, karena tidak ada legalitas. Dalam kasus seperti ini, biasanya anak yang menjadi korban. “Mau monogami atau poligami, saya rasa, kita lebih baik melihat tujuan pernikahan. Bahwa pernikahan adalah sebuah peristiwa sakral, sebuah akad untuk membangun sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Jika hal ini tidak tercapai, berarti ada yang salah,” urai Menag.*

 

HIDAYATULLAH

Aa Ggym: Jangan hina Poligami jika tidak Mau!

Seorang Muslim akan baik, jika hatinya baik. Kebaikan hati diperoleh dengan menjaganya dari berbagai pikiran kotor. Usaha menjaga kebersihan hati termasuk menghindari kasak-kusuk, termasuk melakukan cibiran terhadap praktik berpoligami.

“Maaf ya, ini bukan soal saya. Di Qur’an ada poligami. Perkara tidak mau berpoligami, ya tidak apa-apa. Tapi menganggap ayat poligami salah, nah itu menghina Allah,” demikian disampaikan Pimpinan Pesantren Darut Tauhid (DT), KH Abdullah Gymnastiar dalam kajian di Jakarta belum lama ini.

“Nggak mau-poligami, ya nggak usah! Makanya, jangan ngomentari yang poligami. Cicing wae! (diam saja!) Da tiap orang punya kavling masing-masing,”tegas  disambut ekspresi malu-malu jamaah Masjid Darut Tauhiid Cipaku, Jakarta.

Sebelmnya, akibat keputusan poligaminya, dai kondang yang akrab disapa Aa Gym itu sempat ditinggalkan jamaahnya. Selain caci dan maki, tidak sedikit jamaahnya yang berasal dari kalangan perempuan, pernah merobek-robek potretnya. Meski demikian, pelan-pelan ia kembali beraktifitas seperti biasa.

“Jagalah kebersihan hati jika menginginkan hati ini selalu diliputi Allah,” demikian pesan Aa.*

 

HIDAYATULLAH