Jamaah Haji Khusus Asphurindo Berangkat 10 Agustus

Kelompok terbang pertama jamaah haji khusus di bawah naungan Asphurindo akan berangkat pada 10 Agustus 2017. Asosiasi penyelenggara haji khusus ini total akan memberangkatkan sekitar 1.124 calon jamaah.

Mereka terdaftar di 12 biro perjalanan anggota Asphurindo. Sebanyak 1.124 jamaah ini terdiri dari Maktab 111, 113, 114, 115 dan 72.

“Keberangkatannya dibagi jadi tiga program ada yang awal, tengah dan akhir,” kata Ketua Umum Asphurindo, Syam Resfiadi pada Republika.co.id, Senin (10/7).

Syam merinci, kloter awal berangkat mulai tanggal 10 Agustus, kloter tengah mulai 20 Agustus dan terakhir mulai 25 Agustus. Syam menambahkan manasik dan pemeriksaan kesehatan terbagi juga sesuai jadwal keberangkatannya.

“Mulai minggu depan kami manasik dan suntikan meningitis, karena minimal 10 hari masa inkubasinya,” kata dia.

Sementara untuk kepulangan jamaah haji khusus Asphurindo akan dimulai 6 September sampai dengan 20 September 2017.

Saat ini, asosiasi penyelenggara haji umroh dan in-bound ini sedang proses pengajuan petugas barcode. Asphurindo mengajukan permohonan petugas barcode dari anggota PIHK sebanyak 28 petugas barcode.

 

 

IHRAM

Bani Syaibah Pemegang Kunci Ka’bah

Dalam kurun waktu berikutnya, tugas untuk memegang kunci Ka’bah sempat direbut paksa oleh Bani Jarhma dan Bani Khuzaah. Namun, sejarah mencatat, tugas menjaga Ka’bah akhirnya kembali kepada yang berhak, yakni Qusai bin Kilab bin Murrah. Ia adalah kakek buyut Rasulullah SAW yang juga keturunan Nabi Ismail.

Selanjutnya segala hal yang berkaitan dengan Ka’bah dipercayakan kepada Qusai bin Kilab. Qusai memiliki tiga anak laki-laki, yakni Abd al Dar (kakek buyut dari Shaiba bin Hashim atau dikenal Abd al-Muthalib), Abd al-Manaf (kakek buyut Nabi Muhammad SAW), dan Abd al-Uzza.

Abd al-Manaf sangat dihormati di antara bani-bani lainnya. Dia dihormati karena kebijaksanaan dan ketegasannya. Hal itulah yang mendorong Qusai memercayakan pengurusan Ka’bah kepada Abd al-Manaf. Namun, sesaat sebelum wafat, Qusai memberikan hak menjaga dan mengamankan Ka’bah kepada Abd al-Dar. Hal itu dilakukan sebagai ben tuk penghormatan kepada anak tertua.

Sejak diwariskan kepada Abd al- Dar, tugas menjaga dan mengurus Ka’bah secara turun-temurun jatuh kepada anak pertama hingga pada zaman Rasulullah SAW tugas itu berada di tangan Utsman bin Talha. Menurut al-Hashemi, pada peristiwa Fathu Makkah yakni hari ketika umat Islam menang dan Kota Makkah dibebaskan, Rasulullah memasuki kota suci itu pada tahun kedelapan Hijriyah. Namun, ketika Rasulullah hendak masuk ke dalam Ka’bah ternyata Ka’bah terkunci.

Orang-orang pun bertanya siapa yang memegang kunci Ka’bah. Rupanya, saat itu kunci Ka’bah dipegang oleh Utsman bin Talha. Mereka sempat menuduh Utsman tidak beriman karena saat Rasulullah datang, Ka’bah justru dikunci.

Rasulullah kemudian meminta Ali bin Abi Thalib untuk mengambil kunci Ka’bah dari Utsman. Ali pun pergi menemui Utsman dan meminta kunci itu. Namun, di luar dugaan, Utsman menolak memberikan kunci Ka’bah kepadanya. Ali pun merebut secara paksa sehingga Rasulullah dapat memasuki Ka’bah. Di dalam Ka’bah, Rasulullah menunaikan shalat dua rakaat.

Saat itu, paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib, meminta kunci Ka’bah untuk dijaga oleh keluarganya. Namun, kemudian malaikat Jibril turun dengan sebuah wahyu, sebagaimana yang tersurat dalam Alquran surah an-Nisa’ ayat 58, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Segera setelah turun ayat itu, Rasulullah memerintahkan Ali untuk mengembalikan kunci kepada Utsman bin Talha dan meminta maaf. Ali kemudian pergi kepada Utsman dan mengembalikan kunci itu dan meminta maaf karena merebutnya secara paksa.

Utsman pun kaget dan nyaris tak percaya ketika Ali mengembalikan kunci tersebut karena perintah Rasulullah, bahkan hingga sebuah wahyu turun untuknya. Utsman pun mengatakan, seandainya dia tahu bahwa yang meminta kunci itu adalah Rasulullah, tentu dia tidak akan menolak memberikannya. Rasulullah pun lalu memberikan kunci tersebut kepada Utsman dan mengatakan, “Terimalah ini untuk selama-lamanya, tiada terputus.”

Sejak peristiwa itu, Utsman pun memeluk Islam. Beberapa saat menjelang wafat, dia mewariskan kunci Ka’bah itu kepada saudaranya, Syaibah. Begitulah seterusnya hingga saat ini, pemegang kunci Ka’bah diwa riskan secara turun-temurun kepada keturunan Syaibah

 

REPUBLIKA

Alasan Kenapa Allah Ciptakan Setan

MUNGKIN kita akan bertanya kenapa Allah menciptakan setan? Andaikan setan itu tidak tercipta, manusia akan aman dan damai tanpa pengganggu.

Pertama, tidak ada ciptaan Allah yang buruk. Seluruh ciptaan-Nya selalu yang terbaik. Tidak ada yang keluar dari Allah kecuali yang terindah, “Yang Memperindah segala sesuatu yang Dia Ciptakan” (As-Sajdah 7).

Termasuk ciptaan Allah yang bernama setan. Pada awalnya dia adalah ciptaan yang indah seperti makhluk yang lain. Tampak kebesaran Allah pada dirinya. Beribu taun dia beribadah. Namun ketika Adam tercipta, dia sombong dan berpaling. Dan dia pun menjadi makhluk terkutuk karena perbuatannya. Bukan karena asal ciptaannya.

Kedua, Allah ciptakan manusia dan jin untuk beribadah. Karena itu Allah jadikan dunia ini tempat ujian. Ada perintah yang dibaliknya berbonus pahala, ada larangan yang dibaliknya ada ancaman siksa.

Manusia dan seluruh makhluk yang diberi taklif (termasuk jin), diberi kemampuan untuk taat dan kemampuan untuk bermaksiat. Mereka mampu melakukan keduanya dan Allah memberi mereka kebebasan untuk memilih, “Dan Kami telah Menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan).” (Al-Balad 10)

Di dunia ini, jika tidak ada makhluk seperti setan maka tidak akan dikenal yang bernama ketaatan. Ketika ada panas maka dingin mulai dikenal. Ketika ada pelanggaran maka ketaatan mulai tampak.

Ketiga, setelah setan melanggar, Allah swt memberinya kemampuan untuk “mengajak” manusia, bukan “memaksa”. Mereka yang tertipu dengan rayuan setan akan ikut bersamanya. Namun Allah telah menurunkan para nabi, memberi kita fitrah untuk mencari kebenaran dan memberi akal sehat untuk selalu mengingatkan kita bahwa setan adalah musuh. Tinggal sekarang, pilihan ada ditangan kita.

Nama-nama setan

Dalam Al-Quran, ada beberapa nama untuk setan. Yang pertama Iblis, setan, was was (karena selalu membisikkan kejahatan), Khonnas (yang bersembunyi) dan Safih (dungu) seperti Firman Allah swt ketika mengutip perkataan jin yang berkomentar tentang setan, “Dan sesungguhnya orang yang bodoh di antara kami dahulu selalu mengucapkan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.” (Al-Jin 4)

Sementara dalam riwayat, nama-nama setan adalah azazil, thowusul malaikat (burung meraknya malaikat ketika masih belum berpaling), abu murroh, al-muhlik (yang membinasakan), al-hobits (yang busuk) dan al-hawiyah.

Musuh yang Nyata

Al-Quran berulang kali menjelaskan bahwa setan adalah musuh manusia. Dia adalah musuh yang nyata. Selalu berusaha menghancurkan kehidupan anak Adam. Allah mengulangnya berkali-kali agar manusia sadar dan waspada untuk tidak mengikuti ajakannya, “Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” (Yusuf 5)

“Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (Al-Isra 53)

“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh.” (Fathir 6)

“Bukankah Aku telah Memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu” (Yasin 60)

Apa yang diserukan oleh Setan?Apa yang diserukan setan sehingga lebih banyak dari anak Adam yang mengikutinya dari pada mengikuti Allah swt?Pertama, Setan mengajak manusia untuk berbuat keji, “Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.” (Al-Baqarah 169).

Kedua, Menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan. Manusia paling takut dengan kemiskinan, melalui selah ini setan mengambil kesempatan untuk menakut-nakuti manusia agar dia menghalalkan segala cara untuk lepas dari kemiskinan. Dengan cara ini juga setan mengajak manusia untuk kikir dan menimbun hartanya, “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir).” (Al-Baqarah 268)

Ketiga, Janji palsu dan Angan-angan kosong, “(Setan itu) memberikan janji- janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.” (An-Nisa 120)

Keempat, Menciptakan kebencian dan permusuhan, “Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat maka tidakkah kamu mau berhenti?” (Al-Maidah 91).

 

MOZAIK

Wahai Anak, Jangan Durhaka Pada Orang Tuamu

Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman memerintahkan kita semua untuk berbakti dan mengetahui kedudukan kedua orang tua. Allah Ta’ala berfirman,

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”(QS. Al-Israa`: 24).

Saudaraku!

Jangan hanya berjalan ke arah keduanya. Tetapi jadilah seperti burung dalam mempercepat gerak untuk menjawab panggilan mereka, memenuhi kebutuhan mereka, dan mencapai keridhaan mereka.

Ikutilah pelayanan tersebut dengan doa mengharap rahmat dan ampunan untuk keduanya. Sungguh, Anda tidak akan bisa memenuhi meski hanya sebagian dari hak keduanya. Tetapi Allah memberi pahala atas sesuatu yang sedikit dan memberkahinya.

Betapapun telah ada seruan mulia dari Allah Ta’ala untuk berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, kita masih melihat fenomena kecerobohan dan kekurang pahaman di kalangan kaum muslimin.

Anda bisa menyaksikan orang yang lebih mendahulukan teman daripada orang tua, yang lain pergi meninggalkan amal utama untuk menuju amal yang lebih rendah tingkatannya.

Mari kita perhatikan tingkah laku orang-orang, mereka lari meninggalkan ayah ketika telah lanjut usia, tidak menjenguknya kecuali dalam jangka waktu yang amat jarang, bahkan kadang-kadang menaruhnya di panti jompo.

Tidak jarang mereka membentaknya dan mengeluarkan kata-kata buruk, seakan mereka tengah bertengkar dengan musuh. Di antara mereka ada yang bersikap lembut dan sopan kepada kaum kafir, tetapi bersikap kasar dan tidak sopan kepada orang tua. Mayoritas pemuda dewasa ini lebih mendahulukan posisi teman daripada posisi orang tua. Kepada Allah Ta’ala jua kita memohon pertolongan.

Di antara fenomena yang marak akibat kekurangpahaman dalam beragama, kelemahan iman, dan dominasi kaum perempuan, adalah sikap patuh terhadap istri dan lebih mendahulukannya dari pada orang tua.

Diriwayatkan dari Mu’adz Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi nasehat kepadanya,

وَلاَ تَعُقَّنَّ وَالِدَيْكَ وَإِنْ أَمَرَاكَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ أَهْلِكَ وَمَالِكَ

“Jangan kamu durhakai orang tuamu, meskipun keduanya menyuruhmu untuk meninggalkan keluarga dan harta bendamu.” (HR. Ahmad).

Tidak ada kebaikan pada istri yang menggiring suaminya untuk durhaka kepada orang tua dan memutus tali silaturrahim.

Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar, dari ayahnya, ia berkata, “Aku pernah memiliki istri yang tidak disukai Umar.” Ia berkata, ‘Ceraikan istrimu.’ Tetapi aku enggan. Umar datang menghadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengadukan perihalku, lalu beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda padaku, ‘Taatilah ayahmu.” (HR. Ahmad).

Yang demikian itu bila perintah orang tua mengandung maslahat dari segi syariat dan tidak menyebabkan bahaya.

 

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Wasiat Ayah Shalih yang Membuat Hati Terenyuh

Di dalam buku Bidayatul Hidayah, Hujjatul Islam Imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala mengutip sebuah nasihat yang membuat hati terenyuh. Nasihat itu disampaikan oleh sahabat Alqamah al-‘Utharidi Radhiyallahu ‘anhu kepada anaknya.

“Wahai putraku, jika engkau hendak berteman dengan seseorang, bertemanlah dengan orang yang jika engkau berkhidmat kepadanya, maka ia mau menjagamu. Jika engkau bersamanya, dia akan membahagiakanmu. Dan jika engkau tengah mendapat kesukaran, ia akan membantumu.”

Inilah sahabat sejati yang tidak hanya mengenal, tapi juga mengetahui dan memahami serta mampu mengorbankan diri untuk keperluan sahabatnya dalam hal kebaikan. Ia akan mengerahkan tenaga untuk menjaga sahabatnya. Ia mengupayakan agar sahabatnya bahagia dan senantiasa ulurkan tangannya untuk membantu.

“Bertemanlah dengan orang yang jika engkau mengulurkan tanganmu memberikan kebaikan, maka ia pun mengulurkan tangan untuk menerimanya. Jika melihat engkau berbuat baik, ia akan mendukungmu. Dan jika ia meihat engkau berbuat buruk, ia akan mengingatkanmu dengan baik.”

Ketika dibantu, ia tidak pasif. Ia menerima bantuan kemudian berupaya memberikan balasan atas kebaikan yang didapatkan. Tatkala kita susah, sahabat yang kita bantu itu menjadi sosok pertama yang ulurkan bantuan. Ia juga senantiasa mendukung kita di jalan kebaikan dan akan menjadi yang terdepan dalam mengingatkan, tatkala kita berbuat keliru.

“Bersahabatlah dengan seseorang yang akan membenarkan bila engkau berbicara, yang akan membantumu bila engkau memerlukan sesuatu, dan yang bersedia mengalah jika kalian bertentangan tentang suatu hal.”

Lantaran memahami kita sebagai sahabat baiknya, ia akan menjadi pembela saat kita berbicara kebaikan, saat kita menyampaikan dakwah kepada umat manusia agar hanya menyembah Allah Ta’ala.

Ia akan bergegas memberikan bantuan saat kita butuh, pun jika ia harus mengorbankan hal yang paling berharga di dalam hidupnya.

Tatkala ada ketidakcocokan atau salah paham di antara keduanya, ia juga bersikap dewasa dengan mengalah demi kemaslahatan ukhuwah yang lebih besar. Ia tidak egois, bukan sosok yang mau menang sendiri, bukan pula orang yang sombong dengan merasa paling benar.

Jika nasihat ini disampaikan oleh seluruh ayah kaum Muslimin, niscaya generasi ini menjadi sekumpulan manusia terbaik yang mengulangi sejarah kecemerlangan kaum Muslimin terdahulu. Sebab satu di antara sebab kehancuran generasi akhir adalah kesalahan dalam pergaulan.

Wallahu a’lam.

 

[Pirman/Bersamadakwah]

Amalan-Amalan Berpahala Serupa Naik Haji

Menunaikan ibadah haji adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi seorang muslim. Sebab perjuangan untuk mencapai rukun Islam kelima ini butuh kemampuan lebih. Mampu tenaga, mampu niat dan mampu harta. Mengingat tidak semua muslim bisa memenuhi “mampu” tersebut.

Lalu bagaimana agar bisa mendapatkan pahala serupa haji meski belum diberi kesempatan naik haji oleh Allah?

1. Sholat Subuh berjamaah (di masjid) dan berdzikir hingga matahari terbit

Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir memuji Allah hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, maka dia mendapatkan pahala haji dan umrah. Lalu Nabi Saw. menegaskan: Sempurna..sempurna..sempurna.” (HR. Turmudzi).

Berjamaah sholat Subuh bagi laki-laki memang seharusnya di masjid, bukan di rumah berjamaah bersama istri seperti digambarkan dalam tayangan sinetron televisi. Kecuali ada udzur syar’i.

2. Mempelajari atau mengajarkan kebaikan (ilmu agama) di masjid

Dari Abu Umamah ra, Rasulullah Saw. bersabda:

“Siapa yang berangkat ke masjid di pagi hari, tidak memiliki tujuan apapun selain untuk belajar agama atau mengajarkannya, maka dia mendapatkan pahala orang yang melakukan umrah sempurna umrahnya. Dan siapa yang berangkat ke masjid sore hari, tak memiliki tujuan apapun selain untuk belajar agama atau mengajarkannya, maka dia mendapatkan pahala orang yang berhaji sempurna hajinya. (HR. Hakim 311)

3. Menjaga sholat berjamaah

Dari Abu Umamah ra, Nabi Muhammad Saw. bersabda:

”Barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk shalat jamaah dalam keadaan bersuci, maka pahalanya seperti pahala orang berhaji dalam keadaan ihram. Dan ‎barangsiapa beranjak untuk melakukan shalat Dhuha dan tidak ada yang ‎menyebabkan dia keluar (dari rumahnya) kecuali untuk shalat Dhuha maka ‎pahalanya seperti pahala orang yang umrah. Dan shalat setelah melaksanakan ‎shalat yang di antara kedua shalat tersebut tidak membicarakan masalah dunia, ‎adalah amalan yang akan dicatat di illiyiin‎.‎(HR. Abu Daud)

Meski sudah melakukan amalan-amalan tersebut bukan berarti langsung menggugurkan kewajiban naik haji. Ketika sudah mampu, segeralah menunaikannya. Wallahua’lam.

 

 

[Paramuda/BersamaDakwah]

Inilah 13 Ciri-Ciri Istri Idaman

Menikah dengan istri dengan sempurna cita-cita semua laki-laki yang hidup di dunia ini. Namun, sesungguhnya bukan kesempurnaan yang dituntut dari seorang wanita yang akan dinikahi.

Sebab, kesempurnaan yang hakiki hanyalah milik Allah Ta’ala. Menurut hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, biasanya wanita itu dinikahi karena hartanya, kecantikannya, keturunannya dan agamanya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan laki-laki untuk memilih faktor agama dari seorang wanita yang akan dinikahinya.

Terikait istri idaman, dalam buku 1000 Tips Menggapai Rumah Tangga Bahagia, karya Batsinah As-Sayyid Al-Iraqi disebutkan ada 13 ciri-ciri sebagai berikut:

1. Seorang istri idaman akan selalu berusaha untuk tampil menarik di depan suaminya dengan sering bersolek dan berdandan di dalam rumahnya.

2. Seorang istri idaman akan selalu berusaha untuk tampak bersih, baik dirinya maupun rumahnya.

3. Seorang istri idaman akan selalu menaati suaminya dalam hal-hal yang tidak berisi kemaksiatan kepada Allah.

4. Selalu berusaha menjaga dirinya dan harta suaminya ketika sang suami tidak ada di rumah dan bisa memegang rahasia rumah tangga mereka berdua.

5. Mampu mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak shalih dan berakhlak mulia dan tidak mempercayakannya kepada pembantu atau orang lain.

Sebab, seorang istri adalah seorang pemimpin dan akan dimintai pertangunggung jawabannya dari (anggota) yang dipimpinnya.

6. Seorang istri idaman adalah seorang istri yang qanaah (merasa cukup), ia rela dengan pemberian suaminya, baik sedikit maupun banyak dan tidak pernah menuntut sang suami dengan hal-hal di luar kemampuannya.

7. Seorang istri idaman mampu mengurus urusan di rumah, mampu mengatur pengeluaran uang keluarga.

8. Berakhlak mulia, dan hanya mengucapkan perkataan yang baik-baik saja dan tidak menambah beban suami.

9. Selalu menyambut sang suami dengan perkataan yang baik-baik, senyuman hangat dan penuh kedamaian.

10. Seorang istri idaman bisa bersikap baik terhadap keluarga suaminya, mencintai, berlemah lembut, nampak rasa hormat dan cinta.

11. Bisa menghormati perasaan suaminya dan mampu merasakannya.

12. Bisa menjaga ucapannya dan bisa memilih kata-kata dan perbuatan yang tidak akan menyakiti atau melukai perasaan suaminya.

13. Mampu menampakkan bahwa ia mencintai dan merasa bangga terhadap suaminya.

Di samping itu semua, yang terpenting adalah seorang istri idaman akan selalu berterima kasih kepada suaminya atas semua sikap baiknya, karena hal ini bisa mendatangkan rasa cinta dan mampu mendorong suami untuk menjadi lebih baik.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Amiin.

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Inilah 12 Ciri-Ciri Suami Idaman

Suami idaman adalah dambaan semua wanita yang akan menikah. Sesungguhnya banyak cara untuk menjadi suami idaman para wanita sesuai dengan tuntunan Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Dalam sebuah buku berjudul 1000 Tips Menggapai Rumah Tangga Bahagia, karya Batsinah As-Sayyid Al-Iraqi disebutkan 12 ciri-ciri suami idaman sebagai berikut:

1. Jujur dan penuh keterus terangan sejak awal, tidak menyembunyikan sesuatu yang dibenci oleh seorang perempuan ketika acara lamaran.

2. Bersikap baik ketika memperlakukan istri. Bersikap lemah lembut, menghormati istri dan keluarganya dan harta yang dimilikinya.

3. Suami paling baik adalah suami yang paling baik terhadap istrinya. Hanya suami yang mulialah yang akan menghormati istrinya dan hanya suami yang hinalah yang akan menghinakan istrinya.

4. Seorang suami teladan sering berlaku baik atau mencandai terhadap istrinya. Ia bisa memenuhi hak istrinya yang berupa kesenangan atau canda tawa.

5. Seorang suami idaman mampu mengendalikan rasa cemburunya, ia tidak bersikap berlebih-lebihan.

6. Mampu berbicara baik-baik dengan istrinya. Ia berbicara dengan istrinya dengan kata-kata yang lemah lembut penuh penghormatan.

7. Seorang suami idaman akan membiayai istrinya sedang-sedang saja, tidak berlebihan dan tidak juga bersikap kikir.

8. Seorang suami yang beradab tidak mungkin akan bersenang-senang sendiri sedangkan istrinya tidak mendapatkan bagiannya.

9. Seorang suami teladan akan selalu tampil menarik di depan istrinya. Ia akan selalu mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hal kebersihan pribadi.

10. Seorang suami teladan mampu menyimpan rahasia hubungan intimnya. Ia tidak akan menceritakannya walaupun sedikit, karena menyebarluaskan hal tersebut termasuk perbuatan yang sangat tercela.

11. Seorang suami teladan selalu menjaga kewibawaannya dalam keadaan apapun, baik dalam bentuk fisik dan jiwanya dan ia tidak akan pernah condong kepada hal-hal yang akan menjatuhkan martabatnya.

12. Sesungguhnya contoh paling tinggi untuk para suami adalah akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam memperlakukan istri-istrinya.

Semoga bermanfaat. Aamiin.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

KH Arifin Ilham: Banyak Muslim yang Enggan Shalat Berjamaah

Ribuan warga dari berbagai daerah di Kota Pariaman, Sumatera Barat, mengikuti kegiatan ceramah agama dan tablig akbar yang disampaikan oleh KH Muhammad Arifin Ilham. “Kegiatan tausiah ini merupakan rangkaian kegiatan agama yang dilakukan pemerintah daerah dalam upaya peningkatan Sumber Daya Manusia yang agamis, dan berahklak mulia” kata Wali Kota Pariaman Mukhlis Rahman, di Pariaman, Ahad (9/7).

Pemerintah Kota Pariaman, ujar dia, tidak hanya membangun infrastruktur sarana dan prasarana saja, namun peningkatan keimanan Sumber Daya Manusia juga dibutuhkan. Menurut dia, upaya peningkatan sumber daya manusia yang agamis sangat dibutuhkan dalam mendukung visi misi pembangunan kota itu.

Oleh karena itu, ujar Mukhlis, pemberian kajian Agama Islam seperti tausiah sangat dibutuhkan masyarakat setempat. Apalagi, kata dia, hal itu sejalan dengan visi misi pemerintah daerah yaitu menjadikan Pariaman sebagai kota wisata dan ekonomi kreatif berbasis lingkungan, budaya dan agama.

Sebagai upaya nyata, ujar dia, pemerintah daerah telah menjalankan program Manunggal Subuh Indah Penuh Berkah (Masih Puber) dan Magrib Mengaji. Dua program agama itu ujar dia, dilakukan secara berkelanjutan dan diikuti oleh masyarakat umum dan para Aparatur Sipil Negara (ASN).

“Dua program agamis itu diharapkan terus memperbaiki akhlak manusia sehingga terhindar dari perbuatan yang dibenci tuhan,” ujarnya.

KH Muhammad Arifin Ilham dalam tausiah agamanya mengajak umat muslim di Indonesia khususnya di Kota Pariaman terus mendekatkan diri kepada sang pencipta. “Banyak hal yang dapat dilakukan mendekatkan diri kepada tuhan, di antaranya zikir, sholat, sedekah, menyantuni anak yatim dan lainnya,” kata dia.

Arifin mengatakan, saat ini, umat muslim masih banyak yang enggan mendirikan shalat secara berjamaah. Shalat berjamaah, ujar dia, merupakan suatu perbuatan yang dianjurkan dalam Islam dalam memperkokoh tiang agama.

“Azan merupakan panggilan dari Tuhan, bukan dari individu maka hendaknya muslim menyadari kewajiban itu,” ujar dia.

Salah satu ciri orang munafik ujar dia, enggan dan malas dalam mendirikan shalat shubuh. Ia menjelaskan setiap muslim yang datang ke mesjid untuk mengerjakan shalat berjamaah, maka tiap langkahnya akan dihitung pahalanya.

Sumber : Antara

Guangzhou Perluas Makam Paman Nabi Muhammad

Pemerintah Kota Guangzhou membantu perluasan kompleks makam Sa’ad bin Abi Waqqash RA, sahabat sekaligus paman Rasulullah SAW, di kota terbesar ketiga di Cina itu.

“Kami membantu perluasan kompleks makam itu, termasuk pembangunan masjid yang bisa menampung hingga 5.000 orang,” kata Wakil Kepala Kantor Kebudayaan, Radio, dan Televisi Pemkot Guangzhou, Ou Caiqun, Ahad (9/7).

Selain itu, pemerintah daerah setempat juga telah memberikan status benda cagar budaya sehingga mendapatkan perlindungan khusus terhadap situs bersejarah tersebut. “Hal ini merupakan bentuk perhatian pemerintah lokal terhadap umat Islam,” kata perempuan tersebut.

Menurut dia, situs permakaman yang beralamatkan di Jalan Jiefangbei No. 901 itu tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Islam, melainkan juga banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

“Bahkan saya lihat ada beberapa warga Indonesia yang menziarahi makam itu karena memang yang saya tahu penduduk Indonesia mayoritas Muslim,” ucapnya.

Makam yang berada di Ibu Kota Provinsi Guangdong yang berjarak sekitar 2.151 kilometer sebelah selatan Ibu Kota Cina di Beijing tersebut, tidak pernah sepi dari penziarah yang memang mayoritas umat Islam Cina beretnis Hui.

“Saya baru pertama kali ke sini, tapi teman-teman saya itu sudah ada yang dua sampai tiga kali,” kata Ma Gui Li asal Provinsi Gansu, saat ditemui seusai shalat tahiyyah di Masjid Xianxian yang masih satu kompleks dengan makam.

Makam Sa’ad berada di dalam ruang khusus berarsitektur Cina pada era Dinasti Tang. Bangunan itu beratapkan genting warna abu-abu, sedangkan dindingnya bercat hijau. Ruangan tersebut dapat menampung sekitar 20 orang dan hanya ada satu pintu kecil sehingga para penziarah harus menundukkan kepala jika memasuki ruangan tersebut.

Di luar bangunan utama terdapat beberapa makam lain yang diduga para imam atau pengikut Sa’ad, baik warga Cina pribumi maupun dari bangsa lain. Sekitar 2,5 kilometer dari lokasi makam tersebut terdapat Masjid Huaisheng di Jalan Guangta No. 56.

Masjid yang dilengkapi dengan menara (guangta) itu dibangun Sa’ad pada 627 Masehi atau sekitar tujuh tahun setelah datang ke Cina untuk melakukan misi pertamanya. Makam Sa’ad dan Masjid Huaisheng tersebut menjadi salah satu saksi sejarah Jalur Sutra Maritim. Masjid Huaisheng atau Guangta tersebut konon merupakan masjid pertama yang dibangun di luar jazirah Arab pada masa itu.