Sudahkah Kita Menjadi Penegak Salat?

SYEIKH Ibnu Athaillah As-Sakandary pernah berkata, “Allah swt Maha Mengetahui sesungguhnya dirimu tidak sabar untuk menyaksikanNya, maka Allah swt mempersaksikan padamu apa yang tampak dariNya.”

Anda semua memang tidak sabar untuk segera memandang Allah Taala, dan Allah swt, Maha Tahu itu semua, lalu Dia menampakkan ciptaanNya padamu. Anda bisa memandang yang tersembunyi di balik ciptaanNya, maka di sanalah ada aktivitas Illahi, Asma dan SifatNya, lalu anda bisa memandangNya dengan Mata Hati. Namun mata kepala terbatas pada ciptaanNya belaka. Itulah yang disebut dengan memandang di balik hijab. Suatu karomah kemuliaan bagimu sekaligus sebagai pertolonganNya padamu, dimana anda tidak terhijab dariNya di dunia ini.

Dalam hikmah-hikmah terdahulu Ibnu Athaillah As-Sakandary, bahkan mengurai panjang lebar mengenai tidak adanya alasan, seseorang untuk menegaskan bahwa Allah itu terhijab oleh segala sesuatu, karena Allah swt menyertai segala sesuatu, Ada sebelum segala sesuatu ada, bersama segala sesuatu, dan segala sesuatu menuju kepadaNya, kembali kepadaNya, hanya bagiNya. Dia adalah Satu-satunya, dan Dia adalah Yang Maha Dekat dibanding segalanya.

Karena itu beliau juga melanjutkan: “Ketika Allah swt, Mengetahui adanya kebosanan darimu, maka Allah swt, memberikan ragam warna taat kepadamu. Dan Allah swt, Maha Tahu adanya ambisi dalam dirimu, maka Allah swt membatasinya bagimu dalam sebagian waktu, agar hasratmu adalah menegakkan salat, bukan wujudnya salat. Karena tidak setiap orang yang salat itu adalah penegak salat.”

Manusia itu punya sifat pembosan, rasa berat, rasa sembrono, dan sekaligus punya ambisi. Namun semua itu merupakan tanda akan kelemahan manusia. Oleh sebab itu Allah swt, memberikan ragam dan macam ibadah, dengan waktu yang berbeda, bentuk ibadah yang berbeda pula, agar setiap perpindahan dari satu macam ibadah ke ragam lainnya, tetap bernilai ubudiyah kepada Allah swt.

Namun manusia punya ambisi berlebihan. Karena itu pula Allah memberikan batas-batas waktu agar nikmat Allah swt, terus berlangsung. Dua nikmat dalam peragaman ibadah dan pembatasan waktu ibadah, adalah wujud Kasih SayangNya kepadamu.

Bosan dan ambisi adalah dua sifat yang berbahaya bagi hamba Allah Taala, karena jika dibiarkan akan memanjakan hawa nafsu dan semakin menjauhkan dari Allah swt.

Dengan demikian orientasi para hamba bukan pada wujud ibadahnya, wujud salatnya, tetapi pada penegakan salatnya. Tidak semua orang salat benar-benar menjadi “penegak salat”. Muqimus-salat berarti menegakkan melalui pemeliharaan lahir batin, hanya Lillahi Taala. Tidak ada bayangan, gambaran, atau imajinasi, bahkan pikiran kemana-mana, selain hanya Allah Taala saja. Itulah sang penegak salat.[sufinews]

 

MOZAIK

Fahira Idris Ajak Ormas Keagamaan Tolak Starbucks

CEO Starbucks, Howard Mark terang-terangan mendukung dan mengkampanyekan kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender  (LGBT) lewat Starbucks. Tak terkecuali dengan kedai kopi Starbucks yang ada di Indonesia. 

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mendesak pemerintah bersikap tegas dengan mencabut izin Starbucks di Indonesia. Selain itu, katanya, harus ada gerakan bersama atau sinergi terutama ormas-ormas keagamaan yang didukung oleh berbagai komunitas untuk mengkampanyekan tidak membeli produk-produk Starbucks sebagai akibat sikap mereka yang mendukung propaganda LGBT dan pernikahan sesama jenis.

“Kita harus bersama-sama kampanye kan itu. Lagi pula kedai-kedai kopi lokal kita yang kualitas sangat bagus yang perlu kita dukung dengan membeli produk lokal,” kata Fahira melalui siaran persnya Republika.co.id, Kamis (29/7).

Fahira menegaskan, jika perlu ada fatwa organisasi keagamaan yang mengimbau dan melarang jamaah atau anggotanya untuk membeli semua produk Starbucks. Hal tersebut penting dilakukan karena apa yang Starbucks dukung dan kampanyekan, bukan hanya tidak sesuai semua agama yang ada di Indonesia tetapi juga bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

“Saya rasa gerakan ini akan lebih efektif dari pada menunggu sikap pemerintah,” ungkap dia.

Sebelumnya, jaringan kedai kopi Starbucks Indonesia memastikan tetap sejalan dengan pihak manajemen pusat Starbucks di Amerika Serikat (AS) yang memberikan dukungan terhadap LGBT.Hal ini disampaikan pihak Starbucks Indonesia menanggapi isu dan permasalahan LGBT yang ramai dibicarakan di publik saat ini.

Marketing Communications & CSR Manager, PT Sari Coffee Indonesia, selaku pemegang lisensi Starbucks Indonesia, Yuti Resani, mengatakan pihaknya tetap menghargai keragaman dan kesetaraan dan berkomitmen sejalan dengan kebijakan manajemen Starbucks.

 

REPUBLIKA

‘CEO Starbucks Langgar Etika dan Budaya, Wajar Diboikot’

CEO Starbucks, Howard Mark Schultz terang-terangan mendukung dan mengkampanyekan kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) dan pernikahan sejenis. Hal tersebut membuat beberapa pihak di Indonesia mengusulkan untuk melakukan boikot karena ideologi dan pemahaman bisnis Starbucks bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia.

Peneliti Ekonomi Syariah School of Islamic Economics (STEI SEBI) Aziz Setiawan menyatakan, usulan boikot terhadap satu brand atau kelompok dagang tertentu dinilai sah saja. Jika etika bisnis brand tersebut tidak sejalan dengan etika bangsa dan brand tersebut tidak menghormati budaya lokal masyarakat yang ada di sekitarnya.

Begitupun Starbucks. Karena pada dasarnya prinsipnya LGBT juga sudah bertentangan dengan UU perkawinan Indonesia. “Saya kira itu sudah melanggar etika, nilai dan budaya. Wajar jika masyarakat bereaksi akan boikot,” ungkap Aziz saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (30/6).

Aziz mengungkapkan, konsumen berhak mendapatkan barang, produk, yang selain bisa dikonsumsi oleh mereka, juga dapat memberikan dampak positif pada lingkungan sosial yang baik. Karenanya Aziz mengimbau, kini sudah saatnya konsumen di Indonesia bisa lebih cerdas dalam mengonsumsi satu produk.

“Apalagi seorang muslim. Dampak sosial itu harus menjadi satu perhatian tersendiri. Nilai keberkahan itu sangat penting,” jelas Aziz.

Sebelumnya diberitakan, CEO Starbucks Howard Mark Schultz ketika pertemuan dengan para pemilik saham Starbucks Schultz secara tegas mempersilakan para pemegang saham yang tidak setuju dengan pernikahan sejenis untuk hengkang dari Starbucks.

Jaringan kopi Starbucks Indonesia juga memastikan tetap sejalan dengan pihak manajemen Pusat Starbucks di Amerika Serikat yang memberi dukungan terhadap LGBT. Hal tersebut disampaikan Marketing Communications dan CSR Manager, PT Sari Coffee Indonesia, selaku pemegang lisensi Starbucks Indonesia Yuti Resani pada Republika beberapa waktu yang lalu. Dia mengatakan pihaknya tetap menghargai keragaman dan kesetaraan dan berkomitmen sejalan dengan kebijakan manajemen Starbucks.

 

REPUBLIKA

PP Muhammadiyah Serukan Boikot Starbucks di Indonesia, Ini Alasannya

Sejak 26 Juni 2015 CEO Starbucks, Howard Mark Schultz mendukung kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Ketika pertemuan dengan para pemilik saham Starbucks, Schultz secara tegas mempersilakan para pemegang saham yang tidak setuju dengan pernikahan sejenis angkat kaki dari Starbucks.

Menyikapi hal tersebut, Ketua bidang ekonomi PP Muhammadiyah Anwar Abbas menegaskan sudah saatnya pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk mencabut ijin Starbucks di Indonesia. Karena Ideologi bisnis dan pandangan hidup yang Schultz kampanyekan jelas-jelas tidak sesuai dan sejalan dengan ideologi bangsa, yakni Pancasila.

“Kita sebagai bangsa, jelas-jelas tidak akan mau sikap dan karakter kita sebagai bangsa yang beragama dan berbudaya rusak dan berantakan karena kehadiran mereka,” tegas Anwar melalui siaran pers tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (29/6).

Anwar juga menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mempertimbangkan langkah-langkah pemboikotan terhadap produk-produk Strabucks. Karena jika sikap dan pandangan hidup mereka tidak berubah, maka yang dipertaruhkan adalah jati diri Bangsa sendiri.

Anwar mengimbau masyarakat dan pemerintah dengan tegas melakukan langkah dan tindakan, demi menyelamatkan kepentingan bangsa dan negara Indonesia. “Kita tidak mau karena nila setitik rusak susu sebelanga,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, CEO Starbucks Howard Schultz mengatakan orang-orang yang hanya mendukung pernikahan beda jenis dan mengabaikan pernikahan sesama jenis tidak diperlukan di perusahan kedai kopi Starbucks.

Schultz yang dikenal sangat akomodatif terhadap komunitas LGBT menyatakan, siapapun yang menolak pernikahan sesama jenis ditempat lain. Sentimen tersebut juga kini diarahkan pada seluruh pemegang saham Strabucks.

 

REPUBLIKA

Komisi Ekonomi MUI: Starbucks Offside

Ketua Komisi Ekonomi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Azrul Tanjung menganggap pernyataan CEO Starbucks, Howard Mark Schultz, offside. “Bisa dibayangkan, para investor saja dia tekan, apa lagi karyawan?” katanya melalui rilis yang diterima Republika.co.id.

Seperti diketahui, Howard Mark Schultz yang merupakan CEO Starbucks mempertegas dukunganya dan kampanyenya terhadap LGBT, pernikahan sejenis. Dia mempersilahkan pemilik saham yang tidak sejalan denganya untuk hengkang dari Starbucks.

Menurut Azrul Tanjung, pernyataan tersebut akan berdampak buruk pada keberadaan Starbucks di Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan negara yang berketuhanan dan pancasilais yang mayoritas penduduknya membenci pelaku LGBT dan melarang atau melaknat pernikahan sejenis.

“Diperkuat lagi penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, tentu saja ini akan menjadi faktor utama bagi investor untuk berpikir ulang menginvestasikan uangnya ke Starbucks dan bisa jadi yang telah menginvestasikan uangnya akan menarik investasinya tersebut,” kata Azrul.

Azrul juga menyampaikan alasan atau faktor lain yang bisa membuat Starbucks bangkrut, terutama di Indonesia. Sebab, sasaran pasar Starbucks adalah mayoritas beragama Islam. Jika aksi boikot Starbucks akibat pernyataan tersebut tersebarluas ke seluruh Indonesia itu, berarti sasaran pasar tidak akan lagi mampir ke Starbucks.

“Bisa dipastikan Starbucks akan bangkrut dan hengkang dari Indonesia,” kata Azrul.

Menurut dia, ini kesempatan baik bagi pengusaha Muslim Indonesia untuk menyiapkan diri menjadi pengganti Starbucks. Lebih jauh Azrul mengajak umat Islam untuk mencintai produk dalam negeri.

 

REPUBLIKA

Bolehkah Kita Gonta-Ganti atau Mencampur Mazhab?

Dilema 4 Mazhab dalam Islam

Bolehkah Kita Gonta-Ganti atau Mencampur Mazhab?

SEBENARNYA Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menetapkan kepada kita bahwa kalau sudah bertanya kepada si A, maka jangan lagi bertanya kepada si B. Perintah beliau adalah bertanyalah kepada orang yang sesuai dengan keahliannya. Meski orang itu ada banyak, tidak jadi soal. Bahkan semakin banyak alternatif jawabannya, semakin baik. Karena kita bisa melakukan perbandingan atas semua jawaban itu.

Dengan logika hypermart, sangat dibolehkan kita membeli barang dari produsen yang berbeda, yang penting sesuai dengan kebutuhan kita. Tidak ada kewajiban untuk hanya membeli dari satu produsen saja. Meski juga tidak ada larangan bisa seseorang merasa cocok dengan satu merek dan tidak mau menggantinya dengan merek lain. Maka mulai dari pakaian, kendaraan, makanan, termasuk alat elektronik miliknya, berasal dari satu produsen yang sama.

Maka Islam membolehkan seseorang berpegang pada satu mazhab saja, kalau memang dia rela dan menginginkannya. Tapi jangan sampai selera pribadinya itu dipaksakan kepada orang lain. Bukankah perbedaan mazhab ini sering jadi faktor pemicu perpecahan? Alih-alih meributkan perbedaan pandangan antar mazhab, kita justru sangat berbahagia dan sangat diuntungkan dengan adanya perbedaan pandangan dari berbagai mazhab.

Sebab dunia Islam itu sangat luas, membentang dari ujung barat Maroko sampai ujung Timur Marauke, pastilah muncul berbagai macam perbedaan keadaan masyarakat. Dan semua itu pasti membutuhkan jawaban syariah yang tepat. Dengan kekayaan khazanah intelektual warisan dari para pendiri mazhab itu, kita dengan mudah bisa menyelesaikan banyak persoalan. Kesemuanya sah dan benar, tinggal menyesaikannya dengan beragam tipe masalah.

Hanya mereka yang terlalu awam dan kurang punya wawasan yang baik, yang mau-maunya berantem dengan sesama muslim hanya lantaran perbedaan mazhab. Memang sangat kita sayangkan masih adanya kalangan yang demikian. Misalnya, begitu dia melihat saudaranya salat tidak sama dengan cara salatnya, langsung dicaci dan dimakinya, bahkan tudingan ahli bid’ah pun bertubi-tubi dilontarkan kepadanya. Padahal ilmu yang dimiliki hanya terbatas pada satu dua rujukan saja, namun lagak dan gayanya seperti mufti kerajaan. Nauzu billahi min zalik.

Padahal meski seandainya di dunia ini hanya ada satu sumber nash syariah saja, misalnya hanya ada Alquran saja, pastilah umat Islam tetap berbeda pendapat dalam menarik kesimpulan hukum. Padahal kita punya jutaan sumber nash syariah, dengan beragam kemungkinan nilai derajat keshahihannya, dengan beragama esensi kandungan materinya, dengan beragam redaksinya, semuanya hanya akan sampai kepada satu titik, yaitu perbedaan pendapat.

Kalau setiap perbedaan pendapat harus ditanggapi dengan cacian, makian, tuduhan ahli bid’ah dan seterusnya, ketahuilah bahwa semua itu justru mencerminkan kedangkalan ilmu para pelakunya. Sama sekali tidak menggambarkan keulamaannya. Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. [Ahmad Sarwat, Lc.]

MOZAIK

Meminta kepada Allah Saja Malu

“Terkadang sang Arif merasa malu jika mengajukan kebutuhannya kepada Tuhannya, semata karena merasa cukup dengan kehendakNya. Bagaimana tidak malu, jika ia harus mengungkapkan kebutuhannya pada sesama makhluk?”

Menyampaikan hajat-hajatnya kepada Allah Swt, bagi si Arif sesungguhnya sebagai bentuk ubudiyah, bukan sebagai permintaan atau penyodoran masalah. Sebab kehendak Allah Swt tetap mendahului permintaan dan doanya. Sehingga mereka lebih memasrahkan diri pada kehendakNya dibanding permintaan kebutuhannya.

Tentu jika mereka malu mengungkapkan kebutuhan hidupnya, ia pasti lebih malu jika mengungkapkan kebutuhannya pada sesama makhluk.

Inilah cara mereka menjaga adab, dan sebagai sang Arif ia terus menjaga rasa fakirnya kepada Allah Swt, bukan pada sesama, karena Allah-lah Yang Maha Kaya dan Maha Terpuji.

Syeikh Abu Ali Ad-Daqqaq ra mengatakan, “Tanda-tanda marifat adalah anda tidak meminta kebutuhan anda, baik kebutuhan dalam jumlah kecil maupun besar, kecuali semua itu dari Allah Swt, sebagaimana Nabi Musa as, rindu untuk melihat Allah Swt, ia berdoa, “Ya Tuhan tampakkanlah diriMu padaku, aku akan melihatmu.” (Al-Araf 143), dan suatu ketika ia sangat butuh roti, lalu dia berkata, “Ya Tuhan, sesungguhnya diriku sangat memerlukan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (Al-Qashah: 24)

Sang Arif lebih sibuk untuk zikir kepadaNya dibanding memintaNya, sebagaimana dinyatakan oleh Allah Swt dalam hadis Qudsy. Namun, ketika para Arif berdoa dan meminta, hanya semata sebagai wujud kehambaannya, bahwa ia harus menjaga kefakiran, rasa hina dina, ketakberdayaan dan ketakpampuan di hadapanNya.

Dalam konteks inilah Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily ra, mengatakan, “Aku tak mampu memberi manfaat untuk diriku sendiri, bagaimana aku tidak putus asa mencari manfaat orang lain bagi diriku? Aku hanya berharap kepada Allah Swt untuk memberi manfaat pada selain diriku, bagaimana aku tidak berharap kepadaNya untuk manfaat diriku? Inilah kimia dan remuk redam, yang siapa pun meraihnya ia meraih kekayaan yang tiada lagi rasa butuh setelah itu, kemuliaan yang tiada lagi rasa hina menyertainya, dan infak baginya yang tiada henti. Inilah kimia bagi mereka yang faham dengan Allah Taala.”

Tentu saja, mereka yang faham Allah, akan cukup bersama Allah sehingga dia kaya raya jiwanya, ia mulia bersama Allah karena kebergantungan pada kemuliaanNya.

Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily ra, mengisahkan, “Suatu hari ada orang yang menemaniku, dan ia sangat membebaniku. Lalu suatu hari aku membuatnya mudah, sehingga ia jadi gamang. Kukatakan padanya: “Hai ananda, apa kebutuhanmu dan kenapa kamu menemaniku?”

“Wahai Tuan, ada yang mengatakan padaku kalau Anda sangat pandai dalam bidang Ilmu Kimia. Aku ingin belajar padamu soal itu,” kata orang ini.

“Kamu benar, dan benar pula kawanmu yang bicara padamu itu. Tapi janganlah, kau terima” kataku.

“Tidak, aku akan menerimanya”

Lalu kukatakan padanya, “Aku melihat makhluk ini ada dua kelompok. Kelompok pertama adalah para musuh, dan kedua adalah kekasih-kekasih. Ketika aku melihat para musuh, aku akhirnya tahu bahwa mereka tidak mampu mencedarai diriku, yang Allah Swt memang tidak menimpakan padaku. Lalu aku putuskan pandanganku pada mereka. Kemudian aku memandang orang-orang tercinta, nyatanya mereka pun tidak ada yang mampu memberi manfaat padaku, dimana Allah Swt memang tidak memberi manfaat padaku. Lalu aku pun memutuskan pandanganku pada mereka, dan aku hanya bergantung pada Allah Swt.”

Tiba-tiba ada kata membisik padaku, “Kamu tidak akan sampai pada hakikat perkara ini, sampai kamu memutuskan harapanmu dari Kami, sebagaimana kamu memutuskan dari selain Kami, agar orang lain itu memberimu, kecuali apa yang telah Kami takdirkan padamu di zaman Azali.”

Maka dalam kesempatan tertentu beliau juga berkata, ketika ditanya mengenai Kimia, “Keluarkanlah makhluk dari hatimu, dan putuslah harapanmu pada hal-hal yang bukan bagianmu.”

Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily ra menegaskan, “Standar pemahaman hamba pada Tuhannya, bukan terletak pada banyaknya amal, bukan pula pada langgengnya wirid, namun standarnya adalah sejauh mana ia memahami nur-Nya, dan kefahamannya akan sikap merasa cukup pada Tuhannya, dan semangat hatinya padaNya, kemerdekaannya dari belenggu tamak, lalu berhias dengan hiasan wara.

Karena dengan itu semua amal-amal jadi bagus dan perilaku batin jadi bersih, sebagaimana firmanNya, “Kami jadikan apa yang ada di muka bumi sebagai hiasan baginya, agar Kami menguji, siapa di antara mereka yang terbaik amalnya.” (Al-Kahfi: 71).

 

MOZAIK

Ingin Punya Anak Saleh? Guru Besar Al Azhar: Ini Caranya

Salah satu kekayaan paling berharga bagi seorang Muslim adalah anak yang saleh. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya, “Jika meninggal seorang anak Adam,  maka putuslah semua amalnya, kecuali tiga perkata: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang saleh yang mendoakannya.”

Bagaimanakah cara agar punya anak yang saleh? Guru Besar Ilmu Hadits Al Azhar University Kairo, Mesir, Syekh Muhammad Nasr Addusuqi Al-Abbani  memberikan resepnya.

“Bacalah Surat Al-Fatihah, Ayat Kursi, Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq, dan Surat An-Nas masing-masing sebanyak tujuh kali. Kemudian tiupkan di kening anak kita sambil mendoakan supaya dia menjadi anak saleh,” kata Syekh Muhammad Nasr kepada Republika.co.id, usai mengisi Ceramah Zhuhur di Masjid Hubbul Wathan, Islamic Center NTB, Mataram, Kamis (8/6).

Kapan dan berapa kali hal itu harus dilakukan? “Sesering mungkin dan berulang-ulang,” tutur Syekh Muhammad Nasr yang diundang oleh Pemda NTB menjadi imam shalat Tarawih dalam rangkaian Pesona Khazanah Ramadhan 1438 H di Lombok.

Muhammad Nasr menambahkan, mendoakan anak itu ibarat minum obat. “Orang minum obat berulang-ulang agar penyakitnya sembuh. Begitu pula kita mendoakan anak, hendaknya berulang-ulang, agar anak kita menjadi anak yang saleh. Doakanlah anak kita setiap hari agar menjadi anak yang saleh,” paparnya.

Muhammad Nasr juga mengingatkan kaum Muslimin agar membaca Alquran setiap hari. “Bacalah Alquran setiap hari. Jadikan Alquran sebagai obat,” ujarnya.

 

REPUBLIKA

Neraka Saqar Bagi Orang yang tak Salat

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah salatnya.”

“Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila salatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari salat wajibnya, Allah Tabaroka wa Taala mengatakan, Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan salat sunah? Maka salat sunah tersebut akan menyempurnakan salat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu. Bilamana salat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana salat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani).

Pada kenyataannya masih banyak umat Islam masih sering meninggalkan salat wajib 5 waktu, dan bahkan masih banyak sekali orang yang mengaku beragama Islam tapi tidak peduli dengan masalah kewajiban mengerjakan salat. Padahal begitu besar manfaat dan pahala salat bagi seorang umat manusia.

Sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian atas diri-Nya, bahwa bagi setiap muslim yang menjaga salat wajib maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga. Karena itu orang yang meninggalkan salat dengan sengaja maka ia telah mencampakkan dirinya ke dalam kebinasaan dan dibiarkan Allah, tidak ditolong dan tidak dijamin.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa salam bersabda, “Lima waktu salat yang Allah telah wajibkan kepada hamba-hamba-Nya, barangsiapa yang mengerjakannya, dia tidak menyia-nyiakannya sedikitpun juga karena menganggap remeh tentang hak-Nya, maka Allah berjanji untuk memasukkannya ke dalam surga. Dan barangsiapa yang tidak melaksanakannya, maka Allah tidak berjanji untuk memasukkannya ke dalam surga. Jika Allah kehendaki maka Dia akan menyiksanya dan jika Allah kehendaki maka Dia akan mengampuninya.” (HR. Malik, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan An-Nasai).

Buat bunda muslimah yang sudah memiliki anak, maka kewajiban kita untuk memerintahkan buah hati kita untuk melaksanakan salat.

Berdasarkan hadis Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam, “Suruhlah anak-anakmu untuk melaksanakan salat pada umur tujuh tahun dan pukullah mereka jika sepuluh tahun belum mau untuk mengerjakannya, dan pisahkanlah tempat tidur antara laki-laki dan perempuan.” (HR. Ahmad, Abu Daud : 459 ; lihat Shahih Abu Daud no.466 dan ini lafadz Hakim).

Adapun orang-orang yang tidak salat, Allah janjikan buat mereka neraka Saqar.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Tiap-tiap jiwa bertanggung jawab atas yang ia perbuat. Kecuali golongan kanan, (mereka) berada di dalam syurga, mereka saling bertanya tentang keadaan orang-orang yang berdosa : “Apakah yang memasukkan kalian ke dalam neraka Saqar ? “Mereka menjawab: “Kami dulu tidak termasuk orang-orang yang yang mendirikan shalat.” (QS. Al-Mudatsir : 38-43).

 

MOZAIK

HajiTahun Ini, Ada Menu Tahu Tempe di Makkah

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis memastikan kalau tahun ini akan ada menu tahu dan tempe pada layanan katering jemaah haji Indonesia di Makkah.

“Tim katering telah mensurvei bahan baku makanan dan menemukan pabrik tahu dan tempe. Tahun ini akan direalisasikan di Makkah agar ada makanan khas Indonesia ini,” kata Sri Ilham saat menjadi narasumber pada Sosialisasi Peningkatan Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi 1438H/2017M di Batam, Rabu (07/06/2017) dikutip laman Kemenag.

Menurutnya, Kementerian Agama terus berupaya meningkatkan kualitas layanan katering bagi jemaah haji Indonesia. Peningkatan itu antara lain berupa penyediaan konsumsi jemaah sebanyak 25 kali selama di Makkah. Jumlah ini satu kali lebih banyak dibanding tahun lalu yang hanya 24 kali. Pada tahun 2015, layanan konsumsi di Makkah bahkan hanya 15 kali saja.

“Tambahan sekali makan ini diberikan pada awal kedatangan jemaah dari Madinah ke Makkah atau saat keberangkatan jemaah dari Makkah menuju Madinah,” ujarnya.

“Selain itu, di Makkah juga ada layanan snack sarapan pagi berupa roti yang dibagikan bersamaan distribusi makan malam. Juga ada penyediaan 1 botol air minum isi 600 ml bagi jemaah setibanya mereka di Bandara Jeddah,” sambungnya.

Upaya lain dalam peningkatan layanan katering, lanjut Sri Ilham, adalah melakukan proses pengawasan sejak dari dapur. Sebelum didistribusikan ke jemaah, makanan akan dipastikan terlebih dahulu cita rasa dan kelayakannya oleh petugas haji.

Di samping itu, agar memudahkan para juru masak untuk menyajikan makanan dengan cita rasa Indonesia, Kemenag juga telah membuat buku resep masakan jemaah haji Indonesia. Selain menu, buku itu juga dilengkapi dengan teknis dan cara memasaknya.

“Ini dilakukan agar tidak ada alasan lagi bagi para juru masak untuk tidak memasak masakan sesuai yang ada dalam kontrak dan sesuai citarasa Indonesia,” terangnya.

Menurut Sri Ilham, Kementerian Agama telah mengadakan kontrak kerjasama dengan 13 perusahaan katering di Madinah dan 28 perusahaan katering di Makkah. Mereka akan masakan bagi jemaah haji Indonesia.

“Menu makan siang terdiri dari nasi, lauk 2 macam, sayuran, buah dan air mineral. Sedang menu makan malam terdiri dari: nasi, lauk 1 macam, sayuran, buah dan air mineral,” tandasnya.

Layanan konsumsi juga akan diberikan di Arafah, Mina, dan Muzdalifah (Armina). Dikatakan Sri Ilham, selama di Arafah, jemaah akan mendapat 4 kali makan (malam, pagi, siang, malam). Di Muzdalifah mendapat satu kali snack. Sedangkan di Mina, jemaah akan mendapat 11 kali makan, termasuk paket kelangkapan konsumsi dan air mineral tambahan.

“Menu makan pagi, siang, dan malam di Armina terdiri dari: nasi, lauk 1 macam, sayuran, buah, dan air mineral. Setiap makan siang, diberikan satu kotak juz buah,” tuturnya.*

 

HIDAYATULLAH