Indonesia Dinilai Punya Modal Kuat untuk Bantu Rohingya

Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, berpendapat pemerintah Indonesia memiliki modal kuat untuk membantu menyelesaikan konflik di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Apalagi, selama ini lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Indonesia, menurutnya, sangat diterima dengan baik di Myanmar.

“Di lapangan, pemerintah bisa bersama-sama NGO (non-governmental organization) bekerja membantu korban. Ini penting karena selama ini NGO dari Indonesia diterima baik kedua belah pihak,” kata Sukamta saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (31/8).

Sementara di tataran politik, pemerintah Indonesia bisa mendorong pertemuan darurat antar negara-negara ASEAN. Dengan begitu, negara-negara tersebut memandang permasalahan ini sebagai sesuatu yang serius dan mendorong pemerintah Myanmar mencari solusi jangka panjang. “Di tataran politik, mestinya pemerintah bisa mendorong pertemuan darurat ASEAN agar menjadikan masalah pembantaian ini persoalan serius dan Myanmar bersedia menghentikan dan mencari solusi jangka panjang,” kata Sukamta.

Seperti diberitakan sebelumnya, bentrokan antara umat Islam etnis Rohingya dan aparat keamanan Myanmar kembali terjadi. Kekerasan ini dilaporkan telah menewaskan ratusan Muslim Rohingya dan membuat ribuan lainnya mengungsi.

 

REPUBLIKA

Sunah-Sunah Rasulullah di Saat Maghrib

BERIKUT ini beberapa adab yang dianjurkan untuk dilakukan di waktu Maghrib. Semoga kita diberi hidayah untuk mengamalkannya.

Pertama: Termasuk sunnah, memasukkan anak-anak ke dalam rumah saat masuknya waktu maghrib. Kedua: Termasuk sunnah, menutup pintu-pintu di awal waktu maghrib sambil menyebut nama Allah taala

Mengerjakan dua adab ini merupakan salah satu upaya menjaga diri dari setan dan jin. Menahan anak-anak di rumah ketika awal waktu maghrib merupakan bentuk upaya menjaga anak-anak dari setan yang berkeliaran di waktu tersebut, demikian pula menutup pintu rumah sambil menyebut nama Allah pada saat tersebut.

Dan betapa banyak anak-anak dan rumah-rumah yang dihinggapi setan pada waktu maghrib, sedangkan orang tua si anak dan si empunya rumah tidak menyadarinya. Betapa besarnya penjagaan Islam untuk anak-anak dan rumah-rumah kita.

Dalil perbuatan ini adalah hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu ketika beliau menyampaikan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Jika masuk awal malam atau beliau mengatakan: jika kalian memasuki waktu sore- maka tahanlah anak-anak kalian karena setan sedang berkeliaran pada saat itu. Jika sudah lewat sesaat dari awal malam, bolehlah kalian lepaskan anak-anak kalian. Tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah karena setan tidak bisa membuka pintu yang tertutup” (HR. Al-Bukhari no. 3304 dan Muslim no. 2012).

Kata (awal malam) maksudnya adalah awal malam setelah terbenamnya matahari. Dalam riwayat Muslim terdapat hadits:

“Jangan lepaskan hewan-hewan ternak dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sampai berlalunya awal isya karena para setan berkeliaran antara waktu terbenamnya matahari sampai berlalunya awal isya.” (HR. Muslim no. 2013).

Imam Nawawi mengatakan, “Maksud tahanlah anak-anak kalian adalah larang mereka agar tidak keluar pada waktu itu.”

Sabda Rasulullah “karena sesungguhnya setan sedang berkeliaran” maksudnya adalah bangsa setan dan maknanya: ditakutkan terjadinya gangguan setan pada anak-anak pada waktu tersebut karena banyaknya mereka pada waktu itu, wallahu alam.

Mengenai sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam yang berbunyi:”Jangan lepaskan hewan-hewan ternak dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sampai berlalunya awal isya karena para setan berkeliaran antara waktu terbenamnya matahari sampai berlalunya awal isya.” (HR. Muslim no. 2013).

Para ahli bahasa mengatakan, (hewan ternak) adalah semua bentuk harta yang dapat menyebar, seperti onta, kambing, semua hewan ternak, dan sebagainya. Kata adalah bentuk jama dari , dinamakan demikian karena ia menyebar di muka bumi.

Kata maknanya adalah saat gelap gulitanya isya. Sebagian ulama menafsirkan kata ini dalam konteks hadits ini sebagai datangnya waktu malam dan awal gelapnya. Demikian yang disebutkan oleh penulis Nihayatul Gharib, beliau mengatakan, “Ada yang berpendapat bahwa kegelapan antara shalat maghrib dan isya disebut fahmah () dan yang antara isya dan subuh disebut asasah ()” (Syarh Shahih Muslim karya An-Nawawi, hadits no. 2012, bab al-Amru bi Taghthiyati al-Inaa wa Ikaa-I as-Saqaa).

Setelah berlalu beberapa saat dari waktu masuknya awal malam, tidak mengapa jika melepaskan anak keluar rumah karena waktu berkeliarannya setan telah lewat. Dapat juga dipahami dari sini, wallahu alam, bahwa para setan telah mendapat tempat menginap untuk diri mereka.

Hikmah berkeliarannya setan pada waktu ini dan bukan pada waktu siang, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah, adalah karena pergerakan di malam hari lebih memungkinkan mereka daripada di siang hari, hal ini karena kegelapan lebih mengumpulkan kekuatan setan daripada yang lain, begitu pula setiap warna hitam. (Fathul Bari hadits no. 3280, bab Shifatu Iblis wa Junudihi).

Imam ibnu Abdil Barr rahimahullah mengatakan,”Di dalam hadits ini terdapat perintah untuk menutup pintu-pintu rumah pada waktu malam hari, dan hal ini merupakan suatu sunnah yang diperintahkan sebagai bentuk kebaikan bagi manusia dalam melawan setan dari jenis jin dan manusia. Adapun sabda beliau, Karena setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup dan mengurai ikatan tali merupakan sebuah pemberitahuan dan pemberitaan dari beliau akan nikmat Allah azza wa jalla untuk hamba-hambaNya dari golongan manusia dengan tidak diberikannya bangsa jin kemampuan membuka pintu, mengurai ikatan, dan menyingkap tutup bejana, hal-hal ini telah diharamkan bagi mereka. Di sisi lain, bangsa jin diberi kemampuan lebih dibanding manusia berupa kemampuan tidak terlihat oleh manusia dan kemampuan untuk merasuki manusia, sedangkan manusia tidak dapat merasuki.” (Al-Istidzkar, 8/363).

Al-Khatib Asy-Syarbaini Asy-Syafii rahimahullah mengatakan, “Jika malam telah datang, disunnahkan menutup bejana walau dengan meletakkan batang kayu di atasnya. Mengikat kantong air, menutup pintu sambil menyebut nama Allah, memasukkan anak-anak dan memasukkan hewan ternak pada awal malam, serta mematikan lampu ketika hendak tidur.” (Mughnil Muhtaj, 1/31).

Menahan anak-anak supaya tidak keluar rumah dan menutup pintu di awal waktu maghrib merupakan perkara mustahab. (lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 26/317).

Ketiga: Shalat dua rakaat sebelum shalat Maghrib

Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Mughaffal Al-Muzani radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam beliau mengatakan: “Shalatlah sebelum shalat Maghrib” tiga kali dan pada yang ketiga, beliau katakan, “bagi yang mau” karena tidak suka kalau umatnya menjadikan hal itu sebagai suatu kebiasaan.

Juga berdasarkan hadits Anas radhiyallahu anhu bahwa beliau mengatakan, “Sungguh aku melihat para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang senior saling berlomba mengejar tiang-tiang (untuk dijadikan tempat shalat) ketika masuk waktu maghrib.” (HR. Al-Bukhari no. 503).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau mengatakan

“Kami pernah tinggal di Madinah. Saat muadzin beradzan untuk shalat Maghrib, mereka (para sahabat senior) saling berlomba mencari tiang-tiang lalu mereka shalat dua rakaat dua rakaat sampai ada orang asing yang masuk masjid untuk shalat mengira bahwa shalat Maghrib sudah ditunaikan karena saking banyaknya yang melaksanakan shalat sunnah sebelum Maghrib.” (HR. Muslim no. 837).

Maksud kata adalah , yaitu saling berlomba menuju tiang untuk menjadikannya sebagai pembatas shalat, dalam hal ini terdapat penjelasan akan kegigihan para sahabat untuk mencari sutrah shalat.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Di dalam Shahihain terdapat hadits dari Abdullah Al-Muzani dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau mengatakan, Shalatlah sebelum Maghrib! Shalatlah sebelum Maghrib! dan beliau katakan di ketiga kalinya, Bagi yang mau karena tidak ingin dijadikan kebiasaan oleh umatnya. Inilah yang benar, yakni bahwasannya shalat ini hanya shalat sunnah biasa, bukan termasuk shalat sunnah rawatib seperti shalat sunnah rawatib yang lain.” (Zadul Maad, 1/312).

Juga memang disunnahkan shalat dua rakaat di antara setiap azan dan iqamah, baik shalat dua rakaat ini merupakan shalat rawatib seperti Subuh dan Dzhuhur sehingga dengan mengerjakan dua rakaat rawatib ini telah teranggap melaksanakan sunnah melaksanakan shalat dua rakaat antara azan dan iqamah, atau pun seperti ada orang yang sedang duduk di masjid lalu muadzin mengumandangkan adzan Ashar atau Isya maka sunnah bagi dirinya untuk bangkit berdiri dan shalat dua rakaat.

Dalilnya adalah hadits Abdullah bin Mughaffal Al-Muzani radhiyallahu anhu, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Di antara setiap dua adzan (adzan dan iqamah pent.) ada shalat.” Beliau katakan tiga kali dan pada kali ketiga, beliau mengatakan, “Bagi yang mau.” (HR. Al-Bukhari no. 624 dan Muslim no. 838).

Syaikh ibn Baz rahimahullah menjelaskan, “Disyariatkan untuk setiap muslim agar melaksanakan shalat dua rakaat antara dua adzan, baik itu dua rakaat shalat rawatib maupun bukan rawatib, sesuai sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Di antara setiap dua adzan terdapat shalat, di antara setiap dua adzan terdapat shalat Dan pada kali ketiga beliau mengatakan, Bagi yang mau, shahih haditsnya disepakati Bukhari dan Muslim. Ini mencakup semua shalat dan maksud dua adzan adalah adzan dan iqamah. Hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya menunjukkan bahwa shalat sunnah dua rakaat di antara dua adzan itu memang dituntunkan oleh syariat. Dan jika memang dua rakaat tersebut merupakan rawatib seperti shalat sunnah sebelum Subuh dan Dzuhur maka telah mencukupi.” (Majmu Fatawa Syaikh ibn Baz, 11/383).

Tidak syak lagi bahwa dua rakaat sebelum Maghrib atau dua rakaat di antara setiap dua adzan bukanlah sunnah yang sangat ditekankan untuk dilaksanakan sebagaimana ditekankannya melaksanakan shalat sunnah rawatib, akan tetapi terkadang boleh ditinggalkan. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan pada sabda beliau yang ketiga kalinya, “Bagi siapa yang mau” karena tidak suka kalau dianggap umatnya sebagai sunnah yang dikuatkan.

Keempat: Makruh tidur sebelum Isya

Berdasarkan hadits Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu anhu, beliau mengatakan,

“Bahwasannya Nabi shallallahu alaihi wa sallam suka untuk mengakhirkan waktu Isya, membenci tidur sebelumnya, dan membenci bincang-bincang setelah Isya.” (HR. Al-Bukhari no. 599 dan Muslim no. 647)

Alasan dibencinya tidur sewaktu Maghrib, yaitu sebelum Isya, adalah karena tidur pada saat itu dapat menyebabkan luputnya melaksanakan shalat Isya. []

 

Sumber: kitab Al-Minah Al-Aliyyah fii Bayani As Sunan Al-Yaumiyyah, Syaikh Abdullah bin Hamud Al Furaih, dinukil dari http://www.alukah.net/sharia/0/91347

Bolehkah Membagikan Daging Kurban untuk Non-Muslim?

PADA hakikatnya, ibadah kurban bertujuan untuk berbagi kasih kepada sesama manusia. Muslim yang mampu mengorbankan hartanya untuk disedekahkan di jalan Allah SWT, untuk berbagi kepada mereka yang mampu agar dapat merasakan nikmatnya makan daging.

Setelah daging disembelih dan dibersihkan, kemudian didistribusikan kepada mereka yang layak mendapatkannya. Lalu, apakah orang-orang non-muslim terdapat di dalamnya?

Jika menukil dari satu ayat di Alquran, Allah SWT tidak melarang berbuat baik kepada orang kafir atau non muslim. Justru manusia diperintahkan untuk berlaku adil.

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah 8)

Berbuat baik kepada non muslim sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Beliau tidak melarang namun menganjurkan untuk baik. Dalam sebuah kisah hal itu tertuang.

Dari kisah Asma’ binti Abu Bakar radhiallahu’anha, suatu ketika ia meminta saran kepada Rasulullah SAW perihal kedatangan Ibundanya yang masih musyrik. Sang ibu meminta pesangon kepada Asma’ sebagai bakti putrinya kepadanya. Lalu, Rasulullah mengatakan,

Iya.. Sambunglah silaturahimmu dengan Ibumu.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Namun, dengan catatan, hubungan muslim dengan kaum musrikin dalam keadaan damai dan mereka tidak sedang memerangi umat Islam

Dari sahabat Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhu ketika menyembelih kambing sebagai kurban untuk keluarganya. Kemudian Rasulullah bertanya kepada mereka,

“Apa sudah kalian beri tetangga kita yang Yahudi itu? Apa sudah kalian beri tetangga kita yang Yahudi itu? Beliau melanjutkan, Jibril senantiasa mewasiatkan kepadaku untuk bertetangga, sampai saya menyangka dia akan mewarisinya.” (HR. TIrmizi, no.1943).

Jadi, membagikan hewan kurban untuk non muslim boleh selama mereka tidak menyebar kebencian kepada umat. Demikian dilansir dari berbagai sumber.

OKEZONE

INFO HAJI 2017: Jamaah Padati Shalat Idul Adha di Masjid Al Haram

Shalat Idul Adha 1438 Hijriyah dipadati jamaah dari berbagai negara di Masjid Al Haram, Jumat (1/9). Shalat Idul Adha bertepatan dengan sebagian jamaah yang melontar jumrah Aqabah. Jamaah melontar jumrah setelah wukuf di Padang Arafah pada 9 Dzulhijah atau Kamis (31/8).

Dari Arafah, malamnya jamaah didorong menuju Muzdalifah untuk dibagikan batu kerikil dan melontar jumrah Aqabah. Sebagian lagi ada yang melaksanakan tawaf ifadhah, sa’i dan tahalul.

Sebanyak tiga juta jamaah haji di dunia berkumpul di Tanah Suci untuk menunaikan prosesi haji. Jumlah jamaah haji Indonesia yang diberangkatkan ke Saudi sebanyak 221 ribu orang.

 

IHRAM

Idul Adha dan Tren Anak Muda

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?’ Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.’” (ash-Shaaffaat: 102).

Bulan Zulhijjah dan Idul Adha ngingetin kita pada peristiwa “penyembelihan Ismail” kayak yang tergambar dalam ayat di atas. Peristiwa super mendebarkan itu menyimpan hikmah yang dalam terkhusus buat generasi muda. So, anak muda Muslim seyogianya merenungi dan mejadikannya cermin kehidupan.

Hikmah peristiwa itu adalah ketegaran menghadapi ujian dan keteguhan menjaga iman. Iman adalah hal yang sejak lama selalu dimusuhi oleh para pengusung paham materialisme Barat yang mengatakan bahwa Tuhan telah mati, agama adalah candu. Turunan dari paham ini di antaranya adalah hedonisme, paham yang menganggap kenikmatan duniawi sebagai tujuan segala aktivitas kehidupan.

Godaan-godaan duniawi berupa food, fashion, n fun, sengaja ditebar oleh kaum materialis dan udah sejak lama menelan banyak korban. Generasi muda adalah sasaran empuknya. Kita mesti waspada!

Kaum muda Muslim harus punya karakter yang kokoh biar selamat darinya. Momen Idul Adha ini jadi salah satu ruang pembentukan dan penguatan karakter itu. Caranya dengan menggali hikmah peristiwa “penyembelihan Ismail” dengan Ismail alaihissalam remaja sebagai subjeknya.

Coba bayangin gimana kalo kita yang berada di posisi Ismail alaihissalam?! Gimana respon psikologis kita dan apa yang jadi ekspresinya dalam tindakan? Apakah kita bakal serta-merta tunduk patuh gitu aja kayak Ismail alaihissalam? Kayaknya perlu deh, ini jadi bahan renungan.

Remaja Ismail alaihissalam sadar kalo kehidupan ini cuman cobaan. Bumi ini bukan tujuan akhir, bukan tempat buat seneng-seneng, nyantai-nyantai, manja-manja, mengumbar syahwat menikmati kelezatan dunia. Ismail memandang nyawa sebagai sesuatu yang wajib tunduk pada iman. Baginya nyawa boleh nempel di badan selama ada iman. So, kalo iman menuntut lepasnya nyawa dari badan, ya dengan lapang dada mesti direlakan. Mentalitas Ismail udah nyampe segitu. Lalu gimana dengan kita?

Gimana dengan kita yang hidup di zaman modern ini? Apakah demi iman, kita udah siap mengorbankan nyawa? Ah, kayaknya tuh pertanyaan bukan buat kelas kita deh, nggak level! Jangan ngomongin nyawa deh… Pertanyaan buat kita tuh kayak gini, nih: demi meningkatkan kualitas ruhiyah, apa kita udah bisa rela nggak nonton siaran langsung sepak bola? Kalo dapet undangan nonton bareng ama taklim di jam yang sama, pilih datengin yang mana?

Itu pertanyaan buat yang cowok ya. Kalo buat yang cewek, apa kamu udah bisa rela nggak pake produk kosmetik terkenal yang teman-teman kamu semua udah pake dan mereka selalu ngobrolin produk itu setiap ngumpul bareng? Udah siapkah kamu beda sendiri dari yang lain?

Demi kualitas iman di dada, udahkah kita rela nggak ikut pake food, fashion, n fun, yang lagi ngetren, yang saking ngetrennya sampe diopinikan siapa yang nggak pake adalah nggak gaul? Udahkah kita siap dianggap kuper, ndeso, ikuno, demi menjaga kualitas ruhiyah?

Emang nonton bola tuh halal dan produk yang ngetren pun halal. Tapi apa sebatas itu nalar fikir ideal anak muda Muslim? Malu-maluin banget dong kalo kayak gitu? Itu nalar fikir kerdil, rapuh, nggak berkarakter! Ya kalo cuma pengin jadi generasi muda yang menuh-menuhin bumi sih silakan aja kayak gitu. Silakan puas-puasin nonton bola dan pake produk-produk yang ngetren itu. Nggak papa, itu hak asasi masing-masing!

Btw, kemenangan Islam udah Allah ta’ala janjikan. Dalam menggapainya, kaum Muslim terbagi dua. Ada yang ikut memerjuangkan, ada yang cuman nebeng doang. Salah satu wujud perjuangan Islam adalah rela mengorbankan kenikmatan semu duniawi demi kualitas ruhiyah yang mantab, iman yang kuat. Begitulah karakter pejuang Islam. Anak muda yang sukanya cuman ikut-ikutan tren hanyalah mereka yang bermental pecundang, rapuh, dan terbelakang. Mereka itulah generasi nebeng doang!

So, terserah masing-masing kita mau jadi yang mana? Kalo pilih jadi generasi muda Muslim yang turut memajukan peradaban Islam, ya bergurulah pada Ismail alaihissalam, jangan suka ikut-ikutan, hanyut terbawa gelombang tren yang digelontorkan oleh para pengusung paham materialisme yang nggak punya iman!

Idul Adha adalah ruang berkontemplasi merenungi arti eksistensi manusia di bumi. Ini penting dilakukan oleh generasi muda Muslim dalam membentuk pribadi yang selalu sadar kalo pahit manisnya dunia tuh cuman cobaan.

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (Ash-Shaaffaat: 106).

Lalu apakah Allah ta’ala bakal nggak ngasih penghargaan atas keteguhan iman hamba-hambaNya? Tidak! Allah ta’ala adalah Maha Baik kepada hamba-hambaNya yang istiqamah menjaga iman. Saat itu juga, Ismail dan ayahnya alaihimussalam langsung dibuat lega hatinya, setelah terbukti nyata bahwa iman mereka mengalahkan segalanya. Mereka diberi maqam yang mulia, dijadikan guru kehidupan bagi umat manusia sepanjang masa.

“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya (untuk melaksanakan perintah Allah), Kami panggil dia, ‘Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu.’ Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (ash-Shaaffaat: 103-107).

Jelas sudah, nggak mungkin ketaatan kita kepada Allah ta’ala bakal bikin nyesel dan nyesek. Pasti buntutnya adalah kebahagiaan. So, kita nggak boleh ragu menahan diri dari kelezatan duniawi demi menjaga kualitas ruhiyah. Generasi muda Muslim harus bersikap tegar, jangan sudi diombang-ambingkan oleh tren yang berkembang. Jadi diri sendiri, bikin tren sendiri, itu jauh lebih keren! Wallahu a’lam. [IB]

 

PANJIMAS

Tujuh Ujian Hidup Manusia

DALAM menghadapi kehidupan di dunia ini, manusia selalu berhadapan dengan dua keadaan silih berganti. Suatu saat merasakan suka, saat lain merasakan duka.

Pada saat bahagia, terkadang manusia menjadi lupa. Sebaliknya, saat duka mendera, seringkali manusia berkeluh -kesah.

Bagi hamba Allah Swt yang beriman, hidup adalah ujian. Selama hidup, selama itulah kita diuji Allah Swt. “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS Al-Mulk [67]: 2).

Minimal ada tujuh ujian hidup yang wajib kita ketahui. Insya Allah, Allah Swt luruskan dari ujian-ujian-Nya, sehingga meraih gelar shobirin dan mujahidin. “Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu, dan akan Kami uji perihal kamu.” (QS Muhammad [47]: 31).

Pertama, ujian berupa perintah Allah, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan Allah Swt menyembelih putra tercintanya bernama Ismail.

Kedua, ujian larangan Allah Swt, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh, merampok, mencuri, sogok-menyogok, dan segala kemaksiatan serta kezaliman.

Ketiga, ujian berupa musibah. “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.” (QS Al-Baqarah [2]: 155).

Keempat, ujian nikmat, sebagaimana Allah Swt jelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 7. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.”

Kelima, ujian dari orang zalim buat kita, baik kafirun (orang yang tidak beragama Islam), musyrikun (menyekutukan Allah Swt), munafiqun, jahilun (bodoh), fasiqun (menentang syariat Allah), maupu hasidun (dengki, iri hati).

Keenam, ujian keluarga, suami, istri, dan anak. Keluarga yang kita cintai bisa menjadi musuh kita karena kedurhakaanya kepada Allah Swt.

Ketujuh, ujian lingkungan, tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja, termasuk sistem pemerintahan/negara.

Subhanallah, Allah Swt amat sayang kepada kita. Allah Swt tunjukkan cara menjawab ujian itu semua. “Dan minta pertolonganlah kamu dengan kesabaran dan dengan shalat, dan sesungguhnya shalat sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk tunduk jiwanya.” (QS Al-Baqarah [2]: 48). Semoga kita dijadikan Allah Swt, hamba-Nya yang lulus dari ujian. Aamiin.

 

[KH Muhammad Arifin Ilham]

10 Tempat dan Waktu-waktu yang Disunahkan Berazan

AZAN adalah bacaan-bacaan khusus yang disuarakan untuk tujuan tertentu. Hukum melakukan azan adalah sunah. Selama ini yang dikira sunnah melakukan azan adalah saat akan salat fardhu dan bayi yang baru lahir saja.

Padahal ada banyak sekali tempat atau waktu yang disunnahkan untuk melakukan azan. Dalam Kitab Hasyiyah Al-Bajury hal. 161, Haramain, disebutkan ada 10 tempat/waktu yang disunnahkan untuk melakukan azan.

1. Sebelum Salat Fardhu

Ini mungkin azan yang paling sering terdengar. Hampir di seluruh masjid akan terdengar suara azan setiap salat lima waktu akan dilaksanakan. Faedah Azan di waktu ini adalah untuk memberitahukan kepada orang-orang bahwa sudah masuk waktu salat.

2. Pada Telinga Orang yang Sedang Gundah

Manusia memang memiliki sifat gundah, galau, gelisah dan seterusnya. Hal ini wajar apalagi jika sedang mengalami masalah yang besar. Islam memberikan obat dengan cara diazankan ke telinga orang tersebut. Faedah dari azan di sini adalah untuk menghilangkan kegelisahan atau kegundahan orang yang bersangkutan.

3. Pada Telinga orang yang Sedang Marah

Rasul berpesan agar jangan marah. Namun dalam kondisi tertentu sebagai manusia biasa akan merasa sulit sekali menahan amarah tersebut. Apalagi jika alasan marah itu timbul cukup besar. Jika sedang melihat orang lain (teman, saudara, keluarga) yang sedang marah, kita bisa mengambil inisiatif untuk azan di telinganya. Faedahnya adalah untuk meredakan amarah orang tersebut. Disebutkan bahwa marah adalah api sementara azan adalah air.

4. Pada Telinga orang yang Mempunyai Sifat Tercela

Jika menemukan orang yang mempunyai sifat jelek, sunah melakukan azan ke telinganya. Baik itu karena permintaan orang yang bersangkutan atau tawaran dari kita sendiri. Hal ini bisa dilakukan untuk anak, saudara atau anggota keluarga yang lain. Bahkan sunah azan di sini juga berlaku untuk binatang yang memiliki perangai tidak baik. Mungkin bisa dicoba untuk kambing, sapi atau peliharaan yang lain. Faedahnya untuk memperbaiki sifat tercela pada orang atau binatang tersebut.

5. Ketika Terjadi Kebakaran

Saat terjadi kebakaran juga disunahkan melakukan azan. Faedahnya untuk meredakan api. Namun tetap ada ikhtiar untuk memadamkan api dengan memanggil petugas pemadam kebakaran atau kerja sama dengan masyarakat untuk memadamkan api.

6. Pada Telinga Orang yang Masru (Keserupan)

Orang yang sedang masru atau dimasuki oleh jin harus dilakukan penanganan khusus. Penanganan bisa dilakukan dengan bacaan ayat-ayat tertentu dari Alquran atau biasa disebut ruqyah. Namun tidak banyak orang yang paham mengenai ruqyah. Oleh karena itu, solusi yang bisa dilakukan adalah melakukan azan ke telinga orang yang masru. Hukum azan saat seperti ini sunah. Faedahnya adalah untuk mengusir apa yang ada dalam tubuh orang masru tersebut.

7. Pada Telinga Bayi Baru Lahir

Sunah melakukan azan pada telinga (sebelah kanan) bayi yang baru lahir. Faedahnya adalah agar suara yang pertama kali si bayi dengar saat hadir ke dunia adalah nama Allah SWT.

8. Saat Melakukan Perjalanan

Bagi musafir (orang yang melakukan perjalanan) sunah malakukan azan. Faedah dari melakukan azan ini adalah agar perjalanannya memperoleh keberkahan dan keselamatan.

9. Saat Perang Sedang Berkecamuk

Waktu lain yang juga disunahkan untuk azan adalah saat perang sedang berkecamuk. Faedahnya adalah untuk meredakan perang dan mendapat pertolongan dari Allah SWT.

10. Saat Setan atau Jin Jahat Berubah Wujud

Jin memang memiliki kemampuan untuk merubah diri mereka menjadi bentuk atau menyerupai orang lain. Hal ini dilakukan untuk mengganggu manusia. Saat menemukan sosok aneh yang kemungkinan adalah hasil ubah wujud dari jin, maka sunnah melakukan azan. Tujuan atau faedahnya agar dengan menyebutkan nama-nama yang dikenal baik oleh jin dan setan tersebut (Nama Allah), akan meredakan keburukan mereka.

 

INILAH MOZAIK