Saracen dalam Pusaran Sejarah Pembebasan Baitul Maqdis

Beberapa pekan terakhir rakyat Indonesia digegerkan dengan tertangkapnya kelompok yang mengkomoditaskan ujaran kebencian atau lebih populer dengan sebutan hate speech. Bisnis kelompok ini bukan saja bisa disebut ilegal, tapi juga merusak serta membahayakan keutuhan NKRI, menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mendapatkan segepok rupiah, kelompok yang menyebut dirinya sebagai Saracen itu menjual jasa yang tidak biasa, yakni menyebar fitnah dan kabar bohong alias hoaks.

Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, mengaku terkaget-kaget dengan kejahatan yang dilakukan sindikat tersebut. Saat berbincang dengan Republika.co.id, ia menyampaikan pendapatnya.

Adrianus menyebut, kejahatan tersebut merupakan suatu kemajuan dalam bidang modus kejahatan. “Terus terang saya dari pagi itu terbengong-bengong, kok bisa ya Indonesia begini. (Modus ini) memang terlalu advance ini,” ujar Adrianus.

Kali ini, yang akan dibahas bukanlah perihal tindakan kriminal tersebut. Melainkan nama kelompok itu, mereka menamakan dirinya Saracen. Nama yang diambil dari sejarah Perang Salib.

Di kalangan pecinta sejarah, nama Saracen mungkin tidak asing. Sebab, nama itu sudah populer sejak abad pertengahan, tepatnya pada Perang Salib I. Tentara salib dari pihak Kristen saat itu menyebut tentara-tentara Muslim sebagai Saracen.

Perang Salib, atau Cursades, berlangsung selama kurang lebih dua abad lamanya, mulai dari 1096 Masehi hingga 1272 Masehi. Pertarungan antara pasukan salib (Kristen) dengan pasukan Muslim. Pertempuran yang memakan banyak korban jiwa itu memperebutkan Baitul Maqdis atau tanah suci di Palestina.

“Orang-orang Kristen ketika itu sangat berkepentingan untuk merebut kembali supremasi mereka atas kawasan yang prestisius tadi, yaitu Baitul Maqdis,” ujar seorang sejarawan Islam, Tiar Anwar saat berbincang dengan Republika.co.id di Jakarta, Ahad (3/9) kemarin.

Tiar berkata, barang siapa yang bisa menaklukkan Baitul Maqdis, berarti ia sudah menaklukkan kawasan di sekitarnya. Negeri Syam yang saat ini pecah menjadi Syria, Libanon, dan Yordania, serta Afrika Utara, Mesir, Arab, bisa langsung ditaklukkan dengan hanya merebut Baitul Maqdis itu. Pasalnya, Baitul Maqdis disebut-sebut sebagai jantungnya Jazirah Arab dan Negeri Syam. Sehingga, pihak yang mampu menaklukan daerah tersebut, sudah menggenggam jantungnya dunia.

“Secara strategis, itu merupakan pusat dari persilangan bangsa-bangsa di dunia. Maka kemudian orang-orang Romawi yang berkuasa di sana sebelum zaman Rasulullah berkepentingan untuk mengambil alih Baitul Maqdis,” tutur dia.

Setelah tentara salib berhasil masuk ke wilayah tersebut, lanjut Tiar, terjadilah kemudian yang namanya pembunuhan sangat luar biasa terhadap umat Islam di sana. Selama sekitar 90 tahun, umat Muslim dibantai dengan sangat keji dan hampir tiap hari dilakukan pembunuhan. Sebelum akhirnya kembali dimenangkan tentara Muslim melalui kurang lebih sembilan kali Perang Salib.

Pada saat perang itulah kemudian nama Saracen muncul. Berdasarkan Oxford Dictionaries, terdapat dua makna dari kata Saracen. Pertama, berarti orang Arab atau Muslim, khususnya pada saat terjadinya Perang Salib. Pengertian kedua, seorang pengembara gurun Suriah dan Arab pada masa Kekaisaran Romawi.

Di kamus itu juga disebutkan, kata Saracen berasal dari zaman pertengahan Inggris. Berasal dari bahasa Prancis kuno, yaitu Sarazzin. Sarrazin kemudian diambil dari bahasa Yunani, sarakenos, yang diduga berakar dari bahasa Arab, syarqiyyin, yang berarti orang-orang Timur.

Pada sumber yang lain, John V. Tolan menyebutkan, dalam bukunya berjudul Saracens: Islam in the Medieval European Imagination, dalam teks latin terdahulu Saracen dideskripsikan sebagai orang Arab yang menyembah bebatuan atau berhala. Masih dalam buku yang sama, Tolan menuliskan, penggambaran penyembahan berhala oleh Saracen tersebut tumbuh dari upaya propaganda. Propaganda untuk membenarkan dan mengagungkan tindakan-tindakan dari Perang Salib pertama dan kedua.

Saracen adalah Olokan untuk Umat Islam

Yang dikatakan Tolan tak berbeda jauh dengan yang disebut Tiar usai ia menceritakan sejarah Perang Salib kepada Republika.co.id. Ia menyebutkan, sebutan tersebut dibuat kala itu untuk mendiskreditkan umat Islam. Walaupun sebenarnya bukan hanya sebutan Saracen saja yang dijadikan bahan olokan.

“Mereka kan punya kepentingan untuk menulis sejarah. Ketika mereka menulis sejarah itu, kalaupun mereka kalah, kan tidak mau juga disebut sebagai seorang yang salah? Mereka tidak mau disebut sebagai pecundang,” ungkap Tiar.

Sehingga, perang yang mereka lakukan itu selalu dianggap sebagai suatu hal yang sangat benar dan mereka mengatakan, mereka saat itu sedang menghadapi orang-orang jahat. Orang jahatnya itu tak lain adalah Saracen. Menurut Tiar, itu dibuat sebagai bentuk legitimasi perbuatan mereka ketika perang tersebut.

“Begini, pasukan salib itu kan membunuh banyak orang, membunuh banyak penduduk, jadi mereka harus mempunyai legitimasi. Kenapa mereka harus membunuh? Jadi mereka ingin dibenarkan, orang yang mereka bunuh itu adalah penjahat. Dibuatlah itu Saracen padahal tidak ada kejahatan yang dilakukan,” tuturnya.

Saracen, masih menurut Tiar, juga diasosiasikan sebagai pembunuh. Menurutnya, hal-hal yang berbau ejekan terhadap kaum Muslim seperti itu sebaiknya tidak dihidupkan kembali saat ini.

“Itu adalah istilah yang dibuat oleh para orientalis, orang-orang barat untuk mendiskreditkan umat Islam,” lanjut dia.

Meski tak mengetahui apa motif kemunculan kembali istilah Saracen saat ini, ia menduga ada kaitannya dengan kepentingan-kepentingan politik dan bisnis. Mestinya, kata dia, apabila ada sebuah sindikat yang melakukan tindakan kriminal, yang perlu diusut adalah tindakannya dan jangan tebang pilih.

“Istilah Saracen itu tidak penting untuk dihidupkan kembali. Saya kira jangan terbawa arus permainan media. Sebaiknya fokus ke kejahatannya, kalau dia melakukan kejahatan ya tangkap dan laporkan. Siapapun itu yang melakukannya jangan tebang pilih,” jelas Tiar di ujung perbincangan kami.

Dugaan adanya tebang pilih dalam mengangani kasus serupa dikatakan pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar. Saat ditemui Republika.co.id, ia mengatakan, semua kejahatan serupa dengan yang dilakukan Saracen itu seharusnya ditindak juga.

Selain itu, ia juga berharap Polri mengubah pola dalam penyidikan, khususnya dalam konteks cyber law. Menurut Bambang, pembuktian kasus yang ada di dunia maya tak semudah membuktikan perkara di dunia nyata.

“Jangan sampai dalam menangani masalah-masalah media sosial yang berkembang marak ini salah menuduh tersangka. Terkatung-katungnya beberapa kasus, seperti Buni Yani, Munarman, dan lainnya menunjukkan tidak mudahnya membuktikan soal media sosial,” terang Bambang di Jakarta, Selasa (5/9).

Sehingga, menurut Bambang, sebelum melakukan penangkapan atau dalam melakukan penyidikan, harus ada kejelasan dan ketelitian terlebih dahulu, sehingga jadi tidak terkesan asal tuduh. Objektivitas dan independensi polisi pun harus dikedepankan dalam kasus-kasus seperti itu.

Polisi harus menarik keterangan-keterangan dari tersangka sampai betul-betul keterangannya itu bisa dibuktikan dengan benar. Jadi, lanjut Bambang, jangan keterangan seseorang atau tersangka tadi langsung dipercaya karena bisa saja orang tersebut direkrut atau apa.

“Dipelajari sungguh-sungguh terlebih dahulu dan harus bertindak secara objektif serta independen. Itu kan yang sering merusak (ada kepentingan di baliknya),” sambung dia.

Ia juga mengakui, penangkapan Saracen ini seakan sedang menyudutkan umat Islam. Padahal, mayoritas bangsa Indonesia itu adalah Muslim. Masih banyak pula kaum Muslim di daerah yang fanatik, yang wawasannya belum seluas Muslim di perkotaan.

“Silakan kalau hanya untuk orang kota yang sudah luas wawasannya. Tapi, jangan menyakiti atau mengusik orang yang fanatik ini. Bisa meletup lagi nanti. Polisi harus hati-hati betul,” ujarnya dengan suara yang sedikit ditekankan.

Menurutnya, jangan sampai orang-orang yang fanatik itu merasa tersinggung. Bagaimanapun juga, mereka juga warga negara Indonesia yang sama-sama harus dilindungi. “Mereka kan juga bagian dari bangsa Indonesia, saudara kita,” ungkap Bambang.

Pengamat politik, Denny JA juga angkat bicara terkait kasus Saracen. Ia berkata, pertarungan politik pada tingkat tinggi acapkali terjadi dalam ‘pasar gelap’. Segala permainan bisa terjadi dalam pasar gelap itu, sampai waktu membukanya ke publik.

Dalam pasar gelap, bisa saja A menggunakan jasa B untuk menyerang C. Tapi hal yang biasa pula jika C menggunakan jasa B untuk menyerang dirinya sendiri (C) dalam rangka simpati publik. “Itu namanya Victim Playing,” sebut Denny.

Dalam pasar gelap, bisa saja A mendirikan B untuk menyerang C. Perkembangan kemudian B tumbuh dan berbalik menyerang A. Publik menduga B adalah musuh A sejak awal pendiriannya. Padahal B itu ikut dibesarkan oleh A.

Sebelum segala hal terang benderang, Kasus Saracen yang mengkomersialkan isu SARA, masih berada dalam wilayah pasar gelap. Ia berkata, polisi perlu dipuji karena mengangkat dan menemukan kasus penting itu. Namun polisi harus tuntas hingga menemukan siapa pemakai jasa Saracen agar jelas duduk perkara.

“Jika tidak, kasus Saracen menjadi bensin baru yang bisa membakar kembali luka baik dalam Pilkada DKI 2017 ataupun Pilpres 2014,” sebut dia.

Cukup ketik di google search, sudah muncul pernyataan yang bertentangan. Satu pihak menyatakan Saracen digunakan pihak yang menang Pilkada DKI 2017. Muncul pula kesaksian, Saracen digunakan pihak yang kalah dalam pilkada DKI 2017 untuk membangkitkan simpati.

“Mana yang benar? Itu investigasi polisi yang harus mengusutnya.”

Pria berusia 54 tahun ini melanjutkan, “Saya selaku doktor ilmu politik, sedikit memberi contoh apa yang terjadi dengan pasar gelap politik untuk kasus besar lain di dunia sana, yang kini sudah dibuka oleh pemainnya sendiri.”

 

 

Oleh: Ronggo Astungkoro, wartawan Republika

REPUBLIKA

 

Baitul Maqdis Indikator Kekompakan Umat Islam

Baitul Maqdis atau Al Quds atau Yerusalem, adalah indikator penting untuk melihat kondisi umat Islam. Apakah umat Islam kuat atau lemah, bersatu atau terpecah, akan dengan cepat berdampak pada kota ini. Kota yang memang sangat diinginkan oleh para penguasa dan bangsa-bangsa, terutama penganut agama Abrahamik.

Ya, sejarah selalu berulang. Bila umat Islam sedang kuat dan bersatu, maka Baitul Maqdis selalu berada dalam naungan Islam. Sebaliknya, jika umat Islam sedang lemah dan berpecah, maka Baitul Maqdis selalu lepas ke tangan orang lain. Tarikh Islam, sejak era Khulafaur Rasyidin sampai dengan zaman now, merupakan cermin yang sangat jelas menunjukkan hal itu.

Pembebasan pertama

Kabar gembira (bisyarah) pembebas an kota para nabi itu, sudah disampaikan Nabi Muhammad SAW. “Perhatikan enam tanda-tanda hari Kiamat: pertama, wafatku; kedua, penaklukan Baitul Maqdis….” (HR Bukhari No 3217 dari sahabat’Auf bin Malik RA). Dan, realisasi bisyarah segera cepat ter wujud, tepat berurutan seperti yang disam paikan Nabi. Sebab, pembebasan itu hanya berlangsung kurang dari lima tahun sejak wafatnya Sang Nabi. Nabi wafat pada Juni 632. Sedangkan, Baitul Maqdis dibebaskan pada April 637. Pembebasan itu terjadi 17 ta hun sejak peristiwa Isra’ Mi’raj yang ber langsung pada tahun 620.

Pembebasan pertama ini, merupakan yang paling mulus. Ini sekaligus memper lihatkan kekuatan Islam yang sedang me mun cak. Betapa tidak, setahun sebelum Khalifah Umar memasuki Baitul Maqdis, pa sukan Muslim lebih dulu mengalahkan dua superpower, yaitu Romawi Byzantium dan Sassanid Persia, dalam dua perang habishabisan dan menentukan jalannya sejarah, yaitu Perang Yarmuk dan Perang Qadisiya.

Romawi Byzantium dikalahkan secara telak dalam Perang Yarmuk oleh pasukan Muslim yang dipimpin Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid. Sedangkan, Sassanid Per sia dikalahkan, juga secara telak, dalam Pe rang Qadisiya, oleh pasukan Muslim yang dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqash. Kedua kemenangan desesif tersebut berhasil diraih kendati pasukan Islam berjumlah sedikit dan tertinggal dari sisi teknologi. Bisyarah penaklukan kedua adikuasa itu juga pernah disampaikan Nabi: “Jika Kisra binasa maka tidak akan ada lagi Kisra lain sesudahnya dan jika Kaisar binasa maka tidak akan ada lagi Kaisar lain sesudahnya.

Dan demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh kalian akan mengambil perbendaharaan kekayaan keduanya di jalan Allah” (HR Bukhari). Peristiwa itu kemudian terjadi. Setelah Perang Qadisiya yang diikuti pembebasan Al Madain (Ctesiphon), ibu kota Sassanid- Per sia, sisa pasukan terakhir Persia dikalah kan dalam pertempuran Nihawand pada 642. Setelah itu kekaisaran Persia tamat, dan tak pernah ada lagi kisra yang muncul.

Sedangkan, riwayat kekaisaran Romawi berakhir dengan penaklukan Konstantino pel, ibu kota Romawi Byzantium, oleh Mu hammad Al Fatih pada tahun 1453, dan sete lah nya kekaisaran Romawi pun tutup buku. Memang, di Barat, pada saat itu, sempat muncul pula Kekaisaran Romawi Suci (Holy Roman Empire), dengan kaisar terkenalnya yang bernama Charlemagne. Kekaisaran ini beribu kota Aachen, yang merupakan kota bekas tempat mantan presiden BJ Habibie menimba ilmu di Jerman. Tapi, betapapun namanya mirip, dan kaisar Romawi Suci ini dimahkotai oleh Paus di Roma, namun tidak ada hubungan genealogis dengan kekaisaran Romawi yang didirikan Augustus Caesar.

Setelah menang dalam dua peperangan besar tersebut, pasukan Muslim kemudian menuju Baitul Maqdis, dan mengepungnya selama enam bulan, sejak November 636 sampai dengan April 637. Akhirnya, Yerusa lem menyerah dengan syarat, kota itu dise rah kan langsung kepada Khalifah Umar bin Khattab. Dan, kunci kota itu kemudian diserahkan oleh Patriark Sophronius, wakil Romawi Byzantium di Yerusalem, kepada Khalifah Umar.

Jatuh ke tangan Pasukan Salib

Selama ratusan tahun kemudian, Baitul Maqdis berada dalam naungan Islam. Yang berganti hanya kekhalifahan atau daulah yang memerintahnya. Setelah berada di bawah Khalifah Rasyidun yang berpusat di Madinah, Baitul Maqdis berturut-turut berada di bawah Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus; Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.

Seiring melemahnya Abbasiyah, kontrol efektif kawasan Asia Tengah, Syam, sampai dengan Asia Kecil (Anatolia), berada di tangan Kesultanan Seljuk Turki, sedangkan Kekhalifahan Baghdad hanya menjadi sim bol. Sementara, Mesir dan wilayah tanduk Afrika diperintah oleh Dinasti Fathimiyah.

Belakangan, Kesultanan Seljuk Turki (Sel juk Raya) yang berpusat di Isfahan pun ter bagi dua, dengan terbentuknya Kesul tan an Seljuk Rum. Terpecahnya Kesultanan Seljuk Raya itu terjadi sepeninggal Sultan Alp Arsalan, salah satu sultan legendaris Sel juk Raya, yang berjasa mengakhiri pengaruh Romawi Byzantium di sebagian besar Anatolia. Kesultanan Seljuk Rum didirikan Kilij Arsalan, salah seorang keponakan jauh Alp Arsalan. Selain itu, sebagian wilayah Anatolia juga dikuasai oleh negara-negara kecil yang disebut beylik-beylik (setara dengan emirat atau principality-Red).

Seljuk dan Fathimiyah, yang kebetulan menganut mazhab berbeda, sering terlibat persaingan, konflik, dan pertikaian. Ter utama, dalam memperebutkan pengaruh di wilayah Syam dan Hijaz, yang merupakan lo kasi tiga tanah suci, yaitu Makkah, Madi nah, dan Baitul Maqdis. Perpecahan dan pertikaian itulah, yang kemudian berujung pada terlepasnya Baitul Maqdis.

Saat Pasukan Salib bergerak dari Eropa, yang pertama kali berhadapan dengan me reka adalah Kesultanan Seljuk Rum. Pada awal 1097, Pasukan Salib ‘tak resmi’ yang terdiri dari orang-orang biasa (people cru sade) yang dipimpin Peter Amien, memasuki wilayah Anatolia, dengan mudah dikalahkan oleh pasukan Kilij Arsalan. Namun, tidak demikian dengan Pasukan Salib I yang dipimpin oleh para pangeran atau dikenal sebagai Princes’ Crusade. Pasukan Salib I yang dipimpin Godrey, Raymond, dan Bohe mond, memasuki Anatolia pada pertengah an 1097 dan mereka berhasil mengalahkan Seljuk Rum, memaksa Kilij Arsalan mundur dan memindahkan ibu kotanya dari Iznik (Nikosia) di tepi Laut Aegean, ke Konya.

Maka, pasukan Salib pun melanjutkan ber gerak menuju wilayah Syam, yang meru pa kan daerah kekuasaan Kesultan Seljuk Raya dan mengambil alih satu per satu kota dan benteng Muslim, sampai akhirnya me reka tiba Intakiyyah (Antioch). Selama lima bulan mereka mengepung kota tersebut, sejak Oktober 1097. Pada Maret 1098, kota penting di utara Suriah itu akhirnya jatuh. Ke sultanan Seljuk mengirimkan pasukan untuk merebut kembali kota itu, namun gagal.

Sebuah cerita mengenaskan tentang per tikaian internal yang parah pun kemudian terungkap di sana. Saat Pasukan Salib telah berada di Intakiyyah, Fathimiyah justru melihatnya sebagai peluang untuk mengusir Seljuk. Alih-alih bekerja sama untuk meng usir Pasukan Salib, para pembesar Fathi miyah justru menegosiasikan kesepakatan pembagian wilayah Seljuk dengan Pasukan Salib. Kesepakatan yang mirip dengan Per janjian Sykes Picot. Perjanjian itu diteken kedua belah pihak di Intakiyyah pada Fe bruari 1098. Fathimiyah mendapatkan wila yah Tyre dan Sidon, yang terletak di pantai timur Mediterania.

Para sejarawan menilai, dalam perjan jian tersebut Fathimiyah seolah tak mema hami bahwa goal Pasukan Salib sesungguh nya adalah Baitul Maqdis atau Yerusalem. Padahal, saat perjanjian itu dibuat, kontrol atas Baitul Maqdis telah berada di bawah Fathimiyah, yang baru saja mengambil alih kota itu dari Seljuk. Bahkan, seolah percaya Pasukan Salib tak akan menyerang Baitul Maqdis, Fathimiyah hanya menempatkan pasukan kecil untuk menjaganya, yang jumlahnya tak lebih dari lima ribu orang.

Pada Mei 1099, Pasukan Salib dengan personel ratusan ribu orang bergerak me nuju Baitul Maqdis. Pasukan Salib mema hami betul bahwa butuh waktu sekitar dua bulan bagi Fathimiyah untuk membentuk pa sukan besar untuk mempertahankan Baitul Maqdis. Pasukan Salib pun bergerak cepat dan mengepung kota itu pada 7 Juni 1099. Hanya sebulan kota itu mampu berta han, dan pada 15 Juli 1099, kota itu akhirnya jatuh, diiringi pembantaian mengerikan atas penduduknya. Para saksi mata mencatat genangan darah sampai setinggi mata kaki dan mayat ditumpuk-tumpuk bak piramida.

Selanjutnya, Masjid Al Aqsa diubah men jadi istana Kerajaan Yerusalem, sedang kan Masjid Kubah Batu diubah menjadi gereja. Sejak 1141, Masjid Al Aqsa yang diubah na ma nya menjadi Templum Salomonis (Kuil Su laiman), menjadi markas Ksatria Templar, sedangkan Masjid Kubah Batu yang diberi nama Templum Domini (Kui Tuhan) tetap menjadi gereja.

Untuk merebut Baitul Maqdis, Fathimi yah kemudian menyiapkan pasukan besar yang langsung dipimpin wazir Al Afdal Sya hansyah. Namun, mereka dikalahkan secara te lak dalam Pertempuran Askalon pada Agus tus 1099. Dan, sejak itu, Kerajaan Yeru salem berdiri di sana, di tengah wilayah kaum Muslim, persis seperti saat ini. Muslim yang terpecah belah, dengan bermuncul annya raja-raja kecil, lebih tertarik mengurus wilayahnya masing-masing, ketimbang meng amblih alih Baitul Maqdis.

Pembebasan kedua

Setelah shock kehilangan Baitul Maqdis, perlahan muncullah angin segar. Aljazeera, dalam film dokumenter bertajuk The Crusa des, An Arab Perspective, menggambarkan nya dengan kemunculan tipologi kepemim pinan baru di dunia Islam, yaitu warrior king/princes. Dengan model pertamanya adalah Maudud ibn Altuntash, seorang atabeg (semacam emir atau gubernur) Sel juk di Mosul. Dialah yang ditunjuk oleh Sul tan Seljuk, Muhammad I, untuk melawan Pasukan Salib di berbagai front, untuk mem pertahankan sejumlah kota seperti Damas kus dan Aleppo.

Suatu hari, Gubernur Damaskus, Tugh te kin, meminta bantuan Maudud untuk meng hadapi Pasukan Salib. Dan, dalam Per tempuran Sannabra di dekat Danau Tiberias, pada 28 Juni 1113, pasukan Maudud berhasil mengalahkan Pasukan Kerajaan Yerusalem yang langsung dipimpin Raja Baldwin I. Menyikapi kekalahan Pasukan Salib terse but, sejarawan Kristen, William of Tyre, me nu lis bahwa “Langit telah menolak Pasukan Salib”. Sebab, bila Tuhan bersama Pasukan Salib, William mengatakan pastilah mereka tak akan terkalahkan.

Namun, saat diundang oleh Tughtekin ke Damaskus pada akhir 1113, Maudud ter bu nuh menjelang shalat Jumat. Sejumlah se jarawan menilai, para pemimpin Islam saat itu mengkhawatirkan popularitas Maudud yang kian menanjak, sehingga mengi rimkan seorang hasyasyin untuk mem bunuhnya. Meski demikian, model kepemimpinan warrior princes tersebut kemudian berlanjut kepada para pahlawan Islam sesudahnya yang kebetulan dari Di nasti Zanki yang berkuasa di Mosul, seperti Imaduddin, Nuruddin, hingga Salahuddin.

Sebelum mengambil alih Baitul Maqdis, sebagian besar waktu yang dihabiskan Ima duddin, Nuruddin, dan Salahuddin, adalah mempersatukan wilayah Islam, mulai dari Damaskus sampai Mesir. Setelah berhasil mempersatukan wilayah Muslim, barulah Salahuddin memusatkan perhatiannya ke Baitul Maqdis. Dan, Salahuddin Al Ayyubi akhirnya berhasil mengalahkan Pasukan Salib secara telak pada Pertempuran Hittin yang berlangsung 3-4 Juli 1187, dan mena wan Raja Yerusalem, Guy de Lusignan.

Dua bulan kemudian, pada 27 Rajab 583 Hijriyah, atau bertepatan dengan 2 Oktober 1187, Salahuddin berhasil merebut Baitul Maqdis, dan dua masjid di Kompleks Haram al Sharif, Masjid Al Aqsa dan Masjid Kubah Batu, dikembalikan kepada fungsinya se mula. Maka, sejak itulah, adzan kembali ber ku mandang di tanah para nabi itu, setelah tak terdengar selama 88 tahun.

Hilangnya Yerusalem, membuat Barat menjadi shock. Dan, kemudian mengirim kan ekspedisi berikutnya. Namun, Pasukan Salib II yang dipimpin para raja, terutama Richard the Lion Heart, maupun gelombang Pasukan Salib berikutnya yang berjilid sam pai angkatan VII, tak berhasil merebut Baitul Maqdis.

Memang, pada 1229, Sultan Dinasti Ayyubiyah, Al Kamil, pernah menyerahkan Baitul Maqdis secara damai kepada pihak Kristiani, demi mengakhiri Perang Salib VI. Penyerahan itu menyusul kesepakatan Al Kamil dengan Kaisar Romawi Suci, Frede rick II. Perjanjian tersebut, antara lain men syaratkan tempat-tempat suci umat Islam tetap dikontrol oleh Dinasti Ayyubiyah yang saat itu berpusat di Mesir.

Penyerahan Baitul Maqdis ini terbilang kontroversial. Namun, sejumlah sejarawan memandang langkah tersebut sebagai se buah taktik belaka, untuk menghindari per tumpahan darah, karena sepanjang Mesir dan Suriah dalam kontrol Muslim, Baitul Maqdis akan tetap mudah diambil alih. Pada 1239, An Nasir Ad Dawud, emir Ayyubiyah di Kerak, mengambi alih Baitul Maqdis. Dia hanya sebentar menguasainya. Namun, se belum meninggalkan kota itu, dia meng hancurkan bentengnya, sehingga setiap saat kota itu mudah dimasuki. Pasukan Salib tetap menguasai kota itu hingga tahun 1244.

Pada 1244, Baitul Maqdis diambil alih oleh pasukan Khawarizm yang diundang oleh salah seorang penguasa Ayyubiyah yang sedang bertikai. Namun, pada 1246, Dinasti Ayyubiyah kembali mengontrol Baitul Maq dis.

Eropa kemudian melancarkan Perang Salib VII untuk merebut Yerusalem, namun pimpinannya Raja Louis IX dari Perancis, ditangkap oleh Sultan Turansyah dari Dinas ti Ayyubiyah. Namun, kemudian dilepaskan. Perang Salib VII tersebut merupakan gelom bang terakhir serangan dari Kristen Latin.

Jatuh ke tangan Mongol

Tapi, pertikaian internal Dinasti Ayyu biyah kemudian terjadi, yang berbuntut ter bunuhnya Sultan Turansyah. Hasilnya, ke sultanan itu terbagi dua. Di Mesir kemu dian berdiri Kesultanan Mamluk yang dipimpin Aybak, sedangkan Kesultanan Ayyubiyah merelokasi ibu kotanya ke Damaskus. Ayyu biyah tetap mengontrol Baitul Maqdis hing ga sepuluh tahun berikutnya, sebelum da tangnya gelombang serangan Mongol.

Tentara Mongol memasuki Baitul Maq dis pada tahun 1260. Serangan Mongol ini di pimpin oleh Jenderal Kitbuqa, seorang Kristen Nestorian. Setelah berhasil merebut Baitul Maqdis, Hulagu Khan menyurati Raja Louis IX, bahwa Yerusalem telah kembali ke pangkuan Kristen di bawah aliansi Franco- Mongol.

Saat itu, negeri-negeri Islam takluk di bawah Mongol, bahkan Baghdad dibuat hancur lebur. Benteng terakhir umat Islam yang menolak menyerah kepada Mongol saat itu adalah Mesir di bawah Dinasti Mam luk. Dan, dari Mesir lah, upaya mengambil alih Baitul Maqdis kembali dilanjutkan.

Pembebasan ketiga

Pasukan Mamluk yang dipimpin Sultan Saifuddin Qutuz dan Baibars, akhirnya ber hasil mengambil alih Baitul Maqdis setelah mengalahkan Pasukan Mongol yang dipim pin Kitbuqa dalam Pertempuran Ain Jalut pada September 1260. Mitos bahwa Pasukan Mongol tidak terkalahkan, seketika pupus di Ain Jalut. Hasilnya, pertempuran ini bu kan hanya berhasil mengusir Mongol dari Baitul Maqdis, tapi juga berlanjut pada pembebasan wilayah Islam lain dari tangan Mongol.

Sejarawan Arnold Toynbee, menyebut Pertempuran Ain Jalut sebagai salah satu pertempuran yang sangat penting, karena menjadi titik balik sejarah. Dalam pertem puran tersebut, tulisnya, Pasukan Muslim bukan hanya menghadapi Pasukan Mongol, tapi juga para penguasa Kristen di sekitar nya seperti Raja Armenia maupun Pangeran Antiochia. “Setelah kejatuhan Khawarizm, Baghdad, dan Suriah, maka Mesir merupa kan benteng terakhir Islam di Timur Te ngah,” katanya.

Saat Perang Ain Jalut sedang berlang sung, Pasukan Salib dari Eropa juga sudah ber siap-siap mendarat ke pantai timur Medi terania (kawasan Syam), dan menjadi an cam an sangat serius bagi Dunia Islam. Ka rena itu, menurut Shayyal, “Masa depan Islam dan Kristen Barat, sangat bergantung pada hasil Perang Ain Jalut.”

Setelah kemenangan di Ain Jalut, Mo ngol dibantu Raja Armenia sempat menye rang Baitul Maqdis, namun tak berhasil mengambil alih kota itu secara permanen. Dan, Baitul Maqdis tetap dalam naungan Islam. Setelah era Mamluk, Baitul Maqdis beralih ke tangan Khilafah Usmani pada 1516. Baitul Maqdis berada di tangan Us mani selama lebih dari empat ratus tahun, merupakan yang paling lama dalam sejarah dibanding kontrol Baitul Maqdis oleh ke khalifahan-kekhalifahan sebelumnya. Jatuh ke tangan Inggris dan Zionis Pada Desember tahun 1917, Baitul Maq dis jatuh ke tangan Inggris. Seperti sebelum nya, selain karena serangan langsung, lepas nya Baitul Maqdis itu didahului oleh per pecahan internal umat Islam.

Lepasnya Baitul Maqdis ini, diawali be be rapa peristiwa yang berjalin kelindan. Per tama, dibuatnya perjanjian rahasia (Per janjian Sykes-Picot) antara Inggris dan Pe ran cis –yang kemudian diikuti oleh Rusia dan Italia, untuk membagi-bagi wilayah Us mani di Timur Tengah. Perjanjian ini diteken pada 16 Mei 1916. Kedua, dibuatnya Dekla rasi Balfour pada 2 November 1917, yang berisi dukungan Inggris untuk pendirian ta nah air bagi orang Yahudi di tanah Pales tina. Ketiga, dihasutnya para penguasa Mus lim-Arab untuk melawan Khilafah Usmani.

Hanya sebulan setelah Deklarasi Balfour diteken, pasukan Inggris di bawah pimpinan Jenderal Edmund Allenby, memasuki Yeru salem. Inggris mengambil alih kontrol atas Palestina, setelah mengalahkan tentara Usmani pada Perang Yerusalem. Jenderal Allenby memasuki Yerusalem dari arah yang dulu digunakan Khalifah Umar saat mema suki Yerusalem dengan berjalan kaki. Salah satu pernyataan Allenby yang terkenal saat memasuki Yerusalem adalah: “Baru seka rang lah Perang Salib berakhir.”

Di berbagai media Inggris saat itu, ilus trasi Perang Salib memang banyak dimun culkan. Salah satunya, dimuat dalam laporan utama Majalah Punch, edisi 19 Desember 1917, yang mendeklarasikan “The Last Crusade”, dengan ilustrasi Raja Inggris, Richard The Lion Heart sedang memandang Yerusalem dari ketinggian, sambil mengang guk puas dan bergumam: “Mimpiku akhir nya menjadi nyata.”

Memang, pers Inggris mendapat instruk si dalam sebuah memo tertanggal 15 Novem ber 1917, untuk tidak merefer operasi militer melawan Khilafah Usmani dengan istilah Perang Suci, Perang Salib Modern, atau istilah apapun terkait dengan soal ke agamaan. Namun, memo tersebut di abaikan, dan mereka tetap tetap mengguna kan istilah “Crusade” dalam mendiskusikan okupasi terhadap Yerusalem.

Hatem Bazian, pengajar Universitas Cali fornia, Berkeley, dalam tulisannya bertajuk Revisiting the British Conquest of Jerusalem di laman Aljazeera, menyatakan bahwa memo tersebut dibuat untuk mencegah friksi dengan personel militer Islam yang direkrut Inggris untuk berperang melawan Usmani. Juga untuk mencegah timbulnya masalah dengan Sharif Husein, Gubernur Usmani di Makkah, yang saat itu bekerja sama dengan Inggris untuk melawan Usmani.

Pernyataan serupa tercatat disampaikan oleh Jenderal Henri Gouraud, pimpinan militer Perancis, usai mengalahkan pasukan Raja Faisal di Suriah. Sang Jenderal, seperti dikutip Tariq Ali dalam bukunya, Clash of Fundamentalism: Crusades, Jihads and Mo dernity, menyatakan sang jenderal me ma suki Damaskus bersama pasukannya, ke mu dian pergi ke makam Salahuddin, me nen dangnya, dan berseru: “Perang Salib telah berakhir sekarang! Bangun Sala hud din, kami telah kembali! Kehadiranku di sini menahbiskan kemenangan Salib terhadap Bulan Sabit.”

Tak berselang lama setelah jatuhnya Baitul Maqdis, pada tahun 1923, Khilafah Usmani, major power terakhir umat Islam, juga dibubarkan. Sementara, pada tahun 1948, ‘negara panjajah’ Zionis-Israel yang digerakkan oleh Yahudi Eropa (Ashkenazi) berdiri di atas tanah Palestina. Bahkan, pada Desember 2017 lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menyerahkan Baitul Maqdis kepada Zionis.

Dan sejarah pun berulang. Saat ini, para penguasa negeri-negeri Islam, khususnya di Timur Tengah, sibuk bersaing dan bertikai, sehingga Baitul Maqdis tak kunjung bisa dibebaskan, bahkan warga Palestina sema kin dalam terpuruk dalam penderitaan. Per tikaian Arab Saudi dan Iran saat ini, misal nya, mengingatkan pada pertikaian Seljuk dengan Fathimiyah di masa lalu.

Pendudukan Yahudi atas Baitul Maqdis ini, semakin banyak dipandang dari sisi eskatologis, tentang takdir akhir zaman di mana Muslim akan berperang dengan Ya hudi, sesuatu yang tak terbayangkan terjadi selama lebih dari seribu tahun, karena orang Yahudi tak pernah menjadi kekuatan politik dan militer berarti. “Hari Kiamat belum akan terjadi sampai kaum Muslimin memerangi orang Yahudi. Mereka diserang oleh kaum Muslimin hingga bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun, batu maupun tumbuh an akan berkata, “Wahai Muslim, wahai ham ba Allah, di belakangku ada orang Ya hudi. Kemari dan bunuhlah dia!” Kecuali pohon Gharqad. Sebab pohon Gharqad adalah pohonnya orang Yahudi.” (Hadits Riwayat Muslim).

REPUBLIKA

Awas! Tanda Akan Kiamat Banyak Orang Gemuk

DIRIWAYATKAN dari Imran Ibn Husain RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Umatku yang terbaik adalah (umat) pada masaku, lalu (umat) setelah mereka, lalu (umat) setelahnya.

Setelah itu, akan muncul satu kaum yang bersaksi namun tidak bisa dipercaya, berkhianat dan tidak bisa memegang amanah, bernazar namun tidak melaksanakannya, serta terlihat gemuk.”

Kegemukan yang melanda sekarang ini mungkin disebabkan banyak orang yang serakah, kekayaan yang melimpah, terlalu banyak menikmati makanan dan minuman yang mudah tersedia, manisan, kudapan.

Kemudian banyaknya makanan praktis dan serba instan, sehingga tidak perlu repotrepot untuk memasak. Kecanggihan tekhnologi pun menjadikan banyak orang yang malas untuk bergerak dan olahraga. Seperti menggunakan mobil maupun motor yang semakin memudahkan untuk bepergian kemana-mana.

Menurut survei, seperenam penduduk di dunia banyak yang mengalami kelebihan berat badan atau yang lebih dikenal dengan obesitas. Mangkanya sekarang ini telah banyak dibuka solusisolusi alternatif untuk menurunkan berat badan, obat diet, operasi penyedotan lemak dan sebagainya mudah untuk ditemui di berbagai kota. []

Sumber: Kiamat Sudah Dekat/Dr. Muhammad al-Areifi/ Qisthi Press /Maret 2011/Jakarta.

INILAH MOZAIK

Jangan Merasa Islamku Benar yang Lain Sesat

JUJUR aku dulu pernah berpemahaman merasa kelompokku adalah paling benar sendiri dan yang lain adalah sesat. Pernah aku terperangkap dalam pemikiran bahwa kelompokku adalah Al-Firqatun Najiyah (golongan yang selamat) sedang yang lainnya adalah ahli neraka.

Alhamdulillah, akhirnya Allah berikan hidayah kepadaku untuk keluar dari pemikiran sempit seperti itu. Aku belajar ke banyak guru dan aku mencintai mereka semua dan tidak mungkin melupakan jasa-jasa mereka.. Walau akhirnya Allah arahkan aku untuk berada dalam barisan Ahlus Sunnah Wal Jamaah Salafi, ini adalah pilihanku..

Bagiku, semua umat Islam adalah saudaraku dan aku suka saling mengingatkan dan saling menasihati serta saling mendoakan.. Aku berharap kita semua sama-sama Allah masukkan ke dalam Jannah..

Pengalaman masa lalu, buku-buku yang dibaca, dan guru-guru yang mengajari serta lingkungan, kesemuanya itu akan berpengaruh dalam pemahaman keagamaan seseorang.

Berbicara tentang kelompok dalam Islam tidak akan pernah tuntas karena semua merasa paling benar dan menuduh yang lain tersesat.

“Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).” [QS 23 Al-Mukminun Ayat 53]

Kita perlu selalu membaca dan merenungkan ayat ini secara rutin dan terus menerus disertai muhasabah, koreksi dan mawas diri;

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” [QS 53 An-Najm Ayat 32]

Hanya Allah Yang Maha Tahu siapa yang terbaik diantara kita di SisiNya. Ada satu berhala dalam diri kita semua yang harus kita hancurkan, yaitu; NAFSU..!!!

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah menyesatkannya berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [QS 45 Al-Jatsiyah Ayat 23]

Tentang Diriku..

Daku hanyalah seorang hamba yang miskin papa di hadapanNya,dosa-dosaku teramat sangat banyak,amal ketaatanku teramat sangat sedikit,hatiku selalu berbolak-balik, perjalananku cukup jauh,bekalku belum mencukupi,ajalku telah dekat, harapanku Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang berkenan mengasihi lagi menyayangiku..

Ayat Harapanku..”Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS 39 Az-Zumar Ayat 53]

Ya Allah, ampunilah semua kejahilan hamba dan bimbinglah hamba istiqomah di jalanMu yang lurus..[Ustaz Abdullah Sholeh Hadrami, Lc.]

————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Share Aplikasi Andoid ini ke Sahabat dan keluarga Anda lainnya
agar mereka juga mendapatkan manfaat!

3 Macam Syariat Sebelum Islam

ADA pelajaran penting yang patut dipahami. Syariat sebelum Islam atau syariat yang dibawa oleh nabi sebelum Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam terbagi menjadi tiga :

1. Ajaran yang dibenarkan oleh syariat Islam, maka ajaran ini shohih dan diterima

2. Ajaran yang dibatalkan oleh syariat Islam, maka ajaran ini bathil dan tertolak

3. Ajaran yang tidak diketahui dibenarkan atau disalahkan oleh syariat Islam, maka sikap kita adalah tawaqquf (berdiam diri, tidak berkomentar apa-apa). Namun, apabila perkataan semacam ini ingin disampaikan kepada manusia dalam rangka sebagai nasehat dan semacamnya maka hal ini tidaklah mengapa, dengan syarat tidak dianggap bahwa perkataan itu multak benar. (Lihat Syarh Arbain Syaikh Ibnu Utsaimin, hlm. 207-208)

Rasa malu merupakan bentuk keimanan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Malu merupakan bagian dari keimanan.” (HR. Muslim, no. 161)

Rasa malu ini juga dipuji oleh Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Malu dan Maha Menutupi, Allah cinta kepada sifat malu dan tertutup, maka jika salah seorang di antara kalian itu mandi maka hendaklah menutupi diri.” (HR. Abu Daud no. 4014, dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)

 

INILAH MOZAIK

Kenapa Allah tak Menghukum Qabil yang Bunuh Habil?

SETELAH Qabil membunuh Habil karena iri dan dengki, apakah Allah langsung menimpakan hukuman kepada Qabil? Tidak!

Secara fisik atau jasmaniyah, Allah tidak langsung menghukum Qabil di dunia dengan azab, tapi Allah menetapkan bahwa Qabil mendapat dosa yang besar yang tak seorangpun di antara kita sanggup menanggung seperti yang ditanggung Qabil.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah seorang jiwa dibunuh secara zalim, kecuali anak Adam yang pertama (Qabil) ikut menanggung darahnya, karena ia adalah orang yang pertama mencontohkan pembunuhan.” (HR. Al Bukhari). Namun demikian, Allah menimpakan kerugian dan penyesalan kepada hati Qabil di dunia.

Kembali ke pertanyaan awal, bahkan setelah Qabil membunuh Habil, Allah mengutus burung gagak untuk menunjukkan pada Qabil cara menyelenggarakan jenazah saudaranya:

“Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal.”

Betapa Allah Maha Rahmat akan hambaNya, Dia maha Kuasa dan Maha Mampu, langsung menurunkan adzab untuk menghukum Qabil, tapi Allah justru mengutus burung gagak untuk menunjuki orang yang tersesat jalan itu (Qabil) dan tidak tahu apa yang harus dia perbuat terhadap jenazah saudaranya.

Mesti dicatat, bahwa Allah tidak mengutus kepada Qabil malaikat untuk mengajarinya langsung cara mengurus jenzah saudaranya, tapi cukup mengutus burung gagak saja, agar tidak dikesankan bahwa Allah dan malaikat-malaikat-Nya rida atas pembunuhan itu.

Lebih luas, penulis dapat katakan; Kafirin Barat adalah orang-orang yang celaka dan tersesat, namun Allah tidak langsung mengazab mereka di dunia. Bahkan Allah memberi dan menunjuki mereka ilmu pengetahuan dan teknologi, namun bukan berarti ketika Allah memberi mereka IPTEK itu, Allah rida kepada mereka. Allahu alam bish shawab[Ustaz Aly Raihan El Mishry/Fimadani]

 

INILAH MOZAIK

Alasan Rasulullah Disusui di Pedesaan

PELAJARAN dari Persusuan Nabi shallallahu alaihi wa sallam hingga Dibawa ke Desa. Kita dapat simpulkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sengaja dibawa ke desa dari kota untuk disusui sebagaimana menjadi kebiasaan tokoh-tokoh Arab. Apa sebab Nabi shallallahu alaihi wa sallam disusui di pedesaan? Berikut beberapa alasannya.

1- Untuk menghindari polusi pergaulan kota dan untuk menghirup udara segar pedesaan. Apalagi kota Mekkah saat itu didatangi oleh banyak pengunjung yang berasal dari penjuru dunia dengan beragam jenis manusianya. Mereka datang untuk menunaikan haji, kunjungan hingga berdagang dan lainnya. Kondisi tersebut berpotensi mengotori pergaulan dan moral.

2- Bayi yang dikirim untuk diasuh di pedalaman dimaksudkan untuk membiasakan mereka berbahasa Arab yang bagus dan untuk menghindari kesalahan dalam berbahasa Arab. Pelajarannya, penting bagi kita untuk menjaga murninya bahasa Arab yang merupakan bahasa dari kitab suci kita.

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan tentang hukum mempelajari bahasa Arab, “Dan juga perlu dipahami bahwa bahasa Arab itu sendiri adalah bagian dari agama. Mempelajarinya adalah fardhu wajib. Karena untuk memahami Al-Quran dan As-Sunnah itu wajib. Memahaminya tidaklah bisa kecuali dengan memahami bahasa Arab. Sedangkan kaedah menyatakan, Sesuatu yang wajib yang tidak bisa terpenuhi kecuali dengannya, maka itu dihukumi wajib. Kemudian untuk mempelajarinya tadi, ada yang hukumnya fardhu ain dan ada yang hukumnya fardhu kifayah.” (Iqtidha Ash-Shirath Al-Mustaqim, 1: 527)

3- Allah menakdirkan Halimah radhiyallahu anha untuk menyusui dengan cara yang tidak mudah. Setelah bertekad untuk meninggalkan Mekkah, dia kembali untuk mengambil Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Karena awalnya tidak suka. Tetapi setelah berada di pangkuannya dan mendapatkan keberkahan baginya dan keluarganya, dia bertekad untuk tidak melepaskan anak yang pada mulanya ditolak disusun oleh semua wanita.

Kita bisa bayangkan bagaimana kondisi Halimah yang mengambilnya dalam kondisi tidak tulus, tatkala dia berbisik pada dirinya, “Sudah merupakan nasib saya, semua wanita yang lain telah mendapatkan tujuannya terkecuali saya.” Dia lalai dari kebaikan yang telah disiapkan nantinya yang ia tidak tahu. Alangkah banyaknya fenomena seperti ini yang kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari, kita tergesa-gesa dalam memohon dan mengharapkan sesuatu, padahal kita tidak mengetahui di mana letak kebaikan itu.

Harusnya kita semua ingat akan firman Allah, “Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa:19).

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Ada pelajaran penting yang disampaikan oleh sahabat Ibnu Masud radhiyallahu anhu, “Sesungguhnya seorang hamba ada yang berharap sesuatu dari perniagaan atau kepemimpinan hingga dimudahkan baginya, kemudian Allah memalingkan nikmatnya itu kepadanya. Kemudian Allah berkata kepada malaikat, “Palingkan dia dari keinginannya itu karena jika Aku mengabulkan keinginannya, maka Aku akan memasukannya ke dalam neraka.” Oleh karena itu, Allah pun menjauhkannya dari keinginannya itu, tetapi hamba itu masih saja berkata, “Fulan telah mengalahkan saya, sungguh untunglah Fulan dibandingkan saya, walaupun pada hakikatnya itu adalah karunia dari Allah azza wa jalla.” (Jami Al-Ulum wa Al-Hikam, 1: 470)

 

INILAH MOZAIK

Dua Kiai di Balik Gelora Bung Karno

Tahun ini, Indonesia kembali menjadi tuan rumah event olahraga terbesar di Asia, Asian Games. Untuk menyambut gelaran ke-18 perlombaan berbagai cabang olahraga antarnegara tersebut, Pemerintah Indonesia merenovasi Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Presiden Joko Widodo pun telah meresmikan stadion yang selesai dibangun pertama kali pada 1962 itu pada Ahad (14/1).

Di balik kemegahan bangunan Gelora Bung Karno, ternyata tersimpan kontribusi dua ulama cum politisi yang berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), yaitu KH Saifuddin Zuhri dan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Keduanya yang memberi nama sekaligus mempertahankan kompleks olahraga terbesar di Indonesia itu.

Seperti dilansir dari laman, NU.or.id,  saat akan diresmikan oleh Presiden Sukarno pada 1962 kawasan yang berdiri di atas lahan seluas 270 hektare itu belum memiliki nama. Pada suatu pagi di serambi belakang Istana Merdeka, Bung Karno bersama beberapa menteri sedang membicarakan hal tersebut. Hadir di antaranya Menteri Dalam Negeri Soemarno, Menteri Olahraga Maladi, dan beberapa pejabat lainnya, termasuk Menteri Agama kala itu KH Saifuddin Zuhri.

Dalam perbincangan tersebut, hampir disepakati sebuah nama untuk kompleks tersebut, yaitu Pusat Olah Raga Bung Karno. Tetapi, sebagaimana tertulis dalam Authorized KH. Saifuddin Zuhri: Berangkat dari Pesantren (LKiS: 2013), usulan tersebut disanggah oleh KH Saifuddin (ayah Menteri Agama RI saat ini, Lukman Hakim Saifuddin).

“Nama itu tidak cocok dengan sifat dan tujuan olahraga,” komentar Kiai Saifuddin. Semua mata tertuju kepadanya seakan tampak tak senang dengan sanggahannya tersebut.

“Mengapa?” selidik Bung Karno.

“Kata ‘pusat’ pada kalimat ‘Pusat Olah Raga’ itu kedengarannya kok statis, tidak dinamis seperti tujuan kita menggerakkan olahraga,” jawab Kiai Saifuddin.

“Usulkan nama gantinya kalau begitu!” sergah Bung Karno.

“Nama ‘Gelanggang Olah Raga’ lebih cocok dan lebih dinamis,” usulnya.

“Nama Gelanggang Olah Raga Bung Karno kalau disingkat menjadi Gelora Bung Karno! Kan mencerminkan dinamika sesuai dengan tujuan olahraga,” jelasnya lebih lanjut.

“Waah, itu nama yang hebat. Saya setuju!” ungkap Bung Karno.

Saat itu pula, Bung Karno memerintahkan Menpora Maladi untuk mengganti nama tempat tersebut menjadi Gelora Bung Karno. Pada kesempatan itu pula, Kiai Saifuddin mengusulkan pemerintah untuk membangun masjid di areal GBK. Usul itupun diterima oleh Bung Karno.

Tetapi, seiring dinamika politik yang mendera Indonesia, nama Gelora Bung Karno terusik. Pergantian rezim dari Orde Lama ke Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto melakukan upaya massif untuk menghilangkan peran Presiden Sukarno. Proses de-sukarnoisasi itu pun menimpa pada penamaan Gelora Bung Karno.

Pada 1989, Presiden Suharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 4 yang berisi tentang pergantian nama Gelora Bung Karno menjadi Stadion Utama Senayan. Yayasan pengelolanya pun diubah dari Yayasan Gelora Bung Karno menjadi Yayasan Gelanggang Olahraga.

Tentu saja, kebijakan tersebut menghilangkan spirit sekaligus nilai historis dari kompleks olahraga tersebut. Tak banyak pihak yang berani menentang meski pada dasarnya banyak yang tak sepakat. Sikap represif pemerintah terhadap perbedaan pendapat memaksa pelbagai pihak yang keberatan untuk tutup mulut. Tak berani memprotesnya.

Suara-suara untuk mengembalikan nama Gelora Bung Karno kembali mencuat lebih dari satu dekade kemudian. Setelah Orde Baru lengser dan kepemimpinan Republik Indonesia berada di tangan seorang ulama mantan Ketua PBNU tiga periode, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), usulan itu muncul.

Usulan pergantian nama itu, pertama kali muncul saat digelar rapat dengar pendapat antara Komisi I DPR dan Mensesneg kala itu, yang juga menjadi Ketua Badan Pengelola Gelora Senayan (BPGS) pada 24 Oktober 2000. Usulan tersebut, kemudian direspon Presiden Abdurrahman Wahid pada saat menghadiri HUT PDI Perjuangan ke-28 di Stadion Utama Senayan, pada 14 Januari 2001.

Apa yang dijanjikan oleh Gus Dur tersebut lantas ditindaklanjuti beberapa waktu kemudian. Ia mengeluarkan Keputusan Presiden No. 7 tahun 2001 tentang pengalihan nama dari Stadion Utama Senayan kembali ke nama awal, Gelora Bung Karno.

 

REPUBLIKA

Minum Kencing Unta Viral, Ketua MUI: Kalau Saya Sih Jijik

Video Ustaz Bachtiar Nasir (UBN) menjadi viral di media sosial karena dalam video tersebut UBN meminum air kencing unta. Warganet pun ramai memperbincangkan hukum meminum air kencing tersebut hingga menjadi trending topik di Twitter belum lama ini.

Menanggapi hal itu, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama (MUI), KH Cholil Nafis, mengatakan ulama berbeda pendapat terkait hukum meminum air kencing unta. Namun, menurut dia, secara pribadi dirinya merasa jijik untuk meminum air kencing unta.

“Ya memang ada yang tak jijik dengan kencing unta. Kalau saya pribadi sih jijik,” ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (7/1).

KH Cholil menuturkan, jika dilihat dari persepektif kesehatan memang ada hadis nabi yang menceritakan bahwa ada sahabat nabi yang sakit pencernaan. Karena perubahan cuaca lalu mengobatinya dengan minum air kencing unta.

Namun, menurut Kiai Cholil, berdasarkan jumhur ulama khususnya mazhab Asy-Syafiiyah dan Al-Hanafiyah dijelaskan bahwa semua benda yang keluar dari tubuh hewan lewat kemaluan depan atau belakang hukumnya benda najis.

Ia mengatakan, air kencing dan kotoran hewan hukumnya najis didasarkam pada sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:

Nabi SAW meminta kepada Ibnu Mas’ud sebuah batu untuk istinja, namun diberikan dua batu dan sebuah lagi yang terbuat dari kotoran (tahi). Maka beliau mengambil kedua batu itu dan membuang tahi dan berkata,”Yang ini najis”. (HR. Bukhari).

Baju itu dicuci dari kotoran, kencing, muntah, darah, dan mani. (HR. Al-Baihaqi dan Ad-Daruquthny).

Sementara, ulama yang yang membolehkan meminum air kencing dan kotoran hewan berdasarkan pada pandangan Mazhab Al-Hanabilah atau Mazhab Hambali. Pendapat mazhab Hambali menyebutkan bahwa air kencing dan kotoran hewan yang halal dagingnya, atau halal air susunya, bukan termasuk benda najis.

KH Cholil mencontohkan seperti kotoran ayam, kotoran kambing, sapi, kerbau, rusa, kelinci, bebek, angsa dan semua hewan yang halal dagingnya. Berdasarkan mazhab Hambali, maka air kencing dan kotorannya tidak najis.

Sementara, umat Islam Indonesia sendiri yang sejak kecil sudah terbiasa dengan pandangan mazhab fiqih Asy-Syafiiyah, tetap saja memandang bahwa air kencing dan kotoran hewan seluruhnya adalah benda-benda najis.

Namun, bagi orang-orang yang terdidik dengan mazhab Hambali seperti di Saudi Arabia, air kencing dan kotoran unta, kambing, sapi dan sejenisnya, dianggap biasa-biasa saja.

Menurut KH Cholil, saat Rasulullah SAW membolehkan seorang sahabat yang meminum air kencing unta sebagai pengobatan, dalam pandangan mereka hal itu terjadi karena darurat saja. Namun, meminum air kencing unta sejatinya bukan hal yang lazim dilakukan setiap hari.

Seperti diketahui, persoalan fikih ini menjadi perbincangan hangat di Indonesia setelah Ustaz Bachtiar Nasir meminum air kencing unta dalam sebuah video yang diambil di Hudaibiyah Camel Farm, Makkah, Arab Saudi.

Video tersebut diunggah di akun instagram @bachtiarnasir pada Rabu (3/1) lalu. Dalam video tersebut Ustaz Bachtiar Nasir menyebutkan bahwa botol berisi air kencing unta itu mengandung obat. Sebelum meminumnya, Ustaz Bachtiar mencapurnya dengan air susu unta.

Ustaz Bachtiar mengatakan bahwa minuman tersebut berkhasiat untuk menyembuhkan kanker dan baik untuk pencernaan. “Rasanya agak-agak pahit-pahit sedikit,” kata Ustaz Bachtiar Nasir dalam video tersebut.

 

REPUBLIKA

Nikahilah Wanita karena Agamanya!

SAYYIDINA Ali bin Abi Thalib RA pernah berkata tentang wanita. Beliau menghormati, menghargai, menjunjung tinggi harkat mereka. Itulah sebabnya, sebelum Sayyidah Fatimah RA meninggal, beliau menahan baiatnya kepada Khalifah Abu Bakar RA.

Beliau berkata:

Sesungguhnya wanita (sanggup) menyembunyikan cinta selama empat puluh tahun, namun dia tidak (sanggup) menyembunyikan kebencian walaupun hanya sesaat.”

Sesungguhnya Allah menciptakan wanita dari kelemahan dan aurat. Maka, obatilah kelemahan mereka dengan diam, dan tutupilah aurat itu dengan menempatkannya di rumah.

Sebaik-baik perangai wanita adalah seburuk-buruk perangai laki-laki, yaitu: angkuh, penakut, dan kikir. Jika wanita angkuh, dia tidak akan memberi kuasa kepada nafsunya. Jika wanita itu kikir, dia akan menjaga hartanya dan harta suaminya. Dan jika wanita itu penakut, dia akan takut dari segala sesuatu yang menimpanya.

Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, karena mungkin saja kecantikannya akan membinasakannya. Dan jangan pula kalian menikahi wanita karena hartanya, karena mungkin saja hartanya akan menjadikannya bersikap sewenang-wenang. Akan tetapi, nikahilah wanita itu karena agamanya. Sungguh, seorang budak wanita hitam yang putus hidungnya, tetapi kuat agamanya, dia lebih utama.

Aib yang terdapat pada seorang wanita akan terus ada selamanya. Aib ini juga akan menimpa anak-anaknya setelah menimpa ayah mereka.

Kecemburuan seorang wanita adalah kekufuran, sedangkan kecemburuan seorang laki-laki adalah keimanan.Amma Badu.

Wahai penduduk Irak, sesungguhnya kalian ini seperti perempuan yang mengandung. Dia lama mengandung bayinya, ketika telah sempurna kandungannya, dia melahirkan bayinya dalam keadaan mati, lalu meninggal pula suaminya dan dia pun lama menjanda. Kemudian yang mewarisi dirinya adalah orang yang jauh (kekerabatannya) dengannya.

 

INILAH MOZAIK