Cara Rasulullah SAW dalam Menyikapi LGBT

Eksistensi kaum LGBT sudah terjadi pada zaman Nabi Luth AS. Kaum ini pun kembali ada pada masa Rasulullah SAW. Karena Rasulullah SAW merupakan uswatun hasanah, sudah selayaknya kita meng ikuti Nabi SAW dalam menyikapi kaum tersebut.

Dalam kitab sahih disebutkan melalui hadis Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah RA bahwa dahulu ada seorang lelaki banci yang biasa masuk menemui istri Rasulullah SAW. Mereka menganggapnya termasuk orang lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita. Pada suatu hari Nabi SAW masuk ke dalam rumahnya, sedangkan lelaki tersebut sedang menggambarkan perihal seorang wanita.

Lelaki itu mengatakan bahwa wanita ter sebut apabila datang, maka melangkah dengan langkah yang lemah gemulai. Apa bila pergi, ia melangkah dengan lemah ge mulai disertai dengan goyangan pantatnya. Maka, Rasulullah SAW bersabda: Bukan kah kulihat orang ini mengetahui apa yang ada di sini? Jangan biarkan orang ini masuk menemui kalian! Maka Rasulullah SAW mengusir lelaki itu, kemudian lelaki itu tinggal di Padang Sahara. Dia masuk (ke dalam kota) setiap hari Jumat untuk mengemis meminta makanan.

Imam Ahmad meriwayatkan hadis yang bersumber dari Ummu Salamah. Dia me nga takan, Rasulullah SAW masuk ke rumah nya. Ketika itu, di hadapan Ummu Salamah dan Abdullah ibnu Abu Umayyah (saudara laki-laki Ummu Salamah) terdapat lelaki banci.

Lelaki banci itu berkata, “Hai Abdul lah, jika Allah memberikan kemenangan kepadamu atas negeri (kota) Taif besok, ma ka boyonglah anak perempuan kalian. Karena sesungguhnya dia bila datang menghadap melangkah dengan langkah yang lemah gemulai, dan bila pergi, ia melangkah dengan lemah gemulai disertai dengan goyangan pantatnya.” Perkataan nya itu terdengar oleh Rasulullah SAW maka beliau bersabda kepada Ummu Sa lamah: “Jangan biarkan orang ini masuk menemuimu!”

Kita bisa menyimpulkan adanya hadis ini menunjukkan jika Rasulullah SAW tak menggolongkan kaum LGBT sebagai go longan dari ‘lelaki yang tak mempunyai keinginan’. Ini bisa terlihat jelas pada hadis yang bersumber dari Siti Aisyah di atas. Jika nabi menggolongkannya termasuk ‘lelaki yang tak mempunyai keinginan’, maka lelaki itu tak akan diusir karena dia mendapat pengecualian untuk bisa melihat aurat perempuan mukmin.

Bagaimana dengan QS al-Isra ayat 84 yang dimaknai sebagai keragaman orientasi seksual? Quraish Shihab menjelaskan, syakilah yang dimaksud dalam ayat ini pada mulanya digunakan untuk cabang pada satu jalan. Ibn ‘Asyur memahami kata ini dalam arti jalan atau kebiasaan yang dilakukan seseorang sementara Sayyid Quthb memahaminya dalam arti cara dan kecenderungan. Menurut Quraish, ayat ini menunjukkan bahwa setiap manusia me miliki kecenderungan, potensi, dan pembawaan yang menjadi pendorong aktivitasnya. Tidak ada tafsir keragaman orientasi seksual dari para ulama atas ayat ter sebut. Wallahu a’lam.

 

REPUBLIKA

Ini 5 Kalimat Munajat Ahli Ibadah

Para ahli ibadah adalah orang-orang yang senantiasa memelihara dirinya agar terhindar dari perbuatan maksiat. Mereka pun sangat khawatir dirinya melakukan hal-hal yang dapat merusak amal ibadahnya.

Hal itu yang antara lain dibahas dalam kitab Nashaihul ‘Ibad oleh Ustaz Muhajir Affandi MSi, yang juga dosen Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor.

“Ada lima kalimat munjat ahli ibadah,” kata Muhajir saat membahas maqolah ke-25 di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jumat (19/1).

Kelimat kalimat munajat tersebut, antaralain:

  1. “Wahai tuhanku, sesungguhnya tingginya angan-angan/ khayalan telah menipuku.”
  2. “Wahai tuhan kami, sesungguhnya cinta dunia telah membinasakanku.”
  3. “Wahai tuhanku, sesungguhnya setan telah menyesatkanku.”
  4. “Wahai tuhanku, nafsu amarah telah menghalangiku dari berbuat  taat kepada-Mu.”
  5. “Wahai tuhanku,  sahabat yang jahat telah mendorongku dalam berbuat maksiat.”

 

dikutip dari REPUBLIKA

MUI Terbitkan Pedoman Dakwah, Ini 4 Terobosannya

Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengesahkan sekaligus menerbitkan pedoman dakwah bagi para pelaku dakwah di Indonesia, Selasa (12/09/2017) di Jakarta.

Lewat pedoman dakwah ini, MUI memberikan empat terobosan baru. Yaitu, penetapan kriteria dan kompetensi pelaku dakwah; penetapan konten dakwah Islam yang berwawasan wasathiyahdalam bingkai ahlusunnah wal jamaah; serta penetapan model dan metode dakwah yang aktual, dinamis, dan bertanggung jawab.

Kemudian, terobosan keempat adalah penetapan adanya Dewan Etik Dakwah Nasional yang mengarahkan konten, dan mengawasi perilaku para dai dan lembaga penyiaran dakwah agar sesuai dan senafas dengan wawasan dakwah wasathiyah, baik tingkat nasional maupun lokal.

“Dengan adanya pedoman ini, Komisi Dakwah MUI memohon seluruh dai, aktivis dakwah, serta seluruh umat Islam untuk menyebarluaskan dan betul-betul menjadikannya pedoman dalam setiap aktivis dakwah,” demikian keterangan dilansir MUI.

Penelusuran hidayatullah.com pada dokumen yang dilampirkan, pedoman dakwah tersebut ditandatangani oleh Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin dan Sekretaris Jenderal Dr Anwar Abbas di Jakarta, 5 September 2017 lalu.

Tim Perumus Pedoman Dakwah MUI ini adalah KH Abdusshomad Buchori, Drs Sholahudin Al-Aiyub, KH Cholil Nafis, Fahmi Salim Lc, Drs Risman Mukhtar, Drs Ahmad Zubaidi, dan Dr Samsul Maarif.

Dokumen berjudul Pedoman Dakwah Komisi Dakwah MUI se-Indonesia ini terdiri dari 16 halaman. Dokumen tersebut bisa diunduh di sini.*

 

HIDAYATULLAH

UZR: Islam akan Jaya, Pastikan Kita Terlibat Dakwah

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Pusat, Ustadz Zaitun Rasmin yang juga Ketua Umum Wahdah Islamiyah, menegaskan, Islam akan jaya, baik dengan kita terlibat atau tidak sama sekali.

“Kafilah dakwah ini akan tetap jalan, dan kejayaan Islam pasti akan datang baik dengan kita ataupun tidak, maka yang terpenting adalah kita memastikan bahwa kita terlibat di dalam jalur dakwah ini,” terangnya kala berkunjung ke Pesantren Hidayatullah Manokwari Papua Barat belum lama ini, pekan kemarin (22/01/2018).

“Saya sangat bahagia bisa hadir di Hidayatullah Manokwari ini, sebab sejak lama saya mendengar bahwa Hidayatullah sudah sampai di daerah paling timur Indonesia untuk berdakwah,” imbuhnya.

Selanjutnya, ustadz yang populer dengan sebutan UZR itu memberi semangat kepada para santri.

“Kepada para santri tetap belajar dengan giat, beribadah dengan mantap dan taat kepada peraturan pesantren, sebab kita semua pengikut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam harus menghidupkan dakwah, karena pekerjaan paling mulia adalah dai dan ini pekerjaan para Rasul,” ulasnya.

“Dalam sejarah membuktikan bahwa apabila kejayaan Islam datang, maka agama yang lain bahkan makhluk lain akan merasakan kedamaian dan kesejahteraan. Sebagaimana sejarah Khalifah Umar bin Abdul Azis,” paparnya lebih lanjut.

Silaturahim UZR tersebut digelar pasca ia mengisi tabligh akbar yang diselenggarakan oleh MUI Papua Barat di Masjid Al-Falah Wosi Kabupaten Manokwari.* Imam N

 

Foto: Ustadz Zaitun Rasmin saat bersilaturahim ke Hidayatullah Manokwari, Papua Barat, Januari 2018

HIDAYATULAH

Lima Fakta di Balik Mencekamnya Gempa

Beberapa hari lalu, Selasa (23/1/2018), Jakarta dan sekitarnya diguncang gempa. Orang-orang berhamburan ketakutan menyelamatkan diri. Namun ada

1. Media sosial memperbincangkan hal yang sama

Mereka berhenti melakukan ujaran kebencian, twitwar atau menyebarkan hoaks. Mereka saling menanyakan kondisi satu sama lain baik lewat tulisan, gambar maupun video.

2. Orang-orang yang berada di dalam bangunan berhamburan keluar

Mereka berkumpul di titik kumpul. Membuat yang tadinya jarang bertegur sapa menjadi saling tegur sapa. Yang tadinya marahan menjadi baikan.

3. “Simulasi” Hari Kiamat

Orang-orang berhamburan ketakutan. Berlari lintang pukang. Menuruni tangga dari sekian lantai. Tidak sedikit membawa apa yang seharusnya dibawa. Ponsel, barang berharga bahkan ada yang tidak mengenakan alas kaki.

Ini mengingatkan kita akan guncangan besar di Hari Kiamat, yang mana seorang ibu yang sedang menyusui bayinya lalai akan bayinya.

Dalam Surah Al-Waqiah yaitu surat khusus tentang hari kiamat. Surat ayat 4-6 ini berarti:

إِذَا رُجَّتِ الأرْضُ رَجًّا (٤) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (٥) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (٦)

“Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya” (4)

“Dan gunung-gunung dihancurkan seluluh-luluhnya” (5)

“Maka jadilah ia debu yang beterbangan” (6)

4. Mengakui Kemahakuasaan Allah

Kemahakuasaan Allah memang tidak diragukan lagi. Bukti-buktinya banyak di dunia ini. Satu di antaranya kemunculan gempa. Ini menjadi pelajaran bagi yang tidak mempercayai keberadaan Allah maupun meragukan kemahakuasaan Allah. Kalau sudah seperti ini, kita bisa berkaca bahwa kita tak layak untuk sombong. Tidak ada daya dan upaya selain pertolongan dari Allah SWT.

5. Merenung tentang dosa

Mengapa Allah memberikan cobaan bernama gempa? Dosa apa yang telah diperbuat oleh kita, oleh bangsa kita? Apakah kita melegalkan sesuatu yang tidak disukai atau melanggar perintah Allah SWT? Muhasabah adalah jalan terbaik.

Wallahua’lam.

 

 

[Paramuda/BersamaDakwah]

Kopi dan Inspirasi Kehidupan

ADA pujangga Arab penyuka kopi yang bersastra di tegukan terakhir secangkir kopi pagi yang dihidangkan isterinya. Dengan tersenyum, endapan kopi yang pahit dan hitam itu menjelma menjadi inspirasi kehidupan yang dahsyat.

Dia berkata, “Di sana ada akhir yang pahit bagai kopi, namun membuatmu terjaga dan menjadi lebih hati-hati.”

Kopi. Ya, kopi. Ada yang tak suka kopi. Itu adalah bagian hak asasi yang dilindungi undang-undang. Jangan diprotes apalagi dihina sebagai tak berselera tinggi. Saya saat ini mulai menyenangi kopi, saat saudara baru saya menjelaskan jenis-jenis kopi, manfaat dan filsafatnya. Abah Haji Saimi adalah nama saudara baru saya ini.

Ingin sekali saya berbisnis kopi mengikuti jejaknya, namun langsung dihalanginya dengan berkata: “Jangan, itu bukan jalan kiai. Ada bisnis lain yang cocok untuk Anda.” Saya tunggu petuah bisnisnya, namun hingga kini kalimat halangan itu belum berlanjut menjadi fatwa.

Saya ingin terus bekerja dan berusaha karena saya tak ingin pesantren saya menjadi beban bagi santri dan wali santri. Saya ingin pesantren saya menjadi tempat menempa jiwa berwirausaha para santri, karena Rasulullah juga mengajarkan umatnya bekerja dan mendapatkan keberkahan dari pekerjaan itu. Salah satu tanda keberkahan kerja adalah semakin mendekatnya kerja dan hasil kerja kita kepada Allah.

Saat ini, saya dengan kopi. Dengan tersenyum ikhlas saya berdoa, semoga keberkahan selalu ada dalam hidup kita. Salam kopi, pahit tapi menyegarkan.

 

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Pasar dan Pengajian

SAYA hanya bisa geleng kepala, kagum dan terkesima, membaca cerita Syekh Habib al-Abid tentang semangat dan seriusnya masyarakat Bashrah zaman dulu dalam mengaji. Lalu saya badingkan dengan masyarakat zaman kini di manapun termasuk di lingkungan kita sendiri. Sangat kontradiksi. Sangat berbeda.

Beliau berkata: “Suatu hari saya berkunjung ke Bashrah dan saya langsung datang ke pasar. Ternyata hari itu pasar sedang tutup. Saya bertanya kepada penjaga pasar ada apa kok pasar ditutup, apakah ada hari raya atau perayaan tertentu di Bashrah yang saya tidak tahu? Orang itu menjawab bahwa tidak ada hari raya atau perayaan apapun, hanya saja hari ini Syekh Hasan Bashri sedang memberikan ceramah pengajian.”

Ternyata, saat ada pengajian, pasar pun di Bashrah ditutup demi mengagungkan agama Allah. SubhanALLAH, luar biasa. Bandingkan dengan di lingkungan kita, pasar pun pindah ke sekitar pengajian, membuka lapak baru di dalam pengajian. Melihat potensi pasar katanya. Ketika urusan agama terkalahkan, mungkinkah keberkahan diturunkan untuk kita?

Tenang. Jangan tersinggung dan tersindir. Tulisan ini sejatinya sebagai renungan untuk saya dan kita semua untuk lebih peduli pada urusan agama. Pengajian-pengajian yang mencerahkan, menyejukkan dan mendamaikan sungguh sangat dibutuhkan olen masyarakat modern yang rawan gempa ini. Gempa hati, yang saya maksudkan.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Bijak Menyikapi Pasangan

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Tiada apapun yang bisa menandingi kekuasaan-Nya, tiada apapun yang bisa menyaingi keagungan-Nya. Dialah Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui segala kebutuhan makhluk-Nya dan hanya Dia yang kuasa mencukupi seluruhnya. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Ruum [30] : 21)

Saudaraku, stress biasanya terjadi karena ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Banyak orang yang jadi tidak nyaman, bahkan tertekan disebabkan adanya ketidaksesuaian antara harapan yang diinginkan dengan kenyataan yang ada. Repotnya, harapannya kadang terlalu ideal, sedangkan kenyataan yang ada jauh dari harapan.

Ditambah lagi menyikapi kenyataan dengan negatif secara berlebihan sehingga stressnya tinggi melampaui kenyataan yang terjadi. Kenyataan yang ada di dalam perasaan, lebih buruk daripada kenyataan yang ada. Inilah yang sering terjadi, penyikapan yang tidak proporsional, khususnya dalam hubungan di antara suami dan istri. Suami kecewa terhadap istrinya, atau sebaliknya.

Padahal kebahagiaan tidaklah datang karena kelebihan-kelebihan pasangan kita. Demikian juga kesedihan, tidaklah muncul akibat kekurangan-kekurangan pasangan kita. Sedih dan bahagia itu lebih karena terampil atau tidaknya kita menyikapi kelebihan dan kekurangan pasangan kita. Sakinah, bahagia akan muncul manakala tepat menyikapi kelebihan dan kekurangan pasangan kita.

Melihat kelebihannya kita bersyukur dan tidak sombong. Melihat kekurangannya kita memposisikan diri sebagai pendamping dan penuntunnya. Karena pasangan kita adalah amanah dari Allah Swt. Hindari sikap menuntut terhadap pasangan kita, namun bersikaplah menuntun pasangan kita.

Sikap yang juga perlu kita biasakan terhadap pasangan kita adalah berterimakasih. Berterimakasih kepada manusia adalah salah satu cara kita bersyukur kepada Allah Swt. Pasangan kita adalah karunia yang teramat besar dari Allah Swt. Perhatikan pasangan kita, ia telah menyiapkan dirinya untuk menjadi pendamping kita, dengan segala kelebihan dan kekurangan kita. Membantu kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Menikah adalah gerbang awal yang akan mengantarkan kita pada pengetahuan tentang siapa pasangan kita seutuhnya. Akan lebih banyak kelebihan yang nampak, demikian juga akan lebih banyak kekurangan yang terlihat. Fokus kita adalah pada kelebihannya tanpa perlu melebih-lebihkan. Sedangkan kekurangannya adalah ladang amal bagi kita untuk memperbaikinya.

Membangun keluarga yang sakinah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bersikaplah ridho atas kelebihan dan kekurangan pasangan kita. Kemudian lanjutkan dengan memaksimalkan ikhtiar untuk mensyukuri kelebihan dan memperbaiki kekurangan. Semoga kita bersama pasangan kita tergolong pasangan-pasangan yang ada dalam ridho Allah Swt., meraih sakinah di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Rasulullah: Ngecat Rambut jangan Warna Hitam

NAMA lengkapnya adalah Usman bin Amr bin Kaab. Abu Quhafah adalah kuniyahnya. Salah satu putranya adalah khalifah pengganti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang juga mertua beliau.

Ya, Usman bin Amr adalah ayah dari Abdullah bin Usman. Siapa Abdullah bin Usman? Kita lebih mengenal beliau dengan nama Abu Bakr ash Shiddiq.

Abu Quhafah masuk Islam saat penaklukan Mekkah (futuh Makkah). Konon, saat Rasulullah SAW memasuki Mekkah, Abu Bakar menuntun ayahnya menemui Rasulullah untuk menyatakan keislaman dan berbaiat.

Setelah Abu Bakar mengenalkan ayahnya dan menyampaikan maksudnya masuk Islam, Rasulullah SAW berkata,”Biarkan saja orang tua ini diam di rumahnya. Aku yang akan menemuinya.”

Abu Bakar merasa bahagia nabi memperlakukan ayahnya dengan terhormat. Namun demikian ia berkata, “Dia yang lebih berhak untuk datang kepadamu ya Rasulullah.”

Jawab Nabi,” Aku menghargainya karena jasa-jasa anaknya.”

Imam Ahmad pernah menuliskan sebuah hadits berkaitan dengan Abu Quhafah. Hadits tersebut mengisahkan pernyataan pembantu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Anas bin Malik radhiyallahu anha, yang berkisah di hari baiat Abu Quhafah.

Tepat ketika Abu Quhafah menjulurkan tangannya pada Rasulillah untuk berbaiat, Abu Bakr menangis sesenggukan. Sahabat yang mulia ini berkata pada Rasul, “Lebih kusukai jika tangan pamanmu menggantikan tangannya, lalu dia masuk Islam dan dengan begitu Allah membuat engkau rela.” Sebagai penjelas, paman yang dimaksud oleh Abu Bakr adalah Abu Thalib. Dan kita tahu, bahwa Rasulullah begitu mencintai paman yang telah memberikan jasa besar bagi perkembangan dawah Islam di periode awal ini.

Ada satu hadits berkaitan dengan Abu Quhafah. Yakni ketika Nabi melihat rambutnya telah memutih, Nabi menasihatkan agar Abu Quhafah mengecat rambutnya. “Asal jangan dengan warna hitam,” sabda beliau. Di hari penaklukan Mekkah, di saat segala persoalan besar di depan mata, Rasul masih sempat berpikir hal-hal remeh seperti mengecat rambut. Subhanallah.

 

INILAH MOZAIK

Godaan Para Dai

Dai juga seorang manusia. Dia bisa saja tergelincir, tergoda rayuan materi dunia dan popularitas semu. Tak luput dia diuji kesabarannya dengan polah tingkah objek dakwah. Tak jarang juga dia diancam nyawanya. Godaan dan tantangan tersebut harus dilewati dai dengan baik.

Ustaz muda asal Bandung Erick Yusuf mengaku tak luput dari godaan kala berdakwah. Pria yang akrab disapa Kang Erick ini mengaku godaan terbesarnya adalah ditawari mendirikan pesantren.

Ia kerap dibujuk sebuah aliran dengan dana melimpah untuk bisa mendirikan pesantren. “Tapi, dengan syarat saya berdakwah jika aliran tersebut tidak sesat dan bagian dari Islam,” ungkap Kang Erick. Bersyukur, kata Kang Erick, ia masih diberi kekuatan untuk menolak tawaran itu.

Godaan lain yang ia rasakan adalah kala mendengarkan curahan hati seorang akhwat. Sebagai dai muda, tak sedikit jamaah akhwat yang merasa nyaman kala menceritakan masalahnya kepada pemrakarsa iHAQi itu.

Kadang, ia merasa setan menggodanya kala ada akhwat yang sedang meminta nasihat agama kepadanya. Buru-buru jika bisikan itu datang, Kang Erick mengucap istighfar.

Kang Erick berbagi tips, untuk mempertahankan diri dari godaan-godaan tersebut, ia memperbanyak zikir. “Dan, memperbanyak ibadah sunah,” ujarnya.

Wakil Sekretaris Jenderal MUI KH Tengku Zulkarnaen menjelaskan banyak godaan yang bisa menjebak para dai. Banyak dai yang populer, baik di media televisi maupun cetak, yang terkena penyakit sombong. Mereka lebih banyak berdakwah, tetapi lupa untuk kembali mengasah ilmu agamanya.

Mereka yang populer merasa bangga ketika jamaah yang duduk di taklimnya tumpah ruah. Namun, sangat kecewa, bahkan tersinggung jika yang datang padanya hanya satu dua orang. Padahal, tidak berbeda antara jamaah yang sedikit atau banyak. Hal terpenting adalah esensi dari dakwah itu sendiri.

Begitu juga dengan harta dunia yang didapatkan berkat kepopulerannya. Mereka yang merasakan manisnya amplop hasil ceramah lupa diri bahwa berdakwah bukanlah profesi.

“Bahkan, harga diri dai terluka ketika tanpa malu-malu menyindir jumlah amplop yang diterima banyak atau sedikit,” ujarnya.

Menurutnya, uang hasil ceramah yang diterima hukumnya makruh jika diterima cukup dengan kebutuhan makan. Namun, akan menjadi haram jika apa yang didapatkan melebihi kebutuhan makan.

Seharusnya, dai yang memiliki mobil mewah bermiliar-miliar dari hasil ceramah introspeksi diri. Pada saat jamaah mereka mengumpulkan uang tersebut dari hasil ketuk pintu rumah ke rumah.

Ustaz Tengku menyarankan seharusnya dai memiliki pekerjaan lain sehingga tidak menggantungkan dari amplop ceramah. Untuk menjaga diri, Ustaz Tengku menekankan dai harus membekali diri dengan doa dan ibadah malam.

Doa tidak hanya berdampak positif bagi diri sendiri, tetapi juga agar apa yang disampaikan berpengaruh pada bergetarnya hati objek dakwah.

Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Ihya Qalbun Salim di Ciputat, Dr Rusli Hasbi Lc MA, mengatakan berdakwah itu memiliki tiga tujuan. Tujuan tersebut, di antaranya mengajak orang berbuat baik, mengamalkan ibadah, dan memperkenalkan Islam.

Seorang dai harus paham benar dengan Islam, bukan orang yang baru belajar. “Bukan dai jika hanya pintar bicara tanpa mengamalkannya,” ujarnya.

Kepopuleran merupakan godaan dai saat ini. Jangan sampai seorang dai tidak tepat waktu melaksanakan shalat lima waktu karena harus shooting atau lelah karena terlalu sering berdakwah.

Menurut Dosen Fiqih UIN Syarif Hidayatullah ini, jika terlalu menggadaikan idealisme, dai bisa terjebak dalam kebutuhan industri semata. “Banyak dai yang berdakwah hanya untuk ketertarikan penonton dan menaikkan rating,” ujarnya.

Padahal, seorang dai harus memiliki sikap ikhlas. “Jika ustaz tersebut tidak menarik penonton dan menguntungkan, maka tidak diterima, tetapi jika menguntungkan akan terus dipakai,” ujarnya.

Popularitas saat ini memang penting. Tanpa media berdakwah, pesan dakwah akan berjalan lambat dan tidak tersebar.

Popularitas yang didapatkan dari masyarakat membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan media. Karenanya, media merupakan salah satu cara untuk mempercepat dakwah Islam.

Namun, pihaknya tidak setuju jika berdakwah dijadikan sebagai mata pencaharian. Rasulullah SAW pun dalam berdakwah tidak mendapatkan imbalan.

 

Oleh: Ajeng Retno Tejomukti

REPUBLIKA