Ini Sosok Anisa ex Cherrybelle Berhijab dan Kisah Hijrahnya

Dalam lawakannya yang dikecam netizen karena dinilai menista agama Islam, Joshua menyebut nama Anisa sebagai salah satu bahan lawakan. Hal itu Joshua lakukan saat me-roasting Cherly ex Cherribelle di Majelis Lucu Indonesia pada awal Oktober 2017 lalu.

“Dan yang gue bingung adalah, Cherly ini walaupun leader, dia gagal memanfaatkan kepemimpinannya untuk mendulang popularitas untuk dirinya sendiri. Terbukti jaman dulu, semua mata laki-laki tertujunya pada Anisa. Semuanya Anisa.”

“Padahal, skill nyanyi, yah tipis-tipis ya kan? Skill ngedance, tipis-tipis. Cantik, relatif, ya kan. Kenapa? Gue mikir, kenapa sih Anisa selalu unggul dari Cherly? Ah, sekarang gue ketemu jawabannya. Makanya Che, Islam” kata Joshua sambil tertawa dan lari-lari kecil.

“Karena, di Indonesia ini ada yang tidak bisa dikalahkan dengan kompetitor apapun; mayoritas, mayoritas,” pungkasnya seperti dikutip Tarbiyah.

Banyak netizen menilai lawakan itu menista agama Islam. Bahkan, Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) melaporkan Joshua ke Bareskrim Polri, Senin (8/1/2018).

Anisa Sudah Berhijab

Anisa Rahma kini telah berhijab. Ex personil Cherrybelle ini memutuskan untuk berhijab sejak Ramadan tahun 2016 lalu. Tidak seperti sebagian artis yang hanya berhijab pada bulan Ramadhan lalu melepasnya usai Idul Fitri, ia bertekad untuk berhijab selamanya.

Kini, jika kita membuka akun Instagram Anisa atau melihat Youtube-nya, terlihat artis cantik itu selalu mengenakan jilbab. Tak ada lagi satu pun penampilan baru yang terbuka rambutnya.

Di antara berita yang cukup menyita perhatian warganet adalah saat Jessyca Auryn ex Cherribelle menikah pada akhir April 2017. Pasalnya, pemberitaan yang muncul justru tentang sosok yang hadir di pesta pernikahan itu dengan berhijab.

“Ryn Eks Cherrybelle Menikah, Netizen Malah Fokus dengan Sosok Berhijab Ini, Siapa Ya?” Demikian salah satu judul berita media online nasional waktu itu.

Sosok berhijab yang dimaksud adalah Anisa Rahma.

Baca juga: Kisah Nyata Berhijab Setelah Membedah Mayat

Kisah Hijrah Tak Terduga Anisa

Kisah hijrah Anisa berhijab, menurutnya, terjadi secara singkat dan tak terduga. Ia menceritakan, dirinya memutuskan berhijab setelah melihat banyak muslimah lain yang konsisten berhijab. Lalu Anisa pun belajar tentang hijab dalam Islam.

Awalnya, ia melihat muslimah berhijab itu anggun, adem dan cantik. Ada semacam ketertarikan dalam dirinya. Itu yang membuatnya berupaya mempelajari hijab lalu tekadnya semakin menguat.

“Semenjak itu aku jadi pengen nyoba sendiri dan dibantu sama mama pake hijab. Beberapa hari aku perdalam lagi dan yakinin diri aku untuk mantap berhijab,” tuturnya mengenang kisah hijrah yang dimulai dari sepekan sebelum Ramadhan 2016. Artis kelahiran 12 Oktober 1990 itu kemudian mulai berhijab pada bulan Ramadhan. Saat yang tepat untuk berhijrah, menurutnya.

Aktif Vlog di Youtube

Anisa aktif bikin vlog dan kini akun Youtubenya Anisa Rahma Adi telah mendapatkan 16 ribu lebih subscribers. Dalam beberapa bulan terakhir, ia mengunggah satu video baru setiap pekan di akun Youtube tersebut.

Tentu saja, ia mengenakan hijab dalam seluruh video vlog tersebut. Beberapa videonya telah dilihat ratusan ribu penayangan. Temanya beragam mulai dari aktifitas sehari-hari hingga umroh dan aktifitas kuliah dan wisuda.

Salah satu video yang paling populer berjudul #LiveCover Red Flavor – Red Velvet. Video lain yang menarik perhatian adalah berjudul #Vlog 20 Ketemu Ria Ricis Si Ratu Squishy.

Anisa Bisnis Jilbab

Saat ini, pelantun lagu Loves is You itu juga menekuni bisnis. Sejalan dengan semangat hijrahnya berhijab, ia juga berbisnis hijab. Penjualan jilbabnya tidak hanya melayani seluruh penjuru tanah air, namun juga tembus ke mancanegara.

Anisa menggunakan inisial namanya sebagai merek hijab: ARhijab.

Ia berusaha terjun langsung dalam bisnis hijab tersebut mulai dari pembuatan desain hingga menentukan materialnya. Model jilbab ARhijab, menurutnya, sempat menjadi tren dan diikuti oleh produsen jilbab lainnya.

“Waktu zaman hijab instan booming aku jual yang bawahnya renda dan itu belum ada waktu itu, baru aku doang. Lama-lama semakin banyak, akhirnya menyebar dan banyak juga yang bikin mengikuti modelku, aku sih nggak apa-apa,” tuturnya seperti dikutip Detik.

Anisa mengaku suka yang simpel dan stylish untuk pemilihan model hijab sendiri. Ia berusaha membuat jilbab yang praktis tapi tetap kekinian. Ia sering membaca majalah fashion dan menelusuri internet untuk mencari inspirasi model hijab.

Jilbab produksi ARhijab dijual mulai dari Rp 85 ribu hingga Rp 170 ribuan. Sedangkan koleksi bajunya dibanderol mulai dari Rp 200 ribuan. [Ibnu K/BersamaDakwah]

BERSAMA DAKWAH

Inilah Pedoman bagi Istri, Niscaya Kamu Berbahagia

INI Syuraih al-Qadhi bersama istrinya. Syuraih adalah seorang tabiin yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab menjadi pejabat hakim di wilayah kekhalifahan Islam. Setelah Syuraih (seorang tabiin) menikah dengan seorang wanita bani Tamim, dia berkata kepada Syabi (seorang tabiin), “Wahai Syabi menikahlah dengan seorang wanita bani Tamim karena mereka adalah wanita.”

Syabi bertanya, “Bagaimana hal itu?” Syuraih bercerita, “Aku melewati kampung bani Tamim. Aku melihat seorang wanita duduk di atas tikar, di depannya duduk seorang wanita muda yang cantik. Aku meminta minum kepadanya.”

Wanita itu berkata kepadaku, “Minuman apa yang kamu sukai?” Aku menjawab, “Seadanya.” Wanita itu berkata, “Beri dia susu. Aku menduga dia orang asing.” Syuraih berkata, “Selesai minum aku melihat wanita muda itu. Aku mengaguminya. Aku bertanya kepada ibunya tentang wanita itu.”

Si ibu menjawab, “Anakku.” Aku bertanya, “Siapa?” (maksudnya siapa ayahnya dan bagaimana asal usulnya). Wanita itu menjawab, “Zaenab binti Hadhir dari bani Hanzhalah.” Aku bertanya, “Dia kosong atau berisi?” (maksudnya bersuami atau tidak).

Wanita itu menjawab, “Kosong.” Aku bertanya, “Kamu bersedia menikahkanku dengannya?” Wanita itu menjawab, “Ya, jika kamu kufu (sepadan).

Aku meninggalkannya pulang ke rumah untuk beristirahat siang, tetapi aku tidak bisa tidur. Selesai salat aku mengajak beberapa orang saudaraku dari kalangan orang-orang yang terhormat. Aku salat asar bersama mereka. Ternyata pamannya telah menunggu. Pamannya bertanya, “Wahai Abu Umayyah, apa keperluanmu?”

Aku menjelaskan keinginanku, lalu dia menikahkanku. Orang-orang memberiku ucapan selamat, kemudian acara selesai. Begitu sampai di rumah aku langsung menyesal. Aku berkata dalam hati, “Aku telah menikah dengan keluarga Arab yang paling keras dan kasar.” Aku ingat kepada wanita-wanita bani Tamim dan mereka keras hatinya.

Aku berniat menceraikannya, kemudian aku berubah pikiran. Jangan ditalak dulu, jika baik. Jika tidak, barulah ditalak. Berapa hari setelah itu para wanita Tamim datang mengantarkannya kepadaku. Ketika dia didudukkan di rumah, aku berkata kepadanya, “Istriku, termasuk sunah jika laki-laki bersatu dengan istrinya untuk salat dua rakaat dan dia pun demikian.”

Aku beridiri salat, kemudian aku menengok ke belakang, ternyata dia juga salat. Selesai salat para pelayannya menyiapkan pakaianku dan memakaikan jubah yang telah dicelup dengan minyak zafaran. Manakala rumah telah sepi, aku mendekatinya. Aku menjulurkan tangan ke arahnya. Dia berkata, “Tetaplah di tempatmu.”

Aku berkata kepada diriku, “Sebuah musibah telah menimpaku.” Aku memuji Allah dan membaca shalawat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Dia berkata, “Aku adalah wanita Arab. Demi Allah, aku tidak melangkah kecuali untuk perkara yang diridai Allah. Dan kamu adalah laki-laki asing, aku tidak mengenal akhlak kepribadianmu. Katakan apa yang kamu sukai, sehingga aku bisa melakukannya. Katakan apa yang kamu benci, sehingga aku bisa menjauhinya.”

Aku berkata kepadanya, “Aku suka ini dan ini (aku menyebut ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, dan makanan-makanan yang aku sukai) dan juga membenci ini dan ini.” Dia bertanya, “Jelaskan kepadaku tentang kerabatmu. Apakah kamu ingin mereka mengunjungimu?”

Aku menjawab, “Aku seorang hakim. Aku tidak mau mereka membuatku jenuh.” Aku melalui malam yang penuh kenikmatan. Aku tinggal bersamanya selama tiga hari. Kemudian aku pergi ke majlis pengadilan (mulai bekerja kembali). Tidak ada hari yang aku lalui tanpa kebaikan darinya.

Satu tahun kemudian (setelah pernikahan kami), tatkala aku pulang ke rumah, aku melihat seorang wanita tua yang memerintah dan melarang, ternyata itu adalah ibu mertuaku. Aku berkata kepada ibu mertuaku, “Selamat datang.”

Ibu mertua berkata, “Wahai Abu Umayyah, apa kabarmu?” Aku menjawab, “Baik, alhamdulillah.” Ibu mertua bertanya, “Bagaimana istrimu?” Aku menjawab, “Wanita terbaik dan teman yang menyenangkan. Ibu telah mendidiknya dengan baik dan mengajarkan budi pekerti dengan baik pula kepadanya.”

Ibu mertua berkata, “Seorang wanita tidak terlihat dalam suatu keadaan di mana prilakunya paling buruk kecuali dalam dua keadaan. Jika dia telah memperoleh tempat di sisi suaminya dan jika dia telah melahirkan anak. Jika kamu melihat sesuatu yang membuatmu marah darinya, maka pukullah (dengan pukulan yang membimbing, tidak membekas). Karena laki-laki tidak memperoleh keburukan di rumahnya kecuali dari wanita bodoh dan manja.”

Syuraih berkata, “Setahun sekali ibu mertuaku datang, dia pulang setelah bertanya kepadaku, Bagaimana menurutmu jika kerabatmu ingin mengunjungimu? Kujawab, Terserah mereka.” Dua puluh tahun aku bersamanya. Aku tidak pernah mencelanya atau marah kepadanya.

Inilah pedoman yang harus dimengerti dan dipahami dengan baik oleh seorang wanita, sebagai pijakan cahaya dalam hidupnya. Mengabdilah dengan baik kepada suamimu, niscaya kamu berbahagia dan mendapatkan suami yang berbahagia dan berhasil dalam pekerjaannya.

[Sumber: Ensiklopedi Kisah Generasi Salaf]

Islam Beri Perhatian Besar Kebugaran Tubuh

da banyak cara agar manusia bisa tetap sehat, salah satunya ber olah raga secara rutin. Dengan ber olah raga minimal 10 menit tiap hari, dapat mengurangi risiko stres. Olah raga yang dilakukan dengan santai, bisa memicu hormon yang baik da lam otak, seperti adrenalin, serotonin, dan dopamin. Fungsi hor mon-hormon tersebut membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

Islam juga menaruh perhatian besar pada kebugaran tubuh. Me miliki fisik yang kuat sangat baik bagi Muslim. Bila ditaksir secara realistis, sumbangsih yang bisa di beri kan oleh mereka bisa lebih besar. Meski, sekali lagi fisik bukan jamin an atas kesalihan atau ketakwaan seseorang. Sebuah riwayat dari Abu Hurairah ra menyebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Mukmin yang kuat lebih aku sukai dari Mukmin yang lemah.”

Saat perang Uhud berkecamuk, Samurah bin Jundub dan Rafi’ bin Khadij menghadap Rasulullah SAW. Mereka bermaksud ikut serta dalam peperangan yang berujung kekalah an pada umat Islam tersebut. Usia mereka, saat itu belum lewat 15 ta hun. Karena itulah, permohonan mereka ditolak Nabi SAW.

Tetapi, Rasulullah mendapat informasi, Rafi’ mahir memanah. Ke ahliannya itu menjadi pertimbangan pelibatannya di Perang Uhud. Men dengar kabar itu, Samurah protes dan tetap ingin berjihad. Ia pun lantas menyebutkan kalau ia jago ber gulat. Kemampuannya itu dibuk ti kan dengan menaklukkan Samurah dalam duel gulat. Rasulullah pun akhirnya menerima keduanya bergabung dalam pasukan Islam.

Para sahabat, konon juga memperhatikan pentingnya berolahraga. Umar bin Khattab salah satunya. Bahkan, ia pernah menyerukan para orang tua agar mengajarkan cabang olahraga renang, memanah, dan berkuda. Ketiga cabang itu ia nilai sangat bermanfaat dan mendukung perjuangan Islam di masa itu.

Karena manfaatnya yang besar itulah, berolahraga dalam Islam me rupakan bentuk upaya memelihara tubuh dari kerusakan. Menyepe le kan kesehatan, bisa berarti abai terhadap nikmat-Nya. Padahal, yang bersangkutan mampu menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan. Namun, ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan ketika hendak berolahraga.

 

REPUBLIKA

Fathu Makkah

Amnesti dikeluarkan dengan melepas kenangan betapa hebat siksaan yang diterima Rasulullah dan para sahabat pada awal masa kerasulan. Sepuluh ribu manusia bersenjata menderapkan langkahnya ke arah barat. Mereka tak tahu apa yang sedang mereka tuju.

Hanya segelintir orang saja yang sudah paham akan ke mana pasukan raksasa ini diarahkan.
Bahkan, orang sepenting Abu Bakar As-Shiddiq ikut dalam rasa penasaran. Dikutip dari buku Ketika Rasulullah Harus Berperangkarangan Prof Ali Muhammad Ash Shallabi, pasukan mini beranggotakan delapan orang yang dikirim terlebih dahulu ke lembah Idham membuat orang-orang semakin bertanya.

Pasukan di bawah pimpinan Abu Qatadah ini membuat orang berasumsi bahwa pasukan Muham mad akan menyerang Thaif. Padahal, pasukan itu sengaja diarahkan Muhammad untuk mengecoh kaum Quraisy tentang rencana besar ini. Bekal iman kepada Sang Rasul membuat mereka yakin.

Mereka tetap saja mengayuhkan langkah- nya tanpa banyak tanya. Meski demikian, rencana itu hampir saja bocor. Hathib bin Abu Balta’ah menulis surat untuk dikirimkan ke penduduk Makkah melalui tangan seorang perempuan. Isinya mengabarkan keberangkatan Rasulullah kepada mereka.

Rasulullah pun mengirim Ali bin Abu Thalib, Zubair dan Al- Miqdad untuk menangkap perempuan itu di Raudhah Khak. Jaraknya 12 mil dari Madinah. Utusan Ra sulullah itu pun mengancam akan memeriksa perempuan itu jika tidak menyerahkan surat tersebut.

Alhasil, dia tunduk kemu-dian mengeluarkan surat yang disimpan di pakaiannya untuk diserahkan kepada mereka. Pasukan pun terus berderap. Menjelang Makkah, sepuluh ribu obor dinyalakan.

Tepatnya di Marr Azh Zhahran, tempat pasukan Muslimin beristirahat dan makan malam.
Abu Sufyan, tokoh kunci kaum Quraisy pun berkata, Aku belum pernah melihat api dan pasukan seperti malam ini.

Badil bin Warqa, yang ikut menyertai Abu Sufyan mencari kabar tentang kehadiran kaum Muslimin menjawab, Demi Allah, ini Khuza’ah yang terbakar perang. Abu Sufyan menjawab, Khuza’ah lebih kecil dan lebih hina dari pasukan ini. Abu Sufyan lantas menemui Rasulullah pada keesokan pa ginya.

Dia pun menyatakan keislaman di hadapan nabi dan pamanda Abbas bin Abdul Muthalib.
Sadar bahwa Abu Sufyan merupakan tokoh yang menyukai kebanggaan, Nabi lantas memberikan kehormatan kepada Abu Sufyan atas saran Abbas. Barang siapa masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman.

Ba rang siapa menutup pintunya, dia aman. Dan barang siapa mema suki Masjidil Haram, dia aman. Pasukan itu tak tertahan.

Dari tiga penjuru, kaum Muslimin berhasil menguasai Makkah tanpa kecuali. Memang ada perlawanan dari Ikrimah bin Abu Jahal yang berhasil menggalang sekutu di sebuah daerah bernama Khandamah.

Namun, kekuatan mereka tak bisa menandingi keperkasaan Khalid bin Walid yang memimpin pasukan penyisir di sekitar lembah. Mereka lari tunggang langgang. Ikrimah yang berhasil lari ke Yaman kemudian kembali untuk menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah.

Rasulullah sampai di Makkah dengan sikap penuh tawadhu. Sam pai-sampai, dagunya hampir me nyentuh dada. Dalam kemenang an itu, Nabi yang mulia meng hancurkan berhala-berhala di dalam Ka’bah. Ketika itu, dia membacakan firman Allah dalam QS al-Isra:81. Kebenaran telah da tang dan yang batil telah lenyap.

Sungguh yang batil itu pasti lenyap. Nabi pun membacakan ayat lain yang tertera dalam QS Saba:49. Kebenaran itu telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) mengu- langi.

Lepas itu, Nabi pun menyuruh Bilal bin Rabah, seorang bekas budak yang pernah dihinakan kaum Quraisy karena keislamannya untuk mengumandangkan azan. Semua tertunduk khusyuk mendengarkannya penuh makna. Pengampunan umum diberikan kepada penduduk Makkah.

Amnesti dikeluarkan dengan melepas kenangan betapa hebat sik saan yang diterima Rasulullah dan para sahabat pada awal masa kerasulan. Kenangan pahit saat Nabi yang mulia dikejar-kejar kaum quraisy hingga harus bersembunyi di Gua Tsur, intimidasi kepada para sahabat hingga menyebabkan mereka tewas hingga blokade ekonomi yang dilakukan kepada kaum Muslimin.
Semua pe ristiwa itu seakan dilupakan Mu hammad dan para pengikutnya ketika Fathu Makkah tiba.

Amnesti dikeluarkan pada saat penduduk Makkah berkumpul di dekat Ka’bah.
Mereka menunggu hukum keputusan Rasulullah terkait nasib mereka.
Rasulullah pun bertanya, Menurut dugaan kalian, apakah yang akan aku lakukan terhadap kalian? Mereka men- jawab, Dugaan kami adalah baik karena engkau adalah saudara yang mulia dan anak orang mulia.

Rasulullah kemudian bersabda sambil mengutip firman Allah SWT. Pada hari ini, tidak ada cercaan terhadap kamu. Mudah-mudahan Allah mengampuni kalian. (QS Yusuf: 92).

Rakyat Makkah pun mendapatkan jaminan keamanan dari hukuman mati, tidak menjadi tawanan, harta bergerak ataupun harta tidak bergerak tetap menjadi milik mereka dan mereka terhindar dari hukum mem- bayar kharraj (pajak).

 

REPUBLIKA

Hikayat Mimpi

Mimpi disebut orang sebagai kembang ti dur. Tak tam pak secara ma teri, tetapi bisa dirasakan. Dunia medis me nyebut mimpi terjadi pada waktu tidur aktif. Tidur terjadi pada seperempat terakhir siklus tidur manusia. Kondisi ketika mata manusia bergerak cepat (rapid eye movement). Otak manusia pun berada dalam keadaan sa ngat aktif. Dalam kondisi ini, tubuh akan memulihkan dirinya sendiri. Otak akan me-refresh secara otomatis sehingga menjadi segar ketika bangun.

Kembali ke pembahasan me ngenai mimpi, tamu yang datang tanpa diundang ini menjadi ba han perbincangan manusia dari zaman purba hingga kini. Pada zaman Yunani kuno, mimpi di jadi kan sebagai penghubung an tara manusia dan dewa. Mimpi pun menjadi salah satu tanda dari kerasulan. Dari mimpi Nabi Ibra him AA saat mendapat wahyu untuk menyembelih Ismail hing ga kisah Rasulullah SAW.

Salah satu kisah yang diceritakan dalam Alquran adalah cerita Nabi Yusuf AS. Kisah yang disebut dalam QS Yusuf ayat 43- 45 itu menjelaskan tentang bagai mana Nabi Yusuf menakwilkan mimpi raja Mesir. Saat itu, sang raja melihat tujuh ekor sapi be tina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus. Di sisi lain, raja me nyaksikan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lain nya yang kering.

Saat raja meminta pendapat kepada para pembesar negeri, me reka hanya berkata itu adalah mimpi yang kosong. Imam Ibnu Katsir menafsirkan jika para pembesar itu mengungkapkan, mim pi raja hanya ilusi yang terbayang hingga terbawa dalam tidur.

Yusuf pun menakwilkan mim pi tersebut jika sang raja harus bercocok tanam tujuh tahun la ma nya sebagaimana biasa. Mimpi itu ditafsirkan dengan datangnya masa paceklik dan pentingnya per siapan menghadapinya. Mak sud dari perkataan Yusuf tersebut, ujar Ibnu Katsir, kelak akan datang musim subur dan banyak hujan selama tujuh tahun berturut- turut. Sapi ditakwilkan seba gai tahun karena sapi yang dipa kai untuk membajak tanah dan lahan yang digarap untuk menghasilkan buah dan tanaman, yak ni bulir-bulir gandum yang hijau.

Lantas, Yusuf pun memberi arahan kepada mereka apa yang harus dikerjakan dalam tujuh tahun ini. “Maka apa yang kalian panen hendaklah kalian biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk makan kalian.” (QS Yusuf: 47). Maknanya, betapapun hasil yang diperoleh dari panen pada musim subur selama tujuh tahun itu, mereka harus membiarkan hasilnya pada bulir-bulirnya. Dengan demikian, ini bisa disimpan da lam jangka waktu lama sehingga dapat menghindari kebusukan. Untuk gandum yang akan dima kan maka makanlah sekadarnya.

Dengan menyimpan itu, jum lah makanan dapat menutupi ke butuhan selama musim-musim pa ceklik selama tujuh tahun beri kut nya. Sapi-sapi kurus yang me makan sapi-sapi gemuk ditakwil kan sebagai musim paceklik sela ma tujuh tahun berturut-turut itu mengiringi musim-musim subur. Yusuf memang sudah diberi kan petunjuk berupa mimpi sejak kecil. Ketika itu, Nabi Yusuf me nyaksikan 11 bintang, matahari, dan rembulan sujud kepadanya. Sebelas bintang adalah saudarasaudaranya karena Nabi Yusuf merupakan anak ke-12. Matahari dan bulan merupakan lambang kedua orang tuanya.

Nabi Muhammad SAW juga cukup sering meriwayatkan ten tang mimpi. Hadis dari Abu Said al-Khudri, ia mendengar Nabi SAW bersabda, “Jika salah se orang di antara kalian memimpi kan sesuatu yang ia senangi, se be narnya mimpi tersebut ber asal dari Allah. Maka hendaklah ia memuji Allah karenanya dan ceritakanlah. Adapun jika ia ber mimpi sesuatu yang tidak disukai maka itu berasal dari setan. Dan hendaklah ia meminta perlin dung an dari keburukannya, dan jangan menceritakannya kepada orang lain sehingga tidak membahayakannya.” Merujuk kepada hadis di atas, Syekh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin menjelaskan, mimpi yang baik berasal dari Allah SWT.

Jika bermimpi sesuatu yang me nyenangkan, hendaknya men ceritakan kepada orang lain. Ha nya, orang yang akan mendegar kan cerita itu hendaknya orang yang disenangi agar ia tidak ditipu. Dalam hadis lainnya yang bersumber dari Abu Hurairah RA, “‘Tiada yang tersisa dari ke na bian selain kabar-kabar gem bira. Para sahabat bertanya, ‘Apa itu kabar-kabar gembira?’ Dia menjawab, ‘Mimpi yang baik.'” Mimpi sebagai bagian dari kenabian ditafsirkan al-Utsaimin, yakni mimpi merupakan bagian dari wahyu meski bukan wahyu sepenuhnya.

Sementara itu, mimpi buruk yang juga disebut dengan al- Hulm berasal dari setan. Mimpi buruk di sini, yakni memperlihatkan sesuatu hal menakutkan kepada seseorang. Contohnya, membunuh ayah sendiri, terbakar api menyala, atau mimpi menyeramkan lainnya. Dalam hadis ini, Rasulullah SAW pun memberikan dua cara untuk mengobati efek negatif mimpi buruk ini.

Pertama, berlindung kepada Allah dari keburukannya. Kedua, tidak menceritakan kepada siapa pun. Nabi SAW dalam hadis lain nya pun mewasiatkan agar kita meludah ke sisi kiri tempat tidur saat bermimpi buruk.

Rasulullah SAW sempat ber mimpi dan menakwilkan makna mimpi itu sendiri. Nabi SAW juga pernah menakwilkan mimpi sa ha bat. Dalam satu hadis, Nabi SAW bersabda, “Ketika tertidur, aku diberi gelas susu lantas aku minum sehingga kulihat sungai keluar dari kuku-kukuku. Kemu dian, sisanya aku berikan kepada Umar. Para sahabat bertanya ba gai mana menakwilkan mimpi ini. Itu adalah ilmu.” Dalam hadis lain nya, disebutkan jika Nabi SAW melihat kesegaran susu itu dari jemarinya. Kelebihannya pun diberikan kepada Umar bin Khattab.

Syekh al-Utsmain menjelaskan, korelasi antara susu dan ilmu, yakni susu merupakan mi numan, makanan, energi sekaligus manisan. Sementara ilmu adalah energi bagi jiwa manusia. Ilmu pun seperti manisan yang lezat. Mengingat seorang yang berilmu merasa tidak ada sesuatu lebih enak dari ilmu. Mimpi lain nya, yakni melihat baju dalam tidurnya. Ketika itu, Nabi SAW meihat manusia berbaju gamis. Ada yang sampai ke dada dan ada yang sampai lebih bawah dari dada. Umar bin Khattab melewati dengan memakai gamis yang ia seret. Saat ditanya para saha bat bagaimana menafsirkannya, Nabi SAW menjawab, “itulah agama!”

Nabi SAW bermimpi melihat Siti Aisyah sebanyak dua kali sebelum menikah. Dalam mimpi nya, ada seorang malaikat meng gen dong Aisyah dalam sebuah kain sutra. “… Maka aku berkata, ‘singkapkan kain ini!’ Lalu malaikat tersebut menyingkapkannya dan ternyata itu engkau. Maka aku katakan, ‘Jikalau ini benar-benar dari Allah maka berlangsunglah!’ Mimpi yang sama pun berulang kembali.

Sahabat Abdullah bin Salam pernah bermimpi seakan berada di taman yang memiliki tiang di bagian tengahnya. Di atas tiang itu terdapat tali. Kemudian, ada yang berkata, “Naiklah.” Abdul lah tidak bisa menaikinya. Lan tas, seorang pelayan mendatangi nya dan mengangkat pakaiannya.

Abdullah pun berpegang erat dengan tali itu. Tiba-tiba, Abdul lah terbangun dalam kondisi ma sih berpegangan di tali itu. Nabi SAW pun menakwilkan mimpi ter sebut “… Taman itu adalah Islam. Tiang itu adalah tiang Islam. Tali itu adalah tali yang kokoh. Engkau akan senantiasa memegang teguh Islam hingga engkau meninggal.”

Melihat Nabi SAW
Salah satu peluang kita me lihat Nabi SAW ada dalam mim pi. Rasulullah SAW mengungkapkan jika dirinya tak bisa diserupai oleh setan. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa melihatku dalam tidur, ia akan melihatku ketika terjaga (karena) se tan tidak bisa menyerupaiku.” Abu Abdillah mengatakan, Ibnu Sirin mengungkapkan, “Maksud nya jika ia melihat rupa beliau.”

Ibnu Sirin menjelaskan, meli hat Nabi SAW dalam mimpi me rupa kan sifat yang umum. Jika kita bermimpi melihat Rasulullah SAW sebelum kenabian atau setelahnya, kemudian kita yakin jika penampakan itu sebagaimana di gambarkan para ulama, itu ada lah Rasulullah SAW, Wallahu alam.

 

REPUBLIKA

Gelar Hujjatul Islam

Dalam tradisi keilmuan klasik, penggunaan gelar dan julukan berkembang di kalangan cendekiawan. Beberapa gelar di sematkan ke sejumlah tokoh sebagai bentuk penghormatan atas kapasitas keilmuwan seseorang. Misalnya, syaikhul Islam, mujaddid az zaman,dan sebutan lainnya. Di antara julukan yang masyhur dipakai adalah hujjatul Islam. Istilah tersebut berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, hujjah dan Islam. Penggabungan dua kata itu, mengutip Ensiklopedi Islam, diartikan dengan ‘pembela Islam’.

Gelar tersebut diberikan kepada para ulama yang berjasa mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran Islam dengan argumen yang sulit dipatahkan oleh lawan. Sesuai kata yang dipakai maka ulama yang diberi gelar itu berhasil bertindak sebagai penyanggah dari serangan-serangan yang ingin me rancukan ajaran Islam.

Penyerang yang dimaksud tak hanya datang dari pihak luar Islam, tetapi juga serangan yang muncul di internal Islam. Bila musuh datang dari dalam, biasanya mereka hendak menebarkan syirik, khurafat, dan takhayul atau pemahaman, serta tindakan yang berten tangan dengan kemurnian Islam.

Sepanjang sejarah Islam, terdapat dua nama yang mendapat gelar mulia ini, yaitu Abu Hamid al-Ghazali dan Taqiyyuddin Ibn Taimiyyah. Penyematan gelar kepada kedua tokoh itu bukan tanpa alasan kuat. Al Ghazali dikenal dengan pembelaannya yang mengagum kan terhadap Islam, terutama menyodorkan argumennya yang mematahkan ideologi kelompok Batiniah, salah satu sempalan dari Syiah.

Pemikiran al-Ghazali itu di abadikan di bukunya yang ber jdul Fadhaih Albathiniyyah ( Kekeliruan Batiniah). Ia tidak saja mengajukan argumentasi dari teks agama, tetapi juga mengemukakan argumen logika yang konsepsional, sistematis, dan memiliki muatan ilmiah yang berbobot. Bangunan pemikiran kokoh sosok yang wafat pada 555 H/1111 M itu tampak pula saat melakukan sanggahan atas gagasan para filsuf. Ada tiga hal yang digarisbawahi al- Ghazali, yaitu anggapan alam itu qadim, pembangkitan di akhirat hanya berupa rohani, dan pendapat mereka bahwa Allah tak mengetahui hal parsial juz’iyyat. Kekuatan sanggahan itu terekam dalam bukunya yang terkenal, yaitu Tahafut Al Falasifah.

Sedangkan, gelar hujjatul Islam identik pula dengan Ibnu Taimiyah. Pada 1299 M, ia pernah terlibat polemik teologis dan sufistis dengan orang yang berseberangan pandangan. Oleh lawannya, ia dituduh sebagai seorang mujassim, percaya bahwa Allah SWT memiliki bentuk fisik layaknya manusia. Sang gahannya itu terdokumentasikan secara apik di buku yang diberi nama Risalah al-Hamawiyah.

Berbeda konteks, kata hujjahjuga banyak dipakai sepanjang sejarah. Selain berarti argumen, kata hujjahjuga digunakan sebagai nama sebuah kelompok. Di Iran, terdapat sekte yang berjuluk Hujjatiyah. Sebuah mazhab pemi kir an religius konservatif dalam Syiah.

Berdiri pada awal 1950-an, seperti dikutip dari Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, pendiri awal Syekh Mahmud Halabi ber asal dari kalangan tradisional dan konservatif, demikian pula dengan para pengikutnya. Kelompok yang mulanya terkenal dengan sebutan Masyarakat Hujatiyah di Masyhad Iran itu, tersohor luas anti-Bahai. Sepanjang eksistensi nya di Iran, Hujjatiyah gencar melakukan ‘serangan’ terhadap Bahai.

Aktivitas ini menyebabkan intimidasi atas kaum Bahai di berbagai wilayah, seperti di Syiraz, Isfahan, Yazd, dan Ka syan. Hujjatiyah juga melakukan tekan an ke pemerintah agar mempersulit gerak-gerik mereka memiliki keterkait an dengan Bahai. Namun, seiring perjalanannya, terutama pascarevolusi Islam, pamor Hujjatiyah menurun. Pada musim panas 1983, muncul kampanye publik menentang Hujjatiyah. Sejak itu, keberadaan Hujjatiyah telah di abaikan.

 

REPUBLKA

Keutamaan Hari Jumat

Sejumlah hadis mengungkapkan, Jumat merupakan hari yang baik dan mempunyai keistimewaan. Rasulullah pernah bersabda, sebaik-baik hari di mana matahari terbit adalah Jumat. Pada hari itulah, Adam diciptakan dan pada waktu itu pula ia dimasukkan ke dalam surga. Pada hari yang sama, Adam juga dikeluarkan dari surga.

Kiamat pun, jelas Rasulullah dalam sabdanya, tidak akan terjadi melainkan pada hari Jumat. Ini adalah hadis riwayat Muslim, Abu Dawud, Nasa’I, serta Tirmidzi yang menyatakan kesahihan hadis tersebut. Sayyid Sabiq, mengutip hadis tersebut dalam bukunya, Fiqih Sunnah.

Terdapat hadis lain yang menerangkan hal serupa. Diceritakan Abu Lubanah al-Badri, Rasulullah bersabda bahwa pemimpin seluruh hari dalam setiap minggu adalah hari Jumat. Menurut Rasulullah, Jumat hari paling mulia di sisi Allah SWT bahkan lebih mulia dibandingkan Idul Fitri dan Idul Adha.

Pada hari Jumat, terjadi lima peristiwa besar. Pertama, Allah SWT menciptakan Adam, kedua, Allah menurunkan Adam ke bumi, ketiga, Allah mewafatkan Adam, keempat, pada hari Jumat itu ada suatu saat di mana tidak seorang hamba pun berdoa kepada-Nya melainkan Allah pasti akan mengabulkannya.

Tentu selama permintaan tersebut bukan sesuatu yang bersifat haram. Dan kelima, Jumat merupakan hari di mana kiamat akan terjadi. Oleh karena itu, tiada malaikat, langit, bumi, angin, gunung, atau lautan yang tak merasakan ketakutan ketika Jumat itu telah tiba. Sayyid Sabiq mengatakan, Iraqi menegaskan bahwa sanad hadis ini hasan.

Beberapa hadis pun mendorong umat Islam untuk melantunkan doa pada hari yang istimewa itu. Abu Sa’id dan Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa pada hari Jumat terdapat suatu saat di mana Muslim yang memohon kepada Allah pasti dikabulkan permohonannya.

Rasulullah mengungkapkan, saat itu adalah Ashar. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ahmad. Menurut Ahmad bin Hanbal, sebagian besar hadis yang ia terima menegaskan bahwa saat terkabulnya doa itu adalah setelah Ashar. Ada pula keterangan lain melalui hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang ia terima dari Abu Musa.

Ia menuturkan, dirinya pernah mendengar Rasulullah mengatakan saat makbulnya doa itu terjadi di antara waktu imam duduk di atas mimbar sampai selesai shalat. Namun, Sayyid Sabiq menjelaskan hadis tersebut mudtharib, yang berarti hadis terputus sanadnya.

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Kemenag: Abu Tours Sulit Berangkatkan 27 Ribu Jamaahnya

Biro perjalanan umrah dan haji ternama, Abu Tours dilaporkan kesulitan memberangkatkan puluhan ribu jamaahnya dalam program umrah. Kementerian Agama membenarkan laporan tersebut.

Direktur Umrah dan Haji Khusus Kemenag RI, Arfi Hatim mengatakan, ada 27 ribu jamaah yang tertahan berangkat. Ini merupakan imbas dari harga promo yang terlalu rendah dan tidak rasional sehingga Abu Tours kesulitan menutupi biaya.

Menurut informasi, Abu Tours menjual paket umrah dengan harga rendah sekitar Rp 14 juta per keberangkatan tahun lalu. Ini sebelum Kemenag merencanakan regulasi batas minimal biaya umrah yakni Rp  20 juta.

Sebanyak 27 ribu jamaah itu yang mendaftar dalam program promo umrah. “Sebanyak 27 ribu itu sesuai laporan dari pemiliknya, sekitar bulan September-Oktober, itu memang imbas promo,” kata Arfi pada Republika.co.id, Selasa (16/1).

Dia menyampaikan, Abu Tours telah dipanggil oleh Satgas yang terdiri dari Kemenag Kanwil Sulawesi Selatan, OJK, Bareskrim dan lainnya, beberapa bulan lalu terkait hal ini. Saat itu, mereka diultimatum untuk menghentikan promo harga di bawah pasaran.

Mereka juga diminta tetap bertanggung jawab memberangkatkan semua jamaah yang sudah daftar meski mundur. Dalam prosesnya, Arfi mengatakan, Abu Tours sempat mengalami kesulitan lanjutan. “Seperti ada masalah visa,” katanya.

Kemenag juga memanggil Abu Tours untuk mempertanyakan apakah ada kendala karena pajak yang baru-baru ini diterapkan Saudi. Menurut Arfi, Kemenag terus memantau segala perkembangan.

Masalah ditangani langsung secara teknis oleh Kemenag Kanwil Sulawesi Selatan. “Kami terus memantau perkembangan keberangkatan mereka juga ada evaluasi,” kata Arfi. Menurut data, Abu Tours sudah mulai berproses memberangkatkan jamaah sejak November.

 

IHRAM

Saudi Tetapkan Batas Usia Pendorong Kursi Roda

Pemerintah Arab Saudi menetapkan batas usia pendorong kursi roda di Masjidil Haram. Hanya orang yang berusia antara 25 dan 60 tahun yang diizinkan untuk mendorong kursi roda bagi jamaah haji dan umrah. Direktur layanan mobilitias pada Kepresidenan Dua Masjid Suci, Saleh Hossawee, mengatakan bahwa batas usia tersebut ditetapkan untuk memastikan kesehatan bagi jamaah dan pengunjung.

Menurutnya, banyak jamaah haji dan umrah mengeluhkan ketidakmampuan beberapa pendorong kursi roda untuk mencapai ujung jalur antara gunung Safa dan Marwa. “Ketika keluhan ini diulang, kepresidenan mengeluarkan keputusan untuk mencegah orang berusia di atas 60 tahun melakukan pekerjaan itu,” kata Hossawee, dilansir dari Arab News, Rabu (17/1).

Mendorong kursi roda adalah salah satu pekerjaan yang paling umum dilakukan untuk melayani jamaah dan memperbaiki kondisi kehidupan orang-orang yang menganggur.

 

REPUBLIKA