Kekuatan Ruhiyah Sang Dai

“Kalian akan mendakwahi manusia pada hari Jumat,” kata Hasan Al Banna saat memberikan pembekalan kepada calon khatib, “maka berpuasalah pada hari Kamis dan dirikanlah sholat tahajud di malam harinya.”

Hasan Al Banna menyadari betul bahwa mendakwahi manusia –termasuk khutbah Jumat- adalah proyek ilahiyah mengubah hati manusia. Dan sungguh tak ada yang kuasa mengubah hati kecuali Allah sendiri. Karenanya dalam tausiyahnya ia menekankan para dai untuk mendekat kepada Allah sedekat-dekatnya, hingga Dia berkenan menolong para daiNya. Membersamai dakwah dan khutbah mereka dengan hidayahNya.

Dan inilah rahasia kekuatan dakwah para dai Ikhwanul Muslimin waktu itu; kekuatan ruhiyah. Maka dalam waktu singkat orang-orang berbondong-bondong menyambut dakwah islamiyah yang digelorakan Ikhwanul Muslimin. Dalam waktu singkat terjadi pertumbuhan cepat. Masyarakat berubah. Tercelup dengan celupan dakwah.

Pabrik milik Inggris di Ismailiyah berubah menjadi seperti pesantren. Sebuah lokalisasi tutup dengan sendirinya setelah hampir semua pekerjanya bertaubat dan mendirikan ma’had untuk muslimah. Cabang dakwah Ikhwan menyebar dengan cepat ke puluhan kota di Mesir. Khutbah Jumat dan ceramah-ceramah dai Ikhwan ditunggu-tunggu. Umat seperti bertemu dengan oase yang telah lama mereka rindu.

Taujih Hasan Al Banna kepada para khatib untuk mengutamakan kekuatan ruhiyah itu sebenarnya berangkat dari pemahamannya yang syamil tentang dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Taujih kekuatan ruhiyah itu sebenarnya berangkat dari komitmennya untuk ittiba’ pada dakwah Nabinya.

Ketika Nabi Muhammad diutus menjadi Rasulullah dan diperintah untuk mendakwahi umat manusia, Allah menuntunnya untuk membangun kekuatan ruhiyah dengan taqarrub kepadaNya. Maka Ia turunkan firman-firman di fase awal dakwah Makkiyah:

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ . قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا . نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا . أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا . إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat…” (QS. Al Muzammil: 1–6)

Dua di antara amal membangun kekuatan ruhiyah itu adalah shalat malam dan tilawah. Dua hal ini pula yang diingatkan oleh Buya Hamka sebagai bekal dai saat beliau menafsirkan surat Al Ankabut ayat 45.

Maka ikhwah fillah… jika hari ini dakwah kita kurang disambut, periksalah kedekatan kita dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika seruan dakwah kita kurang didengar, periksalah hubungan kita dengan Allah Azza wa Jalla.

Sudahkah kita bangun di tengah malam atau di sepertiga malam untuk sholat dan bermunajat kepadaNya? Atau kita asyik mendengkur di atas kasur? Lalu bagaimana Allah akan memberikan kekuatanNya untuk mengubah umat manusia jika kita sendiri lalai, tak mendekat kepadaNya? Bisa saja kita beralasan kelelahan, tidur kemalamam karena aktifitas dakwah yang padat dan terlambat pulang. Namun, apakah Allah menerima alasan-alasan itu begitu saja?

Sudahkah kita mendawamkan tilawah? Atau hari-hari kita lewat begitu saja tanpa membaca firmanNya dengan tartil dan mentadabburinya? Lalu bagaimana Allah akan memberikan kekuatanNya pada kata-kata kita jika lisan kita tidak akrab dengan firmanNya? Bisa saja kita beralasan banyak kesibukan, tidak ada lagi waktu karena aktifitas pekerjaan dan agenda yang tak pernah berhenti. Namun, apakah Allah menerima alasan-alasan itu begitu saja? [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 

BERSAMA DAKWAH

Mesin Produksi Pahala Tanpa Henti

ORANG tidak mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan benar bisa disebabkan oleh dua kemungkinan:

Pertama, karena ia belum tahu ajaran yang benar, dan kedua, bisa jadi karena ia sudah tahu ajaran yang benar tapi tidak mau mengamalkannya karena minimnya kesadaran.

Berbicara masalah kesadaran, pernahkah jemaah sekalian menyadari bahwa sebenarnya kita dapat membeli mesin yang dapat memproduksi pahala secara non stop? Sekali dilakukan, maka kita tinggal duduk manis dan menerima pahala tanpa henti-hentinya sekalipun kita sudah meninggal dunia. Terkesan seperti sales memang.

Lalu apakah mesin penghasil pahala non stop tersebut? Mari kita baca kembali dan renungkan sekali lagi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga hal: shodakoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang saleh.”

Para ulama sepakat menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan sedekah jariah adalah wakaf. Amal inilah yang saya maksudkan dengan mesin penghasil pahala tanpa henti. Selain sebagai penghasil pahala, ada beberapa manfaat besar lain yang dapat kita peroleh jika kita mau mendermakan harta kita di jalan Allah Ta’ala:

Keuntungan Dunia:

  • Ditambah Rizkinya
  • Allah Ta’ala telah menjamin orang yang suka bersedekah tidak akan jatuh miskin. Justru orang yang bersedekah karena bersyukur akan ditambahkan rizkinya.
  • Disukai Allah, Manusia dan Surga.
  • Bersedekah adalah amal yang sangat disukai oleh tidak hanya Allah, tapi juga manusia dan dirindukan surga.
  • Menolak Bala.
  • Rasulullah pernah bersabda dalam sebuah hadis: as-shadaqat tadfaul bala (shadaqah itu menolak bala). Orang yang rajin bersedekah, termasuk dengan mewakafkan hartanya akan dijauhkan dari mara bahaya di dunia.
  • Menghindarkan dari Suul Khotimah
  • Amalan bersedekah juga mampu menghindarkan kita dari kematian yang Suul Khatimah. Suul Khatimah bermaksud kematian dalam keadaan yang tidak beriman. Rasul berkata, “Sesungguhnya sedekah itu akan memadamkan amarah Allah dan menghindarkan diri dari kematian yang buruk.”
  • Memperpanjang Umur.
  • Allah sendiri telah mengatakan kepada Rasulullah bahwa sedekah memang akan memanjangkan umur atau mampu menunda kematian seseorang.

Jadi keuntungan dari bersedekah banyak sekali, baik itu keuntungan dunia maupun akhirat. Terlebih jika menyedekahkan hartanya di jalan Allah dengan berwakaf, maka pahalanya akan terus mengalir sampai kapanpun selama harta tersebut digunakan. [hukumislam]

 

INILAH MOZAIK

Alasan Kenapa Para Nabi Menggembala Kambing?

IBNU Hajar rahimahullah berkata, para ulama berkata, “Hikmah di balik penggembalaan kambing sebelum masa kenabian tiba adalah agar mereka terbiasa mengatur kambing yang nanti dengan sendirinya akan terbiasa menangani problematika manusia.” (Fathu Al Bari 1/144)

Para nabi berprofesi sebagai penggembala kambing semenjak kecil, agar mereka menjadi penggembala manusia pada waktu mereka besar. Sebagaimana Musa dan Muhammad serta para nabi lainnya shalawatullahi Alaihim wa Salamuh, pada awal kehidupan mereka telah berhasil menjadi penggembala kambing yang baik, agar mengambil pelajaran setelah keberhasilan mengendalikan binatang ternak menuju keberhasilan mengurus anak cucu Adam dalam mengajak, memperbaiki dan mendakwahi mereka. Agar sang dai bisa sukses dalam berdakwah, maka perlu memiliki pengetahuan tentang pentingnya kesinambungan dan praktik secara langsung.

Dalam pekerjaan mengembala kambing terdapat pelajaran membiasakan diri untuk sifat menyantuni dan mengayomi. Tatkala mereka bersabar dalam mengembala dan mengumpulkannya setelah terpencar di padang gembalaan, mereka mendapat pelajaran bagaimana memahami perbedaan tabiat umat, perbedaan kemampuan akal. Dengan perbedaan tersebut maka yang membangkang mesti ditindak tegas dan yang lemah mesti disantuni.

Hal ini memudahkan bagi yang memiliki pengalaman seperti itu untuk menerima beban dakwah dibandingkan yang memulai dari langsung dari awal. Itulah awal pembelajaran bagi para Nabi dengan cara menghadapi tabiat yang berbeda, ada yang lemah, ada yang pincang dan bermaksud mendaki gunung, ada yang tidak mampu untuk melintasi lembah. Dari situ, dia mempelajari bagaimana meraih keinginan yang beragam sebagai pengantar untuk mengenal manusia dengan tujuan dan maksud yang juga beragam.

Para Nabi mengembala kambing semenjak mereka kecil dan mereka menyandarkan kehidupan mereka melalui usaha mereka, memberikan pesan tentang pentingnya seorang dai menggantungkan dirinya kepada Allah dan tidak menggantungkan hidupnya pada belas kasian orang lain.

Jika seorang menyandarkan dirinya kepada orang lain, maka anak terjadi basa basi, sementara dakwah tidak mengenal basa basi, dan seorang dai mesti menjauhkan dirinya dari pemberian dan sedekah orang lain.

Manusia tidak akan menerima dakwah orang yang pernah suatu hari menerima sedekah dan belas kasihannya, kemudian hari yang lain, dia menasehatinya dan memperingatinya agar tidak terlena dengan dunia.

Oleh karena itu, rezeki Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menjadi pembicaraan orang Quraisy, Rasulullah hidup di antara mereka dengan tidak meminta belas kasihan mereka, hal yang menyebabkan mereka setelah itu mengungkit jasa dan kebaikan mereka.

[Fikih Sirah, Prof.Dr.Zaid bin Abdul Karim az-Zaid]

INILAH MOZAIK

Halal-Haram Minyak Wangi Beralkohol Dipakai Salat

PARFUM yang sering disebut juga dengan minyak wangi adalah campuran minyak esensial dan senyawa aroma, fiksatif, dan pelarut yang digunakan sebagai pewangi pada tubuh manusia, obyek, atau ruangan.

Banyak orang-orang memakainya terutama kaum hawa untuk memaksimalkan penampilan mereka, dan agar terlihat lebih percaya diri (PD). Jenis minyak wangi pun banyak. Dan yang sering kita dengar adalah minyak wangi beralkohol dan non alkohol.

Untuk minyak wangi beralkohol, banyak yang masih bimbang dan bertanya-tanya tentang hukum menggunakan parfum beralkohol. Bahkan ada yang tidak berani menggunakannya saat Salat karena ketidak tahuan mereka tentang hukum menggunakan parfum beralkohol. Mereka takut memakai parfum beralkohol di dalam salat. Ketika Salat, mereka hanya menggunakan parfum non alkohol.

Sebenarnya, bagaimanakah hukum menggunakan parfum beralkohol?

Ada 2 pendapat dari Ulama:

1. Pendapat pertama:

Para Imam mujtahid sepakat atas najisnya khamr (alkohol). Beliau-beliau berdasar dengan Firma Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, dan berjudi, dan dan berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah rijs (najis/perbuatan keji) dari perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan itu, supaya kamu beruntung” (QS. Al-Maidah: 90)

Dari ayat di atas secara jelas menjelaskan bahwa khamr itu najis, sehingga menimbulkan hukum bahwa parfum yang beralkohol adalah haram.

2. Pendapat kedua:

Ulama lain mengatakan bahwa parfum beralkohol adalah suci, sehingga tidak diharamkan untuk memakainya. Adapun dalil dari Alquran yang secara tegas menyatakan bahwa khamr itu rijs (najis), Imam Rabiah dari kalangan malikiyyah, Imam Asy-Syaukani, dan Imam Ash-Shanani mengatakan bahwa maksud dari rijs adalah rijs secara manawi, bukan zatnya yang najis.

Dan pendapat kedua ini diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitabnya Shahih Muslim, bahwa ada laki-laki yang datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dengan membawa khamr di suatu wadah untuk dipersembahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Namun setelah ia mengetahui bahwa khamr itu telah diharamkan, ia lalu menumpahkan khamr tersebut dihadapan Nabi, dan Nabi tidak ingkar atas perbuatan laki-laki tersebut. Nabi juga tidak memerintahkan laki-laki tersebut untuk mencuci wadahnya yang digunakan untuk wadah khamr tersebut.

Syekh Abdul Wahhab bin Ahmad Al-Anshari, yang masyhur dengan nama Imam Asy-Syarani, mengatakan dalam kitabnya Al-Mizanu Al-Kubra, bahwa Imam Abu Daawud mengatakan kalau khamr itu suci beserta haramnya khamr tersebut untuk dikonsumsi. Bahkan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berpendapat bahwa pendapat yang Shahih adalah khamr itu suci, sehingga ketika dibuat untuk parfum atau minyak wangi tidak haram.

Jadi, ada dua pendapat diantara Ulama. Ada yang mengatakan bahwa khamr (alkohol) itu najis, karena adanya dalil yang secara jelas dari Alquran yang menyatakan najisnya khamr, sehingga diharamkan memakai parfum beralkohol.

Ulama lain mengatakan bahwa khamr tidak najis. Adapun dalil dari Alquran yang menyatakan bahwa khamr itu najis, itu di tafsiri bahwa najisnya khamr adalah secara manawi, bukan zatnya yang najis. Yang diharamkan adalah meminumnya, seperti pendapat Abu Dawud di atas. [hukumislam]

INILAH MOZAIK

Taubat yang Lengkap

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui setiap bisikan hati manusia, menggolongkan kita sebagai orang-orang yang istiqomah di jalan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammmad Saw.

Saudaraku, kita perlu mandi untuk menjaga kebersihan diri. Sehari saja kita tidak mandi maka kita akan merasa tidak nyaman, begitu juga orang lain yang berada di dekat kita. Sehari saja kita tidak gosok gigi maka kita akan merasa tidak nyaman, begitu juga orang yang berada dekat dengan kita.

Seperti itulah gambaran jikalau kita banyak dosa. Meskipun baju kita bagus, penampilan kita keren, jikalau kita banyak dosa maka tetap saja kita tidak akan merasa nyaman dan tenang. Dan, orang lain pun akan merasa demikian karena aura kita tetap keluar. Maka, mandilah, bersihkanlah diri kita, bersihkanlah dengan taubat nasuha.

Dalam hadits qudsi Allah Swt. berfirman, “Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuni engkau atas dosa apa saja yang ada padamu dan Aku tidak peduli sebanyak apapun dosamu itu. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit kemudian engkau memohon ampunan kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuni dosa-dosamu dan Aku tidak peduli dengan dosamu yang banyak itu. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatupun, niscaya Aku akan datang dengan membawa ampunan sepenuh bumi.” (HR. Imam Tirmidzi)

Allah Yang Maha Baik telah berjanji bahwa Dia akan mengampuni kita jikalau kita memohon ampunan kepada-Nya atas dosa-dosa yang telah kita perbuat. Dan, Allah tidak mungkin inkar janji. Kita memelas, menyesali dosa dan memohon ampunan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, tidak menjadikan sesuatu selain Allah sebagai sandaran, inilah kuncinya.

Mengapa ada orang yang bertaubat namun tidak begitu berhasil taubatnya? Karena hatinya lebih sibuk dengan sesuatu selain Allah. Dia masih lebih senang dengan penilaian orang, masih sibuk mencari penilaian orang daripada penilaian Allah. Aneh, ketika memohon ampunan ia ingat kepada Allah tapi sehari-harinya ia sibuk mengingat makhluk. Hati-hati saudaraku, kesibukan kita mencari kedudukan di hati makhluk bisa membuat kita lupa mencari kedudukan di sisi Allah Swt.

Oleh karena itu, memohon ampunlah, bertaubatlah kepada Allah secara lengkap, yaitu dengan memohon ampunan, bertekad tidak mengulangi dosa seraya tidak mempersekutukan-Nya. Sungguh, setiap orang adalah tempat melakukan salah dan dosa, dan sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat dengan sungguh-sungguh. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat ampunan Allah Swt. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Air Wudu yang Membawa ke Neraka

DUA orang dengan kondisi yang kontras: seorang laki-laki kaya raya dan perempuan papa. Dalam keseharian pun, keduanya tampak begitu berbeda. Sang lelaki hidupnya padat oleh kesibukan duniawi, sementara wanita yang miskin itu justru menghabiskan waktunya untuk selalu beribadah.

Kesungguhan dan kerja keras lelaki tersebut membawanya pada kemapanan ekonomi yang diidamkan. Kekayaannya tak ia nikmati sendiri. Keluarga yang menjadi tanggung jawabnya merasakan dampak ketercukupan karena jerih payahnya. Lelaki ini memang sedang berkerja untuk kebutuhan rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya.

Nasib lain dialami si perempuan miskin. Para tetangganya tak menemukan harta apapun di rumahnya. Kecuali sebuah bejana dengan persediaan air wudu di dalamnya. Ya, bagi wanita taat ini, air wudu menjadi kekayaan yang membanggakan meski hidup masih pas-pasan.

Bukankah kesucian menjadikan ibadah kita lebih diterima dan khidmat? Dan karenanya menjanjikan balasan yang jauh lebih agung dari sekadar kekayaan duniawi yang fana ini?

Syekh Abdul Wahhab Asy-Syarani dalam kitab al-Minahus Saniyyah mengisahkan, suatu ketika ada seorang yang mengambil wudu dari bejana milik perempuan itu. Melihat hal demikian, si perempuan berbisik dalam hati, “Kalau air itu habis, lalu bagaimana aku akan berwudu untuk menunaikan sembahyang sunah nanti malam?”

Apa yang tampak secara lahir tak selalu menunjukkan keadaan sebenarnya. Diceritakan, setelah meniggal dunia, keadaan keduanya jauh berbeda. Sang lelaki kaya raya itu mendapat kenikmatan surga, sementara si perempuan papa yang taat beribadah itu justru masuk neraka. Apa pasal?

Lelaki hartawan tersebut menerima kemuliaan lantaran sikap zuhudnya dari gemerlap duniawi. Kekayaannya yang banyak tak lantas membuatnya larut dalam kemewahan, cinta dunia, serta kebakhilan. Apa yang dimilikinya semata untuk kebutuhan hidup, menunjang keadaan untuk mencari rida Allah.

Pandangan hidup semacam ini tak dimiliki si perempuan. Hidupnya yang serbakekurangan justru menjerumuskan hatinya pada cinta kebendaan. Buktinya, ia tak mampu merelakan orang lain berwudu dengan airnya, meski dengan alasan untuk beribadah.

Ketidakikhlasannya adalah petunjuk bahwa ia miskin bukan karena terlepas dari cinta kebendaan melainkan “dipaksa” oleh keadaan.

Syekh Abdul Wahhab Asy-Syarani menjelaskan dalam kitab yang sama bahwa zuhud adalah meninggalkan kecenderungan hati pada kesenangan duniawi, tapi bukan berarti mengosongkan tangan dari harta sama sekali. Segenap kekayaan dunia direngkuh untuk memenuhi kadar kebutuhan dan memaksimalkan keadaan untuk beribadah kepada-Nya.

Nasihat ulama sufi ini juga berlaku kebalikannya. Untuk cinta dunia, seseorang tak mesti menjadi kaya raya terlebih dahulu. Karena zuhud memang berurusan dengan hati, bukan secara langsung dengan alam bendawi.

Demikian, semoga bermanfaat. [duniaislam]

 

INILAH MOZAIK

Imam Al-Bukhari, Pengikut Mazhab Syafi’i

SERINGKALI orang salah persepsi dalam memandang mazhab fiqih. Seolah mazhab-mazhab itu pecahan umat untuk saling bertentangan dalam segala hal. Padahal sesungguhnya munculnya mazhab itu boleh dibilang justru sebagai sarana untuk memudahkan umat dalam memahami nash-nash syariah. Sebab tidak semua orang mampu menarik kesimpulan hukum. Tidak semua orang mampu untuk berijtihad sesuai dengan kaidahnya.

Jangan dikira bahwa mazhab itu hanya untuk orang-orang awam saja, bahkan para ulama besar pun juga bermazhab. Di dalam kitab Al-Imam Asy-Syafi’i bainal mazhabaihil Qadim wal Jadid, Dr. Nahrawi Abdussalam menuliskan bahwa di antara para pengikut mazhab Syafi’i adalah Al-Imam Al-Bukhari, seorang tokoh ahli hadits yang kitabnya tershahih di dunia setelah Alquran.

Al-Bukhari memang tokoh ahli hadits dan paling kritis dalam menyeleksi hadits. Namun beliau bukan ahli ijtihad yang mengistimbath hukum sendiri sampai setingkat mujtahid mutlak. Dalam masalah menarik kesimpulan hukum, beliau menggunakan metodologi yang digunakan dalam mazhab Syafi’i. Dengan demikian beliau adalah salah satu ulama besar yang bermazhab, yaitu mazhab Syafi’i.

Ada juga di antara murid mazhab As-Syafi’i yang kemudian naik derajatnya sampai mampu menciptakan metodologi istimbath sendiri, sehingga beliau kemudian mendirikan sendiri mazhabnya, yaitu Imam Ahmad bin Hanbal. Marahkah As-Syafi’i mengetahui muridnya mendirikan mazhab sendiri? Beliau berkomentar, “Aku tinggalkan Baghdad dan tidak ada orang yang lebih faqih dari Imam Ahmad bin Hanbal.”

Kalau saja jumlah nash-nash syariah itu hanya 6.000-an ayat Quran plus 5.000-an hadits shahih Bukhari, tentu saja mudah sekali buat setiap orang untuk beragama. Tetapi ketahuilah bahwa bahwa nash-nash syariat jauh lebih banyak dari semua itu. Alquran memang hanya 6.000-an ayat saja, tapi bagaimana dengan hadits nabawi? Apakah hadits itu hanya shahih bila Bukhari saja yang mengatakannya? Tentu saja tidak, sebab imam Bukhari itu hanya satu dari sekian ratus atau sekian ribu muhaddits yang ada di dunia ini. Salah besar bila kita beranggapan hanya hadits Bukhari saja yang benar dan semua hadits selain yang terdapat dalam kitab shahihnya harus ditolak.

Ini baru dari sisi jumlah sumber nash syariah, padahal masalah hukum agama ini tidak semata-mata ditentukan oleh nash-nash saja, namun lebih jauh dari itu, setiap nash itu masih harus diteliti kekuatan derajatnya, lalu dikomparasikan antara satu dengan lainnya.

 

INILAH MOZAIK

Ini Mengapa Perusahaan Obat Banyak Pakai Gelatin dari Babi

Cangkang kapsul ramai diberitakan terkait pernyataan Badan Pengawas Obat dan Makanan baru-baru ini mengenai suplemen mengandung DNA babi. Penemuan DNA babi berhasil ditelusuri setelah dilakukan analisis berbasis asam nukleat.

Kepala Laboratorium UI Halal Center, Amarila Malik, mengatakan gelatin merupakan suatu protein yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat putih, dan tulang hewan.

Dalam industri farmasi, gelatin digunakan dalam pembuatan kapsul lunak dan kapsul keras, tablet, granul, suplemen makanan, dan sebagai penyalut bagi produk-produk obat.

“Sumber gelatin dapat berasal dari mamalia seperti sapi dan babi juga dari unggas dan ikan. Namun, paling sering digunakan adalah gelatin yang berasal dari sapi atau babi,” ujarnya kepada Republika.co.id, Jakarta, Kamis (1/2).

Amarila dan tim riset bioteknologi farmasi menjelaskan proses pembuatannya, gelatin terbagi menjadi dua tipe yaitu gelatin tipe A dan gelatin tipe B.

Gelatin tipe A umumnya dibuat dari kulit hewan muda (seperti kulit babi) dengan cara direndam dalam larutan asam sehingga proses pelunakannya dapat terjadi lebih cepat. Sedangkan gelatin tipe B umumnya dibuat dari kulit atau tulang sapi dengan cara direndam dalam larutan basa.

Secara ekonomis, gelatin tipe A lebih disukai dibandingkan dengan gelatin tipe B. Gelatin yang direndam dalam larutan asam (gelatin tipe A) membutuhkan waktu yang lebih singkat yaitu 3-4 minggu dibandingkan dengan gelatin yang direndam dalam larutan basa (sekitar 3 bulan).

Gelatin tipe A juga tidak memerlukan larutan pencuci yang banyak dan prosesnya lebih singkat. Namun, di Indonesia gelatin tipe A yang berasal dari babi memiliki permasalahan terkait dengan status non-halalnya.

Dengan cara pembuatan gelatin lewat ekstraksi dengan menggunakan suhu tinggi, sterilisasi, dan pengeringan, serta tak terstandardisasi, maka ini menimbulkan dampak  jumlah materi yang dapat dianalisis untuk mengetahui sumber asalnya menjadi sekelumit karena amat terdegradasi.

Degradasi gelatin menyebabkan kesulitan tersendiri dalam identifikasi spesies asal gelatin berbasis protein gelatin.

Namun, karena gelatin berasal dari jaringan hewan seperti kulit dan tulang, maka di dalam gelatin tersebut masih mengandung asam nukleat DNA yang terbawa pada saat proses pembuatan.

“Sekelumit asam nukleat DNA ini dapat dimanfaatkan untuk analisis gelatin sehingga dapat diketahui asal spesies gelatin yang digunakan,” ungkapnya.

Untuk menganalisis gelatin berbasis asam nukleat, beberapa gen khas telah banyak diuji cobakan dan telah dilaporkan dapat berhasil digunakan untuk mendeteksi spesies sumber gelatin, antara lain gen sitokrom (cyt b), gen 12S rDNA dan gen 16S rDNA.

Pemanfaatan gelatin di masyarakat

Awal produksi komersial dari gelatin dimulai di Belanda sekitar tahun 1685, diikuti dengan Inggris sekitar tahun 1700. Produksi pertama komersial gelatin di Amerika Serikat berada di Massachusetts pada 1808.

Gelatin merupakan substansi penting yang dapat diaplikasikan dalam makanan, obat-obatan, dan industri fotografi serta keperluan teknis lainnya seperti pembuatan kertas dan kosmetika.

Berdasarkan komposisi asam amino, gelatin menunjukkan kaya akan residu asam amino glisin (hampir selalu terdapat 1 dalam tiap 3 residu), prolin, dan hidroksiprolin.

Glisin terdapat sekitar 33 persen dari total residu asam amino, sedangkan prolin dan hidroksiprolin sekitar 22 persen.

Penelitian dua jenis gelatin asal mamalia, yaitu sapi dan babi menyatakan, kedua sumber mempunyai komponen penyusun yang berbeda berat molekulnya dan bervariasi antara 10 kilo Dalton sampai 400 kilo Dalton.

“Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara berat molekul dengan kekuatan gel gelatin dengan titik isoelektrik dan titik leleh yang tinggi. Gelatin babi dan sapi adalah yang paling banyak dimanfaatkan, salah satunya adalah karena karakteristik tersebut,” ungkapnya.

Namun, penggunaan kedua gelatin tersebut banyak menjadi perdebatan di masyarakat karena terkait masalah sosiokultural dan kesehatan terutama di kalangan umat muslim, hindu, dan vegetarian.

Misalnya gelatin yang berasal dari sapi dilarang untuk dikonsumsi oleh umat Hindu, sedangkan gelatin yang berasal dari babi haram bagi umat Muslim, serta makanan mengandung hewan dilarang bagi vegetarian.

Pada aspek kesehatan, wabah sapi spongiform encephalopathy (BSE) atau dikenal sebagai penyakit sapi gila di Eropa pada tahun 2003 sampai 2006 telah mengakibatkan adanya pembatasan penggunaan gelatin sapi dalam produk makanan.

Gelatin babi dan sapi pada produk farmasi juga berisiko menyebabkan alergi pada pasien yang alergi terhadap gelatin.

Sifat unik hidrokoloidal gelatin membuat gelatin sesuai diaplikasikan di berbagai industri makanan. Penggunaannya secara umum dapat digolongkan menjadi empat, yaitu konfeksioneri, jelly (untuk membuat tekstur creamy, pengurangan lemak, dan rasa di mulut), produk susu (sebagai stabilisator dan pembuat tekstur), dan produk daging (menghasilkan kemampuan mengikat air).

Perkembangan penggunaan gelatin bahkan dianggap sebagai makanan sehat karena kandungan protein dan asam amino yang tinggi sehingga banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan.

Pada industri farmasi, gelatin paling banyak digunakan sebagai bahan pembuatan cangkang kapsul keras maupun lunak, dan pula untuk tablet seperti pelapis (coating) tablet, granulasi, dan enkapsulasi.

Kapsul gelatin biasanya digunakan untuk mengenkapsulasi berbagai jenis bahan suplemen dan obat-obatan, dan penggunaannya di industri makanan pun meningkat karena bahan yang dienkapsulasi dapat terlindung dari kelembaban, panas, atau kondisi ekstrem sehingga dapat mempertahankann stabilitas bahan. Selain berasal dari mamalia, gelatin dapat pula diperoleh dari ikan, yaitu dari kulit dan tulang ikan.

 

Limbah dari pemrosesan ikan filet dapat menghasilkan 75 persen dari total hasil penangkapan ikan. Sekitar 30 persen limbah tersebut mengandung kulit dan tulang dengan kandungan kolagen yang tinggi yang dapat digunakan untuk memproduksi gelatin ikan.

Ekstraksi gelatin dari kulit ikan dapat menjadi sumber alternatif yang halal dan dapat dipasarkan sebagai pengganti gelatin mamalia. Hasil ekstraksi gelatin dari ikan tidak hanya dipengaruhi oleh spesies ikan, juga dipengaruhi oleh pH, temperatur, dan perlakuan awal serta prosedur ekstraksi.

Sumber lainnya yang menarik adalah dari insekta, yang dapat menjadi sumber alternatif yang dapat diterima untuk produk halal. Di Sudan, banyak serangga yang dapat dimakan dan belalang padang pasir (locust desert) adalah yang paling terkenal dibanding sorghum dan melon bugs.  Aspongopus viduatus (melon bug) dan Agonocelis pubescens (sorghum bug) dikenal di Sudan sebagai Um-bugga dan Dura andat.

Di daerah tertentu di Sudan, serangga yang dikumpulkan di ekstraksi dan minyak yang diperoleh digunakan untuk memasak dan keperluan medis. Ternyata, diperoleh hasil bahwa kedua serangga ini mengandung 16 jenis residu asam amino yang sama seperti yang terkandung pada gelatin mamalia.

Karakteristik Fisikokimia Gelatin

Gelatin hampir tidak berasa dan tidak berbau. Gelatin berupa padatan rapuh, bening, dan berwarna agak kuning. Kelembaban gelatin 8-13 persen dan densitas relatif 1,3-1,4 g/cm3.

Ketika granul gelatin direndam dalam air dingin, maka gelatin akan terhidrasi dan mengembang, kemudian apabila dihangatkan akan larut membentuk larutan.

Sifat larutan gelatin dipengaruhi oleh suhu, pH, kadar abu, metode pembuatan, pengaturan panas, dan konsentrasi.

Menurut Gelatin Manufacturers Institute of America, 2012, gelatin larut dalam air dan alkohol polihidrat seperti gliserol dan propilen glikol; pelarut organik sangat polar yang melarutkan gelatin dengan baik adalah asam asetat, trifloroetanol, dan formamida.

Di dalam pelarut organik nonpolar seperti benzena, aseton, alkohol primer dan dimetilformamida, gelatin tidak larut. Gelatin jika disimpan akan memerlukan kondisi wadah yang kedap udara dan pada suhu kamar.

Jika dipanaskan di atas 45C di udara yang kelembaban relatif nya tinggi (RH di atas 60 persen), maka secara bertahap gelatin akan kehilangan kemampuan mengembang dan larut.

Dua sifat yang paling berguna dari gelatin adalah kekuatan gel dan viskositasnya, namun secara bertahap akan melemah pada pemanasan larutan yang berkepanjangan pada suhu di atas 40 C. Degradasi gelatin dapat terjadi akibat pH ekstrim dan adanya enzim proteolitik yang mungkin timbul dari adanya mikroorganisme.

Gelatin diklasifikasikan sebagai protein turunan, dan memberikan hasil positif pada reaksi protein, dan dapat dihidrolisis oleh sebagian besar enzim proteolitik menjadi peptida atau asam amino. Berbagai asam amino diperoleh dari beberapa gelatin yang mengalami hidrolisis sempurna. (Novita Intan)

 

REPUBLIKA

Ketika Allah Mengatur Hidup Kita

PERNAHKAH kita menduga sejak lama bahwa hidup kita akan seperti ini? Menjalani hidup di sini dengan orang-orang tertentu di sekeliling kita dan dengan takaran rizki yang kita dapatkan kini. Kebanyakan kita akan menjawab: “Tidak menyangka seperti ini.” Lalu, siapa yang menjalankan hidup ini dan mengantarkan kita pada titik ini?

Bacalah kembali kisah indah kehidupan Nabi Yusuf dalam al-Qur’an maka jawabannya akan jelas. Saudaranya yang iri membuang beliau ke dalam sumur saat beliau masih kecil. Tujuannya adalah biar mati. Allah tak berkehendak beliau wafat, lalu dikirimkanNya kafilah yang butuh air. Datanglah ke sumur itu untuk menimba, Yusufpun selamat.

Dijuallah Nabi Yusuf untuk dijadikan budak. Allah tak berkenan. Allah tanamkan rasa buth pada Penguasa Mesir untuk mengambilnya sebagai anak yang dibesarkan dalam istana. Kisahnyapun berubah tema menjadi “dari sumur menuju istana.”

Di istana, beliau tertimpa fitnah. Kebenaran terkalahkan oleh kekuasaan. Beliau di penjara lama sekali. Allah tanamkan rasa butuh di hati penguasa, butuh juru tafsir mimpi. Yusufpun tampil sebagai penafsir jitu yang menjadikan beliau keluar dari penjara.

Krisis ekonomi terjadi, rakyat butuh makan saat paceklik. Semua butuh pemimpin yang hebat untuk keluar dari krisis. Kondisi ini yang akhirnya menjadikan beliau sebagai penguasa Mesir yang menyelesaikan masalah.

Kalau Allah yang mengatur, ada saja sebab yang menjadi akibat. Sebab itu kadang kala tak enak, namun akibatnya bisa jadi enak. Tanpa terasa, tiba-tiba kita bahagia setelah lama menjalani derita. Ada Allah Yang Mengatur. Dekatlah denganNya dan selalulah pasrah kepadaNya.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Kisah Panjang Pengacara Michael Jackson yang Masuk Islam

Mark Shaffer, seorang pengacara dan jutawan Amerika, memutuskan untuk memeluk Islam pada 17 Oktober 2009 silam. Saat itu, Mark tengah berlibur di Arab Saudi untuk mengunjungi beberapa kota terkenal seperti Riyadh, Abha, Jeddah. Ia berlibur selama 10 hari di Saudi.

Mark adalah seorang jutawan terkenal dan juga seorang pengacara yang terlatih di Los Angeles, yang mengkhususkan diri dalam kasus-kasus hukum perdata. Kasus besar terakhir yang ia tangani ialah kasus penyanyi pop terkenal Amerika, Michael Jackson, sepekan sebelum ia meninggal.

Seorang pemandu wisata yang menemani Mark selama 10 hari di Saudi, Dhawi Ben Nashir, sejak Mark menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Arab Saudi, ia sudah mulai mengajukan pertanyaan tentang Islam dan ibadah shalat. Begitu tiba di Saudi, Mark tinggal di Riyadh selama dua hari. Selama di RIyadh ia sangat tertarik dengan Islam.

Setelah pindah ke Najran, mereka pergi ke Abha dan Al-Ula. Di sana, ketertarikan Mark pada Islam semakin jelas. Terutama, saat mereka pergi ke padang gurun.

“Mark kagum melihat tiga pemuda Saudi yang berada di kelompok kami di Al-Ula, melakukan shalat di hamparan padang pasir yang sangat luas, sebuah panorama yang sangat fantastis,” kata Nashir, dilansir di Saudi Gazette, Ahad (25/3).

Setelah dua hari di Al-Ula, Mark dan Nashir pergi ke Al-Juf. Begitu tiba di Al-Juf, Mark bertanya apakah Nashir bisa memberinya beberapa buku tentang Islam. Nashir kemudian memberikan beberapa buku tentang Islam kepadanya. Menurutnya, Mark membaca semua buku tersebut.

Keesokan paginya, dia meminta Nashir untuk mengajarinya cara melakukan shalat. Nashir kemudian mengajarinya bagaimana beribadah dan melakukan wudhu. Kemudian, Mark bergabung dengan Nashir dan melaksanakan shalat di sampingnya.

“Setelah berdoa, Mark memberi tahu saya bahwa dia merasakan kedamaian di jiwanya,” lanjut Nashir.

Pada Kamis sore, mereka meninggalkan Al-Ula menuju Jeddah. Dikatakan Nashir, Mark tampak sangat serius membaca buku-buku tentang Islam sepanjang perjalanan. Pada Jumat pagi, mereka mengunjungi kota tua Jeddah. Sebelum waktu shalat Jumat mendekat, mereka kembali ke hotel dan Nashir pamit untuk pergi shalat Jumat.

Mark berkata kepada temannya, bahwa ia ingin bergabung dengannya untuk shalat Jumat. Sehingga ia dapat menyaksikan sendiri bagaimana shalat Jumat. Nashir lantas menyambut baik gagasan itu.

Nashir mengatakan, mereka kemudian pergi ke sebuah masjid yang tidak jauh dari hotel tempat mereka tinggal di Jeddah. Karena mereka cukup terlambat, ia dan banyak orang lainnya harus beribadah di luar masjid, karena jumlah jamaahnya yang meluap.

“Saya dapat melihat Mark mengamati orang-orang dalam jamaah, terutama setelah shalat Jumat selesai, ketika semua orang berjabat tangan dan saling berpelukan dengan wajah berseri-seri dan gembira. Mark sangat terkesan dengan apa yang dilihatnya,” ujarnya.

Ketika kembali ke hotel, Mark tiba-tiba mengatakan Nashir bahwa ia ingin menjadi seorang Muslim. Karena itulah, Nashir memintanya untuk mandi terlebih dulu. Setelah Mark mandi, ia membimbingnya mengucapkan syahadat (pernyataan keimanan) dan kemudian Mark shalat dua rakaat. Selanjutnya, Mark mengungkapkan keinginannya untuk mengunjungi Masjidil Haram di Makkah dan melakukan shalat di sana sebelum meninggalkan Arab Saudi.

Untuk memenuhi keinginannya, mereka lantas pergi ke Pusat Dakwah di Jeddah untuk mendapatkan bukti resmi tentang pertaubatannya ke dalam Islam. Sehingga, Mark akan diizinkan memasuki kota Makkah dan Masjidil Haram. Mark kemudian diberi sertifikat sementara tentang mualafnya, dan ia bisa mengunjungi kota suci Makkah.

Setelah Mark menyatakan keyakinan Islamnya, ia memiliki kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya kepada koran Al-Riyadh. Ia mengatakan, bahwa ia tidak dapat mengungkapkan perasaannya saat itu. Namun, ia merasa sedang terlahir kembali dan memulai hidup yang baru.

“Saya sangat senang. Kebahagiaan yang saya rasakan ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, terutama ketika saya mengunjungi Masjidil Haram dan Ka’bah yang mulia,” kata Mark.

Mark pun menceritakan langkah selanjutnya setelah ia masuk Islam. Ia menjelaskan bahwa ia ingin belajar lebih banyak tentang Islam, mempelajari lebih dalam agama Allah (Islam), dan kembali ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. Ia juga mengungkapkan apa yang mendorongnya untuk masuk Islam.

“Saya sudah memiliki informasi tentang Islam, tetapi itu sangat terbatas. Ketika saya mengunjungi Arab Saudi dan secara pribadi menyaksikan orang-orang Muslim di sana, dan melihat bagaimana mereka melakukan shalat, saya merasakan dorongan yang sangat kuat untuk mengetahui lebih banyak tentang Islam. Ketika saya membaca informasi yang benar tentang Islam, saya menjadi yakin bahwa Islam adalah agama haq (kebenaran),” lanjut Mark.

Pada Ahad pagi, 18 Oktober 2009, Mark meninggalkan Bandara King Abdul Aziz Jeddah menuju Amerika. Ketika mengisi formulir imigrasi sebelum meninggalkan Jeddah, Mark menulis Islam sebagai agamanya.

 

REPUBLIKA