Menjadi Ayah Jamaah Haji

Suasana Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi tampak berbeda pada Sabtu (11/8). Sejumlah pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia dan perwakilan Pemerintah Arab Saudi terlihat menunggu seorang tamu penting. Ya, dia adalah pemimpin jamaah haji Indonesia yang tidak lain adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Banyak orang menyambutnya dengan jabatan tangan. Alih-alih beristirahat, Lukman justru menengok 405 anggota kelompok terbang JKS 83. Mereka baru saja menikmati pelayanan jalur cepat keimigrasian di sana. Ini merupakan inovasi penyelenggaraan haji yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Dengan mengenakan peci hitam, kaca mata, dan kemeja putih yang dilapisi jas abu-abu, dia menyalami jamaah haji lanjut usia yang menumpangi mobil golf. Mereka tak menyangka berjabat tangan dengan pembantu presiden yang selama ini hanya terlihat di televisi dan foto berita. Bahkan foto mereka berjabat tangan diabadikan jurnalis dan menghiasi halaman pemberitaan media massa nasional.

Beberapa hari kemudian Lukman mengunjungi penginapan di Misfalah, tempat jamaah Lombok yang keluarganya baru saja tertimpa musibah gempa. Jamaah langsung mengerumuninya, menjabat tangannya erat-erat, menyampaikan keluh-kesah tentang kondisi keluarga di Lombok yang diguncang gempa.

”Semoga baik-baik saja. Mari doakan sama-sama agar saudara kita warga Lombok diberi kekuatan,” pesan Lukman kepada siapa pun yang ditemuinya.

Tak ada jarak antara Menteri dengan jamaah. Protokoler atau pejabat eselon pun tak menghalangi jamaah mendekati putra bungsu (alm) KH Saifuddin Zuhri itu. Mereka melebur dalam kebersamaan. Bagi saya ini bukan semata-mata melaksanakan tugas supervisi, tapi juga keakraban, kebersamaan, perhatian, bahkan cinta Lukman sebagai ayah 220-an ribu jamaah haji Indonesia di Tanah Suci.

Di sini mereka tak punya keluarga dan kerabat menemani. Tak tahu kemana harus mencurahkan isi hati. Pada saat itulah Menteri Agama dan jajarannya hadir menjadi tempat ratusan ribu jamaah Indonesia bersandar.

Menjadi ayah sudah pasti lebih mengutamakan kebahagiaan anak-anak ketimbang dirinya. Ketika mau berangkat sekolah, sang ayah akan menanyakan apakah PR sudah dikerjakan? Seragam sudah siap? Naik apa? Uang jajan sudah dapat? Semua persiapan itu dipastikan ada, sehingga anak dapat belajar di sekolah sebaik mungkin. Bahkan ketika di sekolah pun anak ditanyakan bagaimana belajarnya? Apa yang terjadi di sana? bagaimana guru yang mengajar?

Tak hanya menanyakan, dia bahkan rela memberikan hal lebih: mencurahkan tenaganya untuk mendampingi anak mengikuti ujian misalkan. Bahkan dia rela meninggalkan pekerjaan tertentu demi kemaslahatan sang anak.

Lukman menunjukkan perhatian semacam itu saat berwukuf di Arafah, tempat berkumpulnya 2.371.675 seluruh jamaah haji. Ahad (19/8) malam angin badai berembus di sana membawa debu pasir penyiksa mata, menyakiti kulit jamaah yang hanya mengenakan dua helai kain.

Banyak yang berhamburan keluar tenda untuk keselamatan, tak terkecuali 220 ribuan jamaah Indonesia. Teriakan doa dan asma Allah terdengar di mana-mana. Lukman pun berjalan menuju tenda jamaah.

Di tengah jalan, dia melihat lima orang jamaah berkerumun makan nasi adem terbungkus plastik. Lukman mengetahui mereka belum mendapatkan jatah makan dari maktab. “Kenapa terlambat? Ada apa?”

Ketua Satgas Arafah, Arsyad Hidayat, yang mendampinginya menjelaskan, ketika angin kencang berembus, kesibukan dapur terhenti. Makanan sudah dimasak, tapi belum sempat dikemas. Setelah tak ada badai, pengemasan dan distribusi kembali berjalan.

Lukman kemudian menyambangi jamaah dan meminta maaf karena pelayanan kateringterlambat. ”Mohon bersabar. Jangan lupa beristirahat, karena besok kita akan berwukuf,” pesan Lukman yang disambut senyum jamaah.

Hingga tengah malam, Lukman masih memeriksa tempat tinggal jamaah yang jauh. Keesokan harinya pun dia masih melakukan hal sama. Bahkan tanpa pengawalan, Amirul Hajj diam-diam memasuki pos kesehatan Arafah, tempat pewukuf uzur berbaring menjalani pengobatan.

Di samping pewukuf sakit yang terbaring, dia duduk dan berbicara empat mata: memotivasinya agar menyelesaikan rukun Islam kelima. Entah kapan beristirahat dan bersantai. Dia hanya berjalan mendatangi jamaah lagi dan lagi.

Di area Jamarat saat 350 tamu Allah kelelahan pun Lukman hadir. Dengan mengenakan peci putih, di sana Menteri memastikan tim mobile crisis memberikan pertolongan. Setelah itu dia tak meminta kendaraan khusus mengantarnya ke tenda misi haji. Lukman berjalan kaki sepanjang Jamarat, seperti jamaah haji pada umumnya.

Sedangkan mereka yang kelelahan tak mampu berjalan ditandu dan diantar dengan kursi roda. Masih ada 518 jamaah kelelahan yang dituntun. Semuanya menuju tenda pos kesehatan.

Entah berapa banyak tamu Allah mendekati, berbicara, dan berfoto dengannya. Mereka senang, meski baru saja merasakan badai gurun atau pun kelelahan berjalan jauh dari tenda maktab ke jamarat selama mabit di Mina.

Buat apa Lukman melakukan itu semua? Kalau sebatas pemimpin, Lukman cukup mendelegasikan kunjungan seperti di atas: pengawasan katering, transportasi, akomodasi, perlindungan, dan segudang pelayanan jamaah di Tanah Suci, kepada empat ribu petugas haji dari berbagai instansi.

Tapi dia tak hanya mendengarkan dan memerintahkan bawahannya. Sang ayah ingin turun langsung mencurahkan kasih sayang kepada para jamaah yang menjadi tanggung jawabnya.

“Sakit apa? Sudah lempar jumrah belum?” tanya Lukman. Sedangkan jamaah yang berada di puncak kelelahan merasa terhibur, tak menyangka akan didatangi seorang menteri.

Di saat orang sibuk dengan ingar-bingar politik pemilihan presiden di dalam negeri, Lukman yang juga politisi, justru larut dalam keakraban bersama dhuyufurrahman, tamu Allah yang mendatangi Tanah Suci.

Dia lebih memilih mengorbankan waktu dan dirinya untuk mereka yang kebanyakan baru mendatangi baitullah, tempat para nabi mendakwahkan ajaran suci, ketimbang berdebat politik yang jauh dari kesantunan. Di Tanah Suci, tempat para nabi dulu bermunajat, Lukman mengajak seluruh jamaah haji mendoakan bangsa agar tetap damai.

 

REPUBLIKA

Jamaah Haji Diminta Perbanyak Sedekah Setibanya di Indonesia

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar Ali berpesan agar jamaah haji Indonesia semakin gemar bersedekah kepada warga sekitarnya sekembali ke Tanah Air. Hal ini dapat menjaga marwah kemabruran berhaji. “Agar kesalehan sosial itu juga ditunjukkan oleh mereka,” kata Nizar di Makkah, Senin (27/8).

Dia mengatakan salah satu indikator haji yang diterima amalnya oleh Allah (mabrur) adalah semakin memiliki rasa empati terhadap lingkungannya. Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

Dengan kata lain, Nizar mengatakan seorang haji mabrur itu bisa memberi manfaat bagi lingkungannya seperti memberi makan kepada orang lain yang membutuhkan. “Ini adalah simbol dari rasa empati sosial kepada orang yang membutuhkan dalam makna yang luas,” kata dia.

Menurut dia, seorang yang hajinya mabrur itu harus mampu menjaga status itu hingga akhir hayatnya. Dengan begitu, kedudukan haji mabrur tersebut tidak hanya berhenti saat didapatkan di Tanah Suci saja tapi terus abadi di dalam diri jamaah.

Lebih baik lagi, kata dia, dalam kesehariannya di Tanah Air jamaah haji Indonesia usai dari Tanah Suci semakin meningkat ibadahnya, baik ibadah mahdhah (murni) dan ibadah sosialnya. “Itulah kemabruran yang sudah melekat dalam dirinya karena itu menjadi sangat penting. Jadi indikatornya sejauh mana dia porsi intensitas ibadahnya meningkat atau tidak,” kata dia.

Mabrurnya haji seseorang, lanjut Nizar, juga bisa dilihat dari kedamaian hati yang didapatkan seseorang setelah menyelesaikan ibadah hajinya di Tanah Suci. Sang haji tidak lagi khawatir dengan persoalan materi tapi berada dalam ketenangan jiwa apapun keadaannya.

REPUBLIKA

Dirjen Nizar Minta Jemaah Jaga Kemabruran Haji

Makkah (PHU)—Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar meminta kepada seluruh jemaah haji Indonesia untuk menjaga kemabruran hajinya. Dirinya yakin dan memastikan jemaah haji Indonesia mendapat predikat haji mabrur.

Demikian dikatakannya saat melepas kepulangan 450 jemaah haji asal kelompok terbang (kloter) 01 (PLM01) di Hotel Waf Al Ihsan Misfalah Makkah. Senin dini hari (27/08) waktu Saudi.

Nizar juga meminta, agar predikat kemabruran itu dapat dipelihara sampai sepanjang hayatnya. Karena itu menjadi penting predikat mabrur ini harus tetap berada dalam diri setiap jemaah.

“Kalau sudah mendapatkan preikat itu kan harus dipelihara samapai sepanjang hayatnya,” kata Nizar.

Indikator kemabruran itu, menurut Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu bisa dilihat dari proses perjalanannya, kalau di kesehariannya pasca di Tanah Air amal ibadahnya meningkat baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial itulah kemabruran sudah melekat dalam dirinya karena itu menjadi sangat penting.

“Jadi indikatornya sejauh mana dia porsi intensitas ibadahnya meningkat atau tidak,” ujarnya.

Indikator yang kedua adalah kesalehan sosial, antara lain adalah memberi makan orang lain, ini adalah suatu symbol dari rasa empati sosial kepada orang yang membutuhkan. Kemudian yang selanjutnya adalah bukan hanya sekedar materi tapi juga hati kedamaian yang ada didalam dirinya itu.

Dirinya juga berharap, 15 kloter awal yang akan dipulangkan ini menjadi awal yang baik sehingga bisa menambah ketakwaan dan keimanan,

“Sehingga ketika minta doa keselamatan bangsa itu bisa dikabulkan Allah,” pinta Nizar.

Sementara Dubes Agus Maftuh menambahkan, jemaah haji Indonesia menjadi jemaah yang sangat dimanjakan oleh Saudi. “Sebab menurut penilaian mereka, dalam hal ini Gubernur Makkah, jemaah yang paling rapi, bagus dan disiplin adalah jemaah haji Indonesia,” tandasnya yang disambut tepuk tangan hadirin.

“Terima kasih atas kerapian, kesopanan dan kedisiplinan yang telah ditunjukkan selama di Tanah Suci,“ ujarnya.

Hari pertama kepulangan jemaah diikuti 15 kloter atau 6.026 jemaah. Untuk PLM-001 akan diterbangkan Senin (27/08) pukul 08.15 WAS, disusul Kloter 1 Debarkasi Surabaya pada pukul 09.45 WAS yang membawa 450 jamaah.

Selepas itu, menyusul penerbangan Kloter 1 Debarkasi Jakarta-Bekasi pada 10.05 WAS dan Kloter 1 Debarkasi Padang pada pukul 11.20 WAS. Hari perdana kepulangan gelombang pertama ditutup Kloter 13 Debarkasi Solo yang terbang dari Jeddah pukul 22.05 WAS.

Semua kloter gelombang pertama akan diterbangkan kembali ke Tanah Air melalui Bandara King Abdulaziz Jeddah.(mch/ha)

KEMENAG RI

Serba-serbi Haji (6): Semangat Berlebihan

PUANG H Mochtar Tompo berbagi cerita bahwa dalam perjalanan ke Mina bersamalah beliau dengan beberapa jamaah lain berjalan kaki. Agar tak jenuh dan demi untuk membunuh waktu, berbincanglah mereka tentang pengalamannya masing-masing.

Ada yang cerita hp hilang, hp tertinggal, batu untuk melempar jumroh hilang, batu tertinggal sampai pada istri yang tertinggal. Kasusnya sesungguhnya biasa saja, masih ikut teori bahwa semangat berlebih seringkali mengurangi ingatan. Hahaha

Mat Kelor yang ada dalam rombongan perbincangan itu bertanya pada salah seorang yang sepanjang perjalanan diam membisu: “Bapak ini nafar awwal apa nafar tsani?” Pertanyaan ini sesungguhnya biasa saja, namun jawabannya yang membuat orang bergelaktawa: “Saya NAFARUDDIN, asal Makassar.” Semua tertawa, tak terkecuali Puang Mochtar Tompo, pemuda cerdas anggota DPR RI Komisi VII ini.

Menariknya Mat Kelor malah terdiam. Ketika saya tanya mengapa tidak tertawa juga, dia menjawab: “Ternyata ada jenis NAFAR yang lain yang belum dijelaskan dalam manasik. Nah, sekarang giliran saya yang tertawa ngakak. Saking berlebih semangat tertawa saya, saya terlupa bahwa kopiah saya lepas dari kepala saya.

Ya, terlalu bersemangat memang ada saya efeknya ya. Tapi peristiwa hari ini, efek terbesarnya adalah lupa yang menyenangkan, lupa yang membuat tertawa. Mat Kelor juga terkena syndrome ini. Begitu semangatnya makan siang menu ikan, dia sampai lupa pada kaca matanya sendiri. Tolah toleh ke kanan ke kiri dan bertanya apa ada yang menemukan kaca matanya. Sahabatnya sambil ngakak berkata: “Yang kamu pakai di depan matamu itu apa?” Mat Kelor tertunduk malu, ternyata kacamata yang dicari masih ada di atas hidungnya.

Kisah lain hari ini adalah ada jamaah yang saat melempar jumroh tadi bertanya: “Kiai, saya tadi melemparnya lebih. Harusnya kan 7 butir, saya 14 butir. Sah apa tidak? Kena dam apa tidak?” Saya tak langsung menjawab. Dalam batin saya, semangat jamaah ini untuk melempar syetan luar biasa juga. Semangat yang berlebih. Saya jawab: “Sah dan tidak kena dam.” Wajahnya senang sumringah, namun syetan pada cemberut. Hahahaaa

Jalani hidup, nikmati hidup. Berusahalah untuk mengubah kisah derita menjadi kisah bahagia. Bagaimana caranya? Saya mau tanya pada Mat Kelor. Salam, AIM, Pembimbing Haji PT Kanomas Travel & Tour. [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (5): Mengapa Aku Berbeda?

NAFASNYA terengah-engah, Mat Kelor pulang dari melempar jumroh sangat terlambat dibandingkan yang lain. Teman-temannya khawatir sekali dia kesasar karena ini adalah haji pertama kalinya baginya dan dia tak paham bahasa Arab. Rupanya dia pulang membawa seorang lelaki yang juga memakai baju ihram. Tatapan lelaki ini kosong. Mat Kelor berkata: “Dia terpisah dari rombongannya dan sedikit bermasalah.”

Mat Kelor akhirnya bercerita bahwa lelaki itu menangis sendirian di tempat jumroh. Ketika ditanya mengapa, lelaki itu menjawab: “Orang lain begitu mudah melihat setan, sehingga bersemangat melempar jumrah. Sementara sejak tadi saya belum melihat satu pun setan, makanya saya belum mau melempar sama sekali. Mengapa saya berbeda dengan mereka. Begitu buruknya penglihatan saya.”

Mat Kelor mendadak menjadi ustadz. Dia bertutur: “Cobalah renungkan, adalah setan dalam hatimu yang mengajakmu berbuat dosa, menganjurkanmu untuk bakhil, membisikkanmu bahwa kamu lebih baik ketimbang orang lain?” Lelaki tadi itu langsung menjawab: “Banyak dan sering datang begitu.” Mat Kelor melanjutkan petuah: “Lempar dia supaya keluar dari dirimu. Tapi jangan lempar dirimu sendiri, lemparlah tugu jumrah itu sebagai simbol. Namun iringkan dengan niatmu bahwa kamu melempar setan dan tak mau bersamanya. Maka, setan itu akan pergi dari dirimu.”

Tiba-tiba, lelaki itu bangkit dan lari ke depan tugu sambil berteriak “Bismillaah Allahu Akbar. Kulempar syetan demi menggapai ridla Dzat Yang Maharahman.” Semangat sekali, sampai sebagian batunya mendarat di kepala orang hitam tinggi besar yang ada di hadapannya. Lelaki kulit hitam itu menoleh dan membentak: “Aku bukan syetan.” Lalu kami pulang. Dia kuajak bersama, akan ku kasih bubuk daun kelor biar segar dan fit kembali.

Selamat Pak Mat Kelor. Teruslah berbagi cerita. Inapirasi tak selalu datang dari para sarjana. Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Jemaah Haji Khusus Mulai Kembali, PIHK Tidak Lapor Sanksi Menanti

Jeddah (PHU)—Jemaah haji khusus mulai dipulangkan pada Ahad (26/8/2018) sore dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Hari ini sampai dengan pukul 22.00 waktu Saudi, telah diterbangkan 190 jemaah haji dari PIHK PT. Ananda Nurul Haromain dan 8 orang jemaah PT. Shafira Lintas Semesta.

Pemulangan jemaah haji khusus akan berlangsung hingga 13 september 2018 menggunakan 237 penerbangan. Sedangkan 56 penerbangan diantaranya terbang dari Madinah. Pemulangan jemaah haji khusus ini dipantau ketat oleh petugas Pengawasan PIHK.

“Pemantauan proses pemulangan ini agak menyulitkan karena ketidakjelasan terminal debarkasi apakah di terminal haji, terminal internasional atau terminal Saudi. Kepastiannya baru diketahui pada saat-saat akhir,” ujar Kadaker Airport Arsyad Hidayat, Jeddah, Ahad (26/8).

Namun demikian, kata Arsyad, petugas daker bandara tetap bekerja keras untuk melakukan pengawasan dan pendataan kepulangan ini jemaah haji khusus.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengawasan Haji Khusus Mulyo Widodo menyatakan bahwa dari 16.840 jemaah haji khusus yg tiba di Arab Saudi sebanyak 9 orang meninggal dunia dan beberapa yang sedang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi.

“Kami menunggu pemeriksaan terakhir kesehatan jemaah untuk memastikan apakah mereka dapat dipulangkan sesuai jadwal atau harus menunggu sampai dinyatakan laik terbang,” ujar Mulyo Widodo.

Ia juga menghimbau agar PIHK memperhatikan pelaporan proses pemulangan di Bandara baik Jeddah maupun Madinah.

“Ini sangat penting agar pemerintah dapat memantau lalu lintas jemaah haji khusus. Pengabaian terhadap kewajiban pelaporan dapat mengakibatkan sanksi tegas dari Kemang,” tandasnya. (ab/ab).

KEMENAG RI

PPIH Siapkan Bus dari Makkah ke Madinah

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyiapkan bus untuk memfasilitasi jamaah haji Indonesia berpindah dari makkah ke Madinah mulai 31 Agustus 2018.

“Kami sudah minta agar bus-bus sudah merapat di hotel jamaah dua jam sebelum keberangkatan,” kata Kepala Bidang Transportasi PPIH Arab Saudi Subhan Chalid di Makkah, Sabtu (25/8).

Jamaah haji dalam kelompok terbang yang berangkat ke Tanah Suci pada gelombang kedua (30 Juli-15 Agustus), setelah berada di makkah dan menunaikan ibadah haji akan menuju ke Madinah untuk beribadah dan berziarah.

Subhan mengatakan pengangkutan jamaah dari makkah ke Madinah akan dilakukan dalam tiga gelombang. Pada tahap awal akan ada 7.331 orang dari 18 kelompok terbang jamaah yang bergerak ke Madinah.

Jamaah asal Surabaya (Kloter SUB-38), lanjut dia, akan menjadi rombongan pertama yang berangkat menuju Madinah. Ia menambahkan petugas panitia lokal akan membawakan barang-barang jamaah dari hotel ke bagasi bus sehingga mereka tidak perlu repot mengangkatnya sendiri.

Subhan mengingatkan jamaah untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal, khusus dokumen seperti visa, paspor, buku kesehatan dan barang penting lainnya.

Selanjutnya, setelah selama 40 hari berada di makkah dan Madinah, mereka akan kembali ke Tanah Air secara bertahap mulai 8 September sampai 24 September dari Bandara AMMA Madinah.

Sementara jamaah dalam kelompok terbang yang berangkat ke Tanah Suci pada gelombang pertama, setelah berada di Madinah dan makkah selama 40 hari akan mulai kembali ke Tanah Air secara bertahap dari 26 Agustus sampai 7 September melalui Bandara KAAIA Jeddah.

 

REPUBLIKA

Nekat Bawa Air Zamzam, Petugas Tak Segan Sobek Paksa Koper Jemaah

Makkah (PHU)—Dalam peraturan penerbangan, penumpang tidak boleh membawa cairan diatas 100 ml dalam kopernya, tidak terkecuali bagi jemaah haji yang ingin kembali ke Tanah Air sambil membawa air Zamzam. Pelarangan ini terkait untuk keselamatan penerbangan.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pun mengeluarkan surat edaran terkait pelarangan membawa air Zamzam dalam setiap koper jemaah. Meski sudah mendapatkan imbauan melalui ketua kloter maupun petugas haji, masih saja banyak jemaah yang melanggarnya.

Yuhendra, petugas haji yang berada hotel Al Kiswah Makkah sudah mengingatkan agar jangan sampai ada airzamzam atau cairan apapun yang volumenya lebih dari 100 ml di dalam koper. Kalaupun ada yang nekat, koper tersebut akan disobek paksa oleh petugas dari maskapai penerbangan.

“Kalau tidak mau disobek paksa, ya harus dikeluarkan oleh jemaah sendiri,” kata Yuhendra saat ditemui di Al Kiswah Hotel Jarwal. Minggu (26/08)

Dia mengatakan, walaupun disini lolos, tapi di Bandara nanti ada alat pemindai yang bisa mendeteksi cairan. Jika terdeteksi koper-koper tersebut akan dibongkar paksa. Bahkan tak sedikit yang disobek karena koper jemaah sudah dalam keadaan terkunci. Pembongkaran dilakukan untuk mengeluarkan Zamzam.

“Padahal di bandara ada alat pemindai yang bisa dengan mudah mendeteksi cairan,” ujar pelaksana transportasi Sektor 11 Daker Makkah tersebut.

Dirinya juga dikirimi oleh petugas dari Maskapai Saudi Airlines mengenai banyaknya air Zamzam yang dikeluarkan dari koper jemaah haji Indonesia.

Yuhendra yang pada sepanjang hari Minggu ini berada di Hotel Kiswah untuk memantau penimbangan Tower mengingatkan agar jemaah tidak ‘ngeyel’ memasukkan Zamzam ke dalam koper.

Dari pantauan Media Center Haji (MCH), air Zamzam tersebut dimasukkan ke dalam botol air mineral yang sudah dibalut lakban sehingga isi botol tertutup rapat ada juga yang membalutnya dengan kain ihram.

Pemberangkatan pulang jemaah haji perdana memang baru akan dilakukan pada Senin (27/8) dinihari nanti. Namun koper-koper jemaah telah dikirimkan ke bandara Jeddah sejak Sabtu dan Minggu ini.(mch/ha)

 

KEMENAG RI

Jamaah Diminta Jangan Selundupkan Zamzam

Kepulangan jamaah haji Indonesia gelombang pertama akan dimulai pada Senin (27/8) pagi waktu setempat. Terkait kepulangan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mewanti-wanti jamaah agar tak mencoba membawa sendiri air Zamzam dari Tanah Suci sebelum berangkat.

“Jamaah tak boleh membawa Zamzam karena nanti akan diberikan jatah lima liter yang akan diterima di embarkasi masing-masing,” kata Kepala Daker Bandara PPIH Arab Saudi Arsyad Hidayat di Jeddah, Ahad (26/8), kepada wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami. Ia mengatakan, alasan pelarangan ini karena peraturan ketat penerbagan soal pelarangan membawa benda cair di pesawat.

Menurut Arsyad, nantinya pihak kargo yang ditugaskan mengangkut koper-koper bagasi jamaah akan melakukan penyisiran di hotel masing-masing jamaah yang akan diberangkatkan. Jika mereka menemukan jamaah yang mencoba membawa Zamzam langsung akan disita.

Hal tersebut akan menimbulkan kerepotan bagi jamaah karena pada saat penyitaan tentu barang-barang bawaan jamaah yang sidah tersusun rapi dalam koper akan dibongkar petugas kargo. Saat pembongkaran tersebut, ada kemungkinan barang-barang bawaan jamaah tercecer.

Sebab itu, Arsyad mengatakan, sebaiknya jamaah jangan coba-coba mengakali petugas kargo. “Jadi para petugas kargo ini memiliki alat pemindai yang bisa mendeteksi keberadaan benda cair dalam koper. Jadi mencoba membawa Zamzam dalam botol kecil juga jangan,” kata Arsyad memperingatkan.

Demikian juga, jamaah tak diperkenankan membeli paket Zamzam di bandara tempat mereka bertolak, baik Bandara King Abdulaziz Jeddah maupun Amir Muhamman bin Abdulaziz Madinah. Di bandara, kata Arsyad, akan dilakukan juga pemeriksaan barang-barang bawaan jamaah.

Sehubungan maraknya pemberitaan soal kemasan Zamzam palsu yang dijual di Tanah Air, Arsyad mengatakan hal tersebut tak perlu dikhawatirkan. “Yang dibagikan maskapai di embarkasi masing-masing jamaah pasti asli,” ujar dia.

Arsyad menuturkan, koper bagasi jamaah akan ditimbang dan diperiksa pihak kargo di hotel masing-masing jamaah setidaknya 48 jam sebelum keberangkatan. Petugas kargo tersebut ditunjuk maskapai masing-masing kloter untuk mengurusi bawaan bagasi jamaah sampai ke Tanah Air.

“Jadi koper tak lagi ditenteng jamaaah ke bandara saat kepulangan,” kata dia. Jamaah meninggalkan Makkah hanya memegang koper jinjing yang akan diperiksa kembali untuk meastikan di dalamnya tak ada barang-barang terlarang dibawa jamaah.

Selain Zamzam, jamaah juga dilarang membawa benda-benda tajam dari Makkah. Jamaah dari Saudi yang akan bertolak ke Tanah Air juga dilarang membawa uang tunai lebih dari 60 ribu riyal Arab Saudi atau sekira Rp 240 juta. “Meski dalam jumlah itupun tetap akan dicurigai dan diinterogasi.

Kabid Transportasi PPIH Arab Saudi Subhan Cholid menuturkan, pemulangan gelombang pertama akan dimulai Kloter 01 Debarkasi Palembang yang akan bertolak Senin (27/8) dinihari. Koper-koper mereka mulai ditimbang pihak Saudi Arabia Airlines pada Ahad (26/8) di wilayah Sektor 11 Makkah.

Pada hari pertama kepulangan tersebut, sebanyak 18 kloter akan diberangkatkan. Tujuh serikat perusahaan bus bakal mengangkut jamaah-jamaah tersebut dari Makkah ke Bandara Jeddah. “Kendaraannya sudah kita siapkan sesuai dengan kontrak bersama,” kata Subhan di Makkah.

 

REPUBLIKA

Serba-serbi Haji (4): Pusing Cari Kotak Amal

MAT Kelor memang sudah menjadi kaya semenjak menekuni bisnis kelornya. Namun gaya hidupnya tetap saja gaya Suliman masa lalu, tak ada beda. Bahasanyapun tetap bahasa Madura, kecuali terpaksa maka dia berbahasa Indonesia dengan kosa kata terbatas.

Ada yang bertanya kepadanya kok bisa kaya padahal tak bisa bahasa Inggris. Dijawabnya: “Uang itu tak memakai bahasa mulut, melainkan bahasa hati.” Jawaban ini memiliki banyak tafsir. Kapan-kapan undanglah dia untuk bercerita tentang bahasa uang.

Hari kedua di Mekah, Mat Kelor dan isterinya terpisah dari jamaah seusai thawaf, sai dan cukur. Lama sekali tak pulang ke hotel. Sang pembimbing mencarinya dan akhirnya ketemu. Ditanyalah mereka berdua mengapa menghilang. Jawabnya: “Kami tak menghilang Ustadz. Kami keliling masjidil haram ini mencari posisi kotak amal. Tak nyaman hati ini pulang masjid sebelum meletakkan uang dalam kotak amal.”

Ternyata, orang kalau sudah biasa shadaqah merasa tak enak kalau tak shadaqah. Persis dengan orang yang tak biasa shadaqah pasti merasa tersiksa batinnya saat diminta sumbangan. Sang Pembimbing menjelaskan bahwa di Mekah ini tak ada masjid yang punya kotak amal. Toilet pun tak ada kotak amal. Mat Kelor kagum luar biasa. Sambil geleng kepala berkata: “Di Indonesia, kotak amal masjid biasa jalan ke rumah-rumah bahkan ke jalan raya.”Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK