Serba-serbi Haji (12): Malu Bertanya Sesat Jalan

TERSESAT jalan di tanah suci adalah hal yang wajar. Saking seringnya terjadi, maka dikirimlah petugas-petugas haji yang salah satu fungsinya adalah membantu mengarahkan atau mengantar jamaah yang tersesat itu. Yang menarik adalah jika petugasnya juga tersesat maka bisa kacau. Tapi kasus yang terakhir ini belum pernah saya dengar.

Pagi ini saya menunggu Mat Kelor untuk makan pagi bersama. Namun sedari shalat subuh tadi tak menampakkan hidung. Baru saja saya telpon dia, dia bercerita sambil ketawa cekikikan karena mengalami kejadian lucu bersama jamaah tua yang kesasar. Ada nenek-nenek tua yang terpencar dari rombongannya, tak ada hape tak ada identitas kecuali gigi emas satu biji di bagian depan gigi atasnya. Kata nenek itu, hanya beliaulah yang bergigi seperti itu diantara jamaah haji Indonesia.

Ngomongnya lancar, bahkan tanpa rem, sehingga ada kesan agak stress atau pikun. Mat Kelor berbaik hati mau antar ke hotelnya, ternyata nenek tak hapal nama hotelnya. Beliau cuma berkata bahwa horelnya tinggi dekat gunung dan di depannya ada jalan. Lha, hotel di tanah suci banyak yang begitu.

Mat Kelor berinisiatif mengantarnya ke kantor petugas Indonesia. Nenek itu berkata: “Wah, ternyata Bapak pinter ya tahu kantor petugas. Jangan-jangan Bapak menteri agama ya?” Mat Kelor ketawa sambil menyahut santai: “ya”. Nenek itu sambil ketawa bilang: “Tapi kok gak ganteng?” Wah, Mat Kelor tersinggung tapi ya dibuat santai saja karena yang dihadapi adalah orang stress. Salah satu kaidah hidup: “JANGAN MELAYANI OMONGAN ORANG STRESS KALAU ANDA TAK INGIN IKUTAN STRESS.”

Tiba-tiba nenek itu menangis dan meminta maaf kepada Mat Kelor. Mat Kelor kaget bahwa ternyata nenek itu waras dan normal masih bisa merasa menyesal. Dipeluklah si nenek agar diam. Nenek itu kemudian berkata: “Hanya hanya kamu keponakan saya yang baik. Yang lainnya hanya merampas sawah dan sapiku. Sapiku hanya tinggal sepasang. Sekarang, antarkan aku ke kandang.”

Sekarang Mat Kelor yakin bahwa nenek itu betul-betul stress dan pikun. Syukurlah sudah sampai di kantor petugas. Mat Kelor geleng kepala sambil senyum dan bergumam: “Sepertinya harus ada test stress bagi semua calon jamaah haji biar tidak menjadi masalah di tanah suci.”

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

 

INILAH MOZAIK

Cinta Dunia Pangkal dari Segala Dosa

Manusia dihadapkan kepada dua pilihan selama hidup. Memilih kehidupan akhirat atau duniawi. Tak mudah untuk memilih salah satunya karena hal ini berhubungan dengan keimanan seseorang.

Ustaz Abu Ihsan Al Maidany dalam kajian Akibat Buruk Maksiat di Masjid Nurul Amal, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, belum lama ini, mengajak umat Islam agar mementingkan kehidupan akhirat ketimbang duniawi. Namun, bukan berarti sesuatu yang bersifat duniawi harus pula ditinggalkan. Ia harus melakukannya secara proporsional.

“Cinta dunia pangkal dari segala dosa,” ujar Ustaz Ihsan menyampaikan pendapat dari Ibnu Qoyyum.

Kecintaan kepada hal yang ber sifat duniawi agar tidak berlebihan. Sebab, dampak dari kecintaan yang berlebihan tersebut digambarkan lebih ganas daripada serigala. Artinya, ketika mereka ter buai oleh duniawi, potensi mela kukan maksiat semakin besar.

Kecintaan kepada duniawi yang berlebihan akan membuat ma nusia terseret ke dalam kemaksiatan. Ironisnya, mereka justru tak merasa bahwa yang dilakukan adalah sebuah kemak- siatan.

Ia mencontohkan seseorang yang meninggalkan ibadah shalat akan cenderung menunda shalat karena disibukkan oleh pekerjaan duniawi. Sehingga, pada akhirnya mereka tak melaksanakannya dan terus berulang-ulang. Kita kadang dipermainkan setan karena dunia itu. Satu demi satu per kara dosa dianggap biasa,ka ta Ustaz Ihsan.

Ustaz Ihsan mengungkapkan, banyak orang pada zaman ini yang meremehkan urusan akhirat. Mereka meyakini bahwa perto batan dapat dilakukannya ketika kesuksesan duniawi berhasil diraihnya. Namun, menurut Ustaz Ihsan, kenyataannya justru se baliknya, yaitu banyak di antara mereka yang sulit untuk berto- bat. Oleh karena itu, Ustaz Ihsan menegaskan, belum tentu mereka yang mencintai duniawi secara berlebihan dapat fokus terhadap urusan akhirat. Maka dari itu, tidak bisa disatukan dunia dan akhirat, kata Ustaz Ihsan.

Ia menuturkan, Allah SWT telah mengatakan, dalam firman- nya bahwa urusan akhirat lebih baik ketimbang duniawi. Sesuatu yang berkaitan dengan akhirat ia akan lebih kekal. Tetapi, untuk mencapai kesuksesan tersebut, tidak akan mudah karena selalu mendapatkan gangguan dari setan.

Makhluk ini, lanjut Ustaz Ihsan, tidak menginginkan manusia mendapatkan kesuksesan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, ia tak pernah berhenti untuk menggang gu manusia dengan berbagai godaan. Salah satu contohnya ada lah menggiring manusia untuk mencintai duniawi secara ber lebihan hingga lupa terhadap akhirat. Mau dapat dua-duanya sulit. Ada konsekuensinya. Kalau mau akhirat, harus rajin ibadah,tuturnya.

Kondisi seseorang yang memi lih fokus kepada kehidupan akhirat penuh dengan tantangan.

Dia menjelaskan, mereka akan tidak mudah mendapatkan peker jaan atau bisnis yang dijalankan tak berkembang. Situasi seperti itu banyak ditemui pada kehidupan masyarakat.

Ustaz Ihsan mengingatkan kepada seluruh Muslim khususnya mereka yang usianya sudah tua agar segera memfokuskan diri kepada urusan akhirat. Meninggalkan segala dosa adalah cara satu-satunya agar nantinya selamat.

Ustaz Ihsan mengungkapkan, ada banyak dampak negatif bagi mereka yang berbuat dosa antara lain ia akan terhalang untuk mendapatkan hidayah dari Allah.

Selain itu, mereka akan terhalang dari ilmu dan kebenaran. Orang berbuat maksiat semakin lama semakin keras hatinya. Sehingga, gakbisa membedakan yang baik dan buruk. Gakmempan lagi dengan nasihat, ucapnya.

Ustaz Ihsan menambahkan, berbuat dosa juga akan membuat manusia jauh dari rahmat Allah atau kasih sayang-Nya. Termasuk dijauhkan dari keberkahan dan keberuntungan. Padahal, keberkahan sendiri bisa mendatangkan kemaslahatan.

Kemaksiatan pun membuat Allah mencabut rezeki kepada mereka yang melakukannya. Untuk itu, kemaksiatan harus dihindari supaya selama kehidupan mendapatkan happy endingHappy ending tersebut hanya bisa didapatkan oleh mereka yang bertakwa. Yang paling meletihkan dalam hidup perang melawan setan. Dia gakada jedanya, kata dia menegaskan.

REPUBLIKA

Batuk jadi “Paduan Suara” Jemaah Haji Usai Armina

Makkah (PHU)–Usai puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), cukup banyak jemaah haji yang mengalami kelelahan fisik, kelelahan ini berakibat tidak sedikit jemaah yang terserang batuk dan gangguan pernafasan lainnya.

Dibeberapa masjid di Makkah, tidak terkecuali si Masjidil Haram, fenomena batuk antar jemaah menjadi suatu “paduan suara” yang seringkali terdengar. Dari tahun ke tahun, batuk dan gangguan pernafasan merupakan keluhan paling banyak yang dirasakan jemaah pasca puncak haji.

“Dari tahun ke tahun, memang itu yang paling sering dialami jemaah yang dirujuk ke KKHI,” ujar Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah Nirwan Satria di KKHI Kawasan Aziziah Janubiyah Makkah. Jumat (31/08).

Saat jemaah mengalami batuk dan gangguan pernafasan, Nirwan meminta kepada jemaah untuk menyambangi dokter yang ada di kloter. Dari situ jemaah bisa berkonsultasi mengenai batuk dan gangguan pernafasan tersebut.

Dengan adanya fenomena batuk ini, KKHI mengeluarkan lima imbauannya Pertama, jemaah diminta memperbanyak minum.”Jangan sampai kering kerongkongan. Dan jangan minum air dingin,” ujar Nirwan.

Kedua, jemaah diminta untuk selalu mengenakan masker. Ini penting agar jemaah tidak langsung menghirup debu di luar. Di sisi lain, potensi menularkan batuk juga bisa ditekan.

“Ketiga istirahat yang cukup,” kata Nirwan.

Keempat, jemaah diminta untuk menjaga stamina agar tetap fit. Caranya, dengan melakukan gerakan ringan di pagi hari.

“Kelima, rutin minum obat yang telah diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan di kloter,” pungkas Nirwan.(mch/ha)

KEMENAG RI

Hari Ketujuh Fase Kepulangan: 100 Kloter Terbang ke Tanah Air, 237 Jemaah Wafat

Jeddah (PHU)—Hingga hari ketujuh fase kepulangan ke Tanah Air, 100 kloter telah diterbangkan pulang. Jumlah itu terdiri dari 40.927 jemaah yang terbagi 20.245 jemaah menggunakan Garuda Indonesia Airways dan 20.682 jemaah menggunakan Saudi Arabia Airlines.

Data dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) yang diterima Media Center Haji (MCH), Ahad (02/09) pukul 10.00 WAS menyebutkan, sejauh ini jumlah jemaah wafat mencapai 237 orang. Rinciannya adalah 167 jemaah wafat di Makkah, 28 di Madinah, 8 di Arafah, 6 di Muzdalifah, 24 di Mina dan sisanya atau 4 jemaah wafat di Daker Bandara.

Adapun rincian 237 jemaah yang wafat sebagai berikut:

Madinah:
1. Sukardi Ratmo Diharjo (JKG-1) wafat pada 18 Juli 2018 di Masjid Nabawi (lalu dibawa di Klinik Kesehatan Haji/KKHI Madinah) disebabkan cardiac arrest pada usia 59;
2. Ade Akum Dachyudi (67) asal Kloter JKS-13; wafat pada 23 Juli 2018 di Masjid Nabawi (KKHI Madinah) disebabkan isheamic heart disease pada usia 67 tahun;
3. Sunarto Sueb Sahad (SOC-15) wafat pada 23 Juli 2018 di KKHI Madinah (perjalanan) disebabkan cardiovascular disease pada usia 57 tahun;
4. Siti Aminah Rasyip (SOC-05) wafat pada 23 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) karena acute ischemic heart disease pada usia 57 tahun;
5. Sanusi Musthofa Khafid (SUB-06) wafat pada 25 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan other obstructive pulmonary disease pada usia 73 tahun;

6. Katio Abdul Majid Simanjutak (MES-02) wafat pada 25 Juli 2018 di RSAS disebabkan cardiac arrest pada usia 59 tahun;
7. Machyar Sahromi Muhammad Thaif (JKS-06) wafat pada 26 Juli 2018 di RSAS disebabkan acute myocardial infarokom pada usia 78 tahun;
8. Mohammad Sholeh bin Abu Bakar (SUB-23) wafat pada 27 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan isheamic heart disease pada usia 74 tahun;
9. Nordiani Bahrani Kursani (BDJ-03) wafat pada 28 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan isheamic heart disease pada usia 53 tahun;
10. Widodo Karto Semito bin Jimin (JKS-35) wafat pada 29 Juli 2018 di RSAS disebabkan cardiac arrest pada usia 56 tahun;

11. Abdullah Noor bin Sidik (SOC-13) wafat pada 29 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan Cardiovascular Disease pada usia 72 tahun;
12. Rasnam Ponidjan (SUB-23) wafat 29 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan isheamic heart disease pada usia 64 tahun;
13. Adang Aliyudin Satibi (JKG-05) wafat 30 Juli 2018 pukul 09.15 disebabkan shock kardiogenic di RS King Fahd Madinah pada usia 61 tahun;
14. Ame Omon Jasan (JKS-31) wafat 30 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan cardiovascular diseases pada usia 55 tahun;
15. Dadang Saepulloh Abdullah (JKS-003) wafat 31 Juli 2018 pukul 08.41 WAS di RS King Fahd Madinah disebabkan shock hypovolemik pada usia 57 tahun;

16. Daklan Mustopa Kholil (JKS-38) wafat 31 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan cardiovascular diseases pada usia 58 tahun;
17. Sujatmin Siswo Taruno (SOC-26 ) wafat 1 Agustus 2018 pukul 02.00 WAS di KKHI Madinah disebabkan chronic obstructive pulmonary disease (COPD) pada usia 86 tahun;
18. Budi Riyanti Asmi (PLM-05) wafat 1 Agustus 2018 di Masjid Nabawi (KKHI Madinah) disebabkan circulatory diseases pada usia 54 tahun;
19. Tohet Kuris Jamil (PLM-03) wafat 2 Agustus 2018 di RSAS (KKHI Madinah) disebabkan cardiac arrest pada usia 69 tahun.
20. Muhtarom Muh. Yasin Mursid (SOC-34) wafat 3 Agustus 2018 di hotel (KKHI Madinah) disebabkan ischeamic heart disease pada usia 82 tahun;

21. Mium Usup Dito Redjo (SUB-35) wafat 4 Agustus 2018 di rumah sakit (KKHI Madinah) disebabkan cardiopulmonary arrest pada usia 64 tahun;
22. Adenan Damud Asir (PDG-07) wafat 6 Agustus 2018 pada usia 72 tahun;
23. Sarun Karim Bakri (SUB-08) wafat 9 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardiovascular diseases pada usia 52 tahun;
24. Sugiati Nassa Petta Lolo (Haji Khusus/PT. Tazkiyah Global Mandiri) wafat 12 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovascular disease pada usia 60 tahun;

25. Subadi Minto Semito (PLM-08) wafat 12 agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 65 tahun;
26. Sunarni Sumantri Zakaria (Haji Khusus/PT. Arston Pesona Indonesia Tour) wafat 13 Agustus 2018 disebabkan cardiovascular diseases pada usia 62 tahun;
27. Iraja Lagening Labebang (BPN-02) wafat 15 Agustus 2018 disebabkan infectious and parasitic diseases pada usia 68 tahun;
28. Soekadji Towirjo Tosoero bin Towirjo (PIHK) wafat pada 27 Agustus 2018 pada usia 71 tahun; Makkah:

29. Supriyati Teguh Adam (SOC-5) wafat 29 Juli 2018 pukul 23.30 WAS di KKHI Makkah disebabkan acute pulmonary lung disease pada usia 51 tahun;
30. Zainal Abidin Yusuf (UPG-04) wafat 29 Juli 2018 di RSAS disebabkan infectious and parasatic diseases pada usia 60 tahun.
31. Supiyah Ngadiman Safei (JKG-11) wafat pada 2 agustus 2018 pkl 16.00 WAS di RSAS An Noor Makkah pada usia 65 tahun;
32. Jamiatun Waridin Suratman (SOC-52) wafat 2 Agustus 2018 pukul 13.30 WAS di Masjidil Haram Makkah pada usia 66 tahun;
33. Jene bin Sanusi Enon (JKS-11) wafat 2 Agustus 2018 pukul 19.25 WAS di RSAS An Noor Makkah pada usia 87 tahun;
34. Mukti Wibowo bin Martono (SOC-11) wafat 3 Agustus 2018 pukul 19.00 WAS di RSAS pada usia 69 tahun;
35. Bua Permata Uar bin Daing Matira (UPG-012) wafat 4 Agustus 2018 pukul 00.23 WAS di Masjidil Haram pada usia 58 tahun;

36. Busari bin Kasihan (SOC-004) wafat 4 Agustus 2018 pukul 08.23 WAS di RSAS pada usia 63 tahun;
37. Masriah binti Sejadi Tarsipin (SUB-046) wafat 4 Agustus 2018 pukul 14.00 Was di RSAS pada usia 59 tahun;
38. Bainah Siregar binti Banua Siregar (MES-008) wafat 5 Agustus 2018 pukul 06.20 WAS di RSAS pada usia 72 tahun;
39. Arif Hidayat bin Padli (JKS-027) wafat 5 Agustus 2018 pukul 11.30 WAS di pemondokan pada usia 60 tahun;
40. Rohanah binti Suhadmi Musani (JKS-057) wafat 5 Agustus 2018 pukul 10.00 WAS di RSAS pada usia 73 tahun;

41. Paisah binti Junaiddin Rangkuti (MES-003) wafat 6 Agustus 2018 pukul 10.03 WAS di RSAS pada usia 60 tahun;
42. Murti bin Wiji Tajid (SUB-047) wafat 7 Agustus 2018 pukul 23.51 WAS di RSAS pada usia 82 tahun;
43. Siti Ngaisah Yayah (PLM-001) wafat 7 Agustus 2018 pukul 13.45 WAS di RSAS pada usia 78 tahun;
44. Sikan Purwoprayitno Madjada bin Madjasa (SOC-016) wafat 8 Agustus 2018 pukul 01.05 WAS di pemondokan pada usia 78 tahun;
45. Jasmo Karmani Kami bin Karmani (SOC-061) wafat 9 Agustus 2018 pukul 03.15 WAS di Masjidil Haram pada usia 58 tahun;
46. Yurni binti Dja’far Abdullah (MES-012) wafat 9 Agustus 2018 pukul 05.00 WAS di pemondokan pada usia 68 tahun;
47. Djamaluddin bin Sangkala Liong (UPG-012) wafat 9 Agustus 2018 pukul 10.55 WAS di pemondokan pada usia 63 tahun;
48. Triyanto Citro Sukarto (SOC-44) wafat 9 Agustus 2018 pada usia 57 tahun;
49. Suparto Katidjo Abdullah (BTH-13) wafat 9 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
50. Rohmat Abdul Latif (SUB-54) wafat 9 Agustus 2018 pada usia 63;
51. Hardjono Hardjo Utomo (SOC-59) wafat 10 Agustus 2018 pada usia 69;
52. Soeprat Moeri Karyani (SOC-54) wafat 10 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
53. Ahmad Betong Ariih (JKG-29) wafat 10 Agustus 2018 pada usia 68 tahun;
54. Mat Kaer Iskak (SUB-09) wafat 11 Agustus 2018 di RSAS disebabkan circulatory disease pada usia 76;

55. Zaenal Maarif Abdullah (Haji Khusus/PT Patuna Mekar Jaya) wafat 7 Agustus 2018 di disebabkan cardivascular diseases pada usia 61 tahun;
56. Afandi Mukri Mufid bin Mukri (Haji Khusus/PT Citra Wisata Dunia) wafat 9 Agustus 2018 pukul 16.55 WAS di RSAS pada usia 64 tahun;
57. Mariso Bakri Amat (BPN-07) wafat 11 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiartory disease pada usia 56 tahun;
58. Aty Yuliana Kasmidi (UPG-14) wafat 11 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan respiartory disease pada usia 62 tahun;
59. Sara Basiru Duke (UPG-29) wafat 12 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovacular diseases pada usia 70 tahun;
60. Manyuzar Young Mansyur (MES-10) wafat 12 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 69 tahun;
61. Utin Risnarti Idris (BTH-16) wafat 12 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan malignant neoplasms (cancers) pada usia 55 tahun;
62. Mukhlis Teuku Usman Sarong (BTJ-05) wafat 12 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardivascular diseases pada usia 57 tahun;
63. Nizar Muhammad Syam Balikun (BTH-09) wafat 12 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardiovascular diseases pada usia 55 tahun;
64. Nurharini Adi Sukarta (SOC-23) wafat 13 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 67 tahun;
65. Madun Eri Markim (JKG-36) wafat 13 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan endocrine, nutritional and metabolic disease pada usia 68 tahun;
66. Suherman Surmin Kasmin (JKS-12) wafat 14 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 66 tahun;
67. Suratman Muhanan Wirorejo (BTH-24) wafat 14 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan respiratory diseases pada usia 76 tahun;
68. Hamdani Fitri Syarkowi (JKG-35) wafat 13 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan infectious and parasit diseases pada usia 51 tahun;
69. Husni Thamrin Prabujaya (PLM-10) wafat 14 Agustus 2018 di RSAS Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 68 tahun;
70. Suyatno Sadi Abdullah (MES-09) wafat 15 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan digestive diseases pada usia 77 tahun;
71. Siti Chumaizah Djenal Sahlan (SUB-32) wafat 15 Agustus 2018 di RSAS Makkah disebabkan circulatory diseases pada usia 73 tahun;
72. Sudiqnyo Supadi Supodikromo (SUB-23) wafat 15 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovascular disesases pada usia 76 tahun;
73. Isjono Namsori Kasidi (SOC-20) wafat 15 Agustus 2018 di RSAS Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 64 tahun;
74. Nordiana Hologau Tompon (SUB-66) wafat 15 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 73 tahun;
75. Saswadi Rabun Sutarana (SOC-91) wafat pada 15 Agustus 2018 di Masjid (KKHI Makkah) disebabkan cardiovascular disesases pada usia 74 tahun;
76. Tasmin Sudarmi Tasiran (SOC-60) wafat 15 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan respiratory diseases pada usia 65 tahun;
77. Saodah Taali Jaila (LOP-05) wafat 16 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan circulatory diseases pada usia 70 tahun;
78. Sutaman Sondong Leman (SOC-83) wafat 15 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan injury, poisioning and certain other consequences of external cau pada usia 75 tahun;
79. Sarika Sujana Sajan (JKS-80) wafat 16 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 54 tahun;
80. Nani Keman Abdul Rojak (JKS-03) wafat 16 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan respiratory diseases pada usia 60 tahun;
81. Muhammad Tahir Ahmad Mahmud (LOP-05) wafat 16 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 58 tahun;
82. Tri Widyatiningsih Mitrosumarjo (SOC-78) wafat 17 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 57 tahun;
83. Abdul Muis Sjamsul Bahri (JKS-83) wafat 17 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardiovascular diseases pada usia 62 tahun; dan
84. Ridwan Usman Abdurrahman (PDG-06) wafat 17 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovascular diseases pada usia 59 tahun;
85. Narsih Binti Sadipan (SOC-79) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
86. Rusnati Binti Rali (JKS-88) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
87. Sukiran Bin Sukino (JKG-39) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
88. Badrut Tamam Siddiq (SUB-16) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
89. Suhatma Bin Tumin (JKG-63) wafat 18 Agustus 2018 pada usia 84 tahun;
90. Jasman Ayub Ismail bin Ayub Ismail (BTH-013) wafat 18 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
91. Kismo Wiyono Al Rubinah (SOC-24) wafat 18 Agustus 2018 pada usia 87 tahun;
92. Moh Huri bin Sallim Jeti (SUB-012) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
93. Rahmawaty binti Muhammad Ibrahim (MES-007) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 47 tahun;
94. Pandak bin Candak (PLM-013) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
95. Yuwono Dwi Putranto bin Imam Soedjarwo (SOC-059) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 57 tahun;
96. Setu Sulistijo Budi bin Djojodikromo (SUB-005) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
97. Roikin bin Sudia (JKS-057) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
98. Mustadjab Rifa’i bin Karijono (SUB-010) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
99. Patimah binti Sukarya (JKS-027) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
100. Yayah Bariah binti Mamat Rahmat (JKS-007) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
101. Surat Asmuri Sahlan binti Asmuri (SOC-054) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
102. Abdul Amin bin Anwar (SUB-074) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
103. Tujirah binti Wirjo Utomo (SOC-90) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
104. Syamsi Anwar bin Abr Rahman (PIHK) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
105. Nurdjanah binti Mahmud (JKS-039) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
106. Takhroni bin Sakib Tarwadi (SOC-014) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
107. Endang Suharya bin Tjetje (JKS-069) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
108. Khoiron bin Abd Kamid (SUB-067) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 49 tahun;
109. Sutriyono bib Sukiman (SOC-069) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 48 tahun;
110. Saepuloh bin KHN. Hanafiah (JKS-027) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
111. Siti Darwati Roslan binti Roslani Abdul Gani (SOC-66) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
112. Puji Rahayu binti Harjo Setomo (JKS-091) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
113. Siti Aliyah Karto Darmo binti Karto Darmo (JKG-043) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
114. Tamin bin Suraji (SUB-048) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 55 tahun;
115. Muhammad Daswan Sanmusa bin Sanmusa (JKG-049) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 81 tahun;
116. Siti Nurfaridah binti Supardi (SOC-038) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 55 tahun;
117. Nurmah binti Makjin (MES-016) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 53 tahun;
118. Imam Kustarto bin Mas Moh Muhtar (SUB-013) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
119. Khabil Hi Abdullah Syafi bin Hi Abdullah Syafi (UPG-007) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
120. Djumlah binti Dullah Amin (JKG-051) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
121. Hamid Arief Syahlan bin Hatomi (JKS-071) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 83 tahun;
122. Atina Hidayati binti Soleh (SOC-008) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
123. Soesanto Darmo Tohiran bin Darmo Tohiran (PIHK) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 75 tahun;
124. Aminuddin bin Muksarun (BDJ-003) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
125. Suryadi bin Sahari (JKS-078) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 58 tahun;
126. Masdewan Hasibuan binti Marjuki Hasibuan (MES-021) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
127. Zainah binti Mohamad Siddik (PDG-010) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
128. Sadatun Syam bin Syam Dondang (LOP-006) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
129. Masdar bin Hamdi Ijan (BDJ-006) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
130. Ramelan Sadimo Kaliyah bin Sadimo (SUB-040) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
131. Yuritae binti Alfrid (BDJ-012) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
132. Ngatenam bin Sarip (SUB-023) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
133. Suharjo bin Martatilar bin Karya Semita (SOC-089) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
134. Jajang bin M Ali (JKS-032) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
135. Gimin bin Wongso (PLM-005) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
136. Sulimin bin Galimo Sandiyo (SUB-040) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
137. Irsyad bin Sakim (SUB-067) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
138. Sutarno bin Sutanto (JKS-065) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
139. Kusaini bin Ibrahim (SUB-004) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
140. Ramzan Muhammad Yusuf bin M Yusuf (PIHK) wafat 26 Agustus 2018 pada usia – tahun
141. Kunaman bin Carsad (JKS-015) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 68 tahun;
142. Misye Gantini binti HR Otto Argadikusumah (JKG-051) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 54 tahun;
143. Surip bin Nardi Utama (JKS-054) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
144. Abdullah bin Amin bin M Amin (BTJ-003) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 57 tahun;
145. Lasmijati binti Sastrorejo (SOC-087) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 72 tahun;
146. Suhartina binti Syahril Syarif (BTH-002) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
147. Jamaludin Abdullah bin Abdullah Ahmad (JKG-030) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
148. ST Jaenab binti H Atalib (LOP-006) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
149. Oom Komariah binti Iju (JKS-086) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
150. Siti Sahra binti Sau Sau (UPG-020) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
151. Usman bin Tachroni (SOC-011) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
152. Akhmad Qurniawan Basyirun Mazid bin Basyirun Mazid (JKG-022) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
153. Endon binti Karto Ali Kusen (JKG-034) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
154. Waluyo Darmo Pawiro bin Darmo Pawiro (SOC-028) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 70 tahun;
155. Muhammad Toni bin Sadul (BTH-014) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
156. Sanip bin Ajim (JKS-087) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
157. Syafril Karim bin Abd Karim (BTH-022) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
158. Romadi bin Sanuri Pa’yam (SUB-077) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
159. Uddi Sanhudi bin H Eyo Hadiah (JKS-077) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
160. Asmah Lawi Syukur binti Lawi (BDJ-009) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
161. Halima Karinda binti Rafiuddin (BPN-012) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
162. Sawakati binti Tuga (UPG-030) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
163. Sarman Sarmono bin Diran Harjo Utomo (BPN-011) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
164. Noto Prayitno Bleto bon Bleto (PIHK) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 45 tahun;
165. Hamidah binti Nyak Itam (BTJ-009) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 72 tahun;
166. Tuti Windu Agustina binti Alisati Siregar (PLM-004) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
167. Hasan bin Suma (BDJ-013) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
168. M Yusup bin H Aman bin H Niing (JKG-021) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
169. Muhammad bin Ali Puteh (BTJ-011) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 70 tahun;
170. Nj Widji binti Amad Karsidi (SOC-036) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
171. Ngatiman bin Sumardi (BTH-004) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 46 tahun;
172. Sukairi Parto Tayib bin Parto (PIHK) wafat 30 Agustus 2018 pada usia – tahun;
173. Tri Purbo Irianto bin M Siswo Amijoyo (SOC-086) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
174. Paimin Harjo Pawiro bin Harjo Pawiro (SOC-021) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
175. Halimi bin Majudi (PLM-012) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
176. Ibrahim Tugu Baru bin Tupen Beda (SUB-065) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 81 tahun;
177. Amsiyah binti Suhardjito bin Suryo Prawiro (SOC-092) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
178. Kusnarto Hadi Sulistyono bin Imam Suhadi (SUB-080) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
179. Usman bin Anwar (MES-008) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 59 tahun; dan
180. Zulkarnain bin Abuston A. Manap (BTH-026) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 49 tahun;
181. Jurina Muhammad Juned (BTH-008) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
182. Siti Kalimah Surham Djamal (SUB-050) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 46 tahun;
183. Chamdanah Kastolani Qohir (SUB-78) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
184. Syamani Umar Simin (BTJ-007) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
185. Wasirah Arsowiono Sanardi (SOC-089) wafat 1 September 2018 pada usia 70 tahun;
186. Moeljani Mitro Suharjo (JKG-057) wafat 1 September 2018 pada usia 68 tahun; Arafah
187. Kamdi Amat Rejo bin Amat Rejo (SOC-77) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
188. Moh. Hirjan bin Munakip (LOP-001) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
189. Raji bin Samingan (MES-001) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 77 tahun;
190. Suhartini binti Kamdi Suryokaryono (JKG-058) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
191. Mahdi Jakfar Maddan bin Jakfar (PIHK) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
192. Warno bin Noyo Droni (BTH-024) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
193. Adi Tjardidjo bin Tjarsilan (JKS-072) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
194. Siti Nurroudlotul Masluhan (BTH-012) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 56 tahun; Muzdalifah
195. Slamet Masirun Rekso bin Masirun (SUB-039) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
196. Nurdjanah binti Mahmud (PLM-005) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
197. Sri Jumani binti Samardi (JKG-033) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
198. Nurhayati binti Arban Abdullah (BTH-003) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 59 tahun; dan
199. Abdullah Lakkase Laedang bin Lakkase (PIHK) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 63 tahun.
200. Hayuya binti H. Saimi (PDG-009) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 81 tahun

 

Mina
201. Kartinah Abu Hasan (SOC-063) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 68 tahun;
202. Seni binti Parto Wiryo (BTH-023) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 62 tahun;
203. Siti Aminah binti Muhammad Hasaeni (SOC-095) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
204. Miswan bin Buang Busono (SUB-004) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 63 tahun
205. Siti Udia binti M Saleh (LOP-006) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
206. Abdul Radjak Igris bin Igris A. Mahmud (UPG-025) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
207. Suryana binti Bahari Abdul Razak (BTH-012) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
208. Maseron bunti Juliyan Basir (JKG-046) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
209. Budiyono bin Ramelan (SOC-084) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
210. Tatang Sunarta bin Ikung (JKS-072) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
211. Supeni bin Yahkun Barnawi (BTH-008) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
212. Abdullah Rumbawa bin Tatlau Rumbawa (UPG-011) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
213. Isnaniah Ali Mansyur binti Ali Mansyur (PIHK) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 47 tahun;
214. Tini Rochani binti Andun Rusmana wafat 21 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
215. Maniti binti Luddin (SUB-007) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
216. Basirun bin Main (PDG-009) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 51 tahun; dan
217. Mohammad Baharuddin Harun bin Harun (BTH-019) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
218. Zainab binti Abdus Samad (BTH-004) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
219. Iroh binti Odi Dulgani (JKG-061) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
220. Mulyani binti Mulyadi (JKS-064) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 53 tahun;
221. Ali Arman bin Muhammad Djarim (PDG-016) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 53 tahun;
222. Suminah binti Samaji (SUB-080) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
223. Moncot Hasibuan (MES-021) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 78 tahun; dan
224. Yuli Muarifa binti Muhammad Arif (SUB-028) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 49 tahun; dan
225. Saidi bin Jahri Aji Jamat (PLM-001) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 77 tahun; Arafah
226. Basuki Setia Sejati bin Muhammad Rachami (SOC-087) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 55 tahun;
227. Siti Halimah binti Ahmad Jemat (BTJ-006) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
228. Siti Rofingah binti Ahmad Dahlan (SOC-091) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
229. Patonah binti Carta (JKS-080) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
230. Yusuf Lewa bin Abdullah Lewa (SUB-065) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
231. Qomariyah binti Abdullah (SUB-006) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
232. Saripah Marsip Husin binti Marsip (JKG-046) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 83 tahun; dan
233. H. Dinar Ali bin Dinar (BPN-007) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;

 

Bandara
234. Hartati Hasan Pate (UPG-34) wafat 14 Agustus 2018 di KKHI Bandara disebabkan respiratory diseases pada usia 39 tahun;
235. Mukit Ikin Paing (SUB-66) wafat 12 Agustus 2018 di KKHI Bandara disebabkan diseases of the genitourinary system pada usia 57 tahun;
236. Hadia Daeng Saming (UPG-05) wafat pada 20 Juli 2018 ; di Klinik Bandara AMMA disebabkan cardiac arrest pada usia 73 tahun; dan
237. Kasto bin Djojo Semito (SOC-053) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 78 tahun. (mch/ab).

KEMENAG RI

Tak sanggup laksanakan Haji dan Umrah? Perbanyaklah Amalan Ini (Bagian 2)

Sesungguhnya harta bagi yang menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah dan menginfakkannya di jalan kebaikan yang mendekatkan diri kepada Allah, merupakan sarana yang dapat mengantarkannya kepada Allah.

Sementara itu, harta bagi orang yang mengeluarkannya di jalan kemaksiatan kepada Allah dan digunakan untuk meraih tujuan-tujuan yang diharamkan atau hal yang melalaikan diri ketaatan kepada Allah, maka ini merupakan sebab pemutus baginya dari Allah.

Sebagaimana ungkapan Abu Sulaiman Ad-Darani,

Allah Ta’ala telah memuji dalam Al-Qur`an kelompok pertama dan mencela kelompok kedua. Allah Ta’ala berfirman dalam memuji kelompok pertama,

الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُم بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 274)

Allah Ta’ala berfirman dalam mencela kelompok kedua,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ – وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Munafiquun: 9-10).

bnu Abbas Radhiyallahu Anhu mengatakan, ”Tidaklah seorang pun yang tidak menunaikan zakat hartanya, kecuali meminta kembali ke dunia saat ajalnya tiba.” Kemudian beliau membaca ayat di atas.

Setelah mengetahui dalil-dalil di atas, maka tidak ada alasan lagi bagi kita sebagai orang muslim untuk bermalas-malas dalam ibadah.

Sebagian tulisan ini disadur dari kitab Latha`if Al-Ma’arif Fima Lil Mawasim Min Wazha`ifkarya Ibnu Rajab Al-Hanbali. Semoga bermanfaat. Aamiin.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Tak Sanggup Laksanakan Haji dan Umrah? Perbanyaklah Amalan Ini

Ibadah haji dan umrah adalah ibadah yang mencakup semua sisi kehidupan seorang muslim, yakni ibadah berupa harta dan diri. Di antara syaratnya adalah seorang yang mampu untuk melaksanakan ibadah tersebut. Tentunya, tidak semua muslim sanggup melakukannnya.

Orang yang melaksanakan haji dan umrah mendapatkan pahala yang besar jika dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Bagaimana dengan yang tidak sanggup?

Terkait hal ini, dalam Shahih Bukhari disebutkan riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia menuturkan, ”Kaum fakir miskin dari golongan shahabat-shahabat Muhajirin mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu mereka berkata, “Orang-orang yang berharta banyak telah pergi (meninggal dunia) dengan membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya, “Mengapa demikian?”

Orang-orang itu menjawab, “Karena mereka shalat sebagaimana kami juga shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Mereka mempunyai kelebihan harta yang mereka pergunakan untuk berhaji, umrah, jihad, dan bersedekah dengannya.” Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Maukah kalian semua aku beri tahukan suatu amalan yang dengannya kalian dapat mengejar pahala orang-orang yang mendahului kalian dan mengungguli orang-orang sesudah kalian, dan tiada seorang pun yang menjadi lebih utama daripada kalian, melainkan orang yang mengerjakan sebagaimana amalan yang kalian kerjakan?”

Para shahabat menjawab, “Tentu saja, ya Rasulullah.” Beliau kemudian bersabda lagi,

“Bacalah tasbih (Subhanallah), takbir (Allah Akbar), dan tahmid (Alhamdulillah) setiap selesai shalat masing-masing sebanyak 33 kali.”

Selanjutnya kaum fakir miskin dari golongan shahabat Muhajirin itu kembali mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu mereka mengadu, “Saudara-saudara kami yang kaya telah mendengar mengenai apa yang kami lakukan lalu mereka pun mengerjakan sebagaimana apa yang kami lakukan.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.” (HR. Al-Bukhari).

Diriwayatkan dari Abu Darda’ Radhiyallahu Anhu, ia berkata,

“Suatu hari kami mengadu, ‘Wahai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, orang-orang yang berharta banyak telah meninggal dunia dengan membawa pahala, mereka berhaji, sedangkan kami tidak, mereka berjihad, sedangkan kami tidak, mereka begini dan begitu hingga seterusnya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun bersabda, “Tidakkah kalian mau aku beri tahukan tentang sebaik-baiknya amalan, jika kalian lakukan, maka kalian akan menjadi lebih baik daripada mereka?, yaitu kalian bertakbir 34 kali, bertasbih 33 kali, dan bertahmid 33 kali setiap selesai shalat.” (HR. Ahmad dan An-Nasa`i).

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Kisah Perempuan Indonesia 13 Tahun Jadi Pelayan Masjid Nabawi

MADINAH – Murtiah (47) bukan tenaga kerja biasa. Separuh hidupnya dihabiskan untuk bekerja di tempat mulia yang menjadi tujuan umat Islam di dunia ketika melaksanakan ibadah haji dan umrah.

Sebagai seorang Muslim pasti bangga bila setiap hari bisa berada di Tanah Haram, apalagi bisa menjadi bagian dari pelayan di istana Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam itu, yakni Masjid Nabawi di Madinah Al Munawwarah, Arab Saudi.

Perempuan kelahiran Kalimantan Selatan ini adalah satu dari ratusan pekerja Indonesia yang mengabdikan dirinya di Masjid Nabawi. Dia begitu tangkas mengatur pasukannya membersihkan salah satu bagian dinding masjid. Bahkan, dia yang pandai berbahasa Arab ini tak canggung ketika seorang Urdu bertanya. Bahasa Arab dan Urdu-nya lumayan bagus.

Ketika Okezone.com menghampiri, mulanya perempuan ini enggan bercerita. Perempuan ini pemalu dan bahkan sulit diajak berbicara. Namun setelah diyakinkan bahwa pengalaman ini bisa mengobati rasa rindu dengan keluarga di Tanah Air, ia pun sontak mengiyakan.

Murtiah mulai menceritakan awalnya bisa berada di Masjid Nabawi 13 tahun silam cukup panjang perjalanannya. Mulanya ia mengaku sulit hidup di negeri orang dengan beragam perbedaan, mulai dari bahasa, budaya, hingga suhu udara.

Bisa dibayangkan masuk ke negeri orang, dengan segala kekurangannya, tapi demi mencari nafkah semua ia lakoni. Tidak semudah yang dibayangkan dan terpikir oleh orang Indonesia bahwa bekerja di negeri orang enak. “Itu salah, mas. Saya harus sabar dan ikhlas menjalani hidup di sini,” ujarnya.

Ia merasakan betul saat tiba di Arab Saudi tidak langsung bekerja di Masjid Nabawi, tetapi serabutan. “Karena memang tidak mudah langsung masuk, ada seleksi khusus untuk bisa menjadi petugas kebersihan di Masjid ini (Nabawi),” ujar Murtiah.

Setelah hampir satu tahun berada di Arab Saudi, baru setelah itu ia bisa bekerja di Masjid Nabawi ini. Murtiah dan teman satu kampung halaman, Nuraini, beruntung bisa menjadi bagian dari petugas Masjid Nabawi, tempat yang selalu dirindukan umat Islam dunia.

Pertama kali bekerja di masjid dengan luas 235 ribu meter persegi ini, ia ditempatkan di toilet dan tempat wudu. Setelah satu tahun berjalan, ia mulai mendapat tugas dan penempatan baru di bagian dalam masjid.

Murtiah mengatakan beruntung sekali ketika berada di dalam masjid. Di tempat itu, ia bisa setiap hari berada di Raudhah dan mengunjungi makam Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam yang letaknya berhimpitan dengan Masjid Nabawi.

“Ini salah satu kenikmatan bagi saya bisa bekerja di sini, karena bisa ke Raudhah dan makam Rasulullah, dan minum zamzam setiap harinya. Tenang batin saya,” ungkapnya sambil meneteskan air mata.

Kini setelah 13 tahun bekerja, ia sudah memiliki jabatan. Murtiah dipercaya sebagai pengawas atau mandor dari para pekerja-pekerja lainnya di masjid tersebut.

Alasan lain yang membuatnya betah yakni pekerjaan yang diemban tidak terlampau berat. Setiap waktu yang ditetapkan bekerja selama 8 jam. Dibagi menjadi tiga sif, pagi pukul 06.00–14.00, siang 14.00–22.00, dan malam 22.00–06.00 pagi.

Para pekerja mendapat jatah libur satu hari dalam seminggu. Gaji yang diterima pun tidak terlalu besar hanya 750 riyal atau sekira Rp3 juta (kurs 1 riyal = Rp4 ribu).

Murtiah mengaku dengan gaji itu ia bisa kirim uang ke kampung halaman, kebutuhan hidup sehari-hari di Saudi, bahkan masih menabung. Apa rahasianya, ia dan teman-temannya banyak menerima uang sedekah atau ceperan (tips) dari para jamaah yang salat di Masjid Nabawi.

“Alhamdulillah, biasanya ada saja yang memberi sedekah berupa uang atau barang, jumlahnya lumayan lah. Pernah saya terima 500 riyal (sekira Rp2 juta) dari orang Arab. Itu sekali-kalinya saya terima uang sebesar itu,” tuturnya mengenang.

Bahkan, kata Murtiah, rata-rata petugas kebersihan di sini bisa mengumpulkan uang sedekah jamaah bisa mencapai 50–100 riyal setiap harinya. “Apalagi kalau musim haji, banyak orang Indonesia yang datang hanya untuk kasih uang ke kami,” papar Murtiah.

Ketika ditanya mau sampai kapan bekerja di Arab Saudi, ia pun menjawab enteng sambil tertawa. “Tidak tahu, mas. Saya nikmati saja. Kalau ditanya kangen, sudah pasti. Tapi mau gimana lagi, saya harus penuhi kebutuhan keluarga, salah satunya biaya sekolah anak,” ujar Murtiah yang enggan menceritakan keberadaan sang suami.

Bukan hanya Murtiah, orang Indonesia lainnya yang bekerja di Masjdi Nabawi adalah Kusno. Pria asal Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, ini baru 5 tahun bekerja.

Kusno pada awalnya sangat menginginkan sekali bisa bekerja di Masjidil Haram, Makkah. Meski akhirnya ditempatkan di Masjid Nabawi, dia tidak mempersoalkan.

“Dua tempat itu (Masjidil Haram dan Nabawai) adalah wilayah suci, jadi menurut saya sama saja, dan alhamdulillah masih bertahan hingga saat ini,” beber Kusno.

Ia punya cerita sendiri ketika bekerja di negeri orang. Selain untuk pengalaman, juga menambah wawasan bahasa, lantaran setiap hari bergaul dengan pekerja lain yang berbeda bahasa juga, seperti Pakistan, Bangladesh, dan Arab Saudi sendiri.

Kusno menyebut di Masjdi Nabawi terdapat sekira 200 pekerja dari Indonesia, termasuk yang bekerja sebagai office boy dan pembersih toilet.

Masing-masing pekerjaan dan tanggung jawab yang dikerjakan memiliki identitas yang dicirikan melalui seragam berbeda-beda. Ia mencontohkan, petugas kebersihan mengenakan seragam berwana hijau, bagian kelistrikan khusus pengontrol elevator menggunakan biru tua kehitaman, bagian kelistrikan khusus kipas angin dan lampu berseragam biru muda.

Warna merah muda adalah yang biasa ditemukan di halaman masjid, toilet, atau tempat wudu. Pakaian warna hijau adalah mereka yang sering ditemukan membersihkan lantai di sekitar galon misaaki zamzam, warna coklat adalah pembersih pelataran masjid dan lantai.

Mereka yang berbaju abu-abu disebut musahhif, tugasnya menata mushaf Alquran yang jumlahnya setara dengan tampung Masjid Nabawi,yakni 500 ribu mashaf. Kalau coklat muda itu murakkib, pengawas atau mandor. Semua mandor harus bisa berbahasa Urdu dan Arab.

Jenjang karier dan warna baju ini juga berlaku untuk hadimaat atau pelayan masjid di area wanita. “Masjid Nabawi ini sangat ketat menerapkan pemisahan antara laki-laki dan perempuan,” tuturnya.

Gaji memang terbatas, tapi ketika musim haji mereka mendapat rezeki yang tak terkira, dan bahkan setiap bulan ada donatur yang memberikan uang tambahan.

OKEZONE

Menjiwai Pengamalan Batin Haji dan Umrah

DALAM perspektif tarekat, haji dimaknai bukan hanya dari aspek fikih dan aspek legalitas haji dan umrah, tetapi agak lebih dalam berusaha menjiwai makna spiritual dari setiap syarat dan rukun haji.

Pandangan tarekat selalu berhati-hati di dalam menjalankan setiap ketentuan dan syarat serta rukun haji dan umrah karena diyakini urgensi ibadah ini bukan pada aspek ritual-simboliknya, tetapi lebih kepada makna spiritual yang tersembunyi di balik ketentuan itu.

Pengamalan haji dan umrah dalam perspektif ini bukan hanya pengamalan fisik tetapi lebih dalam lagi sebagai pengamalan batin. Seorang calon haji tidak cukup hanya mengejar kesempurnaan syarat dan rukun tetapi ke dalam makna dan hakikat rukun dan syarat itu yang perlu ditekankan. Apa artinya rukun dan syarat selesai jika tidak memberikan bekas dan efek secara batin. Penghayatan dan pendalaman makna spiritual menjadi ciri khas dari perspektif ini.

Kelompok ini mulai menganalisis asal-usul dan hakikat pelaksanaan haji dan umrah dengan melangkah surut ke masa lampau. Mereka menganalisis apa sesungguhnya makna dan hakikat disyariatkannya haji dan umrah. Seperti kita tahu haji dan umrah ini bukan hanya ditemukan dalam syariat Nabi Muhammad tetapi juga di dalam syariat nabi-nabi sebelumnya seperti Nabi Ibrahim dan nabi-nabi sebelumnya. Bahkan sejak nabi Adam dan Hawa sejak awal memperkenalkan ibadah ini, sebagaimana dijelaskan dalam ayat:

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS Ali Imran: 96-97).

Dari ayat ini dipahami bahwa ibadah ritual paling awal dan konsisten umat manusia ialah ibadah haji ini. Karena itu, kalangan ahli tarekat memaknai ibadah haji dan umrah ini lebih dalam dari sekadar penjelasan yang diperoleh saat mengikuti manasik haji. Mereka memahami penekanan haji bukan dari aspek maqbul (diterima atau ditolaknya haji karena terkait dengan keabsahan amalan rukun dan syarat), tetapi lebih menekankan aspek mabrur (terkait dengan berdampak positif secara permanen yang diraih seorang hujjaj pasca pelaksanaan hajinya). Jika dalam perspektif fikih dan syariah terlalu membedakan aspek kedisiplinan secara fisik mengamalkan seluruh ketentuan haji, maka dalam perspektif tasawuf termasuk juga mendisiplinkan rohani dan spiritual menghayati dan menikmati ajaran dan amalan haji.

Dalam perspektif tarekat, ibadah haji dirasakan betul bukan sekadar perjalanan fisik biasa, tetapi lebih merupakan perjalanan spiritual (spiritual journey) menuju Allah Ta’ala. Jemaah haji Indonesia sesungguhnya sebagian sudah berada di dalam lingkup perspektif ini. Lihat saja pada proses pelepasan jemaah haji, penuh dengan kesan perjalanan spiritual; sebuah perjalanan yang sangat berbeda dengan perjalanan pesiar ke luar negeri dengan tujuan wisata biasa. Sebagian calon jemaah haji kita sesungguhnya mengikhlaskan dirinya jika dalam perjalanan hajinya dijemput oleh Allah, karena mereka yakin akan gugur sebagai syuhada yang dijemput surga.

[Nasaruddin Umar/RMOL]

Waspadai Pungli Pengemudi Berdalih Sedekah Haji

Jeddah (PHU)—Jemaah haji harus tegas menolak permintaan tips para pengemudi. Kadang kala pengemudi yang mengangkut jemaah haji dari Makkah ke Bandara King Abdul Aziz (KAA) Jeddah mengutip sejumlah uang dari jemaah haji yang biasa disebut bahsis.

Meskipun tidak seberapa tapi perilaku itu tidak ditoleransi oleh PPIGlH Arab Saudi dan pengelola transportasi Arab Saudi (naqabah). Bahsis sering diminta pengemudi dengan dalih sedekah haji untuk layanan transportasi antar kota perhajian.

Pada 27 Agustus lalu dilaporkan secara resmi oleh petugas kloter SOC-2 perilaku nakal pengemudi yang mengantar mereka ke Bandara KAA Jeddah. Pengemudi meminta uang secara paksa (pungli) dengan menghentikan bus di jalan dan memintanya lagi setiba di Bandara Jeddah. Total uang yang dimintanya mencapai SAR150.

Kepala Seksi Transportasi Daker Airport, Iskandar menuturkan bahwa dirinya langsung koordinasi untuk proses lebih lanjut laporan tersebut.

“Kami langsung bersurat ke naqabah tentang kejadian tersebut,” ujar Iskandar.

Tidak lama kemudian pengemudi nakal tersebut dilaporkan ke naqabah dan beberapa hari berikutnya bahwa pengemudi tersebut langsung diberhentikan oleh naqabah.

Kejadian serupa berulang pada 30 Agustus dan 1 September dini hari. Pengemudi bus pengangkut Jemaah haji kloter BTH (Batam) dari Makkah ke Jeddah melakukan hal yang sama.

“Sekitar pukul 03.05 WAS, saat petugas menerima laporan kedatangan dari Ketua Rombongan 4 Kloter BTH 04 atas nama M Abdulah. Sopir bus RAWAHIL Nomor 8045 meminta uang kepada jamaah haji,” tutur Petugas Perlindungan Jemaah Ubaidillah di Jeddah, Sabtu (1/9) pagi.

Kata Ubai, sapaan Ubaidillah, setelah petugas memberikan sejumlah uang sopir tidak mau menerima dan ngotot meminta 150 Real untuk 45 Jemaah yang dia angkut.

“Karena Ketua Rombogan tidak memiliki uang lagi dan khawatir terhadap keselamatan jemaah, sehingga dengan terpaksa ketua Rombongan memberikan 50 riyal,” sambung Ubai.

Atas laporan Ketua Rombongan tersebut Ubai lantas membawa sopir Rawahil ke wukala. Oleh petugas wukala uang yang dikutip sopir diminta kembali untuk diserahkan kepada Ketua Rombongan BTH-4. Meskipun uang sudah dikembalikan sopir tersebut tetap dilaporkan kepada naqabah untuk diproses lebih lanjut. (ab/ab).

KEMENAG RI

Pasport Jemaah Kebumen Hilang, Akhirnya Bisa Pulang

Jeddah (PHU)—Jemaah haji asal embarkasi Solo kloter 15 kehilangan pasport saat berada di plaza D Bandara King Abdul Aziz (KAA) Jeddah. Dia bernama Sudarsono asli Kebumen Jawa Tengah. Sejak pasport dinyatakan hilang, Sudarsono dibawa ke dalam ruang Daker Airport untuk ditenangkan.

Ketua Sektor I, Misroni mengatakan bahwa dia dan petugas lainnya selalu meminta jemaah memeriksa dan menjaga barang berharga termasuk pasport saat tiba di Bandara KAA Jeddah.

“Informasi agar jemaah berhati-hati membawa pasport sudah selalu disampaikan sejak jemaah menerima pasport dari wukala setiba di bandara,” kata Misroni.

Saat dietahui ada pasport jemaah hilanh, seluruh petugas haji diperintahkan menyisir setiap tempat di bandara yang dilalui jemaah. Bukan hanya petugas haji yang mencari, para petugas dari Garuda Indonesia juga terlibat dalam pencarian pasport Sudarsono. Pencarian selama sekitar 2 jam akhirnya membuahkan hasil. Dilaporkan salah satu petugas bahwa pasport Sudarsono ditemukan di pemeriksaan imigrasi terbawa oleh jemaah lain.

Setelah dikabarkan pasport ditemukan Sudarsono tidak bisa kuat membendung air matanya. Dia terisak sambil menyalami satu persatu petugas di ruang Daker Airport. Kegembiraan juga turut dirasakan seluruh petugas yang berada di Daker Airport saat itu.

“Matur nuwun sanget Pak bantuanipun (terima kasih sekali atas bantuan Bapak-bapak),” ucap saat Darsono sambil berpamitan dengan petugas Daker Airport.

“Alhamdulillah bisa pulang sekarang Mbah,” sahut salah satu petugas sambil riuh memberikan salam kepada Sudarsono.

Sudarsono dan jemaah SOC-15 lainnya dijadwalkan terbang dari Jeddah Jumat (31/8) pukul 18.20 WAS. Menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 6504 Sudarsono bersama 360 jemaah lainnya akan tiba di Solo Sabtu (1/9) sekitar pukul 11.20 WIB. (ab/ab).

KEMENAG RI