Begini Cara Mengurus Jenazah dalam Kondisi Darurat

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan tata cara pengurusan jenazah dalam keadaan darurat. Hal ini terkait dengan paskagempa bumi tsunami di wilayah Donggala, Palu, Sulawesi Tengah.

Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan ada beberapa ketentuan tentang Pengurusan Jenazah (Tajhiz al-Janaiz) dalam kondisi darurat. Antara lain pertama, dalam keadaan normal, mayat wajib dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan, menurut tata cara yang telah ditentukan menurut syari’at Islam.

“Kedua, dalam keadaan darurat di mana pengurusan (penanganan) jenazah tidak mungkin memenuhi ketentuan syari’at seperti di atas,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (2/10).

Pengurusan jenazah dalam keadaan darurat itu tentu saja berbeda dengan mengurus jenazah dalam kondisi normal. Berikut ini tata caranya seperti disampaikan Zainut.

Pertama, memandikan dan mengkafani. Jenazah boleh tidak dimandikan, tetapi, apabila memungkinkan sebaiknya diguyur sebelum penguburan. Kemudian pakaian yang melekat pada mayat atau kantong mayat dapat menjadi kafan bagi jenazah yang bersangkutan walaupun terkena najis.

Selanjutnya, menshalatkan mayat. Mayat boleh dishalati sesudah dikuburkan walaupun dari jarak jauh (shalat ghaib), dan boleh juga tidak dishalati menurut qaul mu’tamad (pendapat yang kuat).

Langkah ketiga, menguburkan jenazah. Jenazah korban wajib segera dikuburkan. Jenazah boleh dikuburkan secara massal dalam jumlah yang tidak terbatas, baik dalam satu atau beberapa liang kubur, dan tidak harus dihadapkan ke arah kiblat. Penguburan secara massal tersebut boleh dilakukan tanpa memisahkan jenazah laki-laki dan perempuan. Selain kitu, juga boleh antara muslim dan non-muslim. Jenazah boleh langsung dikuburkan di tempat jenazah ditemukan.

Fatwa Perlakuan Terhadap Jasad Korban Gempa-Tsunami

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid Saadi, mengatakan perlakuan terhadap jenazah korban gempa dan tsunami secara syariah bisa berpedoman terhadap Ketentuan Fatwa MUI tentang Pengurusan Jenazah (Tajhiz Al Janaiz). ”MUI banyak mendapat pertanyaan dari masyarakat tentang bagaimana mengurus jenazah dalam keadaan darurat. Terdapat ketentuan ‘Tajhiz Al Janaiz’ dalam kondisi darurat,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Senin.

Merujuk pada ketentuan tersebut, ia menambahkan pada dasarnya dalam keadaan normal mayat wajib dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan menurut tata cara yang telah ditentukan menurut syariat Islam. Dalam keadaan darurat dan penanganan jenazah tidak mungkin memenuhi ketentuan syariat itu, maka pengurusan jenazah dilakukan sesuai keadaan di lapangan.

Dia mencontohkan saat memandikan dan mengkafani, jenazah boleh tidak dimandikan. Akan tetapi, apabila memungkinkan sebaiknya diguyur sebelum penguburan. Pakaian yang melekat pada mayat atau kantong mayat, lanjutnya, dapat menjadi kafan bagi jenazah yang bersangkutan walaupun terkena najis.

Dalam menshalatkan mayat, kata Zainut, jenazah boleh dishalati sesudah dikuburkan walaupun dari jarak jauh melalui shalat ghaib dan boleh juga tidak dishalati menurut pendapat yang kuat.

Ia melanjutkan dalam menguburkan jenazah pada keadaan darurat, mayat korban wajib segera dikuburkan. Jenazah boleh dikuburkan secara massal dalam jumlah yang tidak terbatas, baik dalam satu atau beberapa liang kubur dan tidak harus dihadapkan ke arah kiblat.

Penguburan secara massal tersebut, tambahnya, boleh dilakukan tanpa memisahkan jenazah laki-laki dan perempuan juga antara Muslim dan non-Muslim. ”Jenazah boleh langsung dikuburkan di tempat jenazah ditemukan,” kata dia.

Kedepan Pendaftaran dan Pelunasan Haji Bisa Gunakan ATM

Yogyakarta (PHU)—Kementerian Agama terus berkomitmen untuk melakukan inovasi-inovasi untuk mempermudah pelayanan kepada jemaah haji, termasuk rencana untuk mengembangkan sistem pendaftaran dan pelunasan haji melalui non teller.

Hal ini disampaikan langsung Direktur Pengelolaan Dana Haji Ramadhan Harisman saat menjadi pembicara pada Evaluasi Pelayanan Akomodasi, Konsumsi, dan Transportasi Darat Jemaah Haji di Arab Saudi 1439H/2018M di Yogyakarta. Sabtu (29/09).

Menurut Ramadhan, kedapannya jemaah saat membayar pendaftaran dan pelunasan biaya haji di Bank Penerima Setoran (BPS) Biaya penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tidak perlu lagi antri, tapi sudah bisa melakukan pembayaran melalui ATM, SMS Banking atau Internet Banking.

“Dengan sistem ini, kami berharap ke depan, jemaah saat membayar pendaftaran dan pelunasan biaya haji, tidak perlu antri di bank, tapi bisa melalui atm, sms banking, atau internet banking,” ujarnya di Yogyakarta.

Nantinya, Lanjut Ramadhan, struknya bisa dijadikan bukti bayar atau lunas untuk selanjutnya dibawa ke Kantor Kemenang Kabupaten/Kota terdekat untuk diverifikasi.

“Struk pembayarannya, bisa jadi bukti bayar atau lunas untuk dibawa ke Kankemenag. Di Kankemeng akan kita siapkan alat verifikasinya,” jelasnya.

Jika sistem ini sudah berjalan, maka waktu pembayaran dan pelunasan biaya haji tidak harus mengikuti jadwal buka layanan di bank. Terobosan ini akan mempermudah akses jemaah, termasuk di daerah yang belum ada layanan syariahnya.

“Ini akan terus kita kembangkan dan dibahas bersama regulasi dan SOP-nya dengan pihak perbank-kan,” Pungkasnya.(mkd/ha)

Mengapa Buah Dahulu Daripada Daging?

DALAM Surat Al-Waqiah dan At-Thur, Allah selalu menyebut buah terlebih dahulu sebelum daging.

“Dan buah-buahan apa pun yang mereka pilih, dan daging burung apa pun yang mereka inginkan.”(Al-Waqiah 20-21)

“Dan Kami Berikan kepada mereka tambahan berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka inginkan.”(At-Thur 22)

Al-Quran penuh dengan rahasia berbagai ilmu. Kiranya, apa rahasia dibalik ayat-ayat Allah yang selalu mendahulukan buah sebelum daging?

Mendahulukan memakan buah sebelum daging memiliki khasiat yang sangat bagus. Karena ketika perut sedang kosong, nutrisi buah lebih mudah diserap dan dicerna oleh pencernaan. Sementara ketika telah didahului daging dan makanan berat lainnya, butuh waktu hingga tiga jam untuk mencernanya. Sementara buah itu mudah membusuk dan nutrisinya akan berkurang.

Selain itu, dengan memakan buah terlebih dahulu, ia akan menjadi pelumas yang membantu pencernaan dalam mencerna daging dan makanan yang kita konsumsi sehingga prosesnya menjadi lebih cepat.

Dan rahasia ini telah dikabarkan oleh Al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu.[]

Dinukil dari : Maa At-Tib fil Quran

INILAH MOZAIK

 

 

Kisah Salahudin al-Ayyubi Merebut Kota Yerusalem

PADA 2 Oktober 1187, sebuah peristiwa terjadi dan mampu menggetarkan semua kalangan. Umat muslim dibawah pimpinan sultan kharismatik, Salahudin al-Ayyubi berhasil merebut kota Yerusalem.

Pengepungan Yerusalem adalah sebuah pertempuran yang terjadi pada 20 September sampai 2 Oktober 1187. Yerusalem direbut kembali dari tangan tentara Salib oleh umat Muslim.

Tanda-tanda kekalahan pasukan salib sebenarnya sudah tercium sejak awal penyerangan. Banyak tokoh-tokoh pasukan Salib tertangkap, termasuk Raja Yerusalem, Guy de Lusignan.

Pada pertengahan September, masih di tahun yang sama, Saladin –panggilan Salahudin — merebut kota Akko, Nablus, Jaffa, Toron, Sidon, Beirut, dan Ashkelon.

Saladin berhasil merebut Yerusalem setelah 88 tahun dikuasai Pasukan Salib. Tanggal ini juga memiliki makna simbolis khusus bagi Muslim karena bertepatan dengan tanggal 27 Rajab yaitu tanggal peringatan Isra dan Mikraj.

Kisah Salahuddin dan penaklukan Yerusalem tersebar di seluruh dunia. Dan ini adalah cerita tentang keberanian, toleransi dan keagungan akhlak.

Saat pengepungan misalnya ia memberi kesempatan penguasa Kristen kota itu untuk menyiapkan diri agar mereka bisa melawan pasukannya dengan terhormat. Setelah pasukan Kristen sudah siap dengan segala persenjatan dan pertahanan barulah Salahuddin memerintahkan pasukannya untuk berperang.

Tak hanya itu setelah peperangan dimenangkan oleh pasukan Muslim dan banyak tawanan perang yang berhasil ditangkap, Salahudin malah membebaskan sebagian besar mereka, tanpa dendam.

Padahal pada tahun 1099, ketika pasukan Perang Salib dari Eropa merebut Yerusalem, 70 ribu orang muslim kota itu dibantai dan sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.

Salahudin pun tidak membunuh warga beragama Kristen. Ia hanya mengusir para prajurit. dengan pembayaran uang tebusan yang ringan. Bahkan, Shalahuddin yang mengeluarkan uang tebusan itu dari kantongnya sendiri.

Sejumlah wanita Kristen dengan mendukung anak-anak mereka datang menjumpai Sultan dengan penuh tangis. Salahudin pun tergerak dan kemudian malah membebaskan suami-suaminya sekaligus mengembalikan harta kekayaanya.

Nama besar Salahudin kemudian tak hanya tersebar di kalangan umat Islam. Negara-negara Eropa yang mendukung Perang Salib pun menghormatinya sampai saat ini.

 

INILAH MOZAIK

Membalas Keburukan dengan Kebaikan

DALAM kehidupan sehari-hari, Pasti ada saja orang-orang yang membenci kita, orang-orang yang zolim , orang-orang yang melakukan hal-hal buruk, baik berupa hinaan, cacian, dan semacamnya.

Bagaimanakah seharusnya sikap kita terhadap mereka ini?

Allah Taala berfirman : “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia” (QS. Fushilat : 34).

Penjelasan dari ayat di atas adalah sebagaimana berikut

Jika seseorang melakukan keburukan terhadapmu, terlebih khusus lagi jika mereka adalah kerabat-kerabatmu, sahabat-sahabatmu, mereka berbuat buruk kepadamu, baik melalui lisan mereka maupun perbuatan mereka, maka balaslah mereka dengan kebaikan. Jika mereka memutus silaturahmi denganmu, maka sambunglah kembali silaturahmi tersebut. Jika mereka berbuat zolim kepadamu, maka maafkanlah.

Jika mereka menjelek-jelekkanmu, di belakang maupun di hadapanmu, maka jangan engkau jelek-jelekkan mereka kembali, bahkan maafkanlah mereka, dan balas mereka dengan perkataan yang lembut. Jika mereka mengacuhkanmu, tidak mau berbicara denganmu, maka mulailah salam kepada mereka, sapalah mereka dengan baik.

Niscaya jika engkau telah melakukan itu semua, suatu saat nanti mereka akan berbalik menyukaimu, yang sebelumnya memusuhimu, berbalik menjadi teman setiamu.

Sesungguhnya hati manusia ada di antara jari-jariNya, Dialah yang membolak-balikkan hati manusia sesuai kehendakNya. Sangatlah mudah bagi Allah untuk mengubah benci menjadi cinta ataupun sebaliknya.

Inilah janji Allah dalam FirmanNya, namun sayang beribu sayang, seringkali gengsi kita mengalahkan itu semua, sehingga terlewatilah nasihat dari langit ini untuk kita amalkan. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang selalu berusaha menerapkan Alquran dalam kehidupan kita sehari-hari.[]

*Disarikan dari Tafsir Surat Fussilat ayat 34 kitab Taisir Kariimirrahman oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi dan Syarah Riyadush Shalihin oleh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, dimuat dalam muslimorid

INILAH MOZAIK

Manusia Lebih Hina Dari Nyamuk

DUNIA ini tidak lebih baik dari seekor nyamuk! Mungkin Anda bersungut-sungut ketika membaca kalimat di atas. Benarkah dunia yang sebegitu besar dan indahnya lebih hina dari seekor nyamuk? Makhluk yang sering kita pandang tak berharga itu?

Makhluk kecil yang sering mengusik ketenangan kita. Ternyata ia mengalahkan kemegahan dan kebesaran dunia. Apa pasal? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus menyamakan persepsi terlebih dahulu.

Sebagaimana sudah maklum, bahwa pandangan orang terhadap dunia itu berbeda-beda. Di satu sisi, orang memandang dunia ini adalah surga, namun di sisi lain orang memandang dunia sekadar mampir ngombe saja. Perbedaan pandang ini bertolak dari perbedaan cara memahami makna kehidupan dunia itu sendiri.

Yang pertama mengartikan kehidupan dunia dengan kesenangan dan foya-foya. Sedangkan yang kedua mengartikan kehidupan dunia ini sebagai ladang amal dan ibadah. Jika yang pertama mereka akan berbuat apa saja demi tercapainya cita-cita, tanpa menghormati nilai-nilai kemanusian, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Tipu, dusta, manipulsi, kolusi, dan korupsi adalah makanan sehari-hari. Bahkan membunuh pun bukanlah barang baru.

Mereka inilah sekumpulan orang yang tidak bernurani dan ingin menang sendiri. Orang yang hatinya telah mati dan tidak mengenal kasih sayang, yang kerjaannya hanya memperturutkan hawa nafsu belaka. Maka yang kedua adalah orang-orang berhati lembut, penuh kasih sayang, dan bernurani sehat.

Sejatinya, yang menjadikan nilai dunia lebih rendah dari nyamuk bukanlah karena dunia itu lebih jelek dari segi penciptaannya daripada nyamuk. Bukan, bukan karena itu. Sebab kalau dari sisi ini jelas dunia jauh lebih bernilai. Apa yang ada di dunia adalah semata-mata karunia dan nikmat dari Allah, sang Pencipta. Gunung, lautan, matahari, bulan, bintang, dan seterusnya adalah pemberian yang wajib disyukuri. Dan tanpa diragukan lagi, semua itu jauh lebih baik dan berharga dibanding nyamuk.

Tetapi yang menjadikan nilai dunia ini lebih rendah dari nyamuk adalah dikarenakan polah dan tingkah laku manusia itu sendiri. Lalu apa hubungannya dengan soalan ini? Ya jelas ada hubungannya, karena manusia adalah pemakmur dan penanggung jawab bumi. Terlebih-lebih mayoritas penduduk bumi berjenis manusia pertama, sebagaimana diuraikan di atas. Jadi, kesimpulannya adalah tingkah laku manusia itu lebih hina dan rendah daripada tingkah laku nyamuk.

Dari Sahl bin Saad berkata, Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam pernah bersabda, “Seandainya dunia ini sama nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah. Niscaya Ia tidak akan memberikan minuman dari dunia itu kepada orang kafir, meskipun hanya seteguk air” (HR. Tirmidzi. Syeikh Albani menshahihkan hadis ini).

Tapi, bagaimana mungkin manusia bisa lebih hina dan rendah daripada nyamuk? Bukankah manusia diberi kelebihan akal, sedangkan nyamuk tidak? Justru, di sinilah letak pokok persoalannya.

Jika manusia memang memiliki akal, kenapa ia mengganggu yang lain? Kenapa buang sampah sembarangan, misalnya? Kenapa pula merokok di sembarang tempat, bukankah ia punya mata, kenapa tidak digunakan? Lalu kenapa juga ada penebangan liar, perusakan alam dan pemusnahan satwa? Bukankah kerusakan yang terjadi di bumi ini sebagian besar adalah ulah tangan manusia? Bukankah error-nya ekosistem itu juga disebabkan manusia?

Belum lagi kerusakan moral: pembunuhan, pemerkosaan, pemerasan, penganiayaan, pencurian, dan seterusnya. Bukankah itu juga tingkah laku manusia? Ya, memang, kerusakan itu manusialah biang keladinya. Sungguh benar apa yang diberitakan Alquran.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar (Q.s. ar-Rm [30]: 41).

Itu pun masih ditambahi penyimpangan-penyimpangan agama yang dilakukan manusia. Kemusyrikan di mana-mana. Kedustaan sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan larangan-larangan agama pun dianggap sepele. Lalu di mana akal manusia? Di mana pula mata dan telinganya? Kenapa tidak digunakan?

Pantaslah memang, jika manusia menjadi lebih hina dan rendah daripada nyamuk. Tingkah lakunya saja sudah tidak mencerminkan sisi kemanusiaan. Jika hal itu dilakukan oleh binatang kita bisa memaklumi, karena binatang tidak berakal. Kalau manusia? Adakah pembelaan yang pantas bagi orang yang tidak mau menggunakkan akalnya? Maka Allah mencela orang yang tidak mau menggunakan akalnya, bahkan menyebutnya lebih sesat dari binatang.

“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai (Q.s. al-Arf [7]: 179).

Itulah tingkah laku manusia jika tidak ada keimanan di dalam dadanya. Iman akan mengikat batin manusia dengan sang Pencipta, membuat hidupnya serasi dan seimbang antara tampilan luar dan dalamnya. Manakala hati kosong dari cahaya ilahi, manusia menjadi tidak terkendali. Sebab tidak ada pengikat antara dirinya dan Tuhannya. Itulah hal paling mendasar kenapa manusia seringkali tidak punya nurani.

Alih-alih menunaikan hak orang lain, hak dirinya yang asasi saja ia abaikan. Yang terpikirkan olehnya adalah bagaimana hidup senang. Hanya ada nafsu dalam benaknya. Kecintaannya kepada dunia telah membuat mata hatinya buta. Meskipun cahaya petunjuk terang benderang di depan matanya, ia tidak akan melihatnya. Tidak ada ketaatan dan kebaktian. Yang ada hanya ketamakan dan kerakusan. Inilah alasan kenapa Allah Azza wa Jalla memandang dunia ini hina, lebih rendah dari sayap nyamuk. Berikut ini alasan kenapa dunia disifati dengan kehinaan.

Kecintaan seseorang kepada dunia akan membuatnya mengagungkan dunia, padahal ia rendah di sisi Allah. Dan di antara dosa-dosa besar adalah mengagungkan sesuatu yang dianggap-Nya rendah.

Kecintaan seseorang terhadap dunia akan menjadikan tujuan hidupnya untuk dunia semata, sehingga ia akan melakukan segala cara untuk mewujudkannya. Bahkan sarana yang seharusnya ditujukan untuk mencari keridaan Allah dan akhirat pun ia tujukan untuk dunianya. Akibatnya, semuanya menjadi terbalik, dan hatinya menjadi berbalik arah ke belakang.

Kecintaan kepada dunia juga akan menghalangi seseorang melakukan amalan yang akan bermanfaat baginya di akhirat, karena ia terlalu sibuk oleh dunia yang dicintainya.

Kecintaan kepada dunia juga akan menjadikan seseorang terlalu bergantung pada dunia. Padahal seberat-berat siksa adalah karena dunia.

Jika kecintaan itu menjadikan seseorang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, maka ia termasuk sebodoh-bodoh manusia. Sebab ia mendahulukan kehidupan yang semu dari kehidupan yang hakiki.[Ustadz Abu Hasan Abdillah, BA., MA./Muslim.or.id]

Serba-serbi Haji (27): Kesantunan Pijat Madura

ADA banyak kesamaan tradisi di beberapa tempat yang masih memegang kuat tradisi bahwa bertamu kepada orang yang baru datang haji adalah salah satu cara mendapatkan keberkahan hidup. Tradisi seperti ini sangat kental dianut masyarakat Madura. Biasanya, orang yang baru datang dari haji tidak akan pergi kemana-mana sebelum 40 hari. Bahasa masyarakat, malaikat yang menyertainya semenjak haji bertahan sampai 40 hari.

Bukan tanpa dasar keyakinan ini. Dalam kitab Hasyiatul Jamal malah dinyatakan: “Sebagian ulama mengatakan bahwa permintaan doa ini dapat dilakukan hingga 40 hari sepulangnya dari rumah. Dalam kitab Ihya Ulumuddin diterangkan berdasarkan cerita dari sahabat Umar ra. Keadaan ini dapat diberlangsungkan hingga akhir bulan Dzulhijjah, Muharram dan dua puluh hari Rabiul Awwal.” Itu kan? Orang Madura tak sembarangan. Mat Kelor adalah memegang erat tradisi ini.

Tamu Mat Kelor begitu banyak sampai badannya ngilu-ngilu dan pegal-pegal kurang istirahat. Tadi malam, dia mengundang tukang pijat untuk memijat dan menginjak badannya. Biasanya setelah dipijat dan diinjak-injak, tubuhnya bugar kembali, alira darah dan oksigen menjadi lancar katanya. Celakanya, tukang pijatnya hanya mau memijat tapi tak mau menginjak tubuh Mat Kelor.

Mat Kelor kaget tumben tukang pijat ini tak mau menginjak badannya. Ditanyakanlah alasannya. Tukang pijat ini menjawab dengan aksen Madura yang kental sekali: “Pak Haji ini baru seminggu datang haji. Malaikat masih bersama Bapak. Saya tidak sopan kalau menginjak Bapak. Bagaimana kata malaikatnya nanti?” Mat Kelor bisa memahami, manggut-manggut. Tapi karena pegalnya sangat parah dam serius, Mat Kelor menjawab: “Sudah injak saja. Malaikatnya juga pegal-pegal capek, minta diinjak juga.”

Tukang pijat itu nurut kepada Mat Kelor, menginjaknya pelan-pelan. Seorang Ustadz bernama Ustadz Zainal Abidin Pamekasan yang menyaksikan dialog dua orang ini tak kuasa menahan tawa. Saya pun tertawa mendengar kisah ini. Ya kok ada malaikat pegel-pegel dan ngilu-ngilu. Akhirnya, setelah dipijat dan diinjak, Mat Kelor istighfar. Salam, AIM. [*]

Serba-serbi Haji (26): Revolusi Industri 4.0 Haji

PAGI ini saya sedang di perjalanan menuju Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo untuk memberikan kuliah umum (studium general) dengan judul “Fourth Industrial Revolution and The Future of Islamic Education in Indonesia” (Revolusi Industri 4.0 dan Masa Depan Pendidikan Islam Indonesia). Temanya menarik, semoga saya bisa menjelaskannya juga dengan menarik.

Karena saya baru saja tiba dari luar kota dan sekarang berangkat lagi, tak sempat lagi saya untuk membuka literatur-literatur baru. Iseng-iseng saya telpon Mat Kelor untuk “konsultasi.” Memang dia bukan sarjana, namun saya suka ide-idenya yang kadang-kadang unik dan “out of the box” (di luar dugaan publik). Minimal, selalu saja saya mendapat contoh baru darinya.

Setelah saya sampaikan definisi sederhana revolusi industri 4.0 sebagai era di mana smartphone, smart computer dan smart technology menjadi instrumen utama semua aktivitas keseharian manusia, Mat Kelor tertawa terbahak-bahak. Saya kaget ada apa. Ternyata dia punya pengalaman unik kemaren sore saat mau isi bensin sepeda motornya (jenis MOGE Harley Davidson) di POM Bensin.

Mat Kelor menyodorkan uang ke petugas POM sambil berkata: “Pertamax Full Tank” (Tangki penuh, Pak). Petugas menjawab tidak bisa. Mat Kelor kaget mengapa tak bisa, apa karena tangkinya kebesaran atau apa Pertamaxnya kosong atau gimana. Petugas tetap geleng kepala. Lalu Mat Kelor dengan nada agak tinggi sedikit bertanya: “Memang kenapa?” Petugas menjawab: “Uang Bapak bermasalah, pertama karena itu uang real Arab, kami tak menerima uang asing. Kedua, ini uang hanya 10 real senilai 40 ribu, mana cukup?” Mat Kelor tersipu malu sambil minta maaf dan mengganti uang itu sambil berkata: “syukran.”

Mat Kelor menyampaikan kepada saya bahwa harusnya fasilitas umum di era revolusi industri itu semua bisa menerima dan membaca uang internasional. Katanya, Arab Saudi itu sudah lebih maju karena bisa bertransaksi memakai rupiah, real, dollar, ringgit dan lainnya. Hahaaa, rupanya pengalaman haji Mat Kelor sangat membekas.

Pendidikan Islam di Indonesia masa kini dan masa yang akan datang harus mampu mengakses semua sumber keilmuan dari berbagai tempat di dunia ini. Kecanggihan teknologi komunikasi dan jaringan harus dipelajari dan dimanfaatkan. Jika tidak, maka pendidikan Islam akan jalan di tempat di saat yang lain maju ke depan, sehingga akhirnya tertinggal jauh di belakang.

Mat Kelor lalu bertanya kepada saya: “Bolehkah pelaksanaan ibadah haji itu memanfaatkan kecanggihan teknologi? Misalnya, thawaf dan sai tanpa jalan kaki melainkan dibuatkan teknologi seperti eskalator datar yang jalan sendiri seperti di airport canggih itu? Bukankah itu lebih aman, rapi dan efektif? Bolehkah lempar jumroh memakai alat mainan elektronik pistol-pistolan? Ini kan bisa mengurang kemacetan karena bisa “melempar” dari jarak jauh?”

Saya terhenyak dengan pertanyaan canggih ini larena keluar dari mulut seorang Mat Kelor yang tak pernah lulus sekolah, SD sekalipun. Ketika saya jawab, dia ngakak dan saya pun tertawa. Salam, AIM. [*]

 

 

Alquran dan Teori Bing Bang

Kita meyakini jika langit dan bumi dan segala yang ada di semesta ini diciptakan oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman, “Dialah pencipta langit dan bumi..” (QS al-An’am [6]:101)

Dalam teori astrofisika, muncul beberapa teori soal terciptanya bumi dan semesta. Salah satu teori yang dipercayai adalah alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap.

Peristiwa ini, yang dikenal dengan “Big Bang”, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal.

Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan penjelasan yang cukup masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta.

Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Alquran 1.400 tahun lalu.

Dalam Alquran, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan dalam ayat ini. “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS az-Zariyat [51]:47)

Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Alquran dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti alam semesta. Dengan kata lain, dalam Alquran dikatakan bahwa alam semesta “mengalami perluasan atau mengembang”. Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.

Pada awal abad ke-20, Fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus “mengembang”.

Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Alquran pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Alquran adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS al-Anbiya [21]:30)

Kata ratq yang diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan “Kami pisahkan antara keduanya” adalah terjemahan kata Arab fataqa, dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari ratq.

Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat fatq. Keduanya lalu terpisah (fataqa) satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta.

Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk “langit dan bumi” yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan ratq ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk fataqa (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk. Allahua’lam. n dari berbagai sumber