Membela Kalimat Tauhid dengan Mempelajari, Mengamalkan dan Mendakwahkannya

Kita sangat senang ketika kaum muslimin memunculkan ghirah dan semangat membela agama ketika agama mereka dilecehkan atau ketika kalimat tauhid dilecehkan dengan cara dihinakan. Ini adalah kabar gembira bagi kita semua atas semangat kaum muslimin, akan tetapi kita masih punya tugas dan PR bersama yang harus tetap terus kita perjuangkan untuk membela kalimat tauhid, yaitu mempelajarinya dengan sungguh-sungguh di majelis ilmu, berusaha mengamalkannya dan mendakwahkannya kepada manusia.

Membela dengan Belajar Terlebih Dahulu

Agama Islam dibangun di atas ilmu, agar bisa membela kalimat tauhid, kita perlu belajar dahulu dan kembali ke majelis ilmu di rumah-rumah Allah.

Kalimat tauhid ternyata harus dipelajari secara lengkap dengan pemahaman yang baik sesuai dengan pemahaman para salafus shalih. Kita perlu mempelajari dari kalimat tauhid ini (kami sebutkan sedikit poin-poinnya penting yang perlu dipelajari):
1. Makna kalimat tauhid
2. Rukun kalimat tauhid
3. Konsekuesi kalimat tauhid
4. Syarat-syarat kalimat tauhid
5. Pembatal kalimat tauhid
6. Penambah dan pengurang kesempurnaan tauhid

Dan masih banyak yang harus kita pelajari lagi terkait dengan kalimat tauhid. Allah memerintahkan kita dalam Al-Quran untuk mengilmui (mempelajari) kalimat tauhid.

Allah berfirman,

ﻓَﺎﻋْﻠَﻢْ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَٰﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ

“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah…” [Muhammad: 19]

Allah juga berfirman,

ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦْ ﺷَﻬِﺪَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﻫُﻢْ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ

“Melainkan mereka yang mengakui kebenaran, sedang mereka orang-orang yang mengetahui (mengilmui).” [Az-Zukhruf: 86]

Setelah kita mempelajari dengan benar, kita berusaha mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan mendakwahkan kalimat tauhid. Hal ini sebagaimana yang tertulis dalam kitab terkenal yang menjelaskan tentang tauhid dasar yaitu kitab Tsalatsatul Ushul:

ﺍﻋﻠﻢ ﺭﺣﻤﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺗﻌﻠﻢ ﺃﺭﺑﻊ ﻣﺴﺎﺋﻞ :
ﺍﻷﻭﻟﻰ : ﺍﻟﻌﻠﻢ .
ﻭﻫﻮ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻣﻌﺮﻓﺔ ﻧﺒﻴﻪ، ﻭﻣﻌﺮﻓﺔ ﺩﻳﻦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺑﺎﻷﺩﻟﺔ .
ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ : ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺑﻪ .
ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ : ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺇﻟﻴﻪ .
ﺍﻟﺮﺍﺑﻌﺔ : ﺍﻟﺼﺒﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺫﻯ ﻓﻴﻪ

“Ketauhilah (semoga Allah merahmatimu) bahwa wajib bagi kita mempelajari 4 hal:
1) Ilmu
Yaitu ilmu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama dengan dalil-dalil
2) Mengamalkannya
3) Mendakwahkannya
4) Bersabar terhadap gangguan (ujian) ketika mengilmui, mengamalkan dan mendakwahkannya.” [Matan Tsalatsatul Ushul)

Sekedar tahu secara ringkas (superficialnya) saja tentu tidaklah cukup. Diibaratkan kalimat tauhid adalah kunci surga, maka tidak cukup kunci saja, tapi perlu diperhatikan gigi-gigi pada kunci tersebut. Inilah
syarat-syarat kalimat tauhid yang harus dipenuhi dan diamalkan. Perhatikan kisah berikut:

ﺳُﺌِﻞَ ﻭَﻫَﺐُ ﺑْﻦُ ﻣُﻨَﺒِّﻪِ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ – ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﺃﺟﻠﺔ ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ – ﻗِﻴْﻞَ ﻟَﻪُ ﺃَﻟَﻴْﺲَ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣِﻔْﺘَﺎﺡُ ﺍﻟﺠَﻨَّﺔِ ؟ ﻗَﺎﻝَ : ” ﺑَﻠَﻰ ؛ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣِﻔْﺘَﺎﺡٍ ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﻟَﻬُﺄَﺳْﻨَﺎﻥُ ، ﻓَﺈِﻥْ ﺟِﺌْﺖَ ﺑِﻤِﻔْﺘَﺎﺡٍ ﻟَﻪُ ﺃَﺳْﻨَﺎﻥُ ﻓُﺘِﺢَ ﻟَﻚَ ﻭَﺇِﻟَّﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﻔْﺘَﺢْ”

Salah seorang tokoh tabiin yang bernama Wahab bin Munabbih rahimahullah pernah ditanya, “Bukankah kalimat laa ilaaha illallah adalah kunci surga?” Beliau menjawab, “Iya, betul. Tapi biasanya kunci itu memiliki geligi (bagian ujung yang tidak rata). Apabila engkau membawa kunci bergigi (yang tepat), terbukalah ia, jika tidak ia tak akan terbuka.” [HR. Bukhari secara mu’allaq]

Semoga kita semua dan kaum muslimin bisa selalu membela kalimat tauhid sampai akhir hayat kita dengan mempelajari, mengamalkan, dan mendakwahkan serta bersabar.

Demikian semoga bermanfaat

 

Penyusun: Raehanul Bahraen

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/43344-membela-kalimat-tauhid-dengan-mempelajari-mengamalkan-dan-mendakwahkannya.html

Abjad Kehidupan, Bisa Diduga dan Dipelajari

SEHABIS mengisi isi acara kajian di Masjid al-Muhajirin Sidoarjo, kami langsung menuju lapangan badminton untuk membakar lemak. Lupa sekali bahwa saya punya janji bertemu dengan Syekh Nadirsyah Hosen, sahabat dan guru saya yang ganteng itu yang sedang mampir ke Surabaya (kalau jadi, tidak ada pemberitahuan kembali).

Keringatpun mengucur deras, tarikan nafas mengajak istirahat sambil minum air hangat yang dihidangkan pemilik lapangan badminton, Mr. Sam, owner showroom terjujur, Sam Mobil Surabaya. Lalu kami berbincang tentang kehidupan. Syekh Haffandi, teman sekolah Pak Mahfud MD, berkata bahwa kehidupan ini sebenarnya bagai abjad a, b, c sampai z. Susunannya menjadi kata bisa ditebak. Hidup itu bisa dipelajari. Simpel saja. Hidup itu bagai angka-angka. Mau diapakan saja pasti berpulang pada angka 0, 1 sampai 9. Apanya yang sulit?

Saya manggut-manggut saja. Dalam benak berkata bahwa yang sulit adalah ketika susunan huruf itu akhirnya berbunyi GAGAL. Bagi saya, hidup itu bagai huruf hija’iyah (aksara Arab). Gampang-gampang sulit. Kalau tahu aturannya, makhraj dan tajwidnya, maka sungguh akan menjelma menjadi suara indah menyejukkan. Siapa yang tahu aturan hidup dan kemudian taat dalam menjalaninya maka hiduppun akan damai dan nyaman.

Dalam tajwid tentang hukum nun mati dan tanwin bertemu huruf hijaiyah ada lima: idzhar (terang dan jelas), idgham bighunnah (memasukkan sambil dengung), idgham bilaa ghunnah (memasukkan tanpa dengung), iqlab (berubah suara), dan ikhfa’ (menyamarkan). Dalam kehidupan, lima hukum itu berlaku. Masih kurang jelas? Kapan-kapan saya idzharkan. Yang jelas, kini saya tak akan iqlab, berubah suara. Salam, AIM. [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

 

Jadi Mualaf, Sinead O’Connor Disambut Hangat Muslim Dunia

Penyanyi asal Irlandia Sinead O’Connor yang terkenal dengan lagunya “Nothing Compares 2U” pada era 1990-an menyatakan diri masuk Islam. Ia masuk Islam dengan penuh kesadaraan setelah mempelajari beragam teologi.

Beralihnya O’Connor memulai kepercayaan baru, Islam, menuai pujian dan dukungan dari warganet. Mereka berondong-bondong memberikan ucapan dukungan dan saran kepada Davitt.

“Selamat datang Sinead O’Connor aka Shuhada! Damai dan Cinta Selalu! Apa yang akan Steve katakan, 2 dari anak perempuannya sekarang shalat 5 waktu sehari,” tulis Kristiane Backer dengan akun @KristianeBecker.

Seorang netizen lain mendoakan agar Connor selalu mendapatkan kemudaan dan bimbingan dari Allah SWT.

“Semoga Allah memberikan kemudahan kepadamu dan melanjutkan membimbing menuju kesuksesanmu. Amin,” ujar Imraan Siddiqi lewat @Imraan Siddiqi.

“Kamu berada di jalan yang benar, Alhamduliah,” tulis netizen dengan akun @kasheeq8.

“Kami akan menuntunmu dalam doa kami, sehingga kamu tidak dapat menemukan kekerasan dalam Islam, Islam merupakan satu-satunya agama yang dapat membebaskan jiwa dan memberikan kebahagiaan sejati. Semoga Allah membimbingmu kepada jalan yang benar, selamat pulang ke rumah baru, saudariku!,” ujar akun @SaedaMaru

Nama Sinead O’Connor sudah tak asing lagi dalam jagad permusikan dunia.  Penyanyi asal Islandia itu mencuat setelah menyanyikan lagu “Nothing Compares 2U” pada era 1990-an.

Pada 10 Juli 2017, lagu ini diunggah di Youtube dan kini telah diklik oleh 99,1 juta viewer. Video ini juga mendapat sambutan hangat dari para penggemarnya.  “The beautiful song is for my wife, she is in heaven, my love, my comrade, thank you for everything,” tulis salah satu netizen dalam komentarnya pada lagu tersebut enam bulan lalu.

Sinead O’Connor kini kembali menjadi perhatian internasional. Ia memiliki banyak penggemar baru. Bukan karena lagunya, namun karena keputusannya untuk memeluk Islam. Ia kini mengganti namanya menjadi Shuhada’ Davitt.

Menurut Connor, ia memilih Islam atas dasar kesadarannya setelah perjalanan panjang mempelajari beragam teologi.

“Ini untuk menunjukkan bahwa saya bangga menjadi seorang Muslim. Ini merupakan keputusan murni dari perjalanan ilmu teologi. Semua studi kitab menuju ke Islam dan membuat seluruh kitab yang lain tak lagi dibutuhkan. Saya akan mempunyai nama baru. Nama itu adalaha Shuhada,” ujar O’Connor lewat kicauan di Twitter pada 20 Oktober lalu.

REPUBLIKA

Hendak Kunjungi Tanah Suci Pekan Depan? Waspadai Hujan Lebat

Surat kabar nasional Arab Saudi, Saudi Press Agency, mengutip Wakil Presiden Otoritas Umum untuk Meteorologi dan Perlindungan Lingkungan (GAMEP) Dr Aiman Ghulam mengatakan, adanya indikator awal yang menunjukkan hujan sedang hingga hujan deras akan mengguyur beberapa kota di Saudi selama pertengahan pekan depan. Wilayah tersebut termasuk Makkah, Madinah, Hail dan Al-Qassim, serta Dataran Tinggi Barat Daya.

Dilansir Saudi Gazette, Sabtu (27/10), intensitas curah hujan diperkirakan akan meningkat di sekitar wilayah Makkah, Madinah, Hail, Al-Qassim serta daerah barat Provinsi Riyadh.

Menurut Ghulam, kemungkinan terjadi banjir di lembah-lembah dan wadi (palung sungai kering yang hanya mengandung air selama hujan lebat) di daerah-daerah tersebut.

GAMEP menyatakan, bahwa mereka mengikuti kondisi cuaca melalui sistem pemantauan lanjutan sepanjang waktu. GAMEP berkoordinasi dengan otoritas tekait dan akan mengeluarkan laporan rinci dalam hal ini.

Sebelumnya pada Rabu (24/10) malam lalu waktu setempat, hujan lebat disertai badai juga melanda banyak wilayah di Saudi. Akibatnya, lalu lintas kendaraan terganggu dan berpengaruh terhadap kehidupan normal warga di banyak kota.

Karena kondisi ini, pusat krisis dan manajemen bencana di emirat Makkah mengimbau warga dan para ekspatriat (pekerja asing) untuk berhati-hati. Mengingat, cuaca buruk kemungkinan berlanjut di Makkah, Jeddah, Taif, Bahra, Jumoom, Dahban, Osfan, dan Thuwal. Hujan deras sampai sedang juga mengguyur banyak provinsi lain, termasuk Hail, Tabuk, Al-Baha, dan wilayah Perbatasan Utara. (Kiki Sakinah)

 

KHAZANAH REPUBLIKA

Empat Orang Khusus dari Umat Rasulullah

RASULULLAH saw bersabda, “Tidak akan selesai urusan umatku yang awam kecuali dengan (bantuan) orang-orang khusus dari mereka.”

“Siapa orang-orang khusus itu wahai Rasulullah?” tanya seorang sahabat.

“Orang-orang khusus dari umatku ada empat. Mereka adalah pemimpin, ulama, ahli ibadah dan pedagang,” jawab Rasulullah saw.

“Bagaimana mereka bisa menjadi orang-orang khusus?” sahabat itu kembali bertanya.

Rasulullah menegaskan, “Seorang pemimpin adalah penggembala makhluk Allah. Jika gembalanya adalah serigala (buas), maka siapakah yang akan menggiring domba-domba?”

Seorang ulama adalah dokter. Jika dokternya sakit, siapakah yang akan menyembuhkan orang yang sakit?

Sedangkan seorang ahli ibadah adalah petunjuk bagi hamba Allah. Jika petunjuknya sesat, siapakah yang akan memberi hidayah?

Dan pedagang adalah orang-orang yang dipercaya Allah di antara hamba-Nya. Jika yang diberi kepercayaan telah berkhianat, lalu siapa yang akan dipercaya?

Itulah empat macam orang khusus dalam umat Rasulullah saw. Siapa yang berada dalam posisi ini memiliki tanggung jawab yang lebih dibandingkan umat yang awam.

Kepada para pemimpin, jadilah pemimpin yang tegas namun berhati lembut. Kepada para ulama, jadilah penyembuh bagi masyarakat yang sakit. Agar mereka dapat hidup damai dan tentram. Jangan malah menjadi corong provokasi dan permusuhan.

Kepada para ahli ibadah, jadilah cahaya petunjuk yang menerangi jalan untuk meraih rida Allah. Dan kepada para pedagang, jadilah orang-orang yang jujur karena Allah telah menjadikan kalian Umanaullah, orang-orang yang dipercaya oleh-Nya.

“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”

Semoga kita semua dapat menjalankan tugas kita masing-masing untuk mewujudkan umat Nabi Muhammad yang bersatu dan harmonis. [pedoman muslim]

Pinjaman Bank, Bukan Uang Riba?

Pinjaman Bank

Bagaimana hukum usaha yg modalnya hasil pinjaman bank? Ktika usaha ini berkembang, apakah hasilnya haram? Termasuk rumah KPR bank, apakah berarti rumah itu haram?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Pertama, kita perlu memahami pengertian harta riba

Riba secara bahasa artinya tumbuh.

Allah berfirman dalam al-Qur’an tentang keutamaan sedekah,

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ

Allah membinasakan riba dan menumbuhkan sedekah. (QS. Al-Baqarah: 276)

Karena itu, sebagian ulama mendefinisikan riba dengan,

فضل مال بلا عوض في معاوضة مال بمال

Kelebihan harta tanpa ada ganti hasil dalam transaksi komersial antara harta dengan harta (Hasyiyah Ibnu Abidin, 5/169).

Pengertian riba di atas, mencakup riba fadhl, yang bentuknya penambahan dalam tukar menukar komoditas ribawi  maupun riba nasiah, dalam bentuk penambahan yang disyaratkan untuk mendapatkan penundaan pembayaran utang.

Uang Pinjaman Bank

Ketika ada orang yang meminjam uang di bank, dari sudut pandang nasabah, hakekatnya dia tidak mengambil uang riba. Namun dia mengambil uang dari pihak yang melakukan transaksi riba.

Sebagai ilutrasi,

Di masa awal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, orang yahudi menjadi penguasa perekonomian Madinah. Mereka mendominasi pasar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat melakukan transaksi dengan mereka. Ada yang jual beli, dan bisa dipastikan, ada juga transaksi utang piutang.

Salah satu karakter orang yahudi, mereka suka mengambil riba dan makan harta orang lain dengan cara yang bathil. Allah ceritakan dalam al-Quran,

فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا . وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ

“Disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil.”(QS. An-Nisa: 160 – 161)

Ketika kaum muslimin berutang kepada orang yahudi, mereka tidak disebut mengambil harta riba yang statusnya haram. Tapi mereka mengambil harta dari orang yang melakukan transaksi riba.

Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan,

تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَدِرْعُهُ مَرْهُونَةٌ عِنْدَ يَهُودِيٍّ بِثَلاَثِينَ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ لأَهْلِهِ

“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, baju perang beliau masih digadaikan kepada orang Yahudi sebagai jaminan utang tiga puluh sha’ gandum untuk nafah keluarganya.” (HR. Bukhari 2916, Nasai 4668, dan yang lainnya).

Demikian pula ketika seorang muslim pinjam uang di bank, uang yang dia terima halal. Bagi dia sebagai peminjam, ini bukan uang riba. Meskipun dari bank, ada kemungkinan uang itu adalah uang riba.

Karena itu, usaha dan hasil yang dia dapatkan halal. Karena modal yang dia gunakan halal.

Bukan Memotivasi Pinjam Bank

Tulisan ini sama sekali bukan memotivasi pembaca untuk mencari pinjaman dari bank. Meminjam di bank, berarti melakukan transaksi riba dengan bank. Karena pada saat meminjam bank, dia menyetujui nota kesepakatan adanya penambahan ketika pelunasan (bunga). Dan itu riba.

Inilah yang menjadi masalah ketika seseorang meminjam uang di bank atau rentenir. Dia menyepakati transaksi riba. Meskipun riba itu belum diberikan pada saat dia menerima pinjaman. Tapi dia telah berkomitmen, dirinya akan memberikan riba ketika pengembalian.

Orang yang melakukan kesepakata demikian, mendapat ancaman hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang memakan riba, nasabah riba, juru tulis dan dua saksi transaksi riba. Nabi bersabda, “Mereka itu sama.” (HR. Muslim 4177)

Ketika seseorang meminjam uang di bank, dia melakukan dua kesalahan yang diancam dalam hadis di atas,

Pertama, ketika meminjam dia menyepakati transaksi riba.

Kedua, ketika mengembalikan, dia memberi makan riba.

Kemudian artikel ini hanya meluruskan pemahaman bahwa uang yang didapat dari pinjaman bank adalah uang riba. Sehingga turunan dari uang ini, semuanya haram. Padahal tidak demikian. Justru di posisi nasabah yang meminjam, dia akan memberikan riba kepada bank. Bukan yang menerima riba.

Contoh Salah Paham

Salah satu contoh pengaruh kesalah-pahaman terkait pinjaman bank, ada seorang anak yang merasa resah dengan kehalalan nafkah yang diberikan ortunya, gara-gara ortunya berbisnis dengan modal dari bank. Si anak merasa, uang ortunya dan semua hasil bisnis ortunya adalah riba, karena hasil dari pinjaman bank.

Ada juga yang merasa bingung dengan status rumah KPR. Apakah itu berarti rumah haram, tidak boleh ditempati juga tidak boleh dijual. Karena dia beli dengan dana pinjaman bank.

Bagi yang Sudah Terlanjur

Bagi anda yang telah terlanjur pinjam bank, baik untuk modal maupun untuk konsumtif, seperti rumah dan kendaraan, sebisa mungkin agar segera dilunasi, dan komitmen untuk tidak semakin memperparah bunganya. Karena ini berarti semakin banyak memberi makan riba kepada bank.

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits

Read more https://pengusahamuslim.com/4744-pinjaman-bank-bukan-uang-haram.html

Kupas Tuntas Problematika Pelunasan dan Pembatalan Haji

Malang (PHU)—Pelayanan pendaftaran, pembatalan, dan pelunasan haji reguler selama ini telah berjalan sesuai regulasi. Para pegawai Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah di semua wilayah diminta tetap memberikan pelayanan dengan berpedoman pada regulasi pemerintah. Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Sub Direktorat Pendaftaran dan Pembatalan Haji Reguler, Noer Alya Fitra.

“Pelayanan yang selama kita lakukan sudah sesuai regulasi. Kalau ada usulan dan wacana baru bisa dilakukan asalkan sudah ada regulasi baru,” kata Noer Alya Fitra yang biasa dipanggil Nafit di hotel Harris Malang, Kamis (25/10/2018).

Saat pelunasan para petugas harus teliti dalam poses penggabungan mahram, pendampingan lansia, dan pelimpahan nomor porsi jemaah wafat. Proses verifikasi harus benar-benar dilakukan secara objektif.

“Disinyalir ada pemalsuan dokumen pendukung dalam proses penggabungan mahram, pendampingan lansia, dan pelimpahan nomor porsi,” ujar Nafit menambahkan.

Dia mengakui saat ini pihaknya hanya bisa memeriksa hubungan keluarga dalam proses penggabungan mahram dan lainnya itu melalui dokumen yang dilampirkan. Melalui kerjasama sharing data kependudukan dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), Nafit berharap verifikasi data lebih akurat.

“Semoga mulai tahun 2019 kerjasama data kependudukan dengan Dukcapil dapat terealisasi, sehingga kasus-kasus data jemaah bisa terdeteksi,” kata Nafit.

Dalam Evaluasi Pendaftaran, Pembatalan, dan Pelunasan Haji Reguler 2018 Nafit mengoreksi dan mengupas berbagai permasalahan di berbagai provinsi. Secara interaktif, Nafit bersama peserta membahas istitha’ah kesehatan, problematika pelunasan, TPHD, proses pembatalan serta pengembalian dana BPIH batal. (ab/ab).

Sosok Kontroversial O’Connor Sebelum Jatuh ke Pelukan Islam

Nama Sinead O’Connor sudah tak asing lagi dalam jagad permusikan dunia.  Penyanyi asal Islandia itu mencuat setelah menyanyikan lagu “Nothing Compares 2U” pada era 1990-an.

Pada 10 Juli 2017, lagu ini diunggah di Youtube dan kini telah diklik oleh 99,1 juta viewer. Video ini juga mendapat sambutan hangat dari para penggemarnya.

“The beutiful song is for my wife, she is in heaven, my love, my comrade, thank you for everything,” tulis salah satu netizen dalam komentarnya pada lagu tersebut enam bulan lalu.

Sinead O’Connor kini kembali penjadi perhatian internasional. Ia memiliki banyak penggemar baru. Bukan karena lagunya, namun karena keputusannya untuk memeluk Islam. Ia kini mengganti namanya menjadi Shuhada’ Davitt.

Menurut Connor, ia memilih Islam atas dasar kesadarannya setelah perjalanan panjang mempelajari beragam teologi.

“Ini untuk menunjukkan bahwa saya bangga menjadi seorang Muslim. Ini merupakan keputusan murni dari perjalanan ilmu teologi. Semua studi kitab menuju ke Islam dan membuat seluruh kitab yang lain tak lagi dibutuhkan. Saya akan mempunyai nama baru. Nama itu adalaha Shuhada,” ujar O’Connor lewat kicauan di Twitter pada 20 Oktober lalu.

Pada Kamis (25/10), Imam Irlandia Syeikh Umar al-Qadri mengunggah video bagaimana O’Connor mengucapkan dua kalimat Syahadat.

Sebelum memeluk Islam, O’Connor diketahui sebagai sosok yang kontroversial. Dalam beberapa tahun terakhir ia pernah mengungkapkan tentang penyakit gangguan mentalnya.  Pada Agustus 2017, ia mengunggah video di Facebook di mana dia mengakui pikiran untuk bunuh diri.

“Saya adalah satu dari sejuta. Orang-orang yang menderita penyakit mental adalah orang yang paling rentan di dunia, kami tidak dapat mengurus diri sendiri, Anda harus menjaga kami. Sepanjang hidup saya, saya berusaha untuk tidak sekarat. Dan itu bukanlah hidup,” katanya dalam video dilansir di The Guardian.

Pada November 2015, 0’Connor mengaku mengalami overdosis. Kemudian pada Mei 2016, polisi mencarinya setelah dia secara singkat menghilang di Chicago, memicu ketakutan mengenai keadaannya.

Awal pekan ini, ia mengklaim di Twitter bahwa asisten kesehatan yang bekerja dengannya dipecat karena memberinya shabu kristal.

O’Connor juga pernah ditasbihkan sebagai pastur pada 1999 oleh Gereja Ortodoks Katolik dan Apostolik Irlandia. Kelompok tersebut tidak secara resmi berafiliasi dengan gereja Katolik yang tidak mengizinkan penasbihan perempuan sebagai pastur.

Dia menjadi kecewa dengan Katolik akibat skandal pelecehan anak di gereja, dan menggambarkan Vatikan sebagai sarang iblis dalam sebuah artikel surat kabar 2011.

Dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan pada Agustus tahun ini, dia meminta Paus Fransiskus untuk mengucilkannya. Ia mengaku telah membuat permohonan banding serupa yang sama kepada Paus Benediktus dan Yohanes Paulus II.

Dalam sebuah konser Saturday Night Live pada 1992, ia menyobek gambar Pope John Paul II. Aksi itu dilakukannya sebagai bentuk protes terhadap Gereja Katolik. Ia juga pernah mengaku lesbi dalam sebuah wawancara pada 2000, namun kemudian pernyataan itu dibantahnya.

Setelah memeluk islam, Davitt mendokumentasikan mengenai iman barunya dan menulis bahwa dia sangat bahagia setelah diberikan jilbab pertamanya.

“Terima kasih kepada semua saudara dan saudari Muslim yang telah begitu baik hati untuk menyambut saya kepada Ummah,” katanya. Dia juga memposting video Di YouTube saat dia melantunkan azan.

Pada keterangan di video, O’Connor menuliskan bahwa lantunan azan pertamanya itu memuat beberapa kesalahan pengucapan bahasa Arab karena dia merasa sangat emosional. Padahal, azan yang dia rekam itu sudah dilatih selama 30 kali. Dia pun meminta maaf kepada warganet yang menyimak video.

Mulai Usaha, Jangan Hanya Mikir Modal

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Terlebih dahulu, izinkan saya bercerita…

Diantara upaya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menguatkan persaudaraan sesama muslim adalah dengan mempersaudarakan antara muhajirin dan anshar. Mereka bisa saling menanggung antara satu dengan yang lainnya. Mengingat kondisi kaum muslimin muhajirin yang tiba di kota Madinah, kebanyakan mereka tidak memiliki harta dan keluarga.

Diantara cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melakukan at-Taakhi (mempersaudarakan) adalah dengan melihat latar belakang masing-masing sahabat. Kuatnya ikatan iman, sampai para kaum anshar menawarkan siap berbagi dengan sahabat muhajirin.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan, bahwa ketika orang anshar dipersaudarakan dengna muhajirin, masyarakat anshar menyampaikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

اقْسِمْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ إِخْوَانِنَا النَّخِيلَ . قَالَ « لاَ » . فَقَالُوا تَكْفُونَا الْمَئُونَةَ وَنُشْرِكُكُمْ فِى الثَّمَرَةِ . قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا

“Silahkan anda bagi kebun kurma kami dengan kawan-kawan kami Muhajirin”

“Tidak.” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Orang anshar menawarkan, “Kalau begitu, kalian cukupi kebutuhan pengelolaan kebun kami, nanti kami libatkan kalian untuk bagi hasil buahnya.”

Jawab Muhajirin, “Siap, kami dengar dan kami taat.” (HR. Bukhari 2325).

Mereka bisa salin tolong menolong dalam materi, perhatian, memberi nasehat, membangun rasa cinta karena iman. bahkan sampai diantara mereka siap mewariskan hartanya kepada saudaranya Muhajirin jika mereka meninggal. Namun ini dilarang oleh Allah, karena ahli waris yang lebih berhak dalam masalah ini. Allah jelaskan ini dalam firman-Nya,

وَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْ بَعْدُ وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا مَعَكُمْ فَأُولَئِكَ مِنْكُمْ وَأُولُوا الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. al-Anfal: 75)

Disebutkan dalam sebagian referensi bahwa para sahabat yang dipersaudarakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencapai 90 sahabat. Diantaranya,

Persaudaraan Abu Bakar as-Shiddiq dengan Kharijah bintu Zuhair

Umar bin Khatab dengan Itban bin Malik. Umar dan Itban bahkan gantian (tanawub) dalam menghadiri majlis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu mereka saling tukar hasil kajian.

Abu Ubaidah bin Jarrah dengan Muadz bin Jabal

Az-Zubair bin Awam dengan Salamah bin Sallamah bin Waqsy

Thalhah bin Ubaidillah dengan Ka’ab bin Malik

Salman al-Farisi dengan Abu Darda..

Radhiyallahu ‘anhum ajma’in…

Antara Abdurrahman bin Auf dengan Sa’d bin Rabi’ radhiyallahu ‘anhuma.

Tatkala Abdurrahman hijrah ke Madinah, beliau dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Ar-Rabi’.

Semangat persaudaraan Sa’ad bin ar-Rabi’ dengan Abdurrahman sampai membuat beliau menawarkan separuh harta dan istrinya kepada Abdurrahman.

Akan tetapi, Abdurrahman menolak dan berkata,

بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِي أَهْلِكَ وَمَالِكَ دُلَّنِي عَلَى السُّوقِ

“Semoga Allah memberkahi keluarga dan harta kekayaanmu. Tunjukkan saja letak pasar kepadaku.”

ketika Abdurrahman pulang ke rumah, dia telah berhasil membawa pulang keuntungan berupa keju dan minyak samin. Tidak selang beberapa lama, Abdurrahman menikahi wanita Anshar dengan mas kawin berupa emas sebesar biji kurma. (HR. Bukhari 3937)..

Subhanallah… persaudaraan yang luar biasa..

Terlepas dari kondisi itu, ada sebuah pelajaran luar biasa yang diajarkan masyarakat muhajirin kepada kita.. bahwa masyarakat muhajirin, lebih memilih untuk menjadi mukmin yang mandiri dan tidak menggantungkan diri kepada tawaran orang lain.

Semangat seperti inilah yang seharusnya dibangun oleh para pengusaha muslim.. tidak bergantung kepada apa yang dimiliki orang lain.

Ketika orang pemula dalam usaha selalu berfikir, dari mana saya bisa dapat modal? Siapa yang bisa memberi modal? Aset apa yang bisa digadaikan untuk mendapatkan modal bank?…

Jika seperti yang anda pikirkan, berarti anda salah jalur dalam mengawali usaha.. karena anda di posisi terlalu bergantung dengan dana dari orang lain..

Yang lebih tepat ketika anda berfikir, usaha apa yang bisa saya kembangkan, skill bisnis apa yang bisa saya tawarkan, sehingga orang lain tertarik untuk bergabung dengan usaha saya… dengan prinsip semacam ini, anda bisa menjadi orang yang lebih mandiri. Pemodal yang butuh anda, dan bukan anda yang butuh pemodal..

Dan secara psikologi, orang yang butuh, itulah yang dikendalikan. Jika anda yang butuh pemodal, maka anda dikendalikan. Anda kalah sejak berada di awal.

Namun jika pemodal yang butuh anda, anda yang mengendalikan. Anda merdeka dari awal…

Prinsip semacam inilah yang kami ajarkan di KPMI..

Demikian, Allahu a’lam.

Read more https://pengusahamuslim.com/6515-mulai-usaha-jangan-hanya-mikir-modal.html

Shalatnya Orang-Orang Lalai

Sebagai fondasi agama, shalat menjadi ibadah terpenting di dalam Islam. Jangankan tidak melakukannya, melalaikannya pun menjadi sebuah pelanggaran. “Maka, celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.”(QS al-Maun: 4- 5).

Dalam menafsirkan ini, Imam Ibnu Katsir menukil salah satu pendapat ulama generasi tabiin, yakni Atha ibnu Dinar. Dia memuji Allah SWT yang telah menyebut lalai dari shalat dan bukan lalai dalam shalat. Mereka lalai karena tidak menunaikannya pada awal waktu. Mereka menangguhkannya sampai akhir waktu terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan.

Dalam menunaikan shalat, ada kalanya mereka tidak memenuhi rukun-rukun dan persyaratan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Kondisi lainnya, mereka melakukan shalat tidak memenuhi rukun-rukun dan persyaratan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Adakalanya juga mereka tidak khusyuk dan tidak merenungkan maknanya. Menurut Atha, pengertian lalai dalam ayat tersebut mencakup semua itu.

Meski demikian, dia memberi catatan, orang yang menyandang sesuatu dari sifat-sifat tersebut berarti dia mendapat bagian dari apa yang diancamkan oleh ayat ini. Barang siapa yang menyan- dang semua sifat tersebut, berarti telah sempurnalah bagiannya. Jadilah dia seorang munafik dalam amal perbuatannya.

Salah satu tujuan adanya perintah shalat, yakni untuk mengingat Allah SWT. Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.(QS Thaha: 14). Imam Al Ghazali berkata, lalai adalah lawan dari ingat. Karena itu, barang siapa lalai dalam seluruh shalatnya, tidaklah mungkin ia mendirikan shalat untuk mengingat-Nya. Di sisi lain, Allah SWT berfirman, Dan janganlah engkau termasuk dalam golongan orang-orang lalai. (QS al-Araf: 205).

Ayat tersebut bermakna larangan yang memiliki makna lahir sebagai pengharaman. Tak hanya cukup di situ, Allah SWT pun berkata, Hingga kalian mengerti apa yang kalian katakan.(QS an-Nisa: 43).Keadaan ini menjadi sebab dilarangnya orang mabuk untuk shalat. Kondisi ini pun berlaku kepada orang-orang yang lalai serta orang yang pikirannya timbul dan tenggelam.Dia selalu waswas dalam shalatnya. Pikirannya dipengaruhi oleh dunia meski berada dalam rukuk dan sujud.

Maka dari itu, amat benar perkataan Rasulullah SAW, Sesungguhnya shalat hanya kemantapan hati dan kerendahan diri. Nabi SAW juga membatasi sabdanya dengan alif dan lam serta dengan kata `innama’. Maksudnya, menetapkan dan menguatkan.

Begitu juga sabda Rasulullah SAW, Barang siapa shalatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, ia tidaklah bertambah dari Allah kecuali jauhnya. Menurut Imam Al Ghazali, shalatnya orang lalai itu tidak mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Tidak heran jika Nabi SAW bersabda, Betapa banyak orang yang melaksanakan shalat, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya selain kelelahan dan kepayahan. Bukankah Nabi SAW juga bersabda, Tidaklah seorang hamba mendapatkan sesuatu dari shalatnya selain apa yang disadari oleh akalnya.

Al-Ghazali menghimpun sikap-sikap batin dalam enam ungkapan. Kehadiran hati, pemahaman (makna), sikap mengagungkan, rasa takut, rasa harap, dan rasa malu. Kehadiran hati adalah kosongnya hati dari segala sesuatu selain dari apa yang dia kerjakan dan ucapkan. Jadi, ilmu tentang perbuatan dan perkataan selalu mengiringi keduanya.Pikiran pun tidak beredar selain kepada keduanya.

Pemahaman terhadap makna perkataan merupakan sesuatu yang berada di balik kehadiran hati, yaitu mengandungnya hati atas ilmu tentang makna lafal.Betapa banyak makna-makna halus yang dipahami oleh orang yang mengerjakan shalat mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar.

Sikap mengagungkan adalah sesuatu yang berada di balik kehadiran hati dan pemahaman serta meningkatkan keduanya. Rasa takut meningkatkan sikap mengagungkan, yakni rasa takut yang ditumbuhkan oleh pengagungan dan pemuliaan. Rasa harap adalah hasrat untuk mendapat pahala dari Allah SWT.

Penyeimbangnya adalah rasa takut terhadap siksaan dari Allah atas kelalaiannya dalam menjalankan syariat-Nya.Terakhir, rasa malu bermakna merasa diri berkekurangan dalam menjalankan syariat dan merasa banyak dosa.

Lantas, apa penyebab hadirnya sikap batin ini? Al Ghazali melanjutkan, kehadiran hati dise- babkan oleh perhatian. Ia tidak hadir pada apa yang tidak kita perhatikan. Hati itu tercipta demikian dan tunduk kepada hal tersebut. Ketika dia tidak hadir dalam shalat, ia sedang beredar pada urusan-urusan dunia yang menarik perhatian.

Pemahaman disebabkan oleh pemusatan hati untuk memahami makna. Cara memperolehnya, yak ni dengan pemusatan pikiran disertai dengan kesiagaan penuh untuk menghalau segala bisikan ketika shalat.Caranya, berlepas diri dari berbagai sebab yang memancing bisikan setan.

Sikap mengagungkan disebabkan oleh dua keadaan hati.Pertama, pengenalan tentang kemuliaan dan keagungan Allah Azzawa Jalla. Kedua, pengenalan tentang kehinaan dan kerendahan diri serta kejadian diri sebagai hamba yang ditundukkan dan dipelihara.

Rasa takut timbul dari keadaan jiwa yang lahir dari pengenalan terhadap kekuasaan Allah dan keberpengaruhan-Nya dan keterlaksanaan kehendak-Nya.Tanpa disertai dengan menyombongi-Nya. Adapun rasa harap lahir dari pengenalan tentang kelembutan Allah, kemurahan-Nya, kemerataan pemberian-Nya, dan kecermatan ciptaan-Nya. Sementara itu, rasa malu muncul karena adanya perasaan kekurangan dalam beribadah dan mengetahui ketidakmampuan diri untuk menegakkan hak-hak Allah Azza wa Jalla.Wallahu ‘alam.