WAHAI jiwa (an-nafs)! Berdoalah, dan merasa malu kepada-Nya, karena engkau terlalu lama tidak memiliki rasa malu kepada-Nya.
CELAKALAH engkau! Engkau malu kepada makhluk; kepada orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir, kalau mereka melihat di dalam dirimu terdapat apa yang membuat mereka menceIamu, sementara engkau tidak malu kepada Yang melihat dan memantau banyaknya dosa-dosa dan buruknya kata hatimu (dhamiruka).
Celakalah engkau! Tatkala engkau membawa wadah keburukan. Engkau merasa resah dan takut kepada orang-orang jika mereka mengetahui tentang sisi kejelekkannya … Maka kapankah engkau akan memperbaiki hubunganmu dengan Allah? jauh sekali!
Ingatlah mati, seakan-akan seperti hamba yang buruk yang tidak tahu malu kepada Tuhan Pelindungnya yang tidak surut dan berhenti dari kesalahan-kesalahannya, yang tidak mengetahui kebaikan Tuhannya, kecuali saat tibanya Perhitungan amal (hisab) dan pemutusan hukuman (al-iqab). Dengan demikian, ingatlah akan kematian, dan masa-masa setelah kematian.
Apa pendapat mu tentang orang yang benci kalau orang-orang melihatnya, sebagai mana Allah juga membencinya kalau ia melakukan seperti itu, namun engkau sendiri, hai jiwa, tidak malu kepada Allah, kalau sampai Dia melihat apa yang dibencinya.
Malang bagimu dan mengejutkan! Pada saat engkau membiarkan dan menyia-nyiakan kesempatan, dan engkau melakukan apa saja yang dibenci oleh Allah. Lantas engkau mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah justru dengan yang tidak diperintahkan kepadamu.
Engkau mengamalkan ibadah-ibadah tambahan (nawafil), engkau ber-amar maruf, melakukan nahi munkar, dan melakukan dakwah sebagai kedok belaka yang menurut anggapanmu demi jalan Allah, engkau pun terus berbuat seperti itu, engkau menyuruh orang untuk berbuat padahal engkau sendiri tidak mengamalkannya, engkau juga memberi larangan sedangkan engkau sendiri tidak menghentikannya.
Kemalangan bagimu maka dari itu engkau layak merasa malu.
Ratapilah alas hilangnya kelembutan kasih dan Tuhanmu, semoga engkau akan malu kepada-Nya. Sesungguhnya kelembutan kasihNya ada yang lahir dan ada yang hatin. Meskipun dengan kelakuanmu yang buruk secara lahir dan batin, Dia tetap melanggengkan kebaikan-Nya secara berlipat-lipat bersamaan dengan kesinambunganmu dalam ragam perbuatan jahat.
Celakalah engkau. Apakah engkau menjadi kafir? Ataukah engkau ragu-ragu akan keberadaan Allah? Duhai, kecelakaanlah bagimu. Betapa buruk keadaanmu! Engkau berada dalam kebinasaan, sementara engkau mengetahui hal itu. Engkau tetap saja bersuka cita, berpaling dan tetap tidak peduli kepada Allah, Kepada makhluk-Nya engkau malu, sebaliknya, engkau tidak memiliki rasa malu kepada-Nya!
Celakalah engkau! Kuatkah engkau menghadapi murka-Nya? Tidakkah engkau meminta petunjuk? Karena engkau tidak merasa resah ataupun sedih. Bahwa semua itu adalah kelalaian dan kelancangan kepada-Nya!
Engkau telah terjerumus dalam kebimbangan dalam urusanmu, wahai jiwa. Silih berganti dalam keterlenaan agar aku turut di belakangmu dan engkau tidak mengharap keterlibatanku untuk membantumu. Aku telah memberimu nasihat, namun kau tidak mengambil pelajaran, ataupun sekadar bersedih. Aku telah mencelamu, tapi engkau tidak merasa malu. Aku telah mengadukanmu kepada Dzat Yang mengajarimu, tapi kau tidak mendekat untuk menyambut-Nya. Aku telah memohon kepadamu, tapi engkau tidak membantu.
Aku tidak mengerti, apa yang harus aku lakukan? Kepada siapa lagi aku meminta pertolongan, dan kepada siapa aku harus meminta bantuan? Semoga kepada Rabb-ku kewibawaan yang menjadi milikNya (jahuhu), memohonkan untukku sehingga berkenan memberi syafaat-Nya dan memberiku jalan keluar. Aku tidak memiliki cara lagi jika Dia tidak mengabulkan permohonanku!
Tuhan Pelindungku! Tidak ada lagi Yang bisa diminta (Mathlab) untuk memberikan jalan kemudahan, dan dengan pengulangan-pengulangan permohonan bantuan dan kesinambungan pengaduan. Mudah-mudahan Dia akan mengasihani kelemahan, melenyapkan kesengsaraan dan menyembuhkan sakitku, serta membangkitkanku dari keterpurukan dan menyelamatkanku tatkala tenggelam.
Karena aku, demi Allah, adalah si pendusta yang diberi penghalang (al-mastur) dari antara hamba-hamba yang lain. Aku adalah orang yang binasa yang mendapat keleluasaan, dan aku adalah orang yang tenggelam, yang masih bisa bersukaria. [Al-Harits Al-Muhasibi/sufinews]