Berdoa dan Perbanyaklah Rasa Malu Pada Allah

WAHAI jiwa (an-nafs)! Berdoalah, dan merasa malu kepada-Nya, karena engkau terlalu lama tidak memiliki rasa malu kepada-Nya.

CELAKALAH engkau! Engkau malu kepada makhluk; kepada orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir, kalau mereka melihat di dalam dirimu terdapat apa yang membuat mereka menceIamu, sementara engkau tidak malu kepada Yang melihat dan memantau banyaknya dosa-dosa dan buruknya kata hatimu (dhamiruka).

Celakalah engkau! Tatkala engkau membawa wadah keburukan. Engkau merasa resah dan takut kepada orang-orang jika mereka mengetahui tentang sisi kejelekkannya … Maka kapankah engkau akan memperbaiki hubunganmu dengan Allah? jauh sekali!

Ingatlah mati, seakan-akan seperti hamba yang buruk yang tidak tahu malu kepada Tuhan Pelindungnya yang tidak surut dan berhenti dari kesalahan-kesalahannya, yang tidak mengetahui kebaikan Tuhannya, kecuali saat tibanya Perhitungan amal (hisab) dan pemutusan hukuman (al-iqab). Dengan demikian, ingatlah akan kematian, dan masa-masa setelah kematian.

Apa pendapat mu tentang orang yang benci kalau orang-orang melihatnya, sebagai mana Allah juga membencinya kalau ia melakukan seperti itu, namun engkau sendiri, hai jiwa, tidak malu kepada Allah, kalau sampai Dia melihat apa yang dibencinya.

Malang bagimu dan mengejutkan! Pada saat engkau membiarkan dan menyia-nyiakan kesempatan, dan engkau melakukan apa saja yang dibenci oleh Allah. Lantas engkau mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah justru dengan yang tidak diperintahkan kepadamu.

Engkau mengamalkan ibadah-ibadah tambahan (nawafil), engkau ber-amar maruf, melakukan nahi munkar, dan melakukan dakwah sebagai kedok belaka yang menurut anggapanmu demi jalan Allah, engkau pun terus berbuat seperti itu, engkau menyuruh orang untuk berbuat padahal engkau sendiri tidak mengamalkannya, engkau juga memberi larangan sedangkan engkau sendiri tidak menghentikannya.

Kemalangan bagimu maka dari itu engkau layak merasa malu.

Ratapilah alas hilangnya kelembutan kasih dan Tuhanmu, semoga engkau akan malu kepada-Nya. Sesungguhnya kelembutan kasihNya ada yang lahir dan ada yang hatin. Meskipun dengan kelakuanmu yang buruk secara lahir dan batin, Dia tetap melanggengkan kebaikan-Nya secara berlipat-lipat bersamaan dengan kesinambunganmu dalam ragam perbuatan jahat.

Celakalah engkau. Apakah engkau menjadi kafir? Ataukah engkau ragu-ragu akan keberadaan Allah? Duhai, kecelakaanlah bagimu. Betapa buruk keadaanmu! Engkau berada dalam kebinasaan, sementara engkau mengetahui hal itu. Engkau tetap saja bersuka cita, berpaling dan tetap tidak peduli kepada Allah, Kepada makhluk-Nya engkau malu, sebaliknya, engkau tidak memiliki rasa malu kepada-Nya!

Celakalah engkau! Kuatkah engkau menghadapi murka-Nya? Tidakkah engkau meminta petunjuk? Karena engkau tidak merasa resah ataupun sedih. Bahwa semua itu adalah kelalaian dan kelancangan kepada-Nya!

Engkau telah terjerumus dalam kebimbangan dalam urusanmu, wahai jiwa. Silih berganti dalam keterlenaan agar aku turut di belakangmu dan engkau tidak mengharap keterlibatanku untuk membantumu. Aku telah memberimu nasihat, namun kau tidak mengambil pelajaran, ataupun sekadar bersedih. Aku telah mencelamu, tapi engkau tidak merasa malu. Aku telah mengadukanmu kepada Dzat Yang mengajarimu, tapi kau tidak mendekat untuk menyambut-Nya. Aku telah memohon kepadamu, tapi engkau tidak membantu.

Aku tidak mengerti, apa yang harus aku lakukan? Kepada siapa lagi aku meminta pertolongan, dan kepada siapa aku harus meminta bantuan? Semoga kepada Rabb-ku kewibawaan yang menjadi milikNya (jahuhu), memohonkan untukku sehingga berkenan memberi syafaat-Nya dan memberiku jalan keluar. Aku tidak memiliki cara lagi jika Dia tidak mengabulkan permohonanku!

Tuhan Pelindungku! Tidak ada lagi Yang bisa diminta (Mathlab) untuk memberikan jalan kemudahan, dan dengan pengulangan-pengulangan permohonan bantuan dan kesinambungan pengaduan. Mudah-mudahan Dia akan mengasihani kelemahan, melenyapkan kesengsaraan dan menyembuhkan sakitku, serta membangkitkanku dari keterpurukan dan menyelamatkanku tatkala tenggelam.

Karena aku, demi Allah, adalah si pendusta yang diberi penghalang (al-mastur) dari antara hamba-hamba yang lain. Aku adalah orang yang binasa yang mendapat keleluasaan, dan aku adalah orang yang tenggelam, yang masih bisa bersukaria. [Al-Harits Al-Muhasibi/sufinews]

 

INILAH MOZAIK

Kenneth L Jenkins Kagumi Kehidupan Nabi Muhammad

Bagi Kenneth L Jenkins pertemuannya dengan Islam membawa perubahan besar.

Bagi Kenneth L Jenkins pertemuannya dengan Islam membawa perubahan besar dalam hidupnya. ”Setelah memeluk Islam, saya merasa sungguh-sungguh perlu untuk membantu orang-orang yang belum mendapatkan cahaya Islam,” ujarnya seperti dikutip dari situs Islamreligion.com.

Jauh sebelum memeluk Islam, Jenkins hidup dan dibesarkan di lingkungan yang tergolong agamis. Posisi ibunya sebagai orang tua tunggal yang juga harus menafkahi keluarga, membuat Jenkins lebih banyak berada dalam pengasuhan sang nenek yang adalah seorang pemeluk Kristen Pantekosta yang taat.

Ini membuat Jenkins kecil sudah terbiasa dengan kehidupan gereja. Komunitas gereja Pantekosta, menurutnya, sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya sejak usia dini.

Karenanya, tak mengherankan jika di usia enam tahun, Jenkins sudah mengetahui ajaran-ajaran dalam kitab Injil yang diyakini oleh para pemeluk Kristen Pantekosta.

Tidak hanya itu, dibandingkan dengan adik laki-laki dan kakak perempuannya, Jenkins termasuk anak yang patuh. Semua ajaran yang disampaikan oleh sang nenek selalu ia laksanakan dan taati.

”Nenek selalu mengajarkan kepada saya bahwa seorang anak laki-laki yang baik akan masuk surga, sementara anak laki-laki yang nakal akan mendapatkan hukuman di neraka. Ajaran nenek inilah yang juga selalu diingatkan oleh ibu manakala saya berbuat nakal.”

Setiap hari Minggu, menurut Jenkins, seluruh anggota keluarganya selalu pergi ke gereja. Saat seperti itu, ungkapnya, menjadi momen bagi dirinya beserta kedua saudaranya untuk mengenakan pakaian terbaik mereka. Untuk menuju ke gereja, sambungnya, mereka sekeluarga biasa diantar oleh sang kakek menggunakan kendaraan kebanggaannya.

Namun sejak sang kakek terserang stroke, Jenkins sekeluarga jarang menghadiri kegiatan peribadatan di gereja. Baru ketika menginjak usia 16 tahun, Jenkins mulai aktif kembali menghadiri acara peribadatan di gereja. Ia biasa datang ke gereja bersama seorang teman yang ayahnya merupakan pastor di gereja tersebut.

Setelah lulus SMA dan masuk universitas, Jenkins memutuskan untuk lebih aktif dalam kegiatan keagamaan. Ia datang ke gereja setiap saat, mempelajari kitab Injil setiap hari, dan menghadiri kuliah yang diberikan oleh para pemuka agama Kristen.

Hal ini membuatnya amat menonjol di kalangan para jemaat. Karenanya, tak mengherankan ketika menginjak usia 20, pihak gereja memintanya untuk bergabung. Sejak saat itulah Jenkins mulai memberikan khutbah kepada para jemaat yang lain.

Setelah menamatkan pendidikannya di jenjang universitas, Jenkins memutuskan untuk bekerja secara penuh waktu di gereja sebagai seorang pendakwah. Sasaran utamanya adalah komunitas warga kulit hitam di Amerika.

Ketika melakukan interaksi dengan komunitas inilah ia menemukan kenyataan bahwa banyak di antara para pemuka gereja yang menggunakan Injil untuk kepentingan politis, yakni untuk mendukung posisi mereka pada isu-isu tertentu.

Kemudian, Jenkins memutuskan untuk pindah ke Texas. Di kota ini ia sempat bergabung dengan dua gereja Pantekosta yang berbeda. Namun, lagi-lagi ia mendapatkan kenyataan bahwa para pendeta di kedua gereja ini melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi norma aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi gereja.

Ia mendapatkan fakta di lapangan bahwa sejumlah pemimpin gereja melakukan perbuatan zina tanpa tersentuh oleh hukum dan di antara mereka ada yang menjadi homoseksual. Sementara para penginjil banyak yang kedapatan mengonsumsi narkotik.

Mendapati berbagai kenyataan seperti ini, dalam diri Jenkins mulai timbul berbagai pertanyaan atas keyakinan yang ia anut. ”Saat itu saya mulai berpikir untuk mencari sebuah perubahan.”

Kehidupan baru

Perubahan yang diinginkan Jenkins datang ketika ia mendapatkan sebuah tawaran pekerjaan di Arab Saudi. Setibanya di Arab Saudi, ia menemukan perbedaan yang mencolok dalam gaya hidup orang-orang Muslim di negara Timur Tengah tersebut. Dari sana kemudian timbul keinginan dalam diri mantan pendeta ini untuk mempelajari lebih jauh agama yang dianut oleh masyarakat Muslim di Arab Saudi.

”Saya kagum dengan kehidupan Nabi Muhammad dan ingin tahu lebih banyak lagi,” ujarnya.

Untuk menjawab rasa ingin tahunya itu, Jenkins pun memutuskan untuk meminjam buku-buku mengenai Islam melalui salah seorang kerabatnya yang ia ketahui sangat dekat dengan komunitas Muslim. Buku-buku tersebut ia baca satu per satu. Dan, di antara buku-buku yang ia pinjam tersebut terdapat terjemahan Alquran. Ia menamatkan bacaan terjemahan Alquran ini dalam waktu empat bulan.

Berbagai pertanyaan seputar Islam yang ia lontarkan kepada teman-teman Muslimnya, dan ia selalu mendapatkan jawaban yang sangat memuaskan. Jika teman Muslimnya ini merasa tidak bisa memberikan jawaban yang memadai, mereka akan menanyakan hal tersebut kepada seseorang yang lebih paham.

Dan pada hari berikutnya, baru jawaban dari orang tersebut disampaikan kepadanya. Rasa persaudaraan dan sikap rendah hati yang ditujukan oleh para teman Muslimnya ini, diakui Jenkins, membuatnya tertarik untuk mempelajari Islam lebih dalam.

Rasa kekaguman Jenkins terhadap Islam juga ditujukan kepada kaum Muslimah yang ia jumpai selama bermukim di Arab Saudi. ”Saya kagum melihat para wanita yang menutupi tubuh mereka, dari kepala hingga bagian kaki.”

Agama Islam yang baru dikenal olehnya, menurut Jenkins, juga tidak mengenal adanya perbedaan status sosial.

Kesemua hal yang ia saksikan selama tinggal di Arab Saudi ini bagi Jenkins merupakan sesuatu yang indah. Kendati demikian, diakui Jenkins, saat itu dalam dirinya masih terdapat keragu-raguan antara Islam dengan keyakinan yang sudah dianutnya sejak masa kanak-kanak.

Namun, semua keraguan tersebut terjawab manakala salah seorang teman Muslimnya memberikan dia sebuah kaset video yang berisi perdebatan antara Syekh Ahmed Deedat dan Pendeta Jimmy Swaggart. Setelah menonton perdebatan tersebut, mantan Pendeta Gereja Pantekosta ini kemudian memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.

Kemudian oleh salah seorang kawan, Jenkins diajak menemui seorang ulama setempat, Syekh Abdullah bin Abdulaziz bin Baz. Di hadapan sang ulama, Jenkins pun secara resmi menerima Islam sebagai keyakinan barunya.

”Dia (Syekh Abdullah) memberikan sejumlah nasihat bagaimana mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan ke depan yang mungkin akan saya hadapi.”

Kabar mengenai masuk Islamnya Jenkins, ternyata telah sampai ke telinga para rekan-rekannya sesama pendeta dan aktivis gereja. Karena itu, setibanya di Amerika Serikat, berbagai hujatan dan kritikan bertubi-tubi datang kepadanya.

Tak hanya itu, Jenkins juga dicap dengan berbagai label, mulai dari orang murtad hingga tercela. Ia juga dikucilkan dari lingkungan tempat tinggalnya. Lagi-lagi, kesemuanya itu tidak membuatnya gentar dan berpaling dari Islam.

”Islam membuat saya seperti terlahir kembali, dari kegelapan menjadi terang. Saya tidak merasa terusik dengan semua itu, karena saya merasa sangat bahagia bahwa Allah Mahakuasa telah memberikan saya petunjuk,” paparnya.

Bercita-cita Menjadi Pendakwah

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Al-Madinah, Jenkins mengungkapkan bahwa dirinya telah menjadi Muslim. Dan ia mengatakan, ia akan menjadi seorang pendakwah dan tak akan menghentikan aktivitasnya sebagai seorang juru dakwah, sebagaimana yang pernah ia lakukan saat masih memeluk Kristen Pantekosta.

”Saat ini, tujuan saya adalah belajar bahasa Arab dan terus belajar untuk mendapatkan pengetahuan lebih tentang Islam, selain saya sekarang bergerak di bidang dakwah, terutama kepada non-Muslim yang menganut agama Kristen,” ujarnya.

Mantan pendeta ini juga berharap bisa membuat sebuah karya tulis mengenai perbandingan agama. Karena, menurutnya, adalah tugas umat Islam di seluruh dunia untuk menyebarkan ajaran Islam.

”Sebagai orang yang telah menghabiskan waktu yang lama sebagai seorang penginjil, saya merasa memiliki kewajiban untuk mendidik masyarakat tentang kesalahan dan kontradiksi dari kisah-kisah di dalam Kitab Injil yang selama ini diyakini oleh jutaan orang,” tukasnya.

 

OASE REPUBLIKA

Bacaan Istighfar Pada Malam Pertama Bulan Rajab

Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds dalam kitab Kanzun Najah was Surur fil Ad’iyah al-Lati Tasyrohus Shudur menyebutkan bahwa kita sangat dianjurkan untuk membaca istighafaru rojaba atau istighfar bulan Rajab yang disusun oleh Sayid Hasan bin Sayid Abdullah Ba Alawi al-Haddad berikut;

اَسْتَغْفِرُاللهَ اْلعَظِيْمَ ،اَلَّذِيْ لآاِلَهَ اِلاَّ هُوَاْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ اْلمَعَاصِيْ وَالذُّنُوْبِ، وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ مَاكَرِهَ اللهُ قَوْلاً وَفِعْلاً وَسَمْعًا وَبَصَرًا وَّحَاصِرًا، اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْتَغْفِرُكَ لِمَا قَدَّمْتُ وَمَااَخَرْتُ وَمَااَسْرَفْتُ وَمَااَسْرَرْتُ وَمَااَعْلَنْتُ وَمَااَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مَنِّيْ اَنْتَ اْلمُقَدِّمُ وَاَنْتَ اْلمُؤَخِّرُ وَاَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ، اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ تُبْتُ اِلَيْكَ مِنْهُ ثُمَّ عُدْتُ فِيْهِ، اَسْتَغْفِرُكَ بِمَااَرَدْتُ بِه وَجْهَكَ اْلكَرِيْمَ فَخَالَطْتُهُ بِمَالَيْسَ لَكَ بِه رِضًى،

وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَا وَعَدْتُكَ بِه نَفْسِيْ ثُمَّ اَخْلَفْتُكَ، وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَادَعَالِيْ اِلَيْهِ اْلهَوَى مِنْ قَبْلِ اْلرُّخَصِ مِمَّااشْتَبَهَ عَلَيَّ وَهَوَعِنْدَكَ مَحْظُوْرٌ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنَ النِّعَمِ الَّتِيْ اَنْعَمْتَ بِهَاعَلَيَّ فَصَرَفْتُهَا وَتَقَوَّيْتُ بِهَاعَلَى اْلمَعَاصِيْ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِيْ لاَيَغْفِرُهَا غَيْرُكَ وَلاَيَطَّلِعُ عَلَيْهَااَحَدٌ سِوَاكَ وَلاَيَسَعُهَا اِلاَّ رَحْمَتُكَ وَحِلْمُكَ وَلاَيُنْجِيْ مِنْهَااِلاَّ عَفْوُكَ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ يَمِيْنِ حَلَفْتُ بِهَا فَحَنَثْتُ فِيْهَا وَاَنَاعِنْدَكَ مَأْخُوْذٌ بِهَا، وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ،

وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ عَالِمُ اْلغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ مِنْ كُلِّ شَيِّئَةٍ عَمِلْتُهَا فِى بَيَاضِ النَّهَارِوَسَوَادِ الَّيْلِ فِى اْلمَلاَءٍ وَّخَلاَءٍ وَسِرٍّ وَعَلاَنِيَةٍ اِلَيَّ وَاظِرٌ اِذَاارْتَكَبْتُهَا تَرَى مَآاَتَيْتُه مِنَ اْلعِصْيَانِ بِهِ عَمَدًا اَوْ خَطَأً اَوْنِسِيَانًا يَاحَلِيْمُ يَاكَرِيْمُ، وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ،

وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ فَرِيْضَةٍ وَجَبَتْ عَلَيَّ فِى آنَآءِ اللَّيْلِ وَاَطْرَافِ النَّهَارِ فَتَرَكْتُهَا عَمَدًا اَوْ خَطَأً اَوْنِسِيَانًا اَوْ تَهَاوُنًا وَاَنَا مَسْئُوْلٌ بِهَا وَمِنْ كُلِّ سُنَّةٍ مِنْ سُنَنِ سَيَّدِاْلمُرْسَلِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيَّيْنَ مُحَمَّدٍ وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَرَكْتُهَا غَفْلَةً اَوْسَهْوًا اَوْ جَهْلاً اَوْ تَهَاوُنًا قَلَّتْ اَوْكَثُرَتْ وَاَنَا عَائِدٌ بِهَا، وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ سُبْحَانَكَ رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ لَكَ اْلمُلْكُ وَلَكَ اْلحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ وَاَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ نِعْمَ اْلمَوْلى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ ، وَلاَحَوْلَ وَقُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

“Saya memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, tiada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Hidup dan Berdiri Tegak, dan saya bertaubat kepada Allah dari seluruh perbuatan dosa dan maksiat, dari perkara-perkara yang di benci Allah baik di dalam perkataan, perbuatan, pendengaran dan penglihatan yang terbatas. Ya Allah, sesungguhnya saya memohon ampun kepada Engkau dari sesuatu hal yang telah saya kerjakan dan yang belum saya kerjakan serta dari perbuatan yang melampaui batas, baik yang tersembunyi maupun terang-terangan dan Engkau lebih mengetahui dari apa yang saya ketahui. Engkaulah yang awal dan yang akhir dan kesemuanya atas kehendak-Mu.

Ya Allah, saya juga memohon ampun dari setiap dosa apabila saya telah bertaubat lalu saya kembali mengerjakanya, dari perbuatan yang saya kehendaki tetapi Engkau tidak meridhoinya. Ya Allah, saya juga memohon ampun dari setiap perbuatan yang mana saya telah berjanji pada diri saya dan kepada Engkau untuk mengerjakan atau meniggalkanya lalu saya menginkarinya, saya memohon ampun pula dari perbuatan yang mengikuti ajakan hawa nafsu padahal tidak diperbolehkan oleh Engkau lalu saya mengerjakannya secara diam-diam padahal itu di larang disisi-Mu, saya juga memohon ampun dari nikmat-nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada saya lalu saya gunakan nikmat-nikmat tersebut untuk bermaksiat kepada-Mu.

Saya juga memohon ampun dari segala dosa yang tidak dapat terampuni dan terangkat selain hanya kepada-Mu, tiada ampunan yang lebih luas kecuali rahmat dan kasih-Mu, tiada pula yang dapat menyelamatkan kecuali maaf dan ampunan-Mu, saya juga memohon ampun dari segala kebaikan yang saya telah berjanji untuk mengerjakan lalu saya melanggar janji itu dan berarti saya telah merampas sesuatu dari sisi-Mu.

Saya juga memohon ampun kepada-Mu wahai Zat yang tiada Tuhan melainkan Engkau, Maha Suci Engkau. Sesungguhnya saya telah termasuk golongan orang-orang yang berbuat zalim, saya memohon ampun kepada-Mu, tiada Tuhan melainkan Engkau yang mengetahui yang ghaib dan nampak dari setiap keburukan yang saya kerjakan di waktu siang maupun di kegelapan malam, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan dan Engkau menyaksikan akan segala perbuatan maksiat itu baik dilakukan dengan sengaja, lupa atau lalai wahai Zat Yang Maha Murah dan Maha Mulia.

Saya memohon ampun kepada-Mu, tiada Tuhan melaikan Engkau, Maha Suci Engkau. Sesungguhnya saya telah termasuk golongan orang-orang yang berbuat zalim dan aniaya. Wahai Tuhanku, ampuni dan sayangilah saya dan terimalah taubat saya karena sesugguhnya Engkau Maha Penyayang, saya juga memohon ampun dari setiap kewajiban yang telah Engkau wajibkan atas diri saya dari permulaan malam hingga akhir siang lalu saya meninggalkan kewajiban itu dengan sengaja, salah dalam mengerjakan, lupa ataupun dengan sebab lalai.

Saya juga akan dimintai pertanggung jawaban atas segala sunah-sunah junjungan para nabi dan para rasul, Nabi Muhammad Saw, kemudian saya tinggalkan karena salah, lupa, bodoh, atau lalai, banyak atau sedikit, dan saya kembali mengulanginya. Saya memohon ampunan kepada-Mu, tiada Tuhan melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan semesta alam. Bagi-Mu kerajaan, bagi-Mu segala puji, bagi-Mu segala bentuk syukur dan Engkau sandaran kami, sebaik-baik wakil, sebaik-baik tuan dan sebaik-baik penolong. Tiada daya dan upaya melainkan atas pertolongan Allah Yang Maha Luhur dan Agung. Semoga rahmat Allah senantiasa mengalir atas junjungan kami Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya, juga keselamatan yang banyak. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

BINCANG SYARIAH

Ini Doa Sayyidul Istighfar yang Diajarkan Rasul

Istighfar secara bahasa adalah meminta ampunan yang selanjutnya dipahami secara luas sebagai lafad yang dilafalkan untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.

Adapun sayyidul istighfar maksudnya adalah doa istighfar yang paling utama, karena sayyidul istighfar adalah raja dari semua macam doa meminta ampun.

Dalam sebuah hadis, umat muslim dianjurkan untuk berdoa dengan Sayyidul istighfar setiap selesai shalat sebanyak tiga kali, sebagaimana Rasul mencontohkannya. Berikut doa tersebut

اللَّهُمَّ أنْتَ رَبّي لا إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وأنا عَبْدُكَ وأنا على عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ ما اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرّ مَا صَنَعْتُ أبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عليَّ وأبُوءُ بِذَنْبي فاغْفِرْ لي فإنَّهُ لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أنْتَ

Allahumma anta rabbii laa ilaaha illa anta khalaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mas tatha’tu a’uudzu bika min syarri ma shana’tu abuu-u laka bi ni’matika ‘alayya wa abuu-u bi dzanbii faghfir lii fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa ant(a)

Artinya: Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu, aku akan setia pada janjiku pada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang aku perbuat. Kuakui segala nikmat-Mu atasku dan aku akui segala dosaku (yang aku perbuat). Maka ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.

(Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari)

BINCANG SYARIAH

Peringatan Isra Miraj 27 Rajab atau 3 April 2019, Ini Bacaan Zikir Bulan Rajab Diajarkan Nabi Ibrahim

Umat Islam akan memeringati Isra Miraj 2019 yang jatuh pada 27 Rajab atau tepatnya 3 April 2019 mendatang.

Bulan Rajab yang juga merupakan bulan terjadinya Isra Miraj adalah bulan yang mulia.

Karena bulan Rajab merupakan satu di antara bulan paling mulia dalam kalender Hijriyah, hendaknya umat muslim memperbanyak amalan-amalan kebaikan.

Ada satu zikir yang pernah diajarkan Nabi Ibrahim untuk Nabi Muhammad SAW ketika Rasulullah mengalami peristiwa Isra Mi’raj.

Isra Mi’raj adalah perjalanan agung Nabi Muhammad yang ditempuh dalam waktu semalam dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsho di Yerussalem.

Tak hanya itu, Nabi Muhammad juga mengalami perjalanan Nabi Muhammad dari bumi menuju langit ketujuh, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha.

Sidaratul Muntaha menjadi akhir perjalanan untuk menerima perintah salat lima waktu.

Ketika Nabi Muhammad sampai di langit ketujuh. Nabi Ibrahim mengajarkan zikir yang nantinya menjadi tanaman subur di surga.

Rupanya dalam peristiwa itu, Nabi Muhammad diajarkan Nabi Ibrahim satu zikir seperti dikutip Banjarmasinpost.co.id dari laman Tribun Jateng.

Berikut ini zikir yang diajarkan Nabi Ibrahim kepada Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan Isra Mi’raj yang dianjurkan dibaca oleh umat Rasulullah:

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ

Laa haula walaa quwwata illa billah

“Tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah.”

Zikir tersebut bisa dilihat dari yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al Anshari ra.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِهِ مَرَّ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فَقَالَ مَنْ مَعَكَ يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَذَا مُحَمَّدٌ.فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيمُ مُرْ أُمَّتَكَ فَلْيُكْثِرُوا مِنْ غِرَاسِ الْجَنَّةِ فَإِنَّ تُرْبَتَهَا طَيِّبَةٌ وَأَرْضَهَا وَاسِعَةٌ. قَالَ « وَمَا غِرَاسُ الْجَنَّةِ ». قَالَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Isra’, pernah melewati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Nabi Ibrahim ketika itu bertanya pada malaikat Jibril, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?” Ia menjawab, “Muhammad.” Ibrahim pun mengatakan pada Muhammad, “Perintahkanlah pada umatmu untuk membiasakan memperbanyak (bacaan dzikir) yang nantinya akan menjadi tanaman surga, tanahnya begitu subur, juga lahannya begitu luas.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa itu ghirosul jannah (tanaman surga)?” Ia menjawab, “Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah).” (HR. Ahmad, 5: 418)

Hadis ini secara sanad dhaif.

Namun, Syaikh Al-Albani berujar isi hadis itu shahih karena punya berbagai macam penguat.

Meski begitu, mayoritas ulama tidak mewajibkan agar zikir itu dibaca pada malam Isra Mi’raj.

Zikir itu bisa dibaca kapan saja dan dalam keadaan apa pun.

Demikian zikir penyubur tanaman di surga yang diajarkan Nabi Ibrahim kepada Nabi Muhammad.

Amalan-Amalan Mulia Bulan Rajab

Selain membaca zikir yang disebutkan di atas, ada 6 amalan yang bisa dilakukan di bulan Rajab seperti dilansir dari artikel Tribun Jogja dengan judul Enam Amalan Mulia di Bulan Rajab.

Berikut ibadah yang bisa dilakukan :

1. Memperbanyak Sayyidul Istighfar

Umat muslim dianjurkan untuk banyak memohon ampun atas dosa-dosanya di bulan Rajab.

Salah satu amalan yang dianjurkan adalah membaca sayyidul istighfar saat pagi dan sore.

Barang siapa yang membaca ini dan meninggal, maka ia masuk surga.

Adapun bacaan sayyidul istighfar adalah:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ وَأَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَعْتَرِفُ بِذُنُوبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau sudah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan berusaha selalu ta’at kepada-Mu, sekuat tenagaku Yaa Allah. Aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan yg kuperbuat. Kuakui segala nikmat yang Engkau berikan padaku, dan kuakui pula keburukan-keburukan dan dosa-dosaku. Maka ampunilah aku ya Allah. Sesungguhnya tidak ada yg bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.”

 

2. Berpuasa

Beberapa berpendapat bahwa hadits yang meriwayatkan puasa di bulan Rajab adalah dhaif, sehingga bila dilakukan adalah bid’ah.

Namun ada pula yang berpendapat bahwa puasa Rajab hukumnya sunah, bila dilaksanakan di waktu-waktu yang tidak dilarang.

Seperti TribunJogja.com kutip dari Tebu Ireng Online, ada beberapa riwayat yang menerangkan keutamaan puasa Rajab.

Puasa tanggal 1 Rajab sama dengan menghapus dosa 3 tahun.

Puasa tanggal 2 sama dengan menghapus dosa 2 tahun.

Puasa tanggal 3 sama dengan menghapus dosa 1 tahun.

Adapun niat puasa Rajab adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ فِى شَهْرِ رَجَبِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu sauma ghadin fi syahri rojabi sunatan lillahi ta’alaa.

3. Memperbanyak Doa

Saat memasuki bulan Rajab, Rasulullah SAW membaca doa ini:

اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَاَعِنَّا عَلَى الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ

Allohumma baarik lanaa fii rojaba wa sya’banaa wa ballighnaa romadhonaa

Artinya:
“Ya Allah berilah kami keberkahan di bulan Rojab dan Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Romadhon.”

4. Membaca Istighfar Rajab

Banyak di antara kita mungkin masih sedikit asing dengan bacaan Istighfar Rajab.

Namun bila membaca setidaknya dua atau empat kali Istighfar Rajab di dalam hidupnya, niscaya Allah akan mengampuni dosanya, meskipun ditetapkan akan masuk neraka.

5. Bacaan Terakhir Bulan Rajab

Di hari Jumat terakhir bulan Rajab saat khotib salat jumat duduk di antara dua khutbah, maka seorang muslim dianjurkan untuk membaca doa ini sebanyak 35 kali:

اَحْمَدُ رَسُوْلُ اللّٰهِ ، مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللّٰهِ × ٣٥

Bila membaca doa tersebut, insyaallah sakunya tidak akan sepi dari uang, asalkan diiringi dengan usaha yang sungguh-sungguh.

6. Doa Pagi dan Sore

Setelah sholat Subuh dan Maghrib, hendaknya seorang muslim membaca doa ini sebanyak 70 kali sambil mengangkat tangan, agar terhindar dari api neraka.

ربِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ

Itulah amalan-amalan baik di bulan Rajab untuk menambah pundi-pundi pahala kita.

TRIBUN TIMUR

Doa Dalam Shalat

Shalat merupakan salah satu cara untuk berdoa kepada Allah SWT.

Shalat merupakan salah satu cara untuk berdoa kepada Allah SWT. Meski demikian, ada beberapa bagian dalam shalat yang dimanfaatkan untuk berdoa lebih lama. Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengungkapkan, ada golongan yang mengatakan jika sujud lebih utama, sementara golongan lain cenderung kepada berdiri yang lebih utama.

Ulama yang menyatakan jika doa ketika berdiri mengungkap beberapa alasan. Mereka bersandar pada ayat Alquran, yakni sesuai dengan firman Allah, “Peliharalah semua shalatmu dan peliharalah shalat wusta. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (QS al-Baqarah: 238).

Imam Ibnu Katsir, merujuk pada pendapat Imam Malik dalam kitab Muwatta, mengungkapkan jika shalat ini merupakan shalat subuh. Keterangan ini didapat melalui Ali dan Ibnu Abbas. Ketika itu, Ibnu Abbas membaca doa qunut seraya mengangkat kedua tangannya.

Tidak hanya itu, mereka juga berlandaskan riwayat sabda Rasulullah, “Seutama-utama shalat adalah lamanya berdiri (dalam shalat).” (HR Muslim, Abu Dawud). Dalam hadis disebutkan bahwa berzikir ketika berdiri dalam shalat adalah yang paling utama (afdhalul adzkar).

Golongan berikutnya mengatakan jika yang paling utama adalah berdoa di dalam sujud. Beberapa alasan yang dikemukakan berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Jarak yang paling dekat antara hamba dan Tuhan nya adalah ketika dalam keadaan sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa.”

Hikmah dari Kisah Sahabat: Tabiat Bermasyarakat

MANUSIA tidak hidup sendirian. Lahir dan tumbuh besar berproses bersama orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain pasti ada seribu satu macam cerita, mulai dari cerita yang mengerikan dan mengenaskan sampai pada cerita menghibur dan membahagiakan.

Berbagai cerita itu tidak dimonopoli oleh satu orang melainkan dibagi rata pada semua orang. Karena itu tak perlulah kita berputus asa saat ditimpa derita dan tak perlu sombong saat diguyur anugerah. Jalani biasa-biasa saja.

Mari kita mengambil hikmah dari kisah sahabat Rasulullah yang bernama Umar bin Khattab. Suatu hari sahabat yang bergelar al-Faruq ini mendengar seorang lelaki berdoa: “Ya Allah, jadikanlah saya sebagai orang yang tidak lagi membutuhkan manusia.” Sayyidina Umar berkata: “Kamu minta mati ya? Cukuplah engkau berdoa ‘Ya Allah, lindungi aku dari kejahatan manusia dan jangan butuhkan aku pada kejahatannya.”

Dua poin bisa diambil dari kisah singkat tersebut di atas. Pertama, tidak ada orang yang tidak membutuhkan orang lain. Sekaya dan setinggi apapun pangkat seseorang pastilah membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidupnya. Tidak semua hal bisa diatur oleh dompet dan telunjuk. Belum ada ceritanya mayat bisa jalan sendiri dan menguburkan dirinya sendiri. Ia butuh orang lain. Karena itu, teruslah berbuat baik kepada sesama, tutuplah kemungkinan kita menjadi penyebab derita orang lain.

Poin kedua adalah bahwa kita perlu membentengi diri dari kejahatan atau perilaku jelek seseorang. Membentengi diri dengan doa adalah jalan yang sangat mulia karena bermakna kita memasrahkan jalan hidup kita kepada Dzat Yang maha Pengatur. Bukan tidak boleh secara dhahir memiliki satpam dan atau petugas keamanan lainnya, namun jangan lupakan mohon perlindungan kepada Dzat Yang Maha Tahu atas sesuatu yang belum kita tahu.

Semoga Allah senantiasa bersama kita. Salam, AIM. [*

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Membesuk yang Sakit

Saat ini, penulis dalam keadaan istirahat dan rehat total di Penang.

 

Betul, saat ini, penulis dalam keadaan istirahat dan rehat total di Penang. Memiliki asa besar untuk segera mendapati pemulihan prima dan sehat yang sempurna. Terima kasih untuk doanya yang terus menguntai bagi kesembuhan penulis. Doa serupa yang berlimpah kebaikan untuk semua ikhwah.

Sama-sama dalam keadaan diuji dan diberi nikmat sakit oleh Allah. Namun, bukan berarti berkurang dalam beramal saleh. Sakit tidak menjadi penghalang dalam berbuat sesuatu yang indah di hadapan Allah. Amal saleh itu adalah membesuk saudara yang juga dalam keadaan sakit.

Tetangga sebelah kamar ada yang Muslim dan ada yang juga non- Muslim. Hari itu, penulis sempatkan berkunjung kepada keduanya. Saling menyapa dan meneguhkan. Saling menghibur dan menguatkan. Indah. Subhana Allah cinta Allah dan Rasul-Nya membuat sayang semua karena Allah.

Penulis teringat akan sabda Nabi SAW. “Hak Muslim terhadap Mus lim lainnya ada enam. Sahabat bertanya, ‘Apa saja, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Bila ia bersin dan memuji Allah (mengucap: alhamdulillah), jawablah (dengan mengucapkan: yarhamukallah); bila ia sakit, jenguklah, dan bila ia meninggal dunia, antarkanlah (jenazahnya hingga makam)’….” (HR Muslim, no. 2162).

Mengapa membesuk yang sakit? Pertama, seakan mengitari kebun surga. Rasulullah Saw bersabda, “Siapa saja yang menjenguk orang sakit akan senantiasa berada di kebun surga sampai ia kembali.” (HR. Muslim).

Kedua, terliputi kasih sayang dan rahmat Allah. “Barang siapa yang menjenguk orang sakit, ia masuk ke dalam rahmat (Allah). Apabila duduk di sisinya, ia merasa puas atau tenang di dalam rahmat itu. Apabila keluar darinya, ia senantiasa berada di dalam rahmat itu hingga ia pulang ke rumahnya.” (HR. Ibnu Abdil Barr di kitab at-Tamhid 24/273).

Ketiga, berbuah banyak pahala dari Allah. Hadis Qudsi Rasulullah SAW menyebut firman-Nya, “Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman pada hari kiamat: ‘Wahai anak Adam, Aku sakit, tapi engkau tidak menjenguk-Ku.’ Ia berkata: ‘Ya Rabb, bagaimana aku menje nguk-Mu, sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta?’ Allah berfirman: ‘Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sakit, tapi engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau tahu, bila menjenguk nya niscaya engkau akan mendapati-Ku ada di sisinya?’ (HR. Muslim).

Keempat, mendapatkan doa kebaikan dari malaikat. “Barang siapa yang mendatangi saudaranya Muslim (yang sakit) untuk menjenguknya, ia berjalan di atas kebun surga hingga ia duduk. Apabila ia duduk, rahmat (Allah) akan menyelimutinya. Bila waktu itu pagi hari, 70 ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari, dan bila ia melakukannya pada sore hari, 70 ribu malaikat tersebut akan bersalawat kepadanya hingga pagi hari.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Kelima, penyebab masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menjenguk orang sakit atau berkunjung kepada saudaranya karena Allah, akan ada penyeru yang berseru, ‘Alangkah baiknya dirimu, alangkah baiknya langkahmu, engkau telah menempati tempat tinggal di surga.'” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Wallahu A’lam bimuraadih.

Oleh: Muhammad Arifin Ilham

Bagaimana Islam Memandang ‘Diam Itu Emas’?

Diam adakalanya lebih berfaedah.

Diam Itu Emas? Ya, tetapi diam yang tidak berarti masa bodoh. Dalam Islam, ada imbauan tentang keutamaan diam, tetapi dengan catatan. Pada intinya, bila lisan tidak mampu memunculkan kebaikan, diam menjadi pilihan. Itulah isyarat ketika diam adalah emas.

Imam Suyuthi, penulis kitab Hasan as-Samat fi as-Shumti. Di dalam karya itu, Suyuthi menerangkan, tuntunan diam tidak bersifat mutlak. Artinya, hendaknya seorang Muslim berbicara, tetapi tetap dalam konteks kebaikan. Diamlah bila menyangkut keburukan atau topik-topik yang sesungguhnya tidak patut dibicarakan.

Itu sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika, Rasulullah SAW pergi bersama salah seorang sahabatnya, Mu’adz bin Jabal. Dalam perjalanan itu, Mu’adz bertanya, “Apakah amalan yang paling utama?”

Beliau menjawab berisyarat, menunjuk ke bibirnya. “Diam, kecuali dari (adanya) kebaikan.”

Suatu ketika, Rasulullah SAW juga bersabda, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah. Kebijaksanaan terdiri atas 10 bagian. Sembilan di antaranya berasal dari mengasingkan diri (‘uzlah), sedangkan satu sisanya terdapat dari sikap diam.

Yang dimaksud bukanlah terus-menerus diam, melainkan secara proporsional. Simak hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud. Suatu ketika, seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, aku adalah orang yang paling ditaati di kaumku. Perintah apakah yang layak aku serukan kepada mereka?”

Rasulullah menjawab, “Serukan mereka menebar salam dan sedikit bicara kecuali berkaitan dengan perkara yang bermanfaat.”

Diam yang “emas” itu mendatangkan kebaikan dari sisi Allah Ta’ala. Hal itulah yang dinasihatkan oleh baginda kepada salah seorang sahabat, Abu Dzar al-Ghifari.

“Aku berwasiat untukmu (Abu Dzar) agar berakhlak baik dan tidak banyak bicara. Keduanya adalah amalan yang paling ringan untuk dilakukan, tetapi nilai pahalanya akan memberatkan timbangan perbuatan (baik) kelak di akhirat,” sabda Nabi SAW.

Demikianlah. Dia yang bertujuan menjaga lisan menjadi ibadah yang mulia.