Suatu Hadits Dikatakan Sahih Jika…

BERITA (khabar) atau hadis yang dapat diterima, bila ditinjau dari sisi perbedaan tingkatannya terbagi menjadi dua kelompok: Shahih dan Hasan. Masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi 2: Li Dzatihi (secara independen) dan Li Ghairihi (karena riwayat pendukung). Dengan demikian, pembagian hadis yang bisa dijadikan dalil ada empat, yang disusun secara hirarki sebagai berikut:

1. Shahih Li Dzatihi (shahih secara independen)
2. Shahih Li Ghairihi (shahih karena yang lainnya/riwayat pendukung)
3. Hasan Li Dzatihi (hasan secara independen)
4. Hasan Li Ghairihi (hasan karena yang lainnya/riwayat pendukung)

Secara etimologi, kata shahih artinya: sehat. Kata ini merupakan antonim dari kata saqim yang artinya: sakit. Bila digunakan untuk menyifati badan, maka makna yang digunakan adalah makna hakiki (yang sebenarnya), tetapi bila diungkapkan di dalam hadis dan pengertian-pengertian lainnya, maka maknanya hanya bersifat kiasan (majaz).

Sedangkan secara istilah, pengertian yang paling bagus yang disampaikan ulama hadis adalah: “Hadis yang bersambung sanad nya (jalur periwayatan) melalui penyampaian para perawi yang adil, dhabith, dari perawi yang semisalnya sampai akhir jalur periwayatan, tanpa ada syudzudz, dan juga tanpa illat.”

Bersambung sanadnya: Artinya, masing-masing perawi mengambil hadis dari perawi di atasnya secara langsung, dari awal periwayatan hingga ujung (akhir) periwayatan. Perawi yang adil. Seorang perawi disebut adil jika memenuhi kriteria: muslim, baligh, berakal, tidak fasiq, dan juga tidak cacat maruah wibawanya (di masyarakat). Perawi yang dhabith, artinya perawi ini adalah orang yang kuat hafalannya. Sehingga hadis yang dia bawa tidak mengalami perubahan.

Perawi yang dhabith ada 2: Dhabith karena kekuatan hafalan, yang disebut dhabtus shadr. Dhabith karena ketelitian catatan, yang diistilahkan dengan dhabtul kitabah. Perawi yang memiliki dhabtul kitabah, hadisnya bisa diterima jika dia menyampaikannya dengan membaca catatan. Tanpa syudzudz, artinya, hadis yang diriwayatkan itu tidak bertentangan dengan hadis lain yang diriwayatkan dengan jalur lebih terpercaya.

Tanpa illat. Illat (cacat hadis) adalah sebab tersembunyi yang mempengaruhi kesahihan hadis, meskipun bisa jadi zahirnya tampak shahih. Demikian keterangan yang disadur dari buku Taisir Mustholah Hadis, karya Mahmud Thahhan An-Nuaimi, Hal. 44 dan 45.

Satu hal yang penting untuk kita jadikan catatan, berdasarkan keterangan bahwa seseorang tidak mungkin bisa menilai keshahihan suatu hadis sampai dia betul-betul mendalami ilmu hadis. Karena itu, bagi orang yang merasa belum memiliki ilmu yang cukup tentang masalah hadis, selayaknya dia merujuk kepada ahlinya, ketika hendak menilai keabsahan suatu hadis.

Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

INILAH MOZAIK

Menyambut Bulan Ramadhan Jauh-jauh Hari

Hadis Menyambut Bulan Ramadhan Jauh-jauh Hari

Adakah hadis-hadis yang berkenaan dengan menyambut ramadhan jauh-jauh hari?

Jawab:

Segala Puji bagi Allah Ta’ala, Shalawat dan Salam atas Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabat.

Amma Ba’du:

Sebuah ibadah yang memiliki nilai yang tinggi di dalam syariat seperti ibadah yang termasuk di dalam rukun Islam, ibadah tersebut memiliki pembukaan sebelumnya, inti ibadah dan penutup sesudahnya.

Shalat Fardhu lima waktu sebagai contoh, sebelumnya ada ibadah sunnah qabliyah dan sesudahnya ada sunnah ba’diyah. Dan juga ibadah lain sebelum dimulai seperti berwudhu dan ibadah sesudahnya seperti berdzikir setelah shalat.

Kalau kita perhatikan ibadah Haji akan kita dapatkan hal yang mirip.

Ibadah Puasa Ramadhan, kita mendapatkan ada ibadah yang mengikuti sesudahnya yaitu puasa enam hari di bulan Syawwal.

Yang jadi pertanyaannya adakah ibadah sebelumnya, berdasarkan hadits-hadits Nabi.

Jawabnya: Ada, dan berikut ini perinciannya.

  1. Berdoa semoga Allah Taala pertemukan kita dengan Bulan Ramadhan

Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwassalam bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ، قَالَ: ” اللهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ “

Dari Shahabat Anas bin Malik, beliau berkata: Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika memasuki waktu bulan Rajab: “Ya Allah, Berkahilah kami di Bulan Rajab dan Sya’ban. Ya Allah, Berkahilah kami di Bulan Ramadhan” (HR. Ahmad, No.23460).

Di dalam riwayat yang lain dengan lafadz: ”وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ”   artinya, “Pertemukanlah kami dengan Bulan Ramadhan” (HR. Al Baihaqi, di kitab Ad Dakwatul Kabir, No.529).

Hadits ini dihukumi Dhoif oleh Syaikh Al Albani di dalam kitab Dhoif Jamius Shagir wa ziyadatuh, No.4395.

Hadist ini adalah yang dhoif sebagaimana disebutkan oleh para Ulama, akan tetapi para Ulama dari para Salafus Sholeh bahkan sampai zaman kita sekarang, mereka berdoa agar bisa bertemu dengan Bulan Ramadhan. Amalan atau doa yang mereka lakukan adalah berdasarkan keumuman dalil dari Al Quran dan Hadits-hadist shohih tentang meminta kebaikan, dan bertemu dengan Bulan Ramadhan adalah salah satu kebaikan yang besar, yang semoga Allah Taala mempertemukan kita dengannya. Amiin.

  1. Memperbanyak Puasa di Bulan Sya’ban

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الشَّهْرِ مِنَ السَّنَةِ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Dari Aisyah beliau berkata:”Rasulullah tidak pernah berpuasa di bulan lain (selain Ramadhan) melebihi banyaknya beliau berpuasa di bulan Sya’ban” (HR. Muttafaqun alaihi, Bukhori No.1969, Muslim No.782).

Bulan Sya’ban adalah bulan yang berada sebelum bulan Ramadhan, ini menunjukkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membedakan bulan Sya’ban dalam berpuasa dengan memperbanyak puasa padanya; karena merupakan pembukaan atau persiapan menuju Ramadhan. Sebagai contoh lain, menyerupai shalat sunat qabliyah sebelum shalat Fardhu.

  1. Berusaha untuk melihat Hilal Ramadhan

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: تَرَاءَى النَّاسُ الْهِلَالَ فَأَخْبَرْتُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي رَأَيْتُهُ فَصَامَ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ

“Orang-orang berusaha untuk (secara Bersama) melihat hilal, kemudian aku (seorang diri) memberitahukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa aku telah melihatnya. Kemudian beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang agar berpuasa.” (HR. Abu Daud, No.2342, dishohihkan al Albani, Shohih Sunan Abi Daud, No.2028)

Hadits ini menunjukkan salah satu perbuatan ibadah yang kita lakukan sebelum Ramadhan pada akhir bulan Sya’ban adalah berusaha mencaritahu waktu masuknya bulan Ramadhan, yaitu dengan mencari atau berusaha untuk melihat kemunculan Hilal (awal bulan/tanggal satu) Bulan Ramadhan, yang amalan ini bisa dilakukan secara bersama atau sendiri.

Yang kita lewati diatas adalah hadits-hadits yang secara khusus (spesifik) menunjukkan kepada amalan tertentu sebelum Bulan Ramadhan dan berhubungan secara langsung dengan Bulan Ramadhan.

Adapun hadist umum tentang persiapan sebelum Ramadhan adalah sangat banyak sekali, diantara adalah belajar ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Ramadhan, mempersiapkan harta yang akan disedekahkan di Bulan Ramadhan untuk memberi makan orang-orang yang Ifthar.

Ibadah Puasa di bulan Ramadhan adalah rukun Islam, artinya pondasi di dalam agama ini; dan persiapan menuju bulan Ramadhan telah ditunjukkan oleh hadits-hadits Nabi secara umum dan secara khusus.

Semoga kita semua dipertemukan dengan Bulan Ramadhan, dan kita mendapatkan bonus-bonus pahala amalan yang dilipat gandakan padanya. Amiin!. Wallahu ‘alam.

***

Dijawab oleh Ustadz Sanusin Muhammad Yusuf , Lc. MA. (Dosen Ilmu Hadits STDI Jember)

Read more https://konsultasisyariah.com/36278-menyambut-bulan-ramadhan-jauh-jauh-hari.html

Tetap Salat Meski Memakai Kateter

SALAT selamanya akan menjadi kewajiban manusia selama di jasadnya masih ada ruh dan akal. Hanya saja, syariat memberikan keringanan, dimana manusia boleh melaksanakan shalat sesuai kemampuannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

“Kerjakanlah shalat dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak mampu juga maka dengan berbaring.” (HR. Bukhari).

Bagaimana jika menggunakan kateter? Jika penggunaan alat ini termasuk kondisi terpaksa, di mana kateter harus tetap terpasang dan tidak bisa dilepas waktu shalat, atau jika sering dilepas akan membahayakan orang yang sakit, maka tidak masalah shalat dalam keadaan kateter tetap terpasang. Sebagaimana firman Allah: “Bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian.” (QS. At-Taghabun: 16).

Allah juga berfirman: “Allah tidak membebani satu jiwa kecuali sesuai kemampuannya.” (QS. Al-Baqarah: 286).

Akan tetapi jika memungkinkan untuk dilepas, meskipun diupayakan hanya dua kali sehari, maka dia bisa atur agar kateter dilepas ketika mendekati waktu asar dan waktu isya. Ketika kateter dilepas mendekati waktu asar, kemudian dia bisa shalat dzuhur di akhir waktu, disambung dengan shalat asar setelah masuk waktunya. Atau dilepas ketika mendekati isya, kemudian si sakit bisa shalat maghrib, disambung dengan shalat isya setelah masuk waktu.

Setelah membahas bolehnya jamak karena sakit, Ibnu Qudamah mengatakan: “Demikian pula dibolehkan bagi wanita mustahadhah, atau orang yang punya penyakit beser dan yang sejenis dengannya untuk melakukan jamak, berdasarkan hadis yang kami bawakan.”

Hadis yang dibawakan Ibnu Qudamah adalah hadis dari Hamnah binti Jahsy radhiyallahu anha, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang hukum shalat dan puasa, sementara dia terus keluar darah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Jika kamu sanggup, lakukan hal berikut: akhirkan shalat dzuhur dan segerakan shalat asar di awal waktu. Kamu mandi kemudian shalat dzuhur dan asar dijamak. Kemudian kamu akhirkan shalat maghrib dan segerakan shalat isya di awal waktu, kemudian kamu jamak dua shalat itudst.” (HR. Turmudzi dan yang lainya)

Kesimpulannya, kaum muslimin boleh shalat sesuai dengan keadaan yang dia mampu, namun jangan sampai dia meninggalkan cara shalat yang lebih sempurna padahal masih mampu diusahakan. Seperti orang yang masih bisa duduk, maka dia tidak boleh shalat sambil berbaring. Atau orang yang masih bisa wudhu, namun memilih untuk melakukan tayamum.

Allahu alam. [Disadur dari Fatawa Syabakah Islamiyah, di bawah bimbingan Dr. Abdullah al-Faqih, no. 72615]

INILAH MOZAIK

Hadits Pendek: Keutamaan Sedekah dan Sholat Dhuha

Hadits pendek kali ini soal anjuran memperbanyak sedekah yang bisa diamalkan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT. Bersyukur atas nikmat sehat dan perlindungan Allah SWT dari bencana dan malapetaka.

Dikutip dari Syarah Riyadhus Sholihin jilid I, Allah SWT maha tahu bahwa manusia tak akan mungkin sanggup mengeluarkan sedekah setiap hari. Sehingga Allah kemudian menggantinya dengan dua rakaat sholat dhuha.

“Keutamaan sholat dhuha, dan ia merupakan sholatnya orang-orang yang ingin kembali kepada Allah SWT, sehingga tidak ada yang mampu memelihara dalam mengerjakannya kecuali mereka yang hendak kembali kepada-NYA,” begitu kandungan hadits pendek ini seperti dikutip dari Syarah Riyadhus Sholihin jilid I.(erd/erd)

DETIK HIKMAH

Khusyuknya Shalat Para Sahabat Nabi

Para sahabat Nabi SAW betul-betul khusyuk dalam shalat mereka.

… Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan yang keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS al-Ankabuut ayat 45).

Para ulama sepakat, semua sahabat Rasulullah SAW adalah mustaqim (lurus dan adil). Itulah sebabnya mereka mendapatkan martabat dan kedudukan yang tinggi.

Ini dapat dibuktikan dalam hal kekhusyukan mereka saat shalat.

Hati mereka hanya tertuju kepada Allah SWT dan melalaikan masalah di seputarnya. Dalam benak mereka yang ada hanyalah kebesaran dan keagungan-Nya. Mereka begitu merindukan surga yang telah dijanjikan-Nya serta perasaan takut akan azab-Nya. Konsentrasi mereka bertambah kuat tatkala membaca ayat-ayat Alquran dan seolah berdialog langsung dengan sang Khalik.

Dikisahkan, suatu saat ‘Urwah bin Zubair sedang sakit pada betisnya. Ada yang menganjurkan agar bagian yang sakit itu dipotong, namun ia menolaknya. Penyakit itu lalu menjalar ke bagian atas tubuh. Menurut sahabat Nabi yang lain, jika penyakitnya telah sampai ke tulang lutut maka dapat menyebabkan kematian.

‘Urwah hanya bisa pasrah dan menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia sempat menolak ketika seorang tabib hendak mengobatinya. Akhirnya atas saran seseorang, kaki yang sakit itu dipotong oleh tabib ketika ia sedang mengerjakan shalat.

Pemotongan itu sama sekali tidak dirasakannya.

Subhanallah. Lantaran khusyuk dan tenangnya ‘Urwah menunaikan shalat, hatinya hanya terpusat pada Allah SWT tanpa ada suatu kekuatan yang mampu mengusiknya.

Pada kisah lain, sahabat Khubaib hendak dihukum mati oleh kafir Quaraisy. Tatkala telah sampai di tan’iim dan hukuman mati segera dilaksanakan, Khubaib meminta izin untuk melakukan shalat dua rakaat. Permintaan itu dikabulkan. Segera dilakukannya shalat dua rakaat dengan sangat khusyuk dan sempurna.

Usai shalat, ia katakan kepada orang-orang Quraisy, ”Kalau saja kalian tidak menyangka bahwa aku melamakan shalat karena rasa takut akan mati, pastilah aku akan panjangkan dan perbanyak lagi shalatku.” Dari dua peristiwa di atas kita dapat melihat, betapa taat dan khusyuknya sahabat Nabi melaksanakan shalat, sekalipun di saat-saat yang paling kritis.

Oleh: Dudi Lesmana

KHAZANAH REPUBLIKA

Sunah Nabi Ketika Waktu Maghrib

Nabi SAW mengajarkan sunah yang dapat dilakukan ketika waktu maghrib.

Waktu maghrib ditandai dengan tenggelamnya matahari di kaki langit barat. Inilah momen perubahan waktu terang ke waktu gelap.

Terkait waktu maghrib, Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan suatu doa. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari antara lain al-Mas’udiyah, dari Abi Katsir.

Abi Katsir merupakan mantan budak milik Ummi Salamah. Suatu hari, Ummu Salamah bertanya kepada suaminya–Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah, ajarilah aku apa yang diucapkan ketika azan maghrib?”

Maka Rasul SAW menjawab:

اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا إِقْبَالُ لَيْلِكَ، وَإِدْبَارُ نَهَارِكَ، وَأَصْوَاتُ دُعَاتِكَ، فَاغْفِرْ لِي

Artinya: “Ya Allah, waktu ini adalah tibanya malammu, berakhirnya siangmu, dan panggilan suaramu. Maka, ampunilah aku.”

Selain doa tersebut, waktu maghrib tentunya menjadi saat untuk melaksanakan shalat wajib. Di antara sunah Nabi SAW ialah menunaikan shalat sunah dua rakaat.

“Shalatlah dua rakaat sebelum shalat Maghrib, bagi siapa saja yang mau.” Demikian sabda Nabi SAW, seperti diriwayatkan dari Ubaidullah ibn Umar.

Imam Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menjelaskan, seorang Muslim jika memungkinkan hendaknya berniat dan melakukan iktikaf di masjid bakda maghrib hingga isya. Masa itu dapat diisi dengan shalat awwabin, yakni shalat yang dilakukan antara maghrib dan isya.

Imam Ghazali mengutip sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang shalat setelah maghrib enam rakaat dan tidak menyelanya dengan obrolan maka dihitung ibadah 12 tahun.”

KHAZANAH REPUBLIKA

4 Cara Tingkatkan Kepercayaan Diri Sebagai Mualaf

Menjadi seorang mualaf tidak luput dari berbagai cobaan.

Setiap bagian diri Anda tahu telah membuat keputusan yang tepat dengan memeluk agama Islam. Anda membaca syahadat dengan perasaan cinta pada Allah SWT dan sukacita.

Anda mengucapkan ‘Saya bersaksi tidak ada Tuhan yang layak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah’. Kini hatimu bisa menikmati perasaan damai yang menyelinap ke dalam diri.

Jika kamu baru menjadi seorang mualaf, ini empat cara meningkatkan kepercayaan diri sebagai seorang Muslim, dilansir dari About Islam, Senin (2/3).

Prioritaskan iman

Salah satu hal terbaik yang dapat Anda lakukan sebagai seorang Muslim baru adalah memprioritaskan iman. Luangkan waktu yang diperlukan untuk mempelajari semua dasar-dasarnya seperti shalat, puasa, membaca Alquran, dan lain-lain.

Dalam kehidupan sehari-hari yang sibuk dan cepat, luangkan waktu khusus untuk mempelajari Islam di dalam dan luar. Usahakan setiap hari mempelajari sesuatu tentang Islam.

Misalnya, satu jam membaca Alquran atau mendengarkan ceramah yang bermanfaat dan dapat memperkuat rasa percaya diri. Bergabung dengan kelas Muslim atau grup belajar dan tempatkan Islam di garis depan dalam hidupmu.

Bayangkan seolah iman kamu sebagai telur yang rapuh. Sehingga kamu tidak akan membuangnya secara kasar dari tangan ke tangan. Sebaliknya, kamu akan memperlakukannya dengan lembut dan hati-hati agar tidak retak.

Ubah yang negatif menjadi positif

Kepercayaan diri kamu sebagai seorang Muslim baru harus dapat menghadapi kritikan terhadap Islam. Apakah kritik itu datang dari orang yang dicintai atau orang asing di jalan. Sebab Muslim sering ditempatkan di bawah pengawasan yang ketat bukan karena kesalahan mereka.

Pengalaman negatif dapat memiliki efek yang membekas pada keyakinan kamu. Maka sangat penting untuk mengubah setiap hal negatif menjadi hal positif. Mungkin akan ada seseorang yang berkomentar kasar tentang Islam atau melakukan sesuatu yang membuat kamu merasa tidak diinginkan karena kamu memeluk Islam.

Sebaiknya kamu mengubah pengalaman negatif ini menjadi pengalaman positif yang bisa diambil hikmahnya. Misalnya, ada seorang siswi Muslim di kelas diasingkan karena mengenakan jilbab. Maka siswi tersebut bisa berkomunikasi ke guru untuk memberikan pelajaran tentang budaya dan toleransi di kelas.

Rayakan Islam

Kamu telah merasakan manisnya iman dan Islam. Kamu baru saja memulai perjalanan di jalan kebenaran. Rayakan Islam kamu setiap hari dengan menyembah Allah. Sembah Allah sendiri tanpa terlihat orang lain. Ini akan membuat kamu merasa lebih dekat dengan Allah.

Luangkan waktu sejenak untuk mengatakan ‘Alhamdulillah’ atau ‘terima kasih Allah’ karena telah memberi hidayah. Seperti yang diungkapkan Allah SWT dalam Alquran; “…Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu…” (Al-Maa-idah ayat 3).

Menjadi seorang Muslim benar-benar mulia dan berharga. Muslim juga diberkati karena memiliki Alquran sebagai pedoman hidup, dan Nabi Muhammad SAW sebagai guru. Maka menjadi seorang Muslim adalah prestasi ajaib yang layak untuk dirayakan.

Yakinlah pada Allah

Bagi seseorang yang baru memeluk agama Islam, biasanya akan mendapat serangan yang memancing emosi dari teman dan orang yang dicintai. Kepercayaan diri kamu sebagai seorang Muslim baru dapat turun drastis.

Maka sangat penting untuk proaktif menjaga kepercayaan diri kamu demi iman dan cinta kepada Allah SWT. Ingat, kamu menjadi seorang Muslim karena memiliki keyakinan mengikuti jalan yang benar. Sekarang kamu harus mempercayakan keyakinan kamu kepada Allah untuk mengangkat kepercayaan diri ketika sedang turun.

Menjadi seorang Muslim baru mungkin akan sering merasa kesepian karena banyak anggota keluarga memutuskan komunikasi. Namun, tidak peduli seberapa kerasnya ujian, yakinlah kamu dijaga oleh Allah. Sebab Allah berkuasa atas segalanya dan mengetahui apa yang terbaik untukmu.

KHAZANAH REPUBLIKA

Inilah Macam-Macam Pengobatan Syar’i

Seorang dokter muslim harus memahami  tentang pengobatan syar’i yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah, serta mengkabarkan kepada pasien dan mengajarkan kepada mereka. Di antara pengobatan syar’i yang penting untuk diketahui :

(1). Berobat dengan Al Qur’an

Allah Ta’ala berfirman,

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman “ ( Al Isra’:82)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengobati dirinya dengan bacaan Al Qur’an. Demikian pula ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah memegang kedua tangan Rasululllah, kemudian membacakan (ayat Al Qur’an) pada keduanya, kemudian mengusap dengan kedua tangan beliau ke seluruh tubuhnya dalam rangka berharap barokah dari kedua tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “ Hal yang sudah diketahui bahwa sebagian perkataan memiliki kekhususan dan manfaat untuk memberikan pengaruh kesembuhan. Maka tidak diragukan lagi tentang keutamaan kalam Rabbul ‘alamin, yang keutamaannya terhadap seluruh perkataan  seperti keutamaan Allah terhadap seluruh makhluk-Nya.

Kalam Allah merupakan obat yang sempurna dan bemanfaat, sekaligus cahaya dan petunjuk, serta rahmat yang luas. Seandainya diturunkan kepada gunung, niscaya gunung tersebut hancur  karena kebesaran dan keagungan-Nya “.

Maka hendaknya seorang dokter muslim juga mengajarkan kepada pasien ruqyah dengan Al mu’awwidzaat (surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas), Ayat Kursi, serta surat Al Fatihah. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ada sekelompok sahabat Rasulullah yang sedang melakukan perjalanan. Kemudian mereka sampai ke suatu kampung Arab kemudian meminta izin untuk bertamu.

Namun masyarakat tersebut menolak untuk menjamu mereka. Suatu saat pimpinan masyarakat tersebut disengat binatang, kemudian mereka berusaha mengobatinya dengan segala yang mereka punya namun tidak bermanfaat sedikitpun. Sebagian di antara mereka berkata,

“ Bagaimana jika engkau menemui sekelompok orang yang datang kepada kita, barangkali mereka punya sesuatu untuk mengobati”.

Maka mereka pun mendatangi para sahabat dan berkata,

“ Wahai kaum pendatang, sesungguhnya pemimpin kami disengat binatang. Kami telah mencoba berbagai pengobatan  namun tidak bermanfaaat. Apakah kalian punya sesuatu untuk mengobati?”

Maka di antara para sahabat ada yang menjawab,

“ Ya. Demi Allah, saya akan meruqyah. Akan tetapi kami telah meminta izin untuk bertamu kepada kalian, namun kalian tidak mau menjamu kami. Aku tidak akan meruqyah sampai kalian memberi kami imbalan”.

Kemudian mereka memberikan hadiah kambing. Sahabat tersebut meruqyah dengan meludah dan membacakan surat Al Fatihah sehingga pemimpin tersebut sembuh. Setelah itu sahabat tersebut kembali kepada kelompoknya. Salah seorang di antara sahabat berkata , “ Bagilah kambing tersebut! “. Namun orang yang meruqyah berkata,

“Jangan kalian lakukan sampai kita bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjelaskan kepada beliau. Akhirnya mereka bertemu Rasulullah dan menjelaskan yang terjadi kepada beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Siapa yang memberitahu kalian bahwa surat Al Fatihah adalah ruqyah? Ambillah kambing-kambing tersebut dan aku juga diberi bagian” (Muttafaqun ‘alaih)

(2). Ruqyah dan Doa-Doa Nubuwah

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan kepada Allah untuk anggota keluarganya.  Beliau mengusap dengan tangan kanannya dan berdoa :

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

 “ Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain”  (Muttafaqun ‘alaihi)

Diriwayatkan pula dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa kepada orang yang sakit :

بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا، يُشْفَى سَقِيْمُنَا بِإِذْنِ

“ Dengan menyebut nama Allah , dengan debu tanah kami, dan ludah salah satu dari kami, mudah-mudahan yang sakit di antara kami diberi kesembuhan, dengan izin Rabb kami) ” (Muttafaqun ‘alaihi)

Diriwayatkan dari ‘Utsman bin Abul ‘Aas ats Tsaqafy, beliau pernah mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  tentang rasa nyeri yang dia dapatkan pada dirinya sejak dia masuk IslamMaka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “ Taruh tanganmu pada bagian yang sakit dan ucapkanlah, Bismillah sebanyak tiga kali. Kemudaian ucapkanlah sebanyak tujuh kali : 

أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

“Aku berlindung kepada Allah dan kekuatan-Nya dari kejahatan yang aku temui dan aku takuti ” (H.R. Muslim)

(3). Air Zam-Zam

Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ

“ Air Zam sesuai dengan (keinginan) orang yang meminumnya “ (H.R Ibnu Majah, shahih)

Ibnul ‘Arabi rahimahullah berkata, “ Efek penyembuhan dengan air zam-zam tetap ada sampai hari kiamat, bagi orang yang benar niatnya dan tidak mendustakannya, serta tidak minum hanya untuk mencoba-coba. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertawakal ”

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “ Saya dan sebagian orang yang lain telah mencoba minum air zam-zam untuk tujuan menyembuhkan dari berbagai penyakit. Dengan izin Allah penyakit tersebut dapat hilang” Beliau juga pernah berkata, “ Saya pernah tinggal di Mekah beberapa waktu. Saya sakit dan tidak menemukan dokter maupun obat-obatan. Saya kemudian berobat sendiri dengan surat Al Fatihah dan meminum air zam-zam. Saya membacakan di atas air zam-zam surat Al Fatihah beberapa kali kemudian saya meminumnya. Setelah itu penyakit tersebut dapat sembuh. Semenjak itu, saya berikhtiar dengannya untuk banyak penyakit dan ternyata dapat bermanfaat ”

(4). Madu

Allah Ta’ala menjadikan di dalam madu ada oabat untuk penyakit-penyakit. Allah Ta’ala berfirman :

يَخْرُجُ مِن بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاء لِلنَّاسِ

Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia “ (An Nahl:69)

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الشِّفَاءُ فِيْ ثَلاَثَةٍ: شَرْبَةِ عَسَلٍ وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ وَكَيَّةِ نَارٍ وَإِنِّيْ أَنْهَى أُمَّتِيْ عَنْ الْكَيِّ

“ Kesembuhan ada dalam tiga perkara , minum madu, pada sayatan pisau bekam, dan pengobatan kay menggunakan api. Namun aku melarang dari umatku berobat dengan kay “ (H.R. Bukhari)

Diterjemahkan dari buku Risalah ilaa at Thabib al Muslim hal 19-21 karya Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid hafidzahullah

Penerjemah : Adika Mianoki

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/55497-inilah-macam-macam-pengobatan-syari.html

INFOGRAFIS: Jadwal Puasa Bulan Sya’ban 1441 H

Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam diriwayatkan tidak pernah berpuasa selama satu bulan penuh selain di bulan suci Ramadhan. Namun sang penghulu Rasul itu tidak berpuasa sunah sebanyak di bulan Sya’ban.

وسلم يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Artinya: Seperti dinarasikan Aisyah, “Rasulullah SAW sempat puasa beberapa hari hingga kami berpikir dia akan terus melakukannya. Kemudian, Rasulullah SAW tidak puasa selama beberapa hari dan kami mengira dia tidak akan puasa lagi. Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyelesaikan puasa hingga satu bulan kecuali saat Ramadhan, dan aku tidak pernah melihatnya berpuasa sebanyak di bulan Sya’ban.” (HR Abu Daud).

Berikut ini jadwal puasa sunah selama bulan Sya’ban 1441 H (ilustarsi pada cover):

DETIK HIKMAH

Doa Keluar Rumah saat Pandemi Virus Corona dari Aa Gym

KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym, mengunggah video protocol dalam menjaga kesehatan kita di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19. Aa Gym membagikan video ini bagi mereka yang sering keluar rumah demi melaksanakan kewajiban diluar dari rumah. Video tersebut diunggah melalui akun media sosial Aa Gym, salah satunya Facebook pada Rabu, 25 Maret 2020.


Pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid (DT) Gegerkalong, Bandung ini mengawali unggahannya dengan ucapan salam. “Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Bagi sahabat-sahabatku yang memang wajib keluar, paramedis, petugas keamanan, pengantar barang makanan yang memang wajib keluar maka ikutilah protokol ini. Keluarlah dengan niat lilahi taala yang benar memenuhi kewajiban” ucap Aa Gym.

Ia juga mengingatkan untuk tidak lupa melengkapi diri dengan perlengkapan kesehatan seperti masker untuk menutup wajah, sarung tangan plastik yang biasa dipakai masak namun bisa bermanfaat, hand sanitizer gel, dan juga sabun kecil, dimana saat ketemu air lebih efektif dalam mematikan virus Corona tersebut.

“Dan ada satu lagi, ini dia jas hujan murah meriah yang bisa dipakai dalam situasi yang sangat sulit dan bisa dibuang, disposal ya” tambah Aa Gym.

Jika niat dan cara sudah benar, Aa Gym kemudian mengingatkan kembali amalan ketiga yaitu ketika keluar dari rumah, untuk memanjatkan doa “Bismillahi tawakaltu Alallahi lahaula walakuata ilabilah. Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya, saya bertawakal kepada Allah. Tiada kekuatan kecuali dari Allah. Tiada daya tiada kekuatan kecuali dari Allah. Hudita, wakufita, wawukita, akan ditunjuki, akan dicukupi, akan dilindungi. Ini janji Allah,” ujar Aa Gym.

Aa Gym kemudian melanjutkan, berangkat dari rumah dan melakukan sedekah dengan apapun baik uang, sembako atau kebaikan yang bisa kita lakukan karena sedekah merupakan penolak segala bala. Ia juga mengingatkan untuk melangkah keluar dari rumah sambal senantiasa berdzikir. “Maka ingatlah pada-Ku menurut Allah aku ingat padamu. Sepanjang kita zikir, Allah pun akan memperlakukan kita spesial, mudah-mudahan perjalanan keluar ini jadi amal soleh, senantiasa dalam perlindungan Allah, membawa manfaat bagi orang karena wajib, dan kembali ke rumah penuh dengan keselamatan. Selamat melaksanakan amal soleh yang darurat ini semoga jadi kebaikan. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” tutup Aa Gym.

Sebelumnya pada Sabtu 22 Maret 2020, Aa Gym juga mensosialisasikan terkait social distancing dan kewaspadaan terhadap virus Corona. Aa Gym mengimbau para warga untuk berada di rumah jika tidak memiliki keperluan yang mendesak.

DETIK HIKMAH