Shalat Dhuha, Sebaiknya Dilakukan di Jam Ini

SHALAT Dhuha mempunyai banyak keutamaan. Shalat sunnah yang dilakukan pada waktu pagi menjelang siang ini disebutkan Nabi sebagai salah satu amalan sunnah yang layak dijadikan sebagai salah satu rutinitas kita.

Waktu shalat Dhuha diawali sejak naiknya matahari, yaitu sekitar ¼ jam setelah munculnya matahari sampai menjelang zawal (tergelincirnya matahari), selagi belum masuk waktu terlarang untuk shalat.

Dan sebaiknya seseorang yang ingin melaksanakan shalat Dhuha agar mengakhirkan waktunya sampai sengatan terik matahari terasa panas, berdasarkan hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah ketika anak unta mencari tempat yang teduh,” ( HR. Muslim 748). Dan ini biasanya terjadi menjelang zawal.

Jika kita jabarkan mungkin waktunya pagi hari. Sejak sekitar jam 8,00 pagi (atau kira-kira setelah matahari naik dari peraduannya setinggi tombak) sampai masuknya waktu Dhuhur. Jumlah rekaatnya minimal 2 dan paling banyak 8. Kalau ingin mengerjakan lebih dari 2, maka melakukannya tiap 2 rekaat salam. []

ISLAM POS

Ini 6 Keutamaan dan Pahala Shalat Dhuha

BERBAHAGIALAH bagi kita yang rajin Shalat Dhuha. Nabi sudah dengan gambling menjelaskan dalam berbagai hadistnya tentang keutamaan dan pahala dari shalat Dhuha.

Pertama: Orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. “Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan,” (HR. Turmudzi)

Kedua: Barangsiapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Allah. “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat,” (HR. Hakim).

Ketiga: Orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah. “Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya,” (HR. At-Thabrani).

Keempat: Orang yang istiqamah melaksanakan shalat Dhuha kelak akan masuk surga lewat pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah. “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala,” (HR. At-Thabrani).

Kelima: Allah mencukupkan rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan menyukupimu di akhir harimu,” (HR. Abu Darda`).

Keenam: Orang yang mengerjakan shalat Dhuha ia telah mengeluarkan sedekah. “Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha,” (HR Muslim). []

ISLAM POS


Mengapa Surah at-Taubah tak Diawali Bismillah?

Surah at-Taubah tak diawali dengan bacaan Bismillah

Seperti kita ketahui, dalam Alquran hanya surah at-Taubah yang tanpa diawali dengan bacaan Basmalah. Alhasil, kita bila ingin membaca surah tersebut hanya perlu membaca ta’awwuz–“audzubillah himinasyaitonirrajim.”

Mengapa demikian?

Pertama-tama, Sebelum membaca Alquran–surah apa pun–kita memang diperintahkan untuk membaca ta’awwuz terlebih dahulu. Perintah ini ditegaskan dalam Alquran surah an-Nahl ayat 98. Artinya, “Apabila kamu membaca Alquran, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk.”

Adapun basmalah, memang hanya surah at-Taubah (sering pula disebut sebagai surat Bara’ah) yang tak diawali dengan “Bismillahirrahmanirrahim.”

Karena itu, para ulama qira’at umumnya bersepakat, tidak membaca basmalah pada awal surah tersebut. Memang, ada juga yang membolehkannya, setelah menganalisis sebab tidak dicantumkannya basmalah pada surah at-Taubah.

Pertama, karena surah tersebut mengandung ancaman kepada orang-orang musyrik. Padahal, basmalah mengandung makna rahmat. Maka, tak wajar bila membaca basmalah untuk ayat-ayat yang ditujukan kepada mereka.

Beberapa ulama membolehkan membaca basmalah sebelum surah at-Taubah bila bersandar pada alasan ini saja. Sebab, tak dibacanya basmalah itu hanya khusus bagi orang-orang musyrik yang memang tidak wajar memperoleh rahmat. Adapun kaum Muslimin yang membaca surah tersebut, maka rahmat dapat diperoleh sehingga membaca basmalah insya Allah mengantarkan pada meraih berkat-Nya.

Kedua, tidak dicantumkannya basmalah pada awal surah kesembilan itu adalah karena at-Taubah diduga sebagai kelanjutan daripada surah al-Anfaal (surat kedelapan).

Jika memang surah Bara’ah merupakan lanjutan surat sebelumnya, maka tidak ada alasan untuk melarang membaca basmalah pada awal surah Bara’ah. Sebab, tidak ada halangan atau larangan membaca basmalah pada awal setiap juz yang biasanya merupakan pertengahan (lanjutan) dari satu surah. Akan tetapi, pendapat ini tidak didukung oleh banyak ulama.

Bagaimana bila mulai membacanya pada pertengahan (bukan awal) surah?

Di sini, para ulama berbeda pendapat. Menurut pakar qiraat Ibnul Jazri (wafat 833 H) dalam bukunya An-nasyr fi l-qiraat al-‘asyr, mayoritas ulama-ulama Irak membaca basmalah ketika memulai membaca Alquran pada pertengahan surah. Adapun mayoritas ulama di Maroko, Tunis dan Andalusia, tidak membacanya.

Atas dasar itu, membaca Basmalah pada pertengahan surah at-Taubah diperbolehkan. Ini bukan dalam konteks semata-mata membaca surah tersebut, melainkan dalam konteks memenuhi anjuran Nabi Muhammad SAW. Yakni, memulai setiap pekerjaan dengan basmalah. Sabda beliau: ”Setiap persoalan penting yang tidak dimulai dengan Bismillahirahmanirrahim, maka persoalan tersebut cacat.”

sumber : Tanya jawab fikih Koran Republika bersama Quraish Shihab.

KHAZANAH REPUBLIKA

Memberi Nafkah kepada Anak-Istri adalah Ibadah yang Agung

Sebagian dari suami ketika memberikan nafkah kepada anak dan istrinya, bisa jadi ia merasa tidak sedang melakukan amal ibadah kepada Allah. Padahal memberikan nafkah kepada anak dan istri adalah salah satu amal ibadah yang agung. Merupakan amal ibadah yang wajib bagi seorang suami sekaligus ayah. Amal ibadah yang wajib jauh lebih besar pahalanya daripada amal ibadah sunah.

Perhatikan nasihat dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berikut ini,

بعض الناس ينفق على أهله ، ولكنه لا يشعر بأنه يتقرب إلى الله بهذا الإنفاق و لو جاءه مسكين و أعطاه ريالا واحدا يشعر بأنه متقرب إلى الله بهذه الصدقة  و لكن الصدقة الواجبة على الأهل أفضل و أكثر أجرا

“Sebagian manusia ketika memberikan nafkah kepada keluarganya, ia tidak merasa bahwa ia sedang beribadah kepada Allah dengan nafkah ini. Ketika datang seorang yang miskin lalu ia memberikan satu rial, maka ia merasa sedang beribadah kepada Allah.” (Syarh Riyadhus Shalihin, 4: 389)

Kita perlu benar-benar memperhatikan nasihat ini. Yang perlu kita ketahui bahwa memberi nafkah kepada anak dan istri itu hukumnya wajib. Apabila ayah menyia-nyiakan hal ini, maka ia berdosa.

Allah Ta’ala berfirman,

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. (QS. Al-Baqarah [2]: 233)

Harusnya kita lebih berbahagia dan lebih berharap pahala ketika memberi nafkah kepada anak dan istri, karena ini adalah ibadah wajib. Secara umum, ibadah wajib lebih Allah cintai dan lebih banyak pahalanya daripada ibadah sunah.

Perhatikanlah hadits berikut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهُِ

“Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku telah mengobarkan peperangan dengannya. Dan tidaklah ada seorang hamba-Ku yang mendekatkan dirinya kepada-Ku, dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada amalan yang Aku wajibkan kepadanya’.” (HR. Bukhari no. 6502)

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata ketika menjelaskan hadits ini,

فكانت الفرائض أكمل فلهذا كانت أحب إلى الله تعالى وأشد تقريبا

“Amalan-amalan yang wajib itu lebih sempurna. Oleh karena itu, lebih dicintai oleh Allah dan lebih mendekatkan diri (taqarrub).” (Fathul Baari, 11: 343, Darul Ma’rifah)

Sungguh ironis apabila ada seorang ayah pelit kepada anak-istri dan keluarga, sedangkan ia sangat baik kepada teman-temannya seperti sering mentraktir teman-temannya. Oleh karena itu, salah satu cara mengetahui akhlak yang sebenarnya pada seseorang adalah bagaimana sikap dia ketika bermuamalah dengan keluarganya. Dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa yang paling baik adalah mereka yang paling baik kepada keluarganya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

Demikian, semoga bermanfaat.

***

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslim.or.id

Ini Profil Singkat 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga

RASULULLAH dan para sahabatnya yang setia telah dijaminkan surga oleh Allah SWT. Diantara puluhan bahkan ratusan sahabat Nabi itu, ada 10 orang yang telah terjamin masuk surga. Tahukah, siapa mereka?

Sebuah hadis dari Nabi SAW mengungkap identitas mereka.

عَنْ عَبْد الرَّحْمَنِ بْن عَوْفٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ . رواه الترمذي

“Dari Abdurrahman bin Auf, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, ‘Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. At-Tirmidzi).”

Nah, berikut ini profil singkat 10 sahabat yang dijamin masuk surga tersebut:

1. Abu Bakar Ash-Siddiq

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu bernama asli ‘Abdullah bin Abu Quhafah. Beliau lahir pada tahun 573 M dan salah satu sahabat yang awal memeluk Islam. Beliau adalah khalifah pertama sekaligus mertua Rasulullah SAW.

Rasulullah pernah bersabda,”Sesungguhnya aku tidak tahu sampai kapan aku akan hidup bersama kalian, oleh karena itu teladanilah dua orang sepeninggalku (sambil menunjuk Abu Bakar dan Umar bin Khattab)”. (Hadis Jami’ At-Tirmidzi No. 3596).

Beliau orang pertama yang membenarkan perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi dan kemudian dengan julukan “Ash-Shidiq”. Abu Bakar wafat dalam umur 63 tahun. Dari beliau diriwayatkan 142 hadits.

2. Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu juga merupakan khalifah kedua dan dijuluki Amirul Mukminin dalam dalam sejarah Islam. Umar lahir di makkah tahun 583 M dan wafat pada 25 Dzulhijjah Tahun 23 Hijriyah (644 Masehi).

Dia adalah khalifah kedua menggantikan Abu Bakar Ash-Shidiq dijuluki Al-Faruq karena dapat memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Di tangannyalah peradaban Islam mulai eksis dan tumbuh pesat menyebar ke berbagai wilayah.

Umar juga dikenal sebagai orang terdepan membela Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam. Bahkan beliau menentang kawan-kawan lamanya yang pernah menyiksa para sahabat Nabi sebelum beliau memeluk Islam.

3. Utsman Bin Affan

Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy. Utsman Bin Affan radhiyallahu ‘anhu dijuluki “Dzun Nura’ini” karena menikahi dua putri Rasulullah yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum.

Utsman diangkat menjadi khalifah ketiga dengan masa kekuasaan terlama (644-656). Keutamaan Utsman yang tidak pernah dilupakan dalam sejarah Islam adalah beliau membukukan Al-Qur’an dalam versi bacaan (mushaf) dan membuat beberapa salinannya yang dikirim ke beberapa negeri-negeri Islam.

4. Ali Bin Abi Thalib

Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu (599-661 M) adalah Khalifah keempat (terakhir) dari Khulafa’ Ar-Rasyidun yang berkuasa sekitar 4-5 tahun. Ali adalah sepupu Nabi Muhammad SAW yang juga menantu beliau setelah menikahi Fatimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha.

Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, Ali baru menginjak usia 8 tahun. Ali merupakan orang kedua yang memeluk Islam, setelah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi SAW.

5. Thalhah Bin Ubaidillah

Selain dari 4 Khulafaur Rasyidin, sahabat Nabi yang dijamin masuk surga adalah Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu (wafat 36 H/ 656 M).

Thalhah termasuk enam konsultan Nabi Muhammad SAW yang pernah terlibat dalam Perang Uhud. Dalam perang tersebut dia mengalami luka sangat parah.

Thalhah mati syahid pada Perang Jamal di masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun. Beliau dimakamkan di Basrah.

6. Az-Zubair Bin Al-Awwam

Zubair Bin Al-Awwam merupakan putra dari bibi Rasulullah SAW atau sepupu langsung Nabi SAW. Beliau termasuk golongan As-Sabiqun Al-Awwalun, orang yang awal memeluk Islam.

Ahli sejarah mengatakan bawah pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah pedang milik Az-Zubair.

7. ‘Abdurrahman Bin ‘Auf

Sahabat yang satu ini terkenal paling kaya dan dermawan. Beliau tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Abdurrahman Bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu merupakan sahabat Nabi ke-8 yang memeluk Islam setelah Abu Bakar.

Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mu’minin (para istri Rasulullah). Beliau wafat pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun) dan dimakamkan di Baqi’.

8. Sa’ad Bin Abi Waqqas

Sa’ad Bin Abi Waqqas radhiyallahu ‘anhu adalah paman Rasulullah dari pihak ibu. Beliau lahir dan besar di Makkah dan dikenal sebagai pemuda yang memiliki pemikiran cerdas.

Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk salah satu sahabat yang memiliki umur panjang. Beliau hidup di era Rasulullah, Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khattab, dan Khalifah Utsman bin Affan.

Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Sa’ad pernah ditugaskan memimpin delegasi ke Cina. Beliau juga pernah memimpin pasukan Islam ketika berperang melawan Persia di Qadissyah, perang besar dalam sejarah Islam.

Beliau wafat dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

9. Sa’id Bin Zaid

Sa’id Bin Zaid radhiyallahu ‘anhu dijuluki sebagai Abu al-‘Awar. Said bin Zaid menikah dengan adik Umar bin Khatab, yaitu Fatimah binti al-Khattab.

Beliau seorang sahabat Nabi yang awal masuk Islam. Semasa hidupnya, beliau ikut serta dalam semua peperangan bersama Rasulullah. Bahkan ketika pengepungan Damaskus juga perang Yarmuk bergejolak, beliau ikut ambil bagian di dalamnya.

Beliau wafat 51 H (671) dalam usia 70 tahun dan dimakamkan di Baqi’.

10. Abu ‘Ubaidah Bin Al-Jarrah

Abu Ubaidah bin al-Jarrah radhiyallahu ‘anhu, sahabat yang termasuk paling awal memeluk Islam. Beliau ikut berhijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia) dan kemudian hijrah ke Madinah. Beliau mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam.

Setelah terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah, beliau ditunjuk sebagai panglima perang melawan Kekaisaran Romawi.

Beliau wafat disebabkan oleh wabah tha’un dan dimakamkan di Deir Alla, Yordania pada tahun 18 H dan hingga saat ini sering diziarahi oleh kaum muslimin. []

ISLAM POS






Surga Memiliki 8 Pintu Gerbang dan 1 Pintu Gerbang Khusus, Apa Itu?

LAYAKNYA bangunan di dunia, surga juga memiliki pintu masuk yang tentunya sangat berbeda dengan model pintu gerbang versi dunia. Ibnu Abbas ra menceritakan bagaimana rupa pintu-pintu gerbang yang ada di sana.

Surga itu memiliki delapan pintu gerbang sebagai berikut:

Pintu pertama terdiri dari emas yang berlapis mutiara. Pada pintu tersebut ditulis La ilaaha illallah muhamadur rasulullah. Pintu ini diperuntukkan kepada para nabi, rasul, para syuhada, dan juga orang-orang yang bermurah hati.

Pintu kedua, adalah pintu bagi orang-orang yang mengerjakan shalat dengan wudhu yang baik dan menjaga rukun-rukun shalat, khusyu’ dalam shalatnya dan tuma’ninah.

Pintu ketiga, disediakan bagi orang-orang yang gemar bersedekah dan membayar zakat dengan hati yang suci, dengan niat yang ditujukan hanya untuk Allah SWT semata.

Pintu keempat, merupakan pintu surga bagi orang-orang yang secara konsisten beramar ma’ruf nahi munkar (mengajak melakukan kebaikan serta mencegah segala perbuatan buruk).

Pintu kelima, dianugerahkan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang dengan teguh memerangi hawa nafsu.

Pintu keenam, diperuntukkan bagi mereka yang telah melakukan haji dan umrah.

Pintu ketujuh, disediakan bagi mereka yang senantiasa mengobarkan semangat dan juga melakukan jihad.

Pintu kedelapan disediakan bagi orang-orang yang dengan teguh selalu menjaga penglihatannya dari perkara yang dilarang, seperti melihat wanita yang bukan mahramnya, melihat gambar-gambar tidak senonoh yang dapat membangkitkan hawa nafsu, dan sebagainya. Demikian pula, pintu ini diperuntukkan kepada orang-orang yang berbuat kebajikan, seperti berbakti kepada kedua orangtua, menjaga tali silaturahmi, dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Di samping pintu-pintu yang disediakan khusus bagi para pelaku kebaikan tersebut, ada lagi sebuah pintu surga yang bernama rayyan. Pintu ini nantinya akan diperuntukkan bagi orang-orang yang senantiasa melaksanakan ibadah puasa. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya di dalam surga ada pintu bernama ar-Rayyan. Di hari kiamat akan masuk dari pintu ini orang-orang yang berpuasa. Tidak bisa masuk dari pintu ini selain orang-orang yang berpuasa. Dipanggillah (mereka) oleh para penjaga (pintu tersebut): Di mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka semua berdiri, dan tidak bisa ada disitu kecuali hanya mereka saja. Dan jika mereka telah selesai masuk ke dalamnya, lalu pintu itu akan ditutup. Maka tidak seorang pun yang masuk lewat pintu itu (setelahnya).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah pernah menyampaikan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Sedangkan ahli shalat juga akan dipanggil dari pintu shalat. Untuk mereka yang gemar berpuasa maka akan dipanggil dari pintu ar-Rayyan. Sedangkan mereka yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”

Surga sendiri memiliki dua pintu gerbang dengan dua daun pintu. Daun pintu yang pertama terdiri dari emas, sedangkan yang satunya lagi terdiri dari perak. Lebar antara kedua daun pintu itu seperti jarak antara langit dan bumi. (Dalam kitab Daqaiqul Akhbar)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dikatakan bahwa jarak antara dua ambang pintu tersebut adalah seperti jarak antara Mekkah dan Hajar, atau antara Mekkah dan Basra. []

SUMBER: LAMPUISLAM

ISLAM POS





8 Alasan Mengapa Kita Harus Shalat!

SHUBUH kesiangan, Zuhur kerepotan, Ashar di perjalanan, Maghrib kecapekan, Isya ketiduran. Itulah potret umat Islam saat ini. Meski mayoritas di negeri ini muslim, namun realitanya, tak sedikit yang abai menjalankan syariatnya. Bukankah shalat itu rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Karenanya Allah mewajibkannya bagi hamba-hamba-Nya untuk menegakkan shalat lima waktu dalam sehari.

Istilah “Islam KTP” sepertinya begitu dominan di kalangan umat Islam Indonesia. Salah satu rukun Islam yang diabaikan adalah menegakkan shalat. Padahal, shalat itu adalah tiangnya agama. Allah Swt berfirman, “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Ahzab: 33).

Di ayat yang lain, Allah berfirman,“Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56). Tentu saja shalat, bukan sekedar menggugurkan kewajiban, tapi memahami esensinya. Sebagaimana firman-Nya, “Dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45).

Apa saja hikmah shalat, dan kenapa umat Islam tak boleh mengabaikan shalat. Berikut penjelasannya:

Shalat sebagai Tiang Agama

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda: “Islam dibangun di atas lima pilar: Syahadat bahwa tidak ada tuhan (yang hak) kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, pergi haji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan.”(HR. Bukhari Muslim).

Kata RasulullahSaw bersabda: “Shalat adalah tiang agama, maka siapa yang mendirikan shalat, berarti ia menegakkan sendi-sendi agama, dan siapa yang meninggalkan shalat, berarti ia telah meruntuhkan sendi-sendi agama.” Maka tegakkan tiang-tiang agama itu, agar kita tidak termasuk sebagai orang yang meruntuhkan agama.

Amalan yang Pertama Kali Dihisab

Kenapa shalat itu tak boleh ditinggalkan? Karena shalat adalah amal yang akan ditanyai di hari perhitungan nanti. Dari Abu Hurairah ra berkata: “Aku mendengar Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik ia benar-benar telah beruntung dan sukses. Dan jika shalatnya rusak benar-benar telah celaka dan merugi.”(HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i).

Tidakkah kita merasa gemetar, saat ditanya tentang sudahkah kita shalat. Bagaimana kita menjawab pertanyaan saat dihisab kelak. Apakah kita termasuk orang yang menegakkan shalat atau mengabaikannya.Tentu, kita tak ingin diri ini celaka, dan berakhir denganpenyesalan.

Mengangkat Derajat dan Diberi Kemudahan

Rasullullah Saw bersabda, “Hendaklah kamu memperbanyak sujud, sesungguhnya sujud satu saja karena Allah niscaya Allah mengangkat satu derajat dan Allah menghapus satukesalahanmu.” (HR Muslim).

Bukan hanya mengangkat derajat seseorang, tapi juga akan diberi kemudahan dan jalan keluar. “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153).

Ibnu Katsir berkata, “Allah Taala menjelaskan bahwa sarana terbaik sebagai penolong dalam memikul musibah adalah kesabaran dan shalat. ”Karena itu shalat adalah sebaik-baik solusi dalam menghadapi berbagai macam cobaan dan kesulitan hidup. Karena tidak ada cara yang lebih baik dalam mendekatkan diri seseorang dengan Rabb-nya kecuali dengan shalat. Kata Rasulullah Saw: “Posisi paling dekat seorang hamba dengan Rabb-Nya adalah ketika dia sujud, maka perbanyak doa. (HR Muslim)

Ingat kisah Nabi Yunus as, ketika Allah menegurnya: “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.(QS. ash-Shafât:143-144).

Pembatas Kafir dan Muslim

Tegas Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka dia kafir terang-terangan.” (HR.Ahmad). Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pembatasantara seseorang dengan kekufuran dan kesyirikan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim dari Jabir).

“Perjanjian (yang membedakan) antara kami dan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa yang sengaja meninggalkannya maka ia telah menjadi kafir.” (HR. Ahmad)

Dijauhkan dari Syaitan

Imam Ali as berkata: “Jika seseorang berdiri melaksanakan shalat maka Iblis menghadap kepadanya sambil memandangnya dengan hasud karena melihat rahmat yang menyelimutinya.”

Itulah sebabnya, shalat mencegah perbuatan keji dan munkar. Namun, Imam Hasan al-Bashri rahimahullâh mengatakan: “Wahai, anak manusia. Shalat adalah perkara yang dapat menghalangimu dari maksiat dan kemungkaran. Jika shalat tidak menghalangimu dari kemaksiatan dan kemungkaran, maka hakikatnya engkau belum shalat”.

Shalat Membuat Wajah Bercahaya

Tidak sama wajah orang shalat dan tidak shalat. Adapun“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. (Al Qiyamah:22) Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. (Al insan:11) Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.(Al Mutahaffifin:24).

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan..”(Yunus:26).

Sedangkan orang tidak shalat disebutkan, “Barangsiapa yang lalai daripada mengingatKu, maka baginya kehidupan yang sempit” .Dan wajah-wajah pada hariitu muram.”(Al Qiyamah:24).

Masuk Neraka Wail dan Saqar

Seharusnya kita bergetar ketika mendengar ayat ini. “Apakah yang memasukkan kamu kedalam (neraka) Saqar? “Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian”.(QS al-Muddatstsir: 42-47).

Dari Jabir bin Abdillah,Rasulullah saw bersabda: “Shalat adalah tiang agama, maka barangsiapa yang meninggalkan shalatnya secara sengaja maka ia telah menghancurkan agamanya, dan barangsiapa meninggalkan waktu-waktunya maka ia akan memasuki Wail, dan Wail adalah sebuah lembah di neraka Jahannam sebagaimana Allah Swt berfirman: Maka Wail bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya” (QS. Al-Maa’uun: 4 dan 5).

Dikumpulkan Bersama Qarun dan Fir’aun

Orang yang meninggalkan shalat kelak pada hari kiamat akan dihimpun bersama dedengkot orang kafir, seperti: Qarun, Fir’aun, Hamman, dan Ubay bin Khalaf. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash, Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang menjaga (shalat)nya, ia akan memperoleh cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat. Dan siapa yang tidak menjaganya, ia tidak akan punya cahaya, petunjuk, dan tidak selamat. Dan kelak pada hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir’aun, Hamman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Ibnu Hibban)

Itulah sebabnya Nabi Ibrahim as berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak-cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. YaTuhan kami, perkenankanlah doaku”.(QS: Ibrahim: 40).

Semoga kita termasuk hamba-Nya yang menegakkan shalat, dan takut dengan siksa-Nya di Yaumul Hisab (perhitungan) kelak. Masihkah kita mengabaikan shalat?

ISLAM POS




Mengenal Ikhlas, Dasar dari Semua Ibadah

Orang ikhlas akan merasa senang apabila melihat orang lain lebih baik.

Ikhlas (berakar kata khalasha) berarti jernih, bersih, murni, dan suci dari campuran dan pencemaran. Dalam konteks amal ibadah, orang ikhlas (mukhlis) adalah orang yang beramal karena Allah semata, menghindari pujian dan perhatian makhluk, dan membersihkan amal dari setiap yang mencemarkannya.

Orang yang mukhlis ialah orang yang tidak peduli, seandainya hilang seluruh penghormatan kepadanya di dalam hati manusia, untuk kebaikan hatinya bersama Allah SWT. Keharusan ikhlas dalam beramal karena perintah Allah berikut

ومَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus” (Qs Al-Bayyinah/98:5).

Kata (حُنَفَاءَ ) yang berarti “agama yang lurus” pada ayat di atas maksudnya adalah terjauhkan dari hal-hal syirik dan menuju kepada tauhid. Di sinilah pentingnya ikhlash dalam selurus amal ibadah, agar amalan tersebut tidak sia-sia dan tidak mendapat adzab dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

KH. Ahmad Dahlan dalam pengajian-pengajiannya sering kali menyebutkan mahfudhad (kata-kata bijak) berikut: Manusia itu semua mati kecuali para orang yang berilmu, semua ornag berilmu dalam kebingungan kecuali mereka yang beramal, mereka yang beramal semuanya dalam kekhawatiran kecuali mereka yang ikhlas.

Sikap ikhlas, niat tulus kepada Allah, menjadi syarat dan dasar semua amal ibadah. Amal yang dilakukan dengan ikhlas pasti akan mendapat ridha dan balasan dari Allah dan sekaligus berdampak baik bagi diri dan lingkungan sosilanya.

Sebaliknya, amal yang tidak ikhlas atau pamer mengharap pujian orang lain, meski bisa berdampak baik bagi orang lain, tetapi akan berdampak buruk bagi diri sendiri dan tidak memperoleh ridha Allah. Setiap amal yang diterima Allah adalah amal yang dilaksanakan berdasarkan kebenaran dan keikhlasan.

Benar maksudnya sesuai dengan syariat, berdasarkan tuntunan, dan mengandung kemaslahatan. Sedangkan yang dimaksud amal yang ikhlas adalah amal yang ditujukan kepada Allah semata.

Diantara ciri penting dari keikhlasan adalah tidak terjebak dalam fanatisme golongan, suku, keluarga, atau kubu. Karena bagi orang yang berjuang membesarkan agama di jalan Allah selalu berlapang dada, luas pergaulannya, dan memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk bersama-sama beramal.

Orang ikhlas akan merasa senang apabila melihat orang lain lebih baik, lebih pandai, lebih mulia akhlaknya dalam beramal. Bukan sebaliknya, iri dan dengki melihat kesuksesan yang dicapai orang lain.

Sifat dan sikap ikhlas dapat dipraktikkan baik untuk diri sendiri maupun dalam berorganisasi. Dalam konteks beramal dan berjuang di Muhammadiyah, orang yang ikhlas tidak pernah terjebak membela kelompoknya sendiri atau memperturutkan pendapatnya sendiri untuk dipaksakan menjadi keputusan organisasi atau orang lai.

Tentu tidak mudah mencapai derajat keilkhlasan yang sempurna dalam seluruh amal perbuatan, tetapi setiap orang harus melatih diri dan berusaha mencapai keikhlasan itu. Melatihkan diri dalam balutan keikhlasan merupakan sikapyang sangat diperlukan dalam memperbaiki kehidupan manusia yang sebenarnya. Sifat ikhlas dapat mengikis sikap hipokrit (kemunafikan) yang sering kali menjadi sumber petaka dalam hidup berorganisasi dan bermasyarakat.

*Mutohharun Jinan, Dosen FAI Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sumber: Majalah SM Edisi 7 Tahun 2017

KHAZANAH REPUBLIKA

Kapan Menyebut “Kafir” dan Kapan Menyebut “Non-Muslim”

Terkait dengan istilah dan penggunaan kata “non-muslim” dan “kafir”, ada dua kelompok yang berlebihan atau ekstrim.

Kelompok pertama, mereka mengatakan bahwa tidak boleh sama sekali menggunakan kata “non-muslim”, harus menggunakan kata “kafir”. Asumsi mereka, apabila menggunakan kata “non-muslim”, maka ini bertentangan total dengan Al-Qur’an yang menggunakan kata-kata “kafir.”

Kelompok kedua, mereka mengatakan tidak boleh menggunakan “kafir” sama sekali karena ini terkesan kasar, keras, atau bahkan radikal.

Pendapat yang pertengahan dan tepat adalah boleh menggunakan kata “kafir” pada kondisi yang sesuai dan menggunakan kata “non-muslim” pada kondisi yang sesuai pula.

Inilah yang dimaksud dengan ungkapan,

لِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌ

“Setiap ucapan itu ada tempatnya.”

Misalnya, ketika dalam pengajian. Kita membahas tentang kafir memakai kata-kata “kafir” serta menyebut mereka dengan “kafir”, ini tidak masalah. Namun, apabila sedang berbicara dengan orang lain kita gunakan “non-muslim”, apabila kondisinya sesuai. Misalnya berkata, “Dia tetangga saya, dia non-muslim.”

Tentunya kita perlu bijak menggunakan sesuai dengan tempatnya. Perhatikan fatwa berikut ini,

هل يجوز الإشارة إلى الكافر باليد والقول له أنت كافر علما بأنه كافر فهل يجوز ذلك

“Apakah boleh menunjuk orang kafir dengan tangan dan mengatakan, ‘Hai kamu kafir?’ Perlu diketahui bahwa dia memang kafir (bukan Islam). Apakah boleh seperti ini?

Jawab:

فلا شك أن من لم يكفر الكافر أو يشك في كفره أنه كافر، وهذا أصل أصيل في الإسلام، إلا أن هذا لا يعني ما ذكره السائل من إسماع الكافر كونه كافراً، بل الغالب أن ذلك يتنافى مع الحكمة،

“Tidak diragukan lagi bahwa orang yang tidak mengkafirkan orang kafir atau ragu terhadap kekafiran mereka, maka dia juga kafir. Ini adalah pelajaran sangat mendasar dalam Islam. Akan tetapi, hal ini tidaklah berarti bahwa apa yang disebutkan oleh penanya, yaitu menunjuk dan menyebut ‘kafir’ di depan orang kafir, itu boleh. Bahkan umumnya hal ini bertentangan dengan hikmah (dalam berdakwah).” (Fatwa Islamweb no. 39380, asuhan Syaikh Abdullah Al-Faqih)

Mengenai panggilan “kafir” secara langsung kepada orang kafir pada kondisi yang tidak tepat, tentu ini tidak hikmah dalam dakwah. Bisa jadi mereka merasa terganggu dan semakin membuat mereka jauh dari Islam dan bahkan membenci Islam. Perhatikanlah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut,

ﻳَﺴِّﺮُﻭﺍ ﻭَﻻَ ﺗُﻌَﺴِّﺮُﻭﺍ، ﻭَﺑَﺸِّﺮُﻭﺍ ﻭَﻻَ ﺗُﻨَﻔِّﺮُﻭﺍ

“Mudahkanlah dan jangan kalian persulit. Berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari.” (HR. Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734)

Demikian, semoga bermanfaat.

***

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslim.or.id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/58955-kapan-menyebut-kafir-dan-kapan-menyebut-non-muslim.html

Bisnis VTUBE itu Haram karena termasuk Sistem Ponzi

INILAH PENGAKUAN PEBISNIS VTUBE

Lihat iklan saja, kok malah dapat duit? Itu benaran atau ada penipuan?

Intinya:

– Bisnis ini adalah bisnis ponzi yang bermasalah

– Bisnis ini merugikan member yang masuk belakangan

– PONZI itu oper-oper uang antar member. Entah itu leadernya yang butuh VP atau member lain yang butuh VP, intinya sampai sekarang masih berputar antar pemain Vtube (Upline-member-member-upline-member A-member B).

Tonton Iklan Lantas Dapat Duit, KOK BISA?

Pertanyaan kami logis saja:

1. Anda pernah lihat billboard berisi iklan mobil, karena Anda sudah lewat dan perhatikan 25 kali, terus Anda dapat uang dari perusahaan mobil?

2. Anda pernah tonton 25 video Youtube berbeda, bisa tidak dapat uang cuma karena tonton iklannya?

3. Perusahaan mana yang baik hati banget, kita tonton iklannya, lantas ia kasih kita uang?

YUK MULAI BERPIKIR!

– Uang yang ada dari tonton iklan ini pasti bukan dari pihak perusahaan yang punya iklan.

– Uang yang ada bisa dari sesama member aplikasi, yang mana mereka akan menjual poin pada sesama member.

– Suatu saat nanti, poin yang ada akan menumpuk, lantas tidak bisa dijual lagi pada member yang lain.

– Kalau demikian, suatu waktu akan berhentilah aplikasi ini karena poin yang tidak laku.

– Kalau demikian, bukankah aplikasi ini ada kezaliman?

—-

Muhammad Abduh Tuasikal 

Channel Youtube https://youtube.com/rumayshotv

Rumaysho: