Palestina adalah Urusan Kita (3)

12. Nabi Isa akan turun untuk di Negeri Syam, untuk Membunuh Dajjal

(مَا شَأۡنُكُمۡ؟) قُلۡنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، ذَكَرۡتَ الدَّجَّالَ غَدَاةً. فَخَفَّضۡتَ فِيهِ وَرَفَّعۡتَ، حَتَّىٰ ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخۡلِ. فَقَالَ: غَيۡرُ الدَّجَّالِ أَخۡوَفُنِي عَلَيۡكُمۡ. إِنۡ يَخۡرُجُ، وَأَنَا فِيكُمۡ، فَأَنَا حَجِيجُهُ دُونَكُمۡ. وَإِنۡ يَخۡرُجۡ، وَلَسۡتُ فِيكُمۡ، فَامۡرُؤٌ حَجِيجُ نَفۡسِهِ. وَاللهُ خَلِيفَتِي عَلَىٰ كُلِّ مَسۡلِمٍ، إِنَّهُ شَابٌّ قَطَطٌ، عَيۡنُهُ طَافِئَةٌ. كَأَنِّي أُشَبِّهُهُ بِعَبۡدِ الۡعُزَّى بۡنِ قَطَنٍ، فَمَنۡ أَدۡرَكَهُ مِنۡكُمۡ فَلۡيَقۡرَأۡ عَلَيۡهِ فَوَاتِحَ سُورَةِ الۡكَهۡفِ. إِنَّهُ خَارِجٌ خَلَّةً بَيۡنَ الشَّأۡمِ وَالۡعِرَاقِ. فَعَاثَ يَمِينًا وَعَاثَ شِمَالًا، يَا عِبَادَ اللهِ، فَاثۡبُتُوا قُلۡنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا لَبۡثُهُ فِي الۡأَرۡضِ؟ قَالَ: (أَرۡبَعُونَ يَوۡمًا، يَوۡمٌ كَسَنَةٍ، وَيَوۡمٌ كَشَهۡرٍ، وَيَوۡمٍ كَجُمُعَةٍ، وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمۡ). قُلۡنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، فَذٰلِكَ الۡيَوۡمُ الَّذِي كَسَنَةٍ، أَتَكۡفِينَا فِيهِ صَلَاةُ يَوۡمٍ؟ قَالَ: (لَا، اقۡدُرُوا لَهُ قَدۡرَهُ). قُلۡنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا إِسۡرَاعُهُ فِي الۡأَرۡضِ؟ قَالَ: (كَالۡغَيۡثِ اسۡتَدۡبَرَتۡهُ الرِّيحُ. فَيَأۡتِي عَلَى الۡقَوۡمِ فَيَدۡعُوهُمۡ، فَيُؤۡمِنُونَ بِهِ وَيَسۡتَجِيبُونَ لَهُ. فَيَأۡمُرُ السَّمَاءَ فَتُمۡطِرُ، وَالۡأَرۡضَ فَتُنۡبِتُ، فَتَرُوحُ عَلَيۡهِمۡ سَارِحَتُهُمۡ، أَطۡوَلَ مَا كَانَتۡ ذُرًا، وَأَسۡبَغَهُ ضُرُوعًا، وَأَمَدَّهُ خَوَاصِرَ. ثُمَّ يَأۡتِي الۡقَوۡمَ، فَيَدۡعُوهُمۡ، فَيَرُدُّونَ عَلَيۡهِ قَوۡلَهُ. فَيَنۡصَرِفُ عَنۡهُمۡ. فَيُصۡبِحُونَ مُمۡحِلِينَ لَيۡسَ بِأَيۡدِيهِمۡ شَيۡءٌ مِنۡ أَمۡوَالِهِمۡ. وَيَمُرُّ بِالۡخَرِبَةِ فَيَقُولُ لَهَا: أَخۡرِجِي كُنُوزَكِ. فَتَتۡبَعُهُ كُنُوزُهَا كَيَعَاسِيبِ النَّحۡلِ. ثُمَّ يَدۡعُو رَجُلًا مُمۡتَلِئًا شَبَابًا، فَيَضۡرِبُهُ بِالسَّيۡفِ فَيَقۡطَعُهُ جَزۡلَتَيۡنِ رَمۡيَةَ الۡغَرَضِ. ثُمَّ يَدۡعُوهُ فَيُقۡبِلُ وَيَتَهَلَّلُ وَجۡهُهُ يَضۡحَكُ. فَبَيۡنَمَا هُوَ كَذٰلِكَ إِذۡ بَعَثَ اللهُ الۡمَسِيحَ ابۡنَ مَرۡيَمَ فَيَنۡزِلُ عِنۡدَ الۡمَنَارَةِ الۡبَيۡضَاءِ شَرۡقِيَّ دِمَشۡقَ، بَيۡنَ مَهۡرُودَتَيۡنِ. وَاضِعًا كَفَّيۡهِ عَلَىٰ أَجۡنِحَةِ مَلَكَيۡنِ. إِذَا طَأۡطَأَ رَأۡسَهُ قَطَرَ. وَإِذَا رَفَعَهُ تَحَدَّرَ مِنۡهُ جُمَانٌ كَاللُّؤۡلُؤِ. فَلَا يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ رِيحَ نَفَسِهِ إِلَّا مَاتَ، وَنَفَسُهُ يَنۡتَهِي حَيۡثُ يَنۡتَهِي طَرۡفُهُ. فَيَطۡلُبُهُ حَتَّىٰ يُدۡرِكَهُ بِبَابِ لُدٍّ. فَيَقۡتُلُهُ (رواه مسلم)

Dari An-Nawwas bin Sam’an, beliau mengatakan: Rasulullah ﷺ menyebutkan Dajjal pada suatu pagi. Beliau menghinakan Dajjal dan menjelaskan besar ujiannya, sampai kami menyangka bahwa Dajjal ada di suatu sisi kebun kurma. Ketika kami kembali kepada beliau, beliau mengetahui ada ketakutan pada diri kami. Beliau bertanya, “Kenapa kalian?”

Kami menjawab: Wahai Rasulullah, Engkau menyebutkan Dajjal pada suatu pagi. Engkau menghinakan Dajjal dan menjelaskan besar ujiannya, sehingga kami menyangka bahwa Dajjal ada di suatu sisi kebun kurma. Beliau berkata: Bukan Dajjal yang paling aku takutkan atas kalian. Jika Dajjal muncul keluar ketika aku masih berada di tengah-tengah kalian, maka aku akan berada di depan kalian yang akan mengalahkannya dengan dalil.

Apabila dajalal muncul keluar ketika aku sudah tidak bersama kalian, maka seseorang akan membela dirinya sendiri dan Allah adalah penggantiku sebagai pembela bagi setiap muslim. Sesungguhnya Dajjal adalah seorang pemuda yang berambut keriting gimbal, bermata menonjol. Seakan-akan aku menyerupakannya dengan ‘Abdul ‘Uzza bin Qathan. Siapa saja di antara kalian yang mendapatinya, maka bacakan kepadanya ayat-ayat pembuka surah Al-Kahfi. Sesungguhnya dia akan keluar di suatu jalan antara Syam dan ‘Iraq.

Dia menebar kerusakan ke kanan dan menebar kerusakan ke kiri dengan cepat, wahai hamba-hamba Allah, kokohkanlah diri kalian! Kami berkata: Wahai Rasulullah, berapa lama dia menetap di muka bumi? Beliau menjawab, “Empat puluh hari. Satu hari seperti setahun, satu hari seperti sebulan, satu hari seperti sepekan, dan seluruh hari sisanya seperti hari-hari kalian sekarang ini.” Kami berkata: Wahai Rasulullah, pada hari yang seperti setahun itu, apakah shalat satu hari sudah cukup bagi kami? Beliau menjawab, “Tidak, kalian perkirakanlah waktunya.”

Kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana cepatnya Dajjal di bumi ini? Beliau menjawab, “Seperti hujan yang diiringi angin. Dia akan mendatangi suatu kaum lalu mengajak mereka. Lalu mereka pun beriman kepadanya dan menyambut ajakannya. Dia memerintahkan langit hingga turunlah hujan. Dia memerintahkan bumi hingga ia menumbuhkan tanaman hingga binatang gembalaan mereka kembali di sore hari dalam keadaan punuknya lebih tinggi, ambingnya lebih besar, dan perutnya lebih besar daripada sebelumnya.

Kemudian dia mendatangi kaum yang lain, lalu ia mengajak mereka, namun kaum itu menolak ucapannya. Dajjal itu pun berpaling dari mereka, lalu esoknya tanah mereka menjadi gersang tidak memiliki sesuatu harta pun di tangan-tangan mereka. Lalu dia melewati suatu tempat yang telah hancur lalu berkata kepadanya: Keluarkanlah perbendaharaanmu. Lalu perbendaharaan itu mengikutinya seperti ratu-ratu lebah. Kemudian dia mengajak seseorang pemuda belia, dia menebasnya dengan pedang sehingga memotongnya menjadi dua bagian yang terpisah sejauh lemparan anak panah.

Kemudian dajal memanggilnya, lalu pemuda itu pun datang dengan wajah bersinar dan tertawa. Ketika Dajjal dalam keadaan itu, tiba-tiba Allah mengutus Al-Masih ‘Isa bin Maryam. Nabi ‘Isa turun di dekat menara putih sebelah timur Damaskus dengan mengenakan dua pakaian yang dicelup wars lalu safron. Beliau meletakkan kedua telapak tangannya di atas sayap dua malaikat. Apabila beliau menundukkan kepalanya, air menetes darinya. Apabila dia mengangkatnya, turunlah darinya butiran perak seperti mutiara. Lalu tidaklah seorang kafir pun yang mendapati bau nafas beliau kecuali mati. Padahal nafas beliau dapat tercium sejauh jarak pandangan mata beliau. Nabi ‘Isa mencari Dajjal sampai mendapatinya di pintu Ludd lalu beliau membunuhnya…” (HR: Muslim).

Membebaskan Palestina

Sebagaimana diketahui, Palestina saat ini masih dalam kondisi terjajah. Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk peduli terhadap mereka.  Terkait solusi untuk membantu saudara kita di sana, tentu kita perlu melihat fakta masalah di Palestina.

Masalah di palestina itu saat ini adalah pertama, adanya penjajah (zionis dan negara-negara backing-nya) dan kedua, adanya korban penjajah. Untuk Penjajah maka tidak ada solusi lain adalah mengusirnya, sebagaimana dahulu Bangsa Indonesia mengusir penjajah.

Sementara untuk korban, maka diantara solusinya adalah memberikan bantuan semampunya baik itu dengan, obat-obatan, makanan, pakaian, hingga dengan memanjatkan doa. Karena itu penting kiranya umat Islam untuk kembali bersatu menolong saudara di Palestina dan juga negeri-negeri lain yang saat ini sedang terjajah.

Semua itu insyaAllah akan efektif meujudkannya jika umat Islam memiliki sebuah kepimpinan Umat Islam kembali. Seorang Khalifah yang menjadi perisai atau pelindung ummat. Sebagaimana dicontohkan para Shalaful ummah.  Wallahu A’lam.*/Ali Mustofa Akbar, peneliti Aksara, Aktivis Sadar Sejarah

HIDAYATULLAH

Palestina adalah Urusan Kita (2)

4. Palestina adalah Tanah Suci

Ini berdasarkan nash al Quran, di mana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يٰقَوۡمِ ادۡخُلُوا الۡاَرۡضَ الۡمُقَدَّسَةَ الَّتِىۡ كَتَبَ اللّٰهُ لَـكُمۡ وَلَا تَرۡتَدُّوۡا عَلٰٓى اَدۡبَارِكُمۡ فَتَـنۡقَلِبُوۡا خٰسِرِيۡنَ

Artinya: “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang orang yang merugi.” (QS: al Maidah : 21)

5. Palestina adalah tanah para nabi dan tempat diutusnya mereka

Di antara para nabi dan rasul yang pernah hidup di Palestina, seperti disebutkan dalam al Quran al Karim, adalah Ibrahim dan Ismail, Ishak, Ya’qub, Yusuf dan Luth, Dawud, Sulaiman, Shaleh, Zakariya, Yahya dan Isa ‘alaihis salam. Dan Rasulullah Muhammad ﷺ juga pernah mengunjunginya.

Juga telah tinggal di Palestina nabi-nabi Bani Israel; kaum yang memang banyak dihiasi oleh nabi-nabi, setiap kali nabi wafat Allah utus nabi baru. Dan di antara nabi mereka yang tersebut di dalam hadits shahih adalah Nabi Yusha’ ‘alaihis salam.

Oleh karena itu, mana kala kaum muslimun membaca al-Quran al Karim, mereka merasakan adanya ikatan yang agung antara diri mereka dengan tanah suci Palestina ini, karena pertarungan antara yang hak dan yang bathil terpusat di tanah ini. Karena mereka juga meyakini bahwa mereka adalah pengusung warisan para nabi dan yang mengangkat panji-panji mereka.

Di Palestina banyak pemakaman, peninggalan, dan penziarahan para anbiya’. Semua itu mengabadikan kenangan tinggal dan kunjungan mereka di tempat-tempat ini. Nabi Ibrahim yang merupakan bapak para nabi, namanya diabadikan untuk sebutan sebuah kota terpenting di Palestina, yaitu al Khalil (Hebron). Petilasannya ada di kota ini di dalam al Haram al Ibrahimi.

Untuk Nabi Shaleh, ada tujuh tempat yang mengabadikan kenangan bahwa dia pernah tinggal di Palestina, salah satunya ada di Ramalah, di sini ada musim ziarah tahunan yang amat terkenal yaitu pada bulan April setiap tahun. Ada sebuah desa di pinggiran kota Tulkarm bernama Ertah, secara estafet dari generasi ke generasi orang menyebut bahwa nabi Ya’kub pernah beristirahat (Irtaha) di sana.

Di Palestina ada lebih dari satu maqam (petilasan) Nabi Syu’aib. Ada tempat yang sangat terkenal petilasan Nabi Musa ‘alaihis salam dekat Jericho (Ariha). Di al Quds ada makam Nabi Dawud ‘alaihis salam. Sementara Nabi Isa ‘alaihis salam memiliki lebih dari satu tempat yang mengabadikan kenangannya di al Quds, Bethelehem, Nashira dan yang lainnya.

6. Palestina adalah tempat isra’nya Nabi Muhammad ﷺ

Allah subhanahu wa ta’ala telah memilih Palestina sebagai tempat isra’nya Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Dari sini pula Nabi ﷺ bermi’raj ke langit.

Dengan peristiwa ini Allah memuliakan dan mengagungkan Masjidil Aqsha dan tanah Palestina, dengan menjadikan Baitul Maqdis sebagai pintu menuju langit. Di Masjidil Aqsha Allah kumpulkan para nabi bersama Nabi Muhammad ﷺ untuk shalat berjama’ah yang diimami oleh beliau.

Semua itu adalah bukti-bukti kelangsungan risalah tauhid yang dibawa oleh para nabi, juga berpindahnya imamah, kepemimpinan dan tanggungjawab risalah (misi) kepada umat Islam.

حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ، وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ، وَدُونَ الْبَغْلِ، يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ ، قَالَ: فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ ، قَالَ: فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الْأَنْبِيَاء ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ، فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ خَرَجْتُ فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ، وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ، فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ، فَقَالَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اخْتَرْتَ الْفِطْرَةَ (رواه البخاري و مسلم)

“Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farruh, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah, telah menceritakan kepada kami Tsabit al-Bunani dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah ﷺbersabda: Didatangkan kepadaku Buraq, seekor tunggangan putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghal (keledai keturunan kuda), ia berupaya meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya.

Setelah menungganginya, maka Buraq itu berjalan membawaku hingga sampai ke Baitul Maqdis. Aku ikat (tambat) tunggangan itu di tempat para Nabi biasa menambatkan tunggangan mereka. Lalu aku masuk dan menunaikan shalat dua raka’at di dalamnya. Setelah itu aku keluar dan disambut oleh Jibril dengan secawan arak dan susu. Ketika aku memilih susu, maka Jibril berkata: “Engkau telah memilih fitrah (yaitu Islam dan istiqamah).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

7. Para Malaikat mengepakkan sayapnya di atas tanah Palestina

عن زيد بن ثابت قال: بينما نحن عند رسول الله صلى الله عليه وسلم يوماً حين قال: طوبي للشام، طوبي للشام قلت : ما بال الشام؟ قال: الملائكة باسطو أجنحتها على الشام (رواه الترمذي)

“Dari Zaid bin Tsabit berkata: ketika kami berada di antara Rasulullah ﷺ pada suatua hari, beliau bersabda: “Beruntunglah Negeri Syam. Beruntunglah Negeri Syam.” Aku berkata; ada apa dengan Negeri Syam (wahai nabi)? Beliau bersabda: “para malaikat mengepakkan sayapnya untuk Negeri Syam.” (HR: At-Tirmidzi)

8. Palestina adalah tanah Mahsyar dan Mansyar (tempat dikumpulkan dan disebarkan) manusia

عَنْ مَيْمُونَةَ مَوْلاةِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ، قَالَ: (أَرْضُ الْمَحْشَرِ وَالْمَنْشَرِ ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ فَإِنَّ صَلاةً فِيهِ كَأَلْفِ صَلاةٍ فِي غَيْرِهِ قُلْتُ: أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَتَحَمَّلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: فَتُهْدِي لَهُ زَيْتًا يُسْرَجُ فِيه،ِ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَهُوَ كَمَنْ أَتَاهُ) رواه ابن ماجة .

Dari Maimunah  maulah Nabi ﷺ berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ: Wahai Rasulullah berilah kami fatwa terkait Baitul Maqdis, maka beliau menjawab: Palestina adalah bumi mahsyar (tempat berkumpul)  dan mansyar (tempat menyebar). Datanglah ke sana dan shalatlah di dalamnya, sesungguhnya pahala shalat di dalamnya sama dengan 1000 kali shalat di Masjid lainnya, Aku kemudian berkata : :Bagaimana pendapatmu jika aku tidak dapat melakukannya?” Beliau menjawab:  “Hadiahkanlah minyak untuk penerangannya. Siapa yang melakukannya maka sama dengan shalat di sana.” (HR: Ibnu Majah )

9. Palestina rumah negeri Islam, tempat berlindung cobaan dan fitnah akhir zaman

وعن أبي الدرداء قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم: بَيْنَمَا أَنَا نَائِمٌ إِذْ رَأَيْتُ عَمُوْدَ الْكِتَابِ اُحْتُمِلَ مِنْ تَحْتِ رَأْسِيْ، فَظَنَنْتُ أَنَّهُ مَذْهُوْبٌ بِهِ فَأَتْبَعْتُهُ بَصَرِيْ فَعُمِدَ بِهِ إِلَى الشَّامِ، أَلاَ وَإِنَّ اْلإِيْمَانَ حِيْنَ تَقَعُ الْفِتَنُ بِالشَّامِ (رواه أحمد)

“Dari Abu Darda berkata: bersabda Rasulullah ﷺ: Ketika aku sedang tidur, tiba-tiba saja aku melihat halaman al-Kitab (Al-Qur’an) di bawah kepalaku, lalu aku mengira bahwa ia dibawa pergi, kemudian mataku terus mengikutinya, sehingga diletakkan di Syam. Ketahuilah, sesungguhnya keimanan berada di Syam ketika banyak terjadi fitnah.” (HR. Ahmad)

Dari Salamah bin Nufail berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Rumah negeri Islam adalah di Syam” (HR. Tabrani).

10. Orang yang tinggal di Palestina dinilai layaknya mujahid dan murabith (penjaga keamanan dari serangan musuh) di jalan Allah

Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ telah bersabda, “Penduduk Syam beserta istri-istri, keluarga, hamba sahaya mereka baik yang laki-laki mapun perempuan, sampai ujung pulau adalah para murabith di jalan Allah. Maka barang siapa menduduki salah satu kota dari kota-kotanya maka dia sedang murabith, dan barang siapa menduduki satu benteng kota maka dia dalam jihad.” (HR: Thabrani)

لاَ تَزَالُ طَاِئفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ لِعَدُوِّهِمْ قَاهِرِيْنَ.لاَيَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ إِلاَّ مَا أَصَابَهُمْ مِنَ اْلأَوَاءِ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَالِكَ.قَالُوْا : ياَ رَسُوْلَ اللهِ وَأَيْنَ هُمْ؟ قَالَ: بَيْتُ الْمُقَدَّسِ وَأَكْنَافِ بَيْتِ الْمُقَدَّسِ(رَوَاهُ أَحْمَدُ)

”Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku kelompok yang selalu menolong kebenaran atas musuh mereka . orang-orang yang yang menyelisihi mereka tidak akan membuat mereka goyah kecuali orang yang tertimpa al Lawa` (cobaan ) sampai datang kepada mereka janji Allah Azza wa Jalla. Mereka bertanya. Wahai Rasulullah dimanakah mereka? Beliau menjawab.: Baitul Maqdis dan sisi Baitul Maqdis.” (HR: Ahmad)

11. Kebaikan beragama penduduk Syam ukuran kaum Muslimin lain

عن معاوية بن قرة عن أبيه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشّامِ فَلا خَيْرَ فِيكُمْ، وَلا يَزَالُ أناسٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ لا يُبَالُونَ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتّى تَقُومَ السّاعَةُ (رواه الترمذي)

“Dari Muawiyah bin Qurrah dari ayahnya berkata: bersabda Rasulullah ﷺ Jika penduduk Syam rusak agamanya, maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Akan selalu ada satu kelompok dari umatku yang dimenangkan oleh Allah, tak terpengaruh oleh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang hari Kiamat.” (HR. At-Tirmidzi). (Bersambung) 

HIDAYATULLAH

Palestina adalah Urusan Kita

Di TENGAH penderitaan saudara kita di Palestina dan maraknya wujud kepedulian masyarakat dunia atas kondisi yang terjadi disana, namun amat disayangkan ketika baru-baru ini ada seorang tokoh yang notabene juga seorang muslim justru menyatakan bahwa Palestina bukan urusan kita.  Padahal Negri Palestina sendiri maupun penduduknya yang mayoritas muslim tentu amat penting bagi umat Islam khususnya.

Ditambah lagi bagaimana kemerdekaan bangsa Indonesia sendiri sudah menjadi rahasia umum, adalah juga berhutang budi banyak atas peran Palestina Palestina. Apalagi pula  amanah konstitusi negri juga menyatakan anti terhadap penjajahan.

Pentingnya Palestina dan Keutamaan-keutamaan Baitul Maqdis

Setidaknya ada beberapa alasan kenapa Palestina (yang berkedudukan di Bumi Syam) begitu penting bagi kita wa bil khusus khususnya umat Islam seperti halnya sudah dijelaskan oleh para ulama:

  1. Di Palestina ada masjid Al Aqsha Al Mubarak

Masjid al Aqsha merupakan qiblat pertama kaum muslimin dalam shalat mereka. Selain itu, al Aqsha dianggap sebagai masjid ketiga baik status maupun kedudukannya setelah masjidil Haram dan masjid Nabawi. Disunnahkan untuk pergi dan mengunjunginya. Shalat di dalamnya dilipatgandakan sampai 500 kali shalat di masjid lain.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

لاَ تُسَافِرْ الْمَرْأَةُ يَوْمَيْنِ إِلاَّ مَعَهَا زَوْجُهَا أَوْ ذُو مَحْرَمٍ، وَلاَ صَوْمَ فِي يَوْمَيْنِ: الْفِطْرِ وَالأَضْحَى، وَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ صَلاَتَيْنِ: بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَبَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ، وَلاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الأَقْصَى وَمَسْجِدِي

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Tidak boleh memaksakan perjalanan kecuali pergi ke tiga masjid: al Masjidil Haram, masjid saya ini (masjid Nabawi – petj.) dan al Masjidil Aqsha.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, dari Rasulullah ﷺ bersabda

أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ دَاوُدَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَنَى بَيْتَ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خِلَالًا ثَلَاثَةً سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حِينَ فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَنْ لَا يَأْتِيَهُ أَحَدٌ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ فِيهِ أَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (فِيْ رِوَايَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ أُعْطِيَ الثَّالِثَةَ

“Sesungguhnya , ketika Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya.” (Diriwayatkan An-Nasa’i)  Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata

تَذَاكَرْنَا وَ نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهُمَا أَفْضَلُ أَمَسْجِدُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صلاَةٌ فِيْ مَسْجِدِيْ أَفْضَلُ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ فِيْهِ وَلَنِعْمَ الْمُصَلَّى هُوَ وَلَيُوْشَكَنَّ لأَنْ يَكُوْنَ لِلرَجُلِ مِثْلُ شَطْنِ فَرَسِهِ (وَفِيْ رِوَايَةٍ “مِثْلُ قَوْسِهِ”) مِنَ الأَرْضِ حَيْثُ يُرَى مِنْهُ بَيْتُ الْمَقْدِسِ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

Kami saling bertukar pikiran tentang, mana yang lebih utama, Masjid Rasulullah ﷺ atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rasulullah ﷺ. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda : “Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya (dalam riwayat lain : seperti busurnya) dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya dari dunia seisinya.” (HR: Ibrahim bin Thahman dalam kitab Masyikhah Ibnu Thahman, Ath-Thabrani dalam kitab Mu’jamul Ausath, dan Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak).

Rasulullah ﷺ bersabda; “Shalat di Masjidil Haram sebanding dengan 100 ribu kali shalat, dan shalat di masjid saya sebanding dengan 1000 kali shalat, dan shalat di Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) sebanding dengan 500 kali shalat.” (HR: Thabrani)

2. Kiblat Pertama umat Islam

Diriwayatkan dari al Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu,

عن البراء بن عازب رضي الله عنه قال : (صَلَّيْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا ثُمَّ صَرَفَهُ نَحْوَ الْقِبْلَةِ) أخرجه البخاري.

“Dari Barra bin ‘Azib ra berkata : Kami shalat bersama Nabi ﷺ menghadap Baitul Maqdis selam 16 bulan kemudian berpindah menghadap Kiblat.” (HR:  Bukhari).

Imam Thabari dalam kitab tarikhnya meriwayatkan dari Qatadah berkata, “Mereka (kaum muslimin Madinah) shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis, sedang Rasulullah ﷺ itu berada di Makkah belum hijrah.  Ketika Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, beliau shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan, kemudian setelah itu kiblat berubah ke arah Ka’bah Baitul Haram.” (Tarikh Ath-Tahbari)

Diriwayatkan dari Abu Dzar al Ghifari radhiyallahu ‘anhu berkata, “saya bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang masjid yang pertama kali dibangun di atas bumi, beliau bersabda, “al Masjidul Haram.” Saya bertanya, kemudian apa lagi? Beliau menjawab, “Al-Masjidul Aqsha.” (HR:  Bukhari, Muslim dan Nasai)

Dan dari Maimunah (hamba sahaya yang dimerdekakan ﷺ) radhiyallahu ‘anhu berkata, wahai Rasulullah berikan fatwa kepada kami mengenai Baitul Maqdis. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Datangilah ia dan shalatlah kalian di dalamnya. Sekiranya kalian tidak bisa datang dan shalat di sana maka kirimlah minyak untuk pelita-pelitanya.” (HR: Abu Dawud dan Ibnu Majah).

3. Palestina adalah tanah yang diberkati Allah subhanahu wa ta’ala

Hal ini sesuai dengan apa yang ditegaskan dalam al Quran al Karim,

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ -١-

Maha Suci (Allah), yang telah Memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami Berkahi sekelilingnya…” [Al Isra’: 1]

Allah berfirman,

وَاَرَادُوۡا بِهٖ كَيۡدًا فَجَعَلۡنٰهُمُ الۡاَخۡسَرِيۡنَ‌ۚ

“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (QS: Al-Anbiya: 70)

Ibnu Katsir berkata, maksudnya adalah Negeri Syam. (Tafsir Ibnu Katsir)

Allah berfirman,

وَلِسُلَيۡمٰنَ الرِّيۡحَ عَاصِفَةً تَجۡرِىۡ بِاَمۡرِهٖۤ اِلَى الۡاَرۡضِ الَّتِىۡ بٰرَكۡنَا فِيۡهَا‌ؕ وَكُنَّا بِكُلِّ شَىۡءٍ عٰلِمِيۡنَ

Artinya: “Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS: Al-Anbiya’ : 81)

Ibnu Katsir Berkata: maksudnya adalah Negeri Syam. (Tafsir Ibnu Katsir)

Allah berfirman:

وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ ٱلْقُرَى ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَٰهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا ٱلسَّيْرَ ۖ سِيرُوا۟ فِيهَا لَيَالِىَ وَأَيَّامًا ءَامِنِينَ

“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS: Saba’: 18).

Ibnu Abbas berkata, maksud dari al qura allati barakna fiha (antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya) adalah Baitul Maqdis. (Tafsir Ibnu Katsir). (Bersambung)

HIDAYATULLAH

Ini Tujuh Amalan Sunah di Hari Jumat

Jumat merupakan hari yang paling istimewa dan mulia dalam Islam. Bahkan dalam hadis hari Jumat disebut juga dengan hari raya umat Islam, selain Idul Fitri dan Idul Adha. Sebab itu, Rasulullah menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan amal shaleh di hari Jumat.

Imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip Syekh Nawawi al-Bantani dalam Kitab Maraqil Ubudiyah,menjelaskan ada tujuh kesunnahan atau adab yang perlu diperhatikan ketika hari Jum’at, penjelasannya sebagai berikut

Pertama, bersiap untuk menyambut datangnya hari Jumat semenjak hari Kamis, dengan membersihkan baju, menyiapkan parfum, banyak beristighfar dan bertasbih pada Kamis sore karena keutamaannya menyamai keutamaan waktu mustajab pada hari Jumat.

Kedua, jika tiba waktu subuh, segeralah mandi karena waktu mandi Jumat telah masuk dengan datangnya waktu shubuh.

Ketiga, bersihkan badan dengan mencukur rambut dan bulu, semisal mencukur bulu ketiak dan kemaluan, dan memotong kuku.

Keempat, berangkatlah ke masjid pada awal waktu. Pada hari Jumat, awal waktu dimulai semenjak terbitnya fajar.

Kelima, apabila sudah masuk masjid, carilah saf pertama karena memiliki banyak keutamaan.

Keenam, apabila orang-orang sudah berkumpul, jangan maju ke depan dengan cara melangkahi pundak mereka.

Ketujuh, jangan berjalan atau lewat di depan orang shalat.

Tulisan ini sudah dipublikasikan di Islami.co

BINCANG SYARIAH

Taubat Jalan Utama Penghapus Dosa

Tak ada manusia yang tak berdosa. Tak ada insan yang suci dari maksiat. Saban manusia, tentu pernah terjerumus dalam dosa. Namun, berbahagialah mereka yang sadar akan dosa, lantas taubat dan kembali pada Ilahi.

وَيٰقَوْمِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ

Mohon ampunlah pada Tuhan kalian dan bertobatlah kepada-Nya (Q.S al Hud, ayat 52)

Syahdan, seorang pemuda tersesat datang menemui ulama besar. Ia seorang yang brutal. Pelbagai kejahatan telah diperbuat. Minuman keras, kesehariannya. Zina perbuatan ia dawami. Lebih dari itu, si pemuda ini adalah pembunuh kelas kakap. Puluhan nyawa telah ia rengut.

Kehidupan adalah anugerah terindah dari Tuhan. Nyawa barang berharga. Tapi tidak ditangan si pemuda tersesat itu. Pembunuhan besar-besaran terhadap orang tak berdosa. Ia mengambil nyawa dari manusia tak berdosa. Keji dan bengis. Tangannya berlumur darah.

“Aku ingin bertaubat” ujar pemuda ini pada seorang pemuka agama suatu waktu. “Alhamdulilah,” jawab sang ulama sembari mengangkat tangan. “Apakah Allah maha pengampun?,” tanya si pemuda penasaran. “Tentu, Allah maha pengampun pelbagai dosa manusia,” gigih si ulama.

Sembari menundukkan kepala si pemuda menjelaskan; “Dosa ku amatlah keji,” tunduk si pemuda. “Apa gerangan dosa yang engkau perbuat anak muda,” tanya si pakar agama. Sembari menangis si pemuda menjawab, “Aku telah membunuh manusia tanpa dosa sebanyak 99 orang,” terang si pemuda, sembari menatap si ahli agama.

Sontak saja, jawaban itu membuat wajah si ulama jadi merah. Tangannya menggempal. Kakinya gemetar. Hembusan napasnya tak karuan. Biji mata, merah. “Dasar biadab. Tak bermoral. Allah murka pada mu. Tak akan mengampuni dosa mu. Kau akan jadi kayu panggang api neraka. Jahanam adalah tempat mu di akhirat,” sumpah serapah si ulama.

Wajar saja, ulama ini geram. Pembunuh kelas kakap baru saja mengaku dosa dihapannya. Baginya, dosa pembunuhan itu tak terampuni. Kematian memang menyakitkan. Ia memisahkan antara anak dan ayah. Istri dengan suami. Kekasih dengan yang dicintai. Pembunuhan memang dosa biadab.

Tapi sang ulama lupa diri, dosa itu urusan Tuhan. Begitupun pengampunan. Itu hak prorogatif ilahi. Kadang memang manusia suka khilaf. Mengambil yang bukan haknya. Mengklaim yang bukan prioritasnya. Manusia adalah hamba. Budak. Tak lebih. Ia punya atasan. Atasan manusia adalah Tuhan. Ia pemilik manusia. Termasuk pemiliki ampunan itu sendiri.

Mendengar sumpah serapah itu, si pemuda tersesat naik pitam. Naluri kejamnya memuncah. Bak singa kelaparan yang disodorkan daging segar. Ia terkam itu si ulama. Ia cekik. Tubuh gempal si pemuda, berhadapan dengan tubuh ringkih si ahli agama. Tak ada perlawanan. Bak buaya vs cicak kecil. Mati tanpa perlawanan. Knock out (K.O) di menit awal.

Kini total nyawa yang mati di tangan si pemuda 100 orang. Sembari putus asa ia terus berjalan. Niat taubat seketika buyar. “Tak ada pengampunan bagi pendosa macam saya,” begitu bathinnya. Bila pengampunan tak layak ia dapatkan, dosa adalah jalan pintas.

Begitulah hari-hari depan si pemuda. Dihiasi dengan dosa dan maksiat. Tak ada hari tanpa kebejatan. Kehadirannya jadi malapetaka bagi masyarakat lain. Ia menjelma menjadi sampah masyarakat. Kejam. Bengis. Di mana pun ia berada, jadi benalu.

Hingga suatu waktu, ia mendengar bisik-bisik dari orang. Ada seorang sufi besar. Alim dan warak. Ilmunya maha luas. Bak lautan tak bertepi. Mendengar itu si pemuda langsung tertarik. Itu ibarat setitik cahaya, di tengah lorong hitam. Seketika si pemuda tersesat itu pergi menemui si ahli theosofi itu.

“Aku mendengar Anda orang alim,” ungkap si pemuda to the point. “Itu perkataan yang berlebihan. Saya hanya hamba yang ingin selalu dekat dengan Tuhan,” kata sufi itu. “Ceritakan kepada ku tentang Tuhan Mu,” tantang si pemuda.

“Ia adalah Tuhan ku dan Tuhan Mu, anak muda. Pemiliki alam raya. Ia yang maha penyiksa, sekaligus maha penyanyang. Siksaannya begitu dahsyat. Kasihnya pun lebih lembut dari sutra. Ia yang maha pengampun manusia,” jelas si sufi.

“Apakah ia akan mengampuni segala dosa manusia,” harap si pemuda. “Tentu. Ia maha pengasih dan penyanyang. Ia pengampun dosa, meskipun sebanyak bintang di angkasa. Bak buih di tengah lautan. Ia adalah tempat kembali setiap hamba,” lanjut sufi alim ini. “Apakah kiranya, dosa mu wahai pemuda,” tanya sufi penasaran.

“Dosa ku amatlah kejam. Aku seorang pembunuh. Tukang jagal manusia. 100 nyawa telah melayang di tangan ku. Tangan ku kotor. Kedua tangan ini dicuci dengan darah manusia,” ungkap si pemuda sembari menangis.

Langsung saja, si sufi melangkah lebih dekat dengan si pemuda. “Bertaubatlah anak ku. Allah adalah maha pengampun. Dosa mu akan diampuni (Dan bertaubatlah kalian kepada Allah, hai orang –orang yang beriman, supaya kalian beruntung, Q.S An Nur ayat 31). Kasih Tuhan akan selalu terbuka untuk hamba-Nya,” tutur lirih sang sufi.

Senang nian si pemuda mendengar penjelasan itu. Ia yang ternoda kini berusaha untuk kembali suci. Darah yang ia tumpahkan, kini ia cuci dengan air mata. Isak tangis yang selalu hadir dalam lembaran zikir yang ia tuturkan pada ilahi.

Taubat Penggugur Dosa

Taubat merupakan pintu kembali manusia kepada Tuhan. Sejatinya, taubat  menurut Abdul Qadir Isa dalam kitab al Haqaiq at Tasawuf adalah kembali dari segala sesuatu yang tercela dalam pandangan syariat menuju sesuatu yang mulia. Taubat adalah kunci menggapai ridha Tuhan. Taubat kunci utama untuk berjalan dalam syariat Allah.

Pada sisi lain, definisi di atas, adalah taubat dalam tataran kaum awam. Sedangkan bagi para sufi, taubat tak sekadar menjauhkan diri dari maksiat. Lebih dari itu, taubat juga dimaknai sebagai menjauhkan hati dari menyibukkan diri selain pada Allah.

Dzun Nun al Mishri dalam termaktub dalam kitab ar Risalah Qusyairiyah mengatakan taubat manusia awam adalah taubat dari dosa. Ini levela paling bawah. Tak sedikit orang yang bertaubat dari dosa kecil dan besar. Sementara para sufi, kata al Misrhi, bagi mereka  makna taubat sejati adalah  taubat dari kelalaian hati dari mengingat Allah.

Seyogianya seorang yang bertaubat memperbanyak membaca istigfar— astagfirullah al adzim—, di siang atau malam hari. Ini agar ia selalu ingat akan dosa dan tak mengulanginya kembali. Pasalnya, banyak manusia yang taubat pada malam hari, tapi esoknya kembali maksiat. Taubat yang benar tidaklah demikian.

Penting juga menjadi catatan, Imam Nawawi dalam kitab Riyadh as Shalihin mengatakan taubat dari dosa adalah wajib. Terlebih taubat antara manusia dengan Tuhannya. Misalnya, manusia ini lalai dalam melaksanakan shalat, maka itu urusan ia dengan Tuhan. Ini sebut dengan hubungan vertikal manusia dengan Tuhan.

Nah, taubat vertikal antara manusia dengan Tuhan, maka ada tiga syaratnya. Maksud Imam Nawawi ada tiga syarat bagi seorang yang ingin diterima taubatnya. Pertama, ia harus harus menghentikan pelbagai maksiat yang ia kerjakan.

Kedua, manusia yang ingin taubat harus menyesali dengan sadar atas pelbagai kemaksiatan yang telah ia lakukan. Penyesalan yang datang dari hati. Terakhir, si pendosa tadi berjanji tak akan mengulangi pelbagai dosa dan maksiat yang ia lakukan. Inilah syarat utama taubat.

Demikian penjelasan terkait taubat penghapus utama dosa. Semoga bermanpaat.

BINCANG SYARIAH

Mengenal Faksi-faksi Pejuang Pembebasan Palestina

USAHA untuk membebaskan Palestina dari penjajah Isreal, tidak sesederhana yang dibayangkan. Di dalamnya ada banyak faksi yang kerap kali bersebrangan meski sama-sama menginginkan kebebasan Palestina. Karena itu, mengetahui faksi-faksi pejuang pembebasan Palestina, penting di tengah arus informasi yang simpang-siur dan kurang mencerahkan umat terkait isu Palestina.

Menurut catatan Dr. Tiar Anwar Bachtiar dalam buku “HAMAS, Kenapa Dibenci Israel?” (2009), faksi diawali dari lahirnya gerakan-gerakan anti Israel. Konflik ini dimulai sejak awal tahun 1920-an. Bahkan ketika Israel dideklarasikan pada 1948 akibat semakin banyaknya pembantaian, maka konflik Arab-Israel semakin sengit. Awalnya, faksi-faksi Arab yang menentang Israel dipimpin negara-negara Arab (1948-1967).  Akan tetapi, atas kekalahan negara-negara Arab, kemudian kepemimpinan perlawanan kembali kepada bangsa Palestina sendiri.

Sejak tahun 1967  Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) secara menjadi wakil resmi perjuangan Palestina. Namun, PLO lebih memilih jalur kompromistis dan kooporatif. Di samping PLO ada faksi lain yang bergerak di bawah tanah yang kadang bersebrangan dengan PLO.

Di antara faksi-faksi yang berada di bawah PLO sebagaimana catatan Bawono Kumoro dalam “Hamas, Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel” (2009: 67-69): Pertama, faksi berhaluan nasionalis-sekuler yaitu Palestine National Liberation Movement /Harakah Al-Tahrîr Al-Filistini (Fatah) yang berdiri tahun 1957 merupakan faksi terbesar PLO didirikan oleh Yasser Arafat.

Kedua, faksi beraliran komunis radikal yang merupakan faksi terbesar kedua di PLO yaitu  Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP), yang didirikan oleh Dr. George Habash, berhaluan komunis pada 1967. Ada lagi yang berhaluan komunis tapi tidak radikal seperti: Palestine Communist Party, didirikan oleh Suleiman Najjab pada 1984.  Ketiga, faksi berhaluan sosialis yaitu  Popular Democratic Front for the Liberation of Palestine (PDFLP), yang didirikan oleh Nayif Hawatmeh pada 1969.

Faksi-faksi kecil lain misalnya: Palestine Liberation Front (PLF), merupakan faksi kecil sayap kin yang didirikan pada 1976 oleh Talat Yacoub; Palestinian Popular Struggle Front (PPSF), didirikan oleh Dr. Samir Ghosheh pada 1976; Vanguards of the Popular Liberation War (Al-Saiqa), didirikan pada 1968 oleh Issam Al-Qadi;  Popular Front for the Liberation of Palestine-General Command (PFLP-GC), didirikan oleh Ahmad Jibril pada 1968, dan lain sebagainya.

Dari faksi-faksi yang kooporatif di bawah PLO ini ternyata terdiri dari berbagai haluan dan aliran yang sejatinya bertentangan dengan Islam seperti sekuler, komunis, dan sosialis.

Sedangkan di antara contoh faksi gerakan bawah tanah Harakah al-Jihād al-Islāmi fi Filastīn (Jihad Islam) yang didirikan pada 1980 oleh anak-anak muda Palestina yang menimba ilmu di berbagai universitas di Mesir, banyak didanai dari Iran.  Anak anak muda ini kemudian dipimpin oleh Fathi Asy-Syaqaqi dan Abd Al Aziz Auda di Gaza.

Faksi ini kemudian pecah menjadi tiga kelompok, yaitu Jihad Islam pimpinan Fathi Asy-Syaqaqi sendin, Jihad Islam Baitul Maqdis pimpinan Syeikh As’ad, dan Jihad Islam Batalion AI-Aqsha pimpinan Ibrahim Sibril.

Salah satu milisi bersenjata Jihad Islam adalah  Saraya al-Quds. Jihad Islam lebih dekat dengan Iran.

Ada juga gerakan lain seperti Liwa al-Quds,  milisi sekuler yang pernah beroperasi di Aleppo membantu Bashar al Assad,  milisi ini terdiri dari warga Palestina dari distrik al-Nayrab serta bekas kamp pengungsi Handarat.

Di Jalur Gaza, ada juga milisi lain Jaisyul Islam, lebih dekat dengan kelompok salafi.  Namun mayoritas kelompok pembebasan Palestina ini sangat kecil, kalah dengan Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah (Gerakan Perlawanan Islam/Hamas), yang didirikan oleh Syeih Ahmad Yassin. Syeikh Yassin sendiri syahid ketika sebuah helikopter tempur milik Zionis  menembakkan 3 roket saat berada di kursi roda usai shalat Subuh di masjid, 22 Maret 2004.

Ada yang menarik dari faksi Hamas. Saat mendapat kemenangan 80% pada Pemilu tahun 2007, Israel dan AS langsung menggagalkan Pemilu yang dimenangkan gerakan ini, lalu kepemimpinan diberikan Fatah yang sekuler. Hamas menegakkan syariat secara adil dan dicintai rakyat. Karena itu, Gaza langsung diblokasi (darat, laut, udara dll), yang sampai saat ini sudah mencapai 11 tahun lamanya.

Hamas kemudian “diteroriskan” oleh Amerika dan Israel, sedangkan Fatah, yang mau kerjasama dengan mereka  dielu-elukan. Anehnya pemerintah Indonesia justru memilih kerjasama dengan faksi kooperatif.

Itulah di antara beberapa contoh faksi-faksi perjuangan gerakan pembebasan Palestina. Paling tidak bisa dibagi menjadi dua arus besar, yaitu: gerakan kooporatif dan non-kooporatif. Masing-masing secara subtansial ingin kebebasan Palestina. Namun, yang benar-benar total tidak mau berkomromi dengan Israel dan membawa nafas Islam lahir batin dalam perjuangannya di antaranya adalah Hamas.

Dengan mengetahui faksi-faksi ini, mudah-mudahan umat Islam tidak salah paham dalam menyikapi isu Palestina, selalu mengedepankan ‘tabayyun’ (klarifikasi) terhadap fitnah-fitnah yang dihembuskan oleh penjajah Israel dan sekutunya pada gerakan Islam yang murni, serta tidak salah dalam bekerjasama dalam memberikan bantuan.*/Mahmud Budi Setiawan

HIDAYATULLAH

Permasalahan Negeri Palestina

Fatwa Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah

Pertanyaan:

Bagaimana solusi dan jalan keluar dalam masalah Palestina yang semakin hari semakin parah dan mengkhawatirkan?

Jawaban: 

Sungguh, setiap seorang muslim tentunya akan sangat merasa menderita dan menyayangkan atas semakin memburuknya permasalahan yang terjadi di negeri Palestina, yang berangsur bertambah dari situasi yang buruk menjadi lebih buruk lagi. Dan menjadi semakin rumit lagi seiring berjalannya waktu.

Sampai pada kondisi akhir-akhir ini, yang disebabkan oleh perbedaan sikap negara-negara tetangga, dan kurangnya persatuan negeri-negeri kaum Muslimin dalam melawan musuh mereka. Ditambah lagi dengan kurangnya kaum Muslimin dalam berpegang teguh dalam menjalankan hukum syariat Islam yang Allah Ta’ala telah menjanjikan pertolongan bagi siapa yang berpegang teguh kepada hukum-Nya[1]. Dan Allah menjanjikan orang-orang yang berpegang teguh pada syariat bahwa mereka akan diberikan penguasa yang baik dan kekuasaan di muka bumi[2].

Allah Ta’ala juga telah mengingatkan akan bahaya dan akibat buruk apabila negeri-negeri kaum muslimin tidak segera menyatukan barisan mereka lagi, dan berpegang teguh kepada hukum syariat islam dalam permasalahan ini yang tentunya sudah menyita perhatian seluruh umat islam.

Perlu dicatat bahwa permasalahan yang terjadi di negeri Palestina merupakan permasalahan Islam dari awal sampai akhirnya. Akan tetapi, musuh-musuh Islam senantiasa melakukan upaya-upaya yang luar biasa untuk menjauhkan umat Islam dari garis Islam, dan memberikan pemahaman sesat kepada umat Islam non Arab bahwa permasalahan ini merupakan permasalahan politik bagi orang Arab saja, bukan permasalahan untuk selain orang Arab.

Dan tampaknya mereka musuh-musuh Islam telah berhasil dalam membuat makar-makar tersebut kepada umat Islam. Oleh karena itu, aku melihat bahwa tidak mungkin kita dapat mengatasi permasalahan ini kecuali menganggap permasalahan ini sebagai masalah Islam seluruhnya dan dengan bersatunya seluruh umat Islam dalam menyelamatkan negeri Palestina dan berjihad melawan orang-orang Yahudi dengan jihad yang sesuai syariat Islam. Sampai tanah negeri Palestina kembali ke tangan penduduknya dan orang-orang Yahudi kembali ke negeri mereka. Boleh bagi orang-orang Yahudi asli tetap tinggal asalkan mereka tunduk di bawah hukum Islam, bukan hukum komunisme maupun sekularisme. Dengan demikian kebenaran akan menang dan kebatilan akan sirna, penduduk asli negara Palestina dapat kembali ke tanah air mereka dengan berada di bawah naungan hukum Islam yang tidak ada hukum selainnya. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik.

Sumber: Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah Syaikh Ibnu Baz, 1/227

Penerjemah: Muhammad Bimo P.

Catatan kaki:[1] Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kalian membela Allah, Dia akan membela kalian dan mengokohkan pijakan kalian”. (QS. Muhammad: 7).[2] Allah Ta’ala berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku”. (QS. An-Nur: 55).

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/66279-permasalahan-negeri-palestina.html

Digital Apartheid Terhadap Palestina: Retorika dan Utopia Ruang Publik

Tulisan opini yang di tulis oleh Omar Zahzah (13/4/21) pad situs Al Jazeera dengan judul Digital Apartheid: Palestinians being silenced on social media, mengingatkan penulis kepada teori ruang publik yang bisa disediakan oleh media sosial.

Teori ruang publik sendiri dikemukan oleh Jurgen Habermas. Menurut Habermas, Ruang publik merupakan tempat berkumpulnya orang-orang untuk berdikusi secara rasional. Ruang publik memiliki peranan yang besar dalam proses demokrasi, karena orang-orang yang ada di dalamnya bebas menyatakan argumen, sikap, opini, kepentingan dan kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik yang besar akan menjadi sarana untuk diseminasi dan pengaruh.

Merujuk pada tulisan Omar Zahzah di atas, Platform media sosial yang di-isi oleh akademisi untuk memperbincangkan argumen, sikap, opini, kepentingan dan kebutuhan mereka secara diskursif mengenai Palestina, mengalami nasib yang ironis. Secara sistematis platform tersebut menolak acara-acara, status, post dan menghapus dokumen yang berhubungan dengan diskursus yang membela Palestina atau bahkan sekedar kritis terhadap Israel.

Kejadian tersebut merupakan hal yang biasa dalam sebuah teori retorika. Secara teori, retorika terbagi menjadi metode retorika dan situasi retorika. Metode retorika adalah metode yang digunakan untuk memahami situasi retorika saat ini dan bagaimana retorika dapat bekerja lebih baik untuk esok (Safitri, 2015). Sedangkan situasi retorika adalah kondisi atau momentum yang dapat dimanfaatkan untuk mempopulerkan atau menjatuhkan sebuah gerakan (Snowball dalam Safitri, 2017). Apa yang dilakukan oleh para akademisi pro Palestina dan pemilik platform media sosial, dalam kacamata teori tersebut, sah sebagai sebuah metode retorika.

Para akademisi ingin memanfaatkan momen penembakan atas sejumlah rakyat sipil Palestina oleh Polisi Israel untuk mengingatkan dunia akan kekejian yang dilakukan pemerintahan Israel kepada warga Palestina pada Bulan suci Ramadhan. Para akademisi tersebut juga berupaya mengungkap bahwa kekejian ini bukan yang pertama dilakukan, sudah banyak kekejian yang dilakukan oleh tantara dan polisi Israel terhadap warga Palestina sebelumnya tanpa ada penyelesaian humanis yang menangani hal tersebut.

Di sisi yang lain, para pemilik Platform media sosial ingin menghentikan retorika tersebut berkembang di dalam platform mereka, karena mereka memiliki kuasa atas hal tersebut. Salah satu kuasa mereka adalah dengan menciptakan kondisi yang mendorong terjadinya spiral of silent, dimana mereka yang memiliki sudut pandang pembelaan terhadap Palestina akan merasa sebagai minoritas dan menarik diri dan diam karena komunikasi mereka dibatasi. Para pemilik platform media ini akan berfokus pada pengarusutamaan (mainstreaming) pandangan yang mereka setujui dan dukung sehingga seolah-olah menjadi pendapat mayoritas dan membuat pandangan yang berlawanan menjadi seolah-olah minoritas dan tidak terlibat lagi dalam mengkomunikasikan opini mereka yang menyebabkan munculnya spiral komunikasi yang bergerak ke bawah.

Teori spiral of silent ini tidak berlaku bagi kelompok atau individu masyarakat yang termasuk dalam kelompok avant garde dan hard core. Avant garde adalah orang-orang yang merasa bahwa posisi mereka akan semakin kuat. Pada situasi sekarang, para akademisi pro Palestina adalah dapat diletakkan pada posisi avant garde yang akan terus menemukan jalan untuk menguatkan posisi mereka. Disamping itu mereka juga orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok hard core, yaitu mereka yang selalu menentang, apa pun konsekuensinya.

Oleh karena itu, walaupun ada usaha yang sistematis untuk memblokir dan membatasi ruang gerak para avant garde dan hard core di beberapa media sosial oleh beberapa para pemilik platform media sosial, akan ada platform media sosial lainnya yang akan menjadi tempat untuk melakukan retorika gerakan sosial yang diyakini kebenarannya. Walaupun ada usaha untuk melemahkan suara demokrasi mengenai Palestina melalui apa yang disebut sebagai digital Apartheid, akan selalu ada platfom media sosial baru yang digunakan untuk terus menyuarakannya oleh mereka para avant garde dan hard core pembela Palestina.

Meskipun para avant garde pro Palestina akan menemukan kanal baru, namun apa yang dilakukan oleh para pemilik platform media sosial tentu sangat mengkhawatirkan, terutama untuk perkembangan demokrasi secara global. Platform-platform media sosial berbasis internet yang tadinya dianggap sebagai ruang publik yang ideal, ternyata juga tidak bebas dari penyensoran sepihak. Habermas sendiri sudah mengingatkan akan kematian ruang publik ketika terjadi transisi dari kapitalisme liberal ke kapitalisme monopoli, persis seperti yang terjadi saat ini ketika ruang public digital sudah dimonopoli oleh platform seperti Facebook dan Google

Isu Palestina saat ini tentunya bukan yang pertama dan jelas bukan yang terakhir bagi penerapan digital apartheid, dengan kesadaran tersebut maka kita patut bertanya apakah ruang publik dalam definisi Habermas memang hanyalah utopia.

RETIZEN REPUBLIKA

Deklarasi Balfour, 112 Kata yang Menjerumuskan Palestina

Deklarasi Balfour menjadi titik berdirinya Israel dan kerugian besar Palestina

Konflik antara Israel dan Palestina tak berhenti hingga saat ini. Penyerangan selama 11 hari pada Mei 2021 adalah serangan terakhir yang menyoroti perhatian dunia. Perang ini ditengahi Mesir dengan gencatan senjata yang dilanggar beberapa jam kemudian pada Jumat lalu.

Jika menelusuri sejarah, awal dari konflik ini adalah adanya Deklarasi Balfour yang dikeluarkan pada tanggal 2 November 1917. Percaya atau tidak, sebanyak 112 kata yang diketik itu bisa mengubah nasib rakyat Palestina. Inggris secara terbuka berjanji untuk mendirikan “rumah nasional” bagi orang-orang Yahudi di Palestina. Dokumen Balfour dianggap paling kontroversial dan diperdebatkan dalam sejarah modern dunia Arab dan telah membingungkan para sejarawan selama beberapa dekade.

Apa itu Deklarasi Balfour?

Deklarasi Balfour adalah perjanjian berisi 112 kata oleh Inggris pada tahun 1917 yang menyatakan tujuannya untuk membangun “rumah nasional” bagi orang-orang Yahudi di Palestina. Pernyataan itu datang dalam bentuk surat dari Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour yang ditujukan kepada tokoh komunitas yahudi Inggris Lionel Walter Rothschild. Itu dibuat selama Perang Dunia I (1914-1918) dan dimasukkan dalam persyaratan mandat Inggris untuk Palestina setelah pembubaran Kekaisaran Ottoman.

Deklarasi ini bermula pada 1897 dan pendirian organisasi zionis di Swiss oleh Theodore Herzl. Organisasi itu berusaha mewujudkan aspirasi politik zionisme, rumah bagi orang-orang Yahudi di Palestina. Beberapa tahun kemudian, zionis politik mulai mendorong migrasi lebih lanjut ke Palestina dengan harapan Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat akan mendukungnya.

Dikutip MEE, Selasa (25/5), Perdana Menteri Inggris David Lloyd George adalah orang Kristen Evangelis Welsh dan salah satu dari sekelompok politisi Kristen yang taat. Dia menganggap pendirian tanah air Yahudi sebagai pemenuhan nubuatan alkitabiah, bahwa orang-orang yang telah lama teraniaya akan dapat kembali dari pengasingan ke tanah air mereka.

Pada 1914, Pemimpin Zionis Chaim Weizmann melakukan kontak dengan Rothschild dan mulai melobi anggota pemerintah Inggris. Setahun kemudian, kabinet Inggris untuk pertama kalinya membahas gagasan tanah air bagi orang Yahudi di Palestina.

John Bond dari Proyek Balfour mengatakan diskusi di antara para politisi Inggris tidak terlalu berfokus pada agama dan lebih pada keamanan geopolitik. Dia menyebut motifnya adalah imperialisme. Di sini, Inggris melihat adanya manfaat strategis. Sejak dimulainya mandat, Inggris mulai memfasilitasi imigrasi orang-orang yahudi Eropa ke Palestina. Antara 1922 dan 1935, populasi Yahudi meningkat dari sembilan persen menjadi hampir 27 persen.

Meskipun Deklarasi Balfour menyatakan tidak ada yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak sipil dan agama dari komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, mandat Inggris menerapkan cara yang mengorbankan orang Arab Palestina.

Mengapa kontroversial?

Selain soal perjanjian tanah orang yahudi di pemukim Arab Palestina, Deklarasi Balfour merupakan salah satu dari tiga janji masa perang yang saling bertentangan dibuat Inggris. Inggris telah menjanjikan kemerdekaan Arab dari Kekaisaran Ottoman dalam Korespondensi Hussein-MacMahon 1915.

Inggris juga berjanji kepada Prancis dalam perjanjian terpisah, Perjanjian Sykes-Picot 1916 bahwa mayoritas Palestina akan berada di bawah administrasi internasional. Sementara wilayah lainnya akan dibagi antara dua kekuatan kolonial setelah perang.

Bagaimanapun, perjanjian itu membuat Palestina di bawah pendudukan Inggris dan orang Arab Palestina yang tinggal tidak akan memperoleh kemerdekaan. Akhirnya, dalam Deklarasi Balfour memperkenalkan sebuah gagasan rumah nasional. Gagasan ini belum pernah terjadi dalam hukum internasional. Penggunaan istilah “rumah nasional” membuat maknanya menjadi multitafsir.

Republika.co.id

Sosok Sahabat Pembebas Palestina

Di masa Khalifah Umar, para sahabat bebaskan Palestina.

Perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan diri dari kekejian Israel mengingatkan umat Islam terhadap perjuangan para sahabat alaihasalam.

Siapa saja para pejuang dari kalangan sahabat Nabi yang membebaskan Palestina, Ustaz Rafiq Jauhary Lc mengungkapkan dalam tulisannya.

1.Umar bin Khattab dan Prestasinya. 

Dalam tulisannya, Ustaz Rafiq Jauhary memperkenal sosok Umar bin Khattab dan Prestasinya. Di antara julukan yang disematkan pada Khalifah kedua dalam Islam (Umar bin Khattab) adalah ‘Sang Penakluk’. 

“Sebuah julukan hebat yang diberikan kepada seorang yang mampu meruntuhkan Kerajaan Persia dan mengusir Romawi dari bumi Syam, bahkan pimpinan tertingginya Heraklius pun terpaksa harus melarikan diri ke Konstantinopel (kini dikenal menjadi Istanbul, Turki),”katanya saat membagi tulisanya kepada Republika, Sabtu (15/5).

Prestasi besar yang ditorehkan Umar bin Khattab dapat dilihat di tahun kedua dalam kepemimpinannya, dimana beliau beserta pasukannya sejumlah 35.000 orang di bawah panglima Abu Ubaidah bin Jarah mampu menaklukkan Baitul Maqdis, Palestina. 

Cerita ini bermula dari tahun pertama menjabat sebagai Khalifah di tahun ke-13 H Umar bin Khattab membuat sebuah keputusan fenomenal. Umar mencopot Khalid bin Walid dari jabatannya sebagai panglima tentara dan menyerahkannya pada Abu Ubaidah bin Jarah.

“Kebijakan ini mulanya menjadi perbincangan yang hangat, tentu saja karena saat itu Khalid bin Walid memiliki prestasi yang sangat cemerlang,” katanya.

Tidak ada satu wilayah pun yang dilalui Khalid melainkan pasti ditaklukkannya, akan tetapi justru karena itulah beliau mencopotnya dengan alasan kekhawatirannya jika masyarakat berubah mengkultuskan Khalid, seolah dialah pembawa kemenangan.

2. Abu Ubaidah bin Jarah 

Sahabat Abu Ubaidah sebagai sosok Panglima Tentara. Abu Ubaidah yang harus menyesuaikan diri dengan puluhan ribu pasukannya pun akhirnya di tahun pertama mampu menusukkan serangannya ke Ibu Kota negeri Syam, Damaskus. Kota yang dikatakan sebagai surga dunia ini pun berhasil dibebaskan sehingga menjadi awal bergetarnya dominasi Romawi di negeri Syam.

Para komandan di bawah kepemimpinannya pun mampu menunjukkan prestasi bagus, termasuk di antaranya adalah seorang komandan bernama Amru bin Ash yang berhasil memperdaya seorang Aretion Romawi sehingga dirinya pun digelari Aretion Arab.  Amru bin Ash kemudian mengirimkan surat kepada Umar bin Khattab, ia mengatakan.

“Sesungguhnya saya sedang menghadapi peperangan yang sangat sulit untuk ditaklukkan. Adalah kota yang sengaja saya khususkan bagi Anda, terserah mau Anda apakan,” katanya.

Begitu membaca surat ini Umar pun langsung memahami bahwa komandan ini bukan sedang bercanda, dan Umar pun paham bahwa kota yang dimaksud adalah Baitul Maqdis/Palestina.

Pasukan Islam 

Dalam peperangan itu kendali tertinggi tetap berada di bawah Panglima Abu Ubaidah bin Jarah. Untuk menguasai Palestina dari cengkraman Romawi, Ubaidah memiliki 35.000 pasukan yang dipimpin oleh tujuh komandan, masing-masing dari mereka memiliki 5.000 pasukan. 

Mereka adalah:

Khalid bin Walid

Yazid bin Abu Sufyan

Syurahbil bin Hasanah (kavaleri berkuda)

Mirqal bin Hasyim

Musayib bin Najiyah

Qais bin Hubairah

Urwah bin Muhalhil

IHRAM