Khutbah Jumat: Keistimewaan Orang Bertakwa

Apa saja ciri-ciri orang bertakwa menurut Allah SWT?

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah,

Marilah kita bersyukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpah samudera kenikmatan yang tercurah kepada kita. Teriring sholawat dan keselamatan semoga Allah SWT senantiasa limpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.

Marilah kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah SWT, sepanjang waktu dan di setiap tempat. Semoga kelak kita dipanggil Allah SWT dengan iman dan takwa yang terpatri dalam sanubari kita, aamiin.

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah,

Allah SWT menggariskan bahwa kemuliaan seseorang dihadapan-NYA tidak dilihat seberapa kekayaannya, sebagus apa raut wajahnya atau setinggi apa kekuasaan dan pangkatnya. Tetapi seberapa derajat ketakwaannya kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Terjemahnya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al – Hujurat ayat 13).

Dari ayat diatas jelas dipahami bahwa kemuliaan seseorang tidak dilihat jenis kelaminnya, laki atau perempuan, apa bangsanya serta dari suku apa ia berasal karena semua itu semata-mata atas pemberian Allah. Bukan didapat melalui usaha yang dilakukan manusia. Kemuliaan manusia dihadapan Allah dilihat dari kualitas ketakwaannya kepada Allah yang itu dapat dicapai melalui usaha yang dilakukan manusia.

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah,

Kata takwa secara bahasa berarti terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.

Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar, menjelaskan takwa dari kata wiqayah yang berarti memelihara. Yaitu memelihara hubungan baik dengan Allah SWT, jangan sampai terperosok kepada perbuatan yang tidak diridhoi dan memelihara segala perintah-Nya agar dapat dijalankan. Memelihara kaki jangan terperosok ke tempat yang penuh lumpur atau duri.

Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu berhati-hati menjaga setiap tutur kata dan laku perbuatannya dari setiap hal yang dilarang atau dimurkai Allah. Pada saat yang sama setiap perbuatan yang dilakukan menjadikan Allah ridha kepadanya.

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah,

Ada beberapa indikator untuk mengukur derajat ketakwaan kita masing-masing, sebagaimana firman Allah :

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Terjemahnya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (QS. Ali Imran ayat 133)

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Terjemahnya : (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran ayat 134).

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah,

Menurut ayat diatas, setidaknya ada empat indikator orang bertakwa, yaitu:

Pertama, orang bertakwa adalah orang yang memiliki jiwa sosial tinggi. Ia suka menafkahkan hartanya, baik ketika sedang berlimpah maupun dalam situasi yang sulit. Tidak menunggu kaya agar dapat berinfaq, dalam situasi yang serba terbatas, bahkan kekurangan sekalipun ia berusaha untuk menyisihkan sebagian riski yang dimiliki untuk dinafkahkan di jalan Allah.

Kedua, indikator orang bertakwa adalah memiliki kemampuan untuk menahan diri, mengendalikan hawa nafsu, terutama ketika dalam keadaan marah. Marah adalah salah satu sifat dasar manusia, terutama karena suatu sebab yang mendorongnya untuk marah. Tetapi orang bertakwa mampu menahan diri untuk tidak marah, meskipun ia memiliki sebab untuk marah.

Ketiga, tanda orang bertakwa berikutnya adalah mudah memaafkan kesalahan orang lain. Meminta maaf atas kesalahan yang kita perbuat kepada orang lain itu sulit, tapi jauh lebih sulit memaafkan kesalahan orang lain kepada kita. Apalagi kalau orang tersebut tidak pernah merasa bersalah dan meminta maaf kepada kita.

Keempat, orang bertakwa adalah orang yang berbuat ihsan, yaitu melakukan kebaikan melebihi apa yang seharusnya diberikan. Misalkan ongkos parkir sepeda motor 2000 rupiah. ihsan berarti berbuat baik dengan memberikan lebih dari seharusnya, yaitu diberikan 4000 rupiah kepada petugas parkirnya.

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah,

Begitu beratnya menjadi orang bertakwa, Allah SWT menjanjikan keutamaan yang sangat besar, salah satunya sebagaimana firman Allah SWT :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

Terjemahnya : …dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (QS. At Talaq ayat 2)

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ

Terjemahnya: Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya (QS. At Talaq ayat 3)

Dari ayat tersebut, Allah SWT memberikan karunia yang luar biasa bagi orang yang bertakwa, yaitu memberikan jalan keluar dari segala macam persoalan kehidupan. Setiap manusia dalam kehidupannya pasti dihadapkan oleh permasalahan-permasalahan kehidupan. Allah SWT memberikan jaminan apabila yang menghadapi masalah adalah orang yang bertakwa, maka Allah memberikan jalan keluarnya. Termasuk apabila yang dihadapi terkait masalah ekonomi, maka Allah akan memberikannya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka datangnya.

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah,

Itu adalah balasan Allah bagi orang bertakwa di dunia, sementara dalam kehidupan di akhirat Allah menjanjikan sebagaimana firman-Nya :

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ

فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ

Terjemah : Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.

(QS. Al – Qamar ayat 54-55)

Demikian keutamaan yang akan diperoleh bagi orang-orang yang bertakwa.

اَقُوْلُ قَوْلِي هذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْم لِي وَلَكُمْ, اِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

Khutbah Kedua

انّ الْحَمْدَللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسَتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ

حَمْدًا وَشُكْرًا للهِ الَّذِيْ اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الاِيْمَانِ وَالاِسْلَامِ

اللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ

يَا اَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

semoga kita semua mampu menjadikan diri kita sebagai hamba yang bertakwa, mengamalkan prilaku orang-orang yang bertakwa dan kelak dipanggil menghadap kepada Allah dengan ketakwaan yang melekat di hati kita masing-masing. aamiin

للّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الاَحْيِاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وِ يَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْم يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِيْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ, أَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ

Oleh : Moch. Arief Luqman Hakim, Penulis : Mubaligh Muhammadiyah

KHAZANAH REPUBLIKA

Jamaah Asing Tak Karatina Bila Vaksin Seusai Arab Saudi

Jamaah umrah asing yang menerima dua dosis vaksin Covid-19 yang disetujui Arab Saudi, tidak perlu melakukan karantina. Hal ini diumumkan oleh Kementerian Haji dan Umrah Saudi.

Peziarah yang telah divaksinasi penuh saat ini dapat melakukan perjalanan langsung ke kota suci Makkah. Kementerian menjelaskan, mereka bisa langsung mulai melakukan umrah tanpa perlu menjalani karantina institusional. 

Kementerian juga mengatakan, periode tinggal di Kerajaan bagi para peziarah yang datang dari luar negeri kini telah ditingkatkan menjadi 30 hari. 

Dilansir di Saudi Gazette, Kamis (1/12), sebelum larangan perjalanan diberlakukan menyusul pecahnya pandemi Covid-19, aturan serupa telah diberlakukan. Ketika larangan sementara jamaah umrah dicabut dan layanan dilanjutkan pada 1 November 2020, jamaah asing diizinkan tinggal hanya 10 hari di Kerajaan. 

Saat ini, otoritas terkait menetapkan seluruh jamaah asing yang berusia 18 tahun ke atas akan diberikan izin masuk ke Arab Saudi dan melaksanakan umrah. Hal ini sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Saudi. 

Adapun bagi jamaah haji domestik, siapa pun yang berusia 12 tahun ke atas akan diizinkan untuk melakukan umrah. 

Kementerian Haji dan Umrah lantas mengklarifikasi persyaratan jamaah umrah dari negara-negara yang tidak termasuk dalam larangan perjalanan hanya inokulasi dengan dua dosis vaksin virus corona yang disetujui oleh Kerajaan. Mereka tidak lagi diwajibkan mematuhi ketentuan karantina institusional. 

Karantina institusional selama 3 hari diperlukan untuk jamaah asing yang diimunisasi dengan dua dosis vaksin, yang disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Jamaah tersebut harus melakukan tes laboratorium PCR setelah 48 jam karantina institusional. Mereka akan diperbolehkan melakukan umrah secara langsung jika menyerahkan laporan PCR negatif. 

Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman baru-baru ini mengeluarkan perintah, yang memungkinkan pemanfaatan kapasitas penuh Masjidil Haram dan Masjid Nabawi untuk menerima peziarah dan jamaah. 

Selanjutnya, Kementerian Haji dan Umrah dan Kepresidenan untuk Urusan Dua Masjid Suci telah bersiap menampung jumlah maksimum jamaah, baik dari dalam dan luar negeri di Dua Masjid Suci. 

Saat ini, batas usia maksimum 50 tahun bagi jamaah haji yang datang untuk melakukan umrah dari luar Arab Saudi telah dicabut. Sebelumnya, kementerian menetapkan batas usia, minimal 18 tahun dan maksimal 50 tahun, untuk membuat janji dan mengeluarkan izin umrah. 

Kementerian juga baru-baru ini meluncurkan layanan penerbitan izin umrah serta akses ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, bagi mereka yang datang dari luar Kerajaan melalui aplikasi Eatmarna dan Tawakkalna. 

Meski langkah-langkah jarak sosial telah dicabut, para peziarah masih diharuskan memakai masker dan membuat reservasi untuk melakukan umrah dan sholat, untuk memverifikasi status imunisasi mereka di pintu masuk Masjid Suci. 

https://saudigazette.com.sa/article/614224/SAUDI-ARABIA/No-institutional-quarantine-for-Umrah-pilgrims-who-took-2-shots-of-Saudi-approved-vaccines

IHRAM

Hukum Mencicil Bacaan Surah Al-Kahfi di Hari Jumat

Di antara perkara yang sering ditanyakan sebagian orang adalah mengenai hukum mencicil bacaan surah Al-Kahfi di hari Jumat. Pasalnya, terdapat sebagian orang yang tidak bisa menuntaskan bacaan surah Al-Kahfi dengan sekali duduk, melainkan harus dicicil hingga dua sampai tiga kali agar surah Al-Kahfi itu bisa sempurna dibaca. Sebenarnya, bagaimana hukum mencicil bacaan surah Al-Kahfi di hari Jumat?

Menurut para ulama, kesunnahan waktu membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat dimulai sejak matahari terbenam di hari Kamis hingga matahari terbenam di hari Jumat. Selama surah Al-Kahfi dibaca dalam rentang waktu tersebut, baik dibaca dengan sekali duduk selesai maupun dicicil hingga dua sampai tiga kali, maka hal itu sudah memenuhi kesunnahan membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat.

Oleh karena itu, boleh bagi seseorang mencicil bacaan surah Al-Kahfi di hari Jumat. Ia boleh mencicil bacaan surah Al-Kahfi sampai dua atau tiga kali hingga dia bisa merampungkan bacaan surah Al-Kahfi itu dengan sempurna.

Ini sebagaimana disebutkan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah berikut;

وظاهر الأحاديث أنه لا يلزم أن تقرأ السورة دفعة واحدة، بل لو فرق قراءتها في أثناء اليوم حصل المأمور به، إذ المقصود أن تقع قراءة جميع السورة في ذلك الوقت المخصوص، وكذا لو قرأها في الصلاة فلا بأس، إذ المقصود من قراءتها يحصل بذلك وإن كانت المبادرة إلى قراءتها وعدم تأخير قراءة شيء منها أولى مسارعة إلى فعل الخير وامتثالاً لقوله تعالى فاستقبوا الخيرات

Berdasarkan redaksi hadis-hadis (mengenai keutamaan membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat) diketahui bahwa surah Al-Kahfi tidak harus dibaca langsung sekaligus, bahkan bila dibaca terpisah di siang hari (Jumat), maka perintah telah dijalankan, karena maksud perintah untuk membaca seluruh surat di waktu khusus tersebut telah dijalankan. Begitu juga tidak masalah membaca surah Al-Kahfi saat shalat. Walaupun tentunya menyegerakan membaca dan tidak menundanya itu lebih baik dalam menunaikan kebaikan dan juga telah sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah; Maka berlomba-lombalah kalian dalam berbuat kebajikan.

Dengan demikian, selama surah Al-Kahfi itu dibaca dalam rentang waktu antara terbenamnya matahari di hari Kamis dan terbenamnya matahari di hari Jumat, baik dibaca utuh sekali duduk maupun dicicil, maka hal itu sudah dinilai telah memenuhi kesunnahan membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat.

BINCANG SYARIAH

Kesunahan dan Keutamaan Shalat Sunnah Fajar

Shalat sunnah fajar adalah salah satu amalan sunnah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah. Shalat yang memiliki keutamaan yang tak ternilai harganya. Salat fajar dilakukan dengan dua rakaat pada saat sebelum shalat subuh. Cara mengerjakannya adalah sama seperti salat-salat lainnya. Namun disebutkan dalam sebuah keterangan hadis bahwa shalat sunnah fajar ini dilakukan dengan ringan, atau tidak dengan memanjangkan bacaannya. Yang penting tetap dengan menjaga syarat dan rukun dalama syarat. Hal tersebut ditunjukkan oleh kisah berikut :

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ حَفْصَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ الْأَذَانِ لِصَلَاةِ الصُّبْحِ وَبَدَا الصُّبْحُ رَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تُقَامَ الصَّلَاةُ

Dari Ibnu Umar, beliau berkata bahwasanya Hafshah Ummul Mukminin telah menceritakan kepadanya bahwa dahulu bila muazin selesai mengumandangkan azan untuk salat subuh dan telah masuk waktu subuh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan salat sunnah dua rakaat dengan ringan sebelum melaksanakan salat subuh.

Salah satu yang membedakan shalat sunah fajar dengan lainnya adalah terletak pada keutamaannya. Shalat sunnah fajar ini dikatakan sebagai salat yang lebih baik dari pada dunia dan seisinya, sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah, Rasulullah bersabda:

ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها

Dua rakaat salat fajar lebih baik dari pada dunia dan seisinya.”

Shalat sunnah yang ringan dikerjakan namun pahalanya mengalahkan segenap perhiasan dunia. Di samping keutamaan itu, ada riwayat yang menyebutkan bahwa shalat sunnah fajar juga meminimalisasi pertengkaran antarkeluarga, dan juga menjadikannya khusnul khatimah. Dalam riwayat disebutkan,

من صلى سنة الفجر في بيته يوسع له رزقه ويقل المنازعة بينه وبين اهله ويختم له با لإيمان

Barangsiapa yang melakukan shalat sunnah fajar di rumahnya maka ia akan dilapangkan rezekinya, disedikitkan orang yang berseteru di antaranya dan keluarganya, serta usianya ditutup dengan membawa iman.

Rupanya keutamaan shalat sunnah fajar tidak hanya lebih berharga dari dunia dan seisinya. Namun juga membuat damai keluarga, perseteruan jarang terjadi, dan semuanya tentram dengan setiap keadaan. Bahkan lebih dari itu, shalat sunnah fajar bisa membuat seseorang meninggal dengan keadaaan husnul khatimah, yakni menutup usia dengan membawa imannya. Subhanallah, sedemikian luar biasanya salat sunnah fajar ini. Semoga kita bisa mendawamkan salat sunnah ini. Amin.

BINCANG SYARIAH

Khutbah Jumat: Menemukan Kembali Warisan Rasulullah ﷺ

Sebuah kisah sahabat mengingatkan kita tentang pentingnya memburu warisan yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad, apakah warisan tersebut?

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Ma`asyiral Muslimin Rahimakumullah

Diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani bahwa pada suatu pagi, Abu Hurairah pergi ke sebuah pasar. Di situ beliau melihat sebagian orang tenggelam dalam aktivitas bisnis. Mereka asyik melakukan transaksi jual-beli. Abu Hurairah ingin mengingatkan mereka agar tidak sibuk dalam masalah duniawi saja dengan melupakan urusan akhirat. “Wahai penghuni pasar, alangkah lemahnya kalian.”

Mereka bertanya penasaran, “Apa maksudmu, wahai Abu Hurairah?” “Itu, warisan Rasulullah sedang dibagikan sementara kalian masih di sini. Mengapa kalian tidak pergi ke sana untuk mengambil jatah kalian?” “Di mana?” Abu Hurairah menjawab: “Di masjid.”

Maka mereka keluar dengan cepat. Abu Hurairah berdiri menjaga barang mereka sampai mereka kembali. Setelah para penghuni kembali dari masjid, Abu Hurairah bertanya, “Ada apa dengan kalian?” Mereka menjawab, “Wahai Abu Hurairah, kami telah datang ke masjid, kami masuk ke dalamnya tapi tidak ada yang dibagi.”
Abu Hurairah bertanya, “Apa kalian tidak melihat seseorang di masjid?” Mereka menjawab, “Kami melihat orang-orang yang shalat, membaca Al-Qur’an, dan orang yang mempelajari halal-haram.” Abu Hurairah berkata, “Celaka kalian, itulah warisan Muhammad ﷺ.

Hadirin Rahimakumullah

Riwayat di atas memberi banyak pelajaran berharga tentang pentingnya memburu warisan yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad. Bukan harta, uang, kendaraan, rumah, atau dinar yang menjadi warisan. Tapi warisan itu berupa mengerjakan shalat, membaca Al-Qur`an, dan mempelajari halal-haram.

Warisan pertama adalah shalat. Shalat merupakan tiang agama. Shalat menjadi amal yang pertama kali dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Rasul menggambarkan seorang mukmin yang menunaikan shalat wajib seperti orang yang mandi sebanyak lima kali dalam satu hari. Ia akan selalu berada dalam keadaan bersih, bersih dari noda dan kotoran, dosa-dosanya rontok seiring bacaan dan gerakan shalatnya.

Dalam shalat ada komunikasi dan dialog dengan Tuhan, momentum untuk menumpahkan segala asa dan perasaan, bersimpuh sujud, memohon petunjuk, dan hidayah-Nya. Dinamakan shalat, kata Habib Alwi bin Shahab, karena ia adalah shilah (penghubung) antara seorang hamba dengan Tuhannya. Jika shalatnya terputus, maka hubungan seorang hamba dengan Tuhannya menjadi terputus juga.

Sayangnya, tidak sedikit umat Islam yang meremehkan waktu-waktu shalat, ada yang menunda dalam melaksanakannya, tidak bersungguh-sungguh, hanya sekadar menggugurkan kewajiban, dan bahkan sampai pada taraf meninggalkannya. Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad mengatakan, “Di antara perbuatan yang bisa menyebabkan kematian yang buruk (su`ul khatimah) adalah meninggalkan shalat.”

Jama`ah Shalat Jum`at

Warisan kedua Rasulullah adalah membaca Al-Qur`an. Al-Qur`an merupakan kitab rujukan utama. Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang lebih indah susunan kata-katanya, jelas dalam memberikan keterangan, mencakup segala aspek, bersih dari tangan-tangan jahil, melebihi Al-Qur`an.

Hanya saja, seiring berjalannya waktu, membaca Al Qur`an semakin terpinggirkan, kalah riuh oleh asyiknya bermain game online atau mendengarkan musik. Anak-anak kita lebih pandai melantunkan lirik-lirik lagu dan lincah menggerakkan jari-jemari untuk bermain game.

Di sisi lain, orang tua lebih sibuk untuk membuat putra-putri mereka sukses di dunia daripada memikirkan kehidupan mereka selepas mereka hidup dunia ini. Al-Qur`an menjadi perhatian hanya di masa bangku sekolah dasar, itupun cukup di TPQ. Sementara itu, para orang tua tidak merasa bersalah ketika mereka tidak memberi contoh membaca Qur`an karena ketidakmampuannya.

Selepas sekolah dasar, anak-anak tak lagi berhasrat atau tidak dimotivasi untuk memperdalam Al Qur`an. Mereka dikondisikan untuk lebih fokus dengan materi pelajaran yang tidak seimbang antara kebutuhan spiritual dan intelektual. Sayidina Abdulah bin Mas`ud pernah berkata, “Jika kalian menginginkan ilmu, maka sebarluaskan Al-Qur`an sebab di dalamnya tersimpan ilmu orang-orang terdahulu dan yang akan datang.”

Ma`syiral Muslimin Rahimakumullah

Warisan ketiga adalah mengetahui status halal-haram. Warisan terakhir ini memberi hikmah kepada kita tentang pentingnya mengenal status halal-haramnya suatu barang, makanan, atau perbuatan yang akan kita lakukan. Sikap kehati-hatian dalam halal-haram tampak dari sikap Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Suatu hari, usai kembali dari pasar beliau meminum segelas susu. Beliau meminum susu tersebut tanpa curiga sedikit pun tentang asal-usul segelas susu tersebut.
Saat itu, pembantu beliau masuk rumah dan menyaksikan tuannya telah menghabiskan segelas susu yang dia letakkan di atas meja, selanjutnya ia berkata, “Ya Tuanku, biasanya sebelum engkau memakan dan meminum sesuatu pasti menanyakan lebih dulu asal makanan dan minuman tersebut, mengapa sewaktu meminum susu tadi engkau tidak bertanya sedikit pun tapi langsung meminumnya?”

Dengan rasa kaget Abu Bakar bertanya, “Memangnya susu ini dari mana?” Pembantunya menjawab, “’Begini, ya Tuanku, pada zaman jahiliyah dulu dan sebelum masuk Islam, saya adalah kahin (dukun) yang menebak nasib seseorang. Suatu kali setelah saya ramal nasib seorang pelanggan, dia tidak sanggup membayar karena tidak punya uang, tapi dia berjanji suatu saat akan membayar. Tadi pagi saya bertemu di pasar dan dia memberikan susu itu sebagai bayaran untuk utang yang dulu belum sempat dia bayar.”

Mendengar itu, Abu Bakar memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut agar muntah. Beliau berusaha untuk mengeluarkan susu tersebut dari perutnya tanpa tersisa sedikit pun. Beliau sampai pingsan karena berusaha memuntahkan seluruh susu yang telanjur beliau minum, lalu berkata, “Walaupun saya harus mati karena mengeluarkan susu ini dari perut saya, saya rela. Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap daging yang tumbuh dari sumber yang haram maka neraka adalah tempat yang pantas baginya.”

Kaum Muslimin yang Dimuliakan Allah

Ketiga warisan Nabi yaitu menunaikan shalat, membaca Al-Qur`an, dan mengetahui hal-hal yang halal dan haram, merupakan warisan yang harus kita jaga dengan sungguh-sungguh. Shalat tepat pada waktunya dengan berjama`ah, membaca Al Qur`an sesuai tajwid lalu berusaha memahami dan mengamalkannya, dan mengetahui status halal-haram pada suatu barang dengan tepat dan teliti.

Jika warisan duniawi begitu disukai meski bersifat sementara, yang akan sirna seiring berlalunya waktu, maka tiga warisan di atas harus lebih kita utamakan dari masa ke masa, karena ketiga warisan ini akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

HIDAYATULLAH

Berapa Kali Sebaiknya Membaca Surah Al-Kahfi di Hari Jumat?

Pada malam atau hari Jumat, kita dianjurkan untuk membaca surah Al-Kahfi. Berdasarkan beberapa hadis, terdapat beberapa keutamaan membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat, di antaranya perbuatan dosa kita diampuni oleh Allah hingga Jumat berikutnya. Namun berapa kali sebaiknya kita membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat, apakah cukup hanya sekali saja?

Menurut para ulama, membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat tidak ada batasan maksimalnya. Kita dianjurkan untuk membaca surah Al-Kahfi sebanyak yang kita bisa di hari Jumat. Semakin banyak surah Al-Kahfi yang kita baca, maka semakin banyak pahala dan keutamaan yang akan kita peroleh.

Bahkan menurut sebagian ulama Syafiiyah, dianjurkan membaca surah Al-Kahfi hingga tiga kali, dan ini merupakan batas minimal dari anjuran memperbanyak membaca surah Al-Kahfi. Lebih dari tiga kali, maka hal itu lebih baik.

Ini sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Abu Bakar Syatha dalam kitab I’anatut Thalibin berikut;

وأن يكثر منها) أي ويسن أن يكثر من قراءة سورة الكهف، وأقل الاكثار ثلاث مرات، كما في حواشي المحلى، وحواشي المنهج

Dianjurkan memperbanyak membaca surah Al-Kahfi, artinya disunnahkan memperbanyak membaca surah Al-Kahfi, dan batasan minimal dalam hal ini adalah tiga kali, sebagaimana disebutkan dalam kitab Hawasyi Al-Mahalli dan Hawasyi Al-Minhaj.

Bahkan dalam kitab Al-Bujairimi ‘ala Al-Khatib disebutkan bahwa memperbanyak membaca surah Al-Kahfi di malam dan hari Jumat lebih baik dibanding memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi Saw. Syaikh Sulaiman Al-Bujairimi berkata sebagai berikut;

ويستحب الاكثار من قراءتها وأقل الاكثار ثلاث مرات، وهي افضل من الصلاة على النبي صلى الله علىه وسلم

Dianjurkan memperbanyak membaca surah Al-Kahfi dan batasan minimalnya dalam hal ini adalah tiga kali. Hal itu lebih utama dibanding membaca shalawat atas Nabi Saw.

Dengan demikian, berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada batasan maksimal dalam membaca surah Al-Kahfi di malam atau hari Jumat. Kita dianjurkan untuk sebanyak mungkin membacanya, setidaknya hingga tiga kali. Wallahu a’lam bis shawab wa muradih.

BINCANG SYARIAH

Amphuri: Karantina Buat Biaya Umroh Lebih Mahal

Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) berharap pemerintah mampu menekan harga umroh di masa pandemi. Amphuri menilai perlu segera dilakukan koordinasi antarkementerian agar biaya umroh di masa pandemi tidak terlalu tinggi.

“Ini penting sekali koordinasi lintas kementrian untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak akan menimbulkan biaya terlalu besar,” kata Ketua Umum Amphuri, Firman M Nur, Rabu (1/12).

Firman berharap pemerintah tidak membuat kebijakan yang semakin memberatkan jamaah. Oleh karena itu, ia berharap ada jalan tengah terkait karantina.

“Kami dari Amphuri mengusulkan kepada kementrian kesehatan dan kementerian agama untuk melakukan koordinasi dan mempertimbangkan dengan baik mungkin bisa jamaah umroh ini dilakukan pengecualian teknis karantina,” katanya.

Ia yakin umroh menjadi salah satu perjalanan yang akan mendapatkan pengawasan ketat. Oleh karena itu, jamaah pun akan dibekali pengetahuan yang memadai termasuk memenuhi syarat perjalanan seperti tes PCR hingga vaksinasi lengkap.

“Nah pada saat di Saudi telah melakukan pengetatan kemudian monitor yang ketat juga tentang ibadahnya dan kegiatan sehari hari mereka dan pulang juga akan di PCR,” katanya.

IHRAM

10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada (Bag. 3)

Baca pembahasan sebelumnya pada artikel 10 Kunci Merahi Rasa Lapang Dada (Bag. 2).

Bismillah wal hamdulillah, wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.

Sebab kedua, cahaya keimanan yang Allah karuniakan ke dalam hati hamba-Nya

Hakikat iman

Pembahasan mengenai iman merupakan pembahasan yang paling banyak dibicarakan oleh ulama. Bahkan banyak sekali kitab yang ditulis ulama yang dikhususkan untuk pembahasan iman ini. Di dalam hadis Jibril yang sangat panjang, Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan tentang hakikat iman ini.

الإيمان: أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره

“Iman adalah mengimani keberadaan Allah Ta’ala, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, beriman pada hari akhir, dan mengimani takdir; baik yang menyenangkan maupun yang buruk.”

Syekh Ibnu Taimiyyah Rahimahullah memberikan penjelasan terkait hadis ini. Beliau menjelaskan bahwa Rasullullah pada hadis ini membagi agama Islam menjadi tiga tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah ihsan, lalu tingkatan berikutnya adalah iman, dan yang terakhir adalah Islam. Maka, setiap orang yang beriman adalah seorang muslim. Tidaklah setiap orang yang mukmin itu sampai pada tahap ihsan. Begitu juga tidak setiap orang muslim itu mukmin atau beriman. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam kepada salah satu penduduk Syam,

” أسلم تسلم “. قال: وما الإسلام؟ قال: ” أن تسلم قلبك لله، وأن يسلم المسلمون من لسانك ويدك “. قال: فأي الإسلام أفضل؟ قال: ” الإيمان “. قال: وما الإيمان؟ قال: ” أن تؤمن بالله وملائكته، وكتبه ورسله، وبالبعث بعد الموت “. قال: فأي الإيمان أفضل؟ قال: ” الهجرة “. قال: وما الهجرة؟ قال: ” أن تهجر السوء

“Masuk Islamlah! Maka kamu akan selamat. Lalu laki-laki tersebut berkata, ‘Apa itu Islam?’ Rasulullah menjawab, ‘Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah Ta’ala, dan kaum muslimin selamat dari lisan serta tanganmu.’ Laki-laki itu bertanya kembali, ‘Lalu bagaimana Islam yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Beriman kepada Allah Ta’ala, malaikatnya, kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, serta beriman kepada hari kebangkitan setelah kematian.’ Lalu laki-laki tersebut bertanya kembali, ‘Bagaimanakah iman yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Berhijrah.’ Laki-laki tersebut bertanya kembali, ‘Hijrah itu apa?’ Rasulullah menjawab, ‘Engkau meninggalkan keburukan’” (HR. Ahmad).

Telah datang juga hadis sahih dari Nabi yang artinya, “Seseorang itu dikatakan muslim apabila kaum muslimin selamat dari lisan serta tangannya. Orang dikatakan mukmin apabila manusia merasa aman dari dirinya terhadap darah-darah dan harta-harta mereka.”

Dari sini bisa kita ketahui bahwa keimanan bukan hanya sekedar keyakinan dalam jiwa, namun harus terealisasi juga di dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang sudah disepakati ulama ahlussunnah wal jamaah saat memberikan definisi tentang iman.

اعتقاد بالقلب وقول باللسان وعمل بالجوارح، وهو يزيد وينقص، يزيد بالطاعات وينقص بالمعاصي.

“Iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkannya dengan lisan, serta merealisasikannya dengan beramal menggunakan anggota badan. Bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan kemaksiatan.”

Cahaya iman sebab lapang dada

Di dalam bahasa Arab, kata iman berasal dari kata الأمن “Al-Amnu” yang artinya adalah rasa aman. Lawan katanya adalah rasa takut. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فإن خفتم فرجالا أو ركبانا، فإذا أمنتم فاذكروا الله كما علمكم ما لم تكونوا تعلمون

Jika kamu takut (ada bahaya), salatlah sambil berjalan kaki atau berkendaraan. Kemudian apabila telah aman, maka ingatlah Allah (salatlah), sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui(QS. Al-Baqarah: 239).

Dari sisi bahasa saja kita bisa mengetahui bahwa keimanan akan menimbulkan rasa aman dan kelapangan dada, sebagaimana juga firman Allah Ta’ala,

أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِۦ ۚ

Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk menerima agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)?” (QS. Az-Zumar: 22).

Syekh Abdurrazzaq Hafidzhahullah menjelaskan, “Maksud dari ayat ini bahwa dia berada pada cahaya yang Allah berikan kepadanya, sebagai pemberian dan keutamaan baginya. Cahaya yang dimaksud di sini adalah cahaya iman. Hal itu dikarenakan dia melapangkan dada dan meluaskannya, serta membahagiakan hati. Maka jika cahaya ini hilang dari seorang hamba, maka rasa sempit dan sesak akan menghantuinya. Begitu pun kadar kelapangan hati seorang hamba itu tergantung dari cahaya ini.”

Ibnu Rajab Rahimahullah berkata, “Hati yang dimasuki cahaya iman akan merasa lapang dan lega sehingga ia akan mudah condong kepada kebaikan, tenang dengannya, dan menerimanya. Begitu juga dia akan lari dari kebatilan, dan membencinya, serta tidak akan menerimanya.”

Maka sudah selayaknya bagi seorang hamba untuk berambisi di dalam mendapatkan cahaya ini. Berharap kepada Allah Ta’ala untuk menjadikannya termasuk dari orang-orang yang Allah muliakan dengan cahaya iman ini; yang mana hal itu merupakan anugerah dan kemuliaan yang hanya Allah berikan kepada hamba yang Dia kehendaki. Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman,

وَلٰكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِيْمَانَ وَزَيَّنَهٗ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الرَّاشِدُوْنَۙ  – فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَنِعْمَةً ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha mengetahui, Maha bijaksana” (QS. Al-Hujurat: 7-8).

Cahaya iman itu karunia dari Allah

Merupakan kewajiban seorang hamba meminta kepada Allah untuk memperbaharui keimanan di hatinya, sehingga bertambah pula cahaya keimanan yang ia dapatkan. Al-Hakim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,

إِنَّ الإِيْمَانَ لَيَخْلُقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلُقُ الثَّوْبُ، فَاسْأَلُوْا اللهَ أَنْ يُجَدِّدَ الإِيْمَانَ فِي قُلُوْبِكُمْ

“Sesungguhnya iman benar-benar bisa menjadi usang di dalam tubuh seseorang dari kalian sebagaimana usangnya pakaian. Maka memohonlah kepada Allah supaya memperbarui iman di hati kalian.”

Imam Muhammad bin Aslam Atthusi Rahimahullah berkata, “Iman itu bersumber dari Allah Ta’ala, yang mana Dia berikan sebagai karunia untuk hambanya yang dikehendaki. Dimana ketika Allah meletakkan cahaya di hatinya, maka akan terang hatinya, akan lapang dadanya, dan bertambahlah keimanannya. Kemudian jika Allah Ta’ala telah menerangi hati seorang hamba, menghiasinya dengan keimanan, dan membuatnya mencintai hal tersebut, maka hatinya akan mengimani Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan keseluruhan takdir; baik itu takdir yang baik maupun yang buruk.  Begitu pun orang yang sudah Allah terangi cahaya ke dalam hatinya akan dapat mengimani hari kebangkitan, hari perhitungan, beriman dengan surga dan neraka, seolah-olah ia melihat langsung hal tersebut. Itu semua berkat karunia cahaya yang Allah tanamkan di hatinya.

Jika hati seseorang sudah beriman dan lisan sudah memberikan persaksian, maka anggota tubuh secara otomatis akan bekerja melaksanakan perintah Allah, dan menjalankan konsekuensi keimanan, serta melaksanakan semua hak-hak Allah yang ada pada dirinya. Dia juga akan menjauhi larangan-larangan yang telah Allah larang. Dia melakukan itu semua karena mengimani dan membenarkan apa yang ada di hatinya dan di lisannya. Sehingga apabila seorang muslim merealisasikan semua itu, maka dia dikatakan telah beriman.”

[Bersambung]

 ***

Penulis: Muhammad Idris

Sumber: https://muslim.or.id/70657-sepuluh-kunci-meraih-rasa-lapang-dada-bag-3.html