Terompet Adalah Ciri Khas Ibadah Kaum Yahudi

Malam tahun baru tidak afdhal kalau tidak ada terompet, menurut mereka yang merayakannya. Di negara kita, sudah menjadi tradisi sebagian kaum Muslimin merayakannya dan ikut-ikutan meniup terompet. Akan tetapi perlu diketahui bahwa terompet merupakan ciri khas ibadah kaum Yahudi sebagaimana dalam hadits berikut.

فعن أبي عميرٍ بن أنسٍ عن عمومةٍ له من الأنصار قال: “اهتم النبي – صلى الله عليه وسلم – للصلاة كيف يجمع الناس لها؟ فقيل له: انصب راية عند حضور الصلاة فإذا رأوها آذن بعضهم بعضاً، فلم يعجبه ذلك، قال: فذكر له القنع يعني الشبور (هو البوق كما في رواية البخاري) ، وقال زياد: شبور اليهود، فلم يعجبه ذلك، وقال: ((هو من أمر اليهود))، قال فذكر له الناقوس، فقال: ((هو من أمر النصارى))، فانصرف عبد الله بن زيد بن عبد ربه وهو مهتمٌ لهمِّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم -، فأُريَ الأذان في منامه

Dari Abu ‘Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk shahabiyah Anshor, “Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, ‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai teropet. Nabi pun tidak setuju, beliau bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.’ Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, ‘Itu adalah perilaku Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pulang dalam kondisi memikirkan agar yang dipikirkan Nabi. Dalam tidurnya, beliau diajari cara beradzan.”[1]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyukai terompet Yahudi yang ditiup dengan mulut dan lonceng Nashrani yang dipukul dengan tangan. Beliau beralasan karena meniup terompet merupakan perbuatan orang Yahudi dan membunyikan lonceng itu merupakan perbuatan orang Nashrani. Karena penyebutan sifat setelah hukum menunjukkan alasan (pelarangan) tersebut. Hal ini menunjukkan larangan beliau dari seluruh perkara yang merupakan kebiasaan Yahudi dan Nashrani.”[2]

Kesamaan fisik dan zhahir bisa membuat kedekatan hati dan batin

Mungkin ada yang bertanya, mengapa hanya sekedar mirip sedikit kemudian meniru dalam ciri khas ibadah mereka sudah dilarang? Maka jawabannya, kesamaan fisik dan zhahir bisa membuat kedekatan hati dan batin. Contoh sederhananya, misalnya jika seseroang bertemu dengan orang lain yang seragamnya sama, maka ia akan langsung merasa dekat dan bisa jadi akrab. Atau bertemu dari suku dan asal yang sama, maka ia bisa langsung akrab dan merasa ada kesatuan hati. Inilah adalah sebab larangan menyerupai suatu kaum. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَمِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”[3]

Walaupun dalam hal yang mungkin dianggap kecil seperti terompet, akan tetapi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan hal ini. Karena sedikit demi sedikit, sejengkal demi sejengkal dan mulai dari hal yang kecil akan mengikuti mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَا لَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَ ذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”[4]

Berkata Sufyan Ibnu ‘Uyainah dan yang lainnya dari kalangan salaf,

ولهذا كان (2) السلف (3) سفيان بن عيينة (4) وغيره، يقولون: إن (5) من فسد من علمائنا ففيه شبه من اليهود! ومن فسد من عبّادنا ففيه شبه من النصارى

Sungguh orang yang rusak dari kalangan ulama kita, karena penyerupaannya dengan Yahudi. Dan orang yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita, karena penyerupaannya dengan Nashrani.”[5]

Orang nashrani dan yahudi tidak akan ridha sampai kita mengikuti mereka. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al-Baqarah: 120).

Catatan kaki [1] HR. Abu Daud, shahih [2] Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim 1/356, Dar A’Alamil Kutub, Beirut, cet. VII, 1419 H, tahqiq: Nashir Abdul Karim Al-‘Aql, syamilah [3] HR. Ahmad dan Abu Daud. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dalam Irwa’ul Ghalil no. 1269. [4] HR. Muslim no. 2669 [5] Iqtidha’ Ash-Shirathil Mustaqim 1/79 Dar A’Alamil Kutub, Beirut, cet. VII, 1419 H, tahqiq: Nashir Abdul Karim Al-‘Aql, syamilah

Penulis: dr. Raehanul Bahraen

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/19406-terompet-adalah-ciri-khas-ibadah-kaum-yahudi.html

Posisi Paling Baik untuk Jima Suami Istri Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah

BERBEDA dengan literatur Barat, ada beberapa batasan ketika pasangan suami-istri melakukan hubungan jima. Memang, Islam membolehkan suami istri menggunakan beragam gaya atau posisi jima sepanjang menuju “tempat” yang benar. Namun bagaimana sebenarnya posisi yang paling baik?

Posisi Paling Baik untuk Jima Suami Istri: Sebagaimana yang Engkau Hendaki

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa:

جَاءَ عُمَرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ قَالَ وَمَا أَهْلَكَكَ. قَالَ حَوَّلْتُ رَحْلِى اللَّيْلَةَ. قَالَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- شَيْئًا قَالَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- هَذِهِ الآيَةَ (نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ) أَقْبِلْ وَأَدْبِرْ وَاتَّقِ الدُّبُرَ وَالْحِيضَةَ

Umar datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, binasalah aku.” Rasulullah bertanya, “Apa yang membinasakanmu?” Umar menjawab, “Aku mengalihkan tungganganku tadi malam.” Rasulullah diam, tidak menjawab apapun. Kemudian turunlah ayat, “Istri-istrimu adalah (laksana) tanah tempat bercocok tanam bagimu, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu sebagaimana saja yang engkau kehendaki” (QS. Al Baqarah : 223). (Rasulullah pun bersabda) “Engkau boleh dari depan atau belakang, tetapi jangan ke dubur dan saat haid.”

Posisi Paling Baik untuk Jima Suami Istri: Menurut Ibnul Qayyim

Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam Zaadul Ma’ad menerangkan:

Posisi terbaik ketika berhubungan suami istri adalah, suami berada di atas istri. Yakni setelah sang suami mencumbui istrinya, merayu dan menciuminya, ia meminta istri tidur terlentang.

Dengan posisi ini pula, istri disebut sebagai ranjang. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya, ”Seorang anak adalah untuk pemilik ranjang.”

Posisi ini juga menunjukkan kepemimpinan suami atas istrinya, sebagaimana firman Allah:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” (QS. An Nisa’ : 34)

Seorang penyair berkata,

Jika aku menginginkan istriku,
ia laksana ranjang yang menopangku
Saat diriku mencapai kepuasan
Ia laksana pelayan yang selalu memujaku

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ

Posisi Paling Baik untuk Jima Suami Istri: Pakaian yang Sempurna

‘Pakaian’ yang paling sempurna adalah saat posisi seperti ini. Sebab dengan posisi ini, pakaian suami adalah ‘ranjang’nya.

Sementara pakaian istri adalah ‘selimut’nya. Posisi suami di atas istri, diambil dari konteks ayat tersebut. Ini posisi terbaik, suami dan istri saling menjadi pakaian satu sama lainnya.

Demikian pandangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah mengenai posisi terbaik dalam berjima. Wallahu a’lam bish shawab. []

SUMBER: BERSAMA DAKWAH / ISLAMPOS

90% Bahan Baku Mixue Diimpor dari China

Perusahaan minuman dan es krim asal China Mixua mengatakan semua bahan baku produknya berasal dari Tiongkok. Produk waralaba yang menawarkan aneka menu minuman seperti bubble tea, fruit tea, milkshake, dan produk es krim ini menjelaskan hal ini dalam akun resminya baru-baru ini.

“90% bahan baku Mixue diimpor dari Negeri Tiongkok,” ujar tulis akun @mixueindonesia yang diunggah tanggal 27 Juli 2022 lalu.

Perusahaan yang berada dalam naungan PT. Zhisheng Pacific Trading ini mengakui, mayoritas bahan baku Mixue di Indonesia diproduksi di Pabrik Mixue yang berstandar Internasional di Tiongkok.

Sebelumnya, banyak masyarakat dan netizen mempertanyakan  status kehalalan Mixue bahkan menuding perusahaan ini menggunakan bahan baku haram dan tidak memiliki izin BPOM.  Hal ini menjadikan pihak manajemen Mixue Indonesia buka suara.

“Apakah Mixue sudah bersertifikasi Halal dan lolos BPOM?

“Sehubungan dengan cukup banyaknya pertanyaan mengenai ini, maka izinkan kami Mixue Indonesia untuk menjelaskan pertanyaan yang ada dengan informasi sebenar-benarnya yang kami miliki. Kami sangat mengapresiasi jika customer Mixue dapat membaca setiap poin yang kami sampaikan dengan baik.”

Soal status kehalalan yang banyak jadi pertanyaan masyarakat Mixue juga menjelaskan bila pihaknya sudah mengurus sertifikat halal sejak awal 2021 lalu, namun memang belum selesai. Hal ini  menyebabkab Mixue masih dalam proses mendapat sertifikasi dari lembaga berwenang (MUI).

Sementara itu, pegiat gerakan halal, Halal Corner juga memberikan penjelasan mengapa Mixue belum memiliki sertifikasi halal. Menurut Halal Corner, MUI belum bisa memberikan status “halal” pada produk Mixue karena dokumen yang diberikan belum lengkap, hal ini menjadikan Komisi Fatwa MUI belum bisa menetapkan statusnya.

“Posisi terkini sudah mendaftarkan ke CEROL, sudah diaudit halal tapi masih melengkapi dokumen tambahan yg dibutuhkan sehingga belum bisa dilaporkan ke Komisi Fatwa MUI,” tulis akun @halalcorner, Jumat (30/12/2022), mengutip sumber dari Komisi Fatwa MUI dan LPPOM MUI.

Belum lengkapnya dokumen sehingga belum bisa diajukan ke Komisi Fatwa MUI untuk dinyatakan status halal atau haramnya. Sehingga saat ini BELUM ADA PUTUSAN HALAL dari Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia,” kutip @halalcorner lagi.

CEROL merupakan platform online untuk memudahkan customer dalam proses sertifikasi halal. Platform ini dikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).*

HIDAYATULLAH

Peringatan Cuaca Ekstrem di Arab Saudi Berlanjut Hingga Selasa

Pusat Meteorologi Nasional (NCM) memperkirakan kondisi hujan di sebagian besar wilayah Arab Saudi akan berlanjut hingga Selasa depan. Juru bicara NCM Hussein mengatakan bahwa kondisi hujan deras akan disertai hujan es, angin kencang, debu, jarak pandangan rendah di kota-kota besar.

“Peringatan hujan telah dikeluarkan untuk banyak kota di wilayah Makkah termasuk Jeddah, Rabigh, dan Taif. Hujan juga  diperkirakan terjadi di Riyadh, Al-Qassim dan Al-Baha,” kata Hussein, seperti dilansir dari Saudi Gazzete, Jumat (30/12/2022).

Dia mengatakan hujan dengan intensitas sedang di wilayah Timur dan awan petir mungkin terbentuk di beberapa bagian wilayah Jazan dan Najran. Otoritas terkait pun menyarankan warganya untuk berhati-hati saat hujan dan tidak meninggalkan rumah mereka kecuali dalam keadaan darurat.

Peringatan cuaca ekstrem ini juga berimbas pada penundaan jadwal penerbangan di Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah. Otoritas Bandara meminta para pelancong berkomunikasi dengan maskapai penerbangan untuk mengatur ulang jadwal keberangkatan baru.

NCM juga memperkirakan Jeddah akan dihantam badai petir dan hujan lebat disertai aktivitas angin permukaan dan hujan es, selain gelombang tinggi, dan hujan lebat, dan juga akan ada kekurangan jarak pandang. Pusat manajemen krisis dan bencana di Makkah telah menekankan pentingnya berada di rumah dan tidak meninggalkan rumah selama peringatan cuaca ekstrem, kecuali ada kepentingan mendesak.

“Masyarakat harus berhati-hati dan tidak mendekati lokasi di mana air hujan menumpuk untuk memastikan keselamatan mereka,” demikian pernyataan NCM.

IHRAM

Sepuluh Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga

Semua orang pastinya ingin masuk surga. Terlebih Allah swt. telah menggambarkan keindahan dan kenikmatan surga di dalam Al-Qur’an. Sayangnya tidak ada yang tahu pasti apakah ia akan masuk surga atau tidak. Namun, ada sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk surga. Nabi saw. langsung memberitahukan berita gembira ini melalui sabdanya sebagai berikut.

عَنْ عَبْد الرَّحْمَنِ بْن عَوْفٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ . رواه الترمذي

Dari Abdurrahman bin Auf, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Usman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. At-Tirmidzi)

Adapun yang dimaksud Sa’ad adalah Sa’ad bin Abi Waqqas, sedangkan Sa’id adalah Sa’id bin Zaid. Hal ini dapat diketahui melalui riwayat lain sebagai berikut.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حُمَيْدٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ زَيْدٍ حَدَّثَهُ فِي نَفَرٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: عَشَرَةٌ فِي الجَنَّةِ: أَبُو بَكْرٍ فِي الجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الجَنَّةِ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَالزُّبَيْرُ وَطَلْحَةُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ وَسَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ. قَالَ : فَعَدَّ هَؤُلاَءِ التِّسْعَةَ وَسَكَتَ عَنِ العَاشِرِ فَقَالَ القَوْمُ : نَنْشُدُكَ اللَّهَ يَا أَبَا الأَعْوَرِ مَنِ العَاشِرُ ؟ قَالَ : نَشَدْتُمُونِي بِاللَّهِ، أَبُو الأَعْوَرِ فِي الجَنَّةِ. أَبُو الأَعْوَرِ هُوَ : سَعِيدُ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ. وَسَمِعْتُ مُحَمَّدًا يَقُولُ : هُوَ أَصَحُّ مِنَ الحَدِيثِ الأَوَّلِ.

Dari Abdurrahman bin Humaid dari bapaknya, bahwasannya Sa’id bin Zaid telah menceritakan kepadanya di suatu kesempatan. Sungguh Rasulullah saw. bersabda, “Sepuluh (sahabat kelak) di surga. Abu Bakar di surga, Umar di surga, Usman, Ali, Zubair, Thalhah, Abdurrahman, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Ia (Humaid) berkata, lalu Sa’id menghitung sembilan sahabat ini, dan diam di hitungan kesepuluh. Lalu kaum pun bertanya, “Kami minta kepadamu agar engkau bersumpah atas nama Allah wahai Abu A’war, Siapakah yang kesepuluh?” Ia menjawab, kalian memintaku untuk bersumpah atas nama Allah, Abul A’war di surga.” Yakni Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail. Aku (Tirmidzi) mendengar Muhammad berkata, “Hadis ini lebih shahih dari pada hadis yang pertama. (HR. At-Tirmidzi)

Berdasarkan hadis tersebut, maka kesepuluh sahabat ini dikenal sebagai Al-‘Asyrah Al-Mubasysyiruuna bil jannah atau sepuluh sahabat yang diberi kabar gembir masuk surga. Meskipun imam Al-Munawi sebagaimana dikutip oleh imam Al-Mubarakfuri di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi mengatakan bahwa jumlah sepuluh itu tidak menafikan adanya tambahan sahabat yang juga berhak masuk surga.

Hal itu disebabkan karena ada riwayat lain yang menyebutkan sahabat-sahabat Nabi saw. lainnya juga diberi kabar akan masuk surga. Seperti Khadijah binti Khuwailid, Abdullah bin Sallam, dan ‘Ukasyah bin Muhsin.

Dua riwayat tersebut adalah disampaikan oleh salah satu sahabat yang termasuk dalam sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Riwayat pertama adalah dari Abdurrahman bin ‘Auf dan riwayat kedua dari Sa’id bin Zaid. Keduanya sungguh sangat menunjukkan sifat ketawadluannya. Hal ini dapat dilihat dari riwayat Abdurraman yang menyebutkan nama dirinya sendiri di tengah-tengah sahabat lainnya. Ia tidak menyebutkan namanya diurutan pertama. Bahkan Sa’id bin Zaid di dalam riwayatnya menyebutkan nama dirinya diurutan yang paling akhir. Itu pun setelah didesak oleh kaumnya.

Demikian sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk surga. Mereka otomatis memiliki keistimewaan yang lebih dibanding sahabat lainnya, hingga Allah swt. mengapresiasinya dengan kabar gembira akan memasukkan mereka ke dalam surgaNya melalui sabda Nabi saw. Wa Allahu A’lam bis Shawab.

BINCANG SYARIAH

Apakah Istri Rasulullah Dijamin Masuk Surga? 

Apakah istri Rasulullah dijamin masuk surga? Pasalnya ada beberapa orang sahabat yang dikabarkan mendapat jaminan masuk surga. Ini merupakan nash langsung dari Rasulullah Saw, berikut adalah redaksi hadisnya;

وعن أبي ذر قال: دخل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- منزل عائشة فقال: “يا عائشة ألا أبشرك؟ ” قالت: بلى يا رسول الله, قال: “أبوك في الجنة ورفيقه إبراهيم, وعمر في الجنة ورفيقه نوح, وعثمان في الجنة ورفيقه أنا, وعلي في الجنة ورفيقه يحيى بن زكريا, وطلحة في الجنة ورفيقه داود, والزبير في الجنة ورفيقه إسماعيل, وسعد بن أبي وقاص في الجنة ورفيقه سليمان بن داود, وسعيد بن زيد في الجنة ورفيقه موسى بن عمران, وعبد الرحمن بن عوف في الجنة ورفيقه عيسى ابن مريم, وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة ورفيقه إدريس عليه السلام”

“Diriwayatkan dari sahabat Abu Dzar ra, bahwa Rasulullah masuk kerumah Aisyah ra dan bersabda:

“Wahai Aisyah, inginkah engkau mendengar kabar gembira?”

Aisyah menjawab : “Tentu, ya Rasulullah.”

Lalu Nabi SAW bersabda, ”Ada sepuluh orang yang mendapat kabar gembira masuk surga, yaitu : Ayahmu masuk surga dan kawannya adalah Ibrahim, Umar masuk surga dan kawannya Nuh, Utsman masuk surga dan kawannya adalah aku, Ali masuk surga dan kawannya adalah Yahya bin Zakariya, Thalhah masuk surga dan kawannya adalah Daud, Azzubair masuk surga dan kawannya adalah Ismail, 

Sa’ad masuk surga dan kawannya adalah Sulaiman, Said bin Zaid masuk surga dan kawannya adalah Musa bin Imran, Abdurrahman bin Auf masuk surga dan kawannya adalah Isa bin Maryam, Abu Ubaidah ibnul Jarrah masuk surga dan kawannya adalah Idris as.” (Muhibbuddin Al-Thabari, Al-riyadh al-nadhrah fi Manaqib al-asyrah Juz 1 Hal. 35)

Demikian adalah beberapa nama yang dinash masuk surga, Salah seorang ulama’ membahasnya secara rinci dalam satu kitab. Judulnya adalah Riyadh al-nadhrah fi manaqib al-asyrah, karya dari Muhibbuddin al-Thabari.

Lalu bagaimana dengan nasib dari ummahat al-mukminin, apakah Rasulullah saw juga menjamin istri-istrinya masuk surga? Syekh Ali al-Shabuni membahas ini dalam salah satu karya tafsirnya, beliau mengatakan;

الحكم السابع: هل يقطع لأمهات المؤمنين بدخول الجنة؟

“Apakah istri-istrinya Rasulullah saw juga dipastikan masuk surga?”

اتفق العلماء على أن العشرة المبشرين بالجنة، الذين أخبر عنهم الرسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في الأحاديث الصحيحة، يقطع لهم بدخول الجنة، لأنّ خبر الرسول حق وهو بوحي من الله تعالى، وقد ألحق بعض العلماء أمهات المؤمنين بالعشرة المبشرين، بأن يقطع لهن بدخول الجنة، واستدلوا بقوله تعالى: {لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ} بناءً على أن الآيات الكريمة نزلت في أزواج النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ عامة وفي شأن عائشة خاصة، والرزق الكريم الذي أشارت إليه الآية يراد منه الجنة بدليل قوله تعالى في مكان آخر {وَمَن يَقْنُتْ مِنكُنَّ للَّهِ وَرَسُولِهِ وَتَعْمَلْ صَالِحاً نُؤْتِهَآ أَجْرَهَا مَرَّتَيْنِ وَأَعْتَدْنَا لَهَا رِزْقاً كَرِيماً} [الأحزاب: 31] وهو استدلال حسن.

“Ulama’ konsensus bahwasanya ada 10 orang yang dijamin masuk surga, yaitu figur-figur yang telah Rasulullah saw nash dalam hadis. Sebab sabdanya Rasulullah saw merupakan kalam yang haq, yang diwahyukan oleh Allah azza wa jalla kepadanya. 

Sebagian ulama’ ada yang menganalogikan ummahatul mukminin atau istri-istrinya Rasulullah saw dengan 10 orang yang dijamin masuk surga. Mereka bertendensi pada firman Allah swt dalam ayat yang berarti “mereka akan mendapat ampunan dan rezeki yang mulia”. 

Ayat tersebut turun untuk istri-istri nabi saw umumnya, dan Sayyidah Aisyah RA khususnya. Adapun rezeki mulia yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah surga, sebagaimana firmannya Allah swt dalam al-quran surat al-Ahzab ayat 31 

“Dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscata Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia”, ini merupakan istidlal yang bagus”. (Muhammad Ali al-Shabuni, Rawa’i al-bayan, https://al-maktaba.org/book/12347/707#p5 Juz 2 Hal. 115)

Ketika mengutarakan pendapat ini, Syekh Ali al-Shabuni menyitir pendapatnya 2 Imam agung dalam bidang exegesis, yaitu Imam Fakhruddin al-Razi dan Imam Al-Alusi. Beliau berdua juga berpendapat bahwa istri-istri Rasulullah saw masuk surga bersama beliau. Tentunya ini berbeda pendapat dengan kalangan Rafidhah yang menganggap bahwa Aisyah RA masuk neraka, atas konflik perang jamal.

Dengan demikian, bisa kita ketahui bahwasanya ternyata ada lagi beberapa figur lain yang dijamin masuk surga. Mereka itu adalah istri-istri Rasulullah saw, semoga kita juga mendapatkan nikmat yang mulia ini.

Demikian penjelasan terkait apakah istri Rasulullah dijamin masuk surga? Semoga bermanfaat. Amin ya robb.

BINCANG SYARIAH

Sahabat Dunia Akhirat

Muhammad SAW harus kita kenali sebagai sahabat yang menyertai perjalanan hidup.

Suatu ketika datang kepada Rasulullah SAW, seorang (wanita) tua yang memohon agar didoakan masuk ke surga. Nabi SAW bersabda kepadanya, ”Di surga tak ada orang tua.”Wanita itu menangis, lalu Rasul SAW sambil tersenyum melanjutkan, ”Di sana tak ada orang tua, karena wanita-wanita akan beralih menjadi wanita-wanita cantik dan muda belia.”Rasul SAW kemudian membacakan firman Allah SWT, ”Sesungguhnya Kami menciptakan mereka yakni para wanita Muslimah penghuni surga dengan penciptaan sempurna dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya.” (QS Alwaqiah [56]: 35-37). Wanita tua itu pun tersenyum setelah mendengarnya dan didoakan oleh Rasullullah SAW.

Selama ini, bagi umat Islam,sosok Muhammad SAW lebih dipandang sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah. Yang dikedepankan adalah sebagai penerima wahyu.Padahal, Rasulullah SAW berulang kali diperintahkan untuk menyatakan, ”Aku tidak lain dari manusia seperti kamu juga, hanya saja aku mendapat wahyu.”

Memang, mendapat wahyu itulah yang membedakan Muhammad SAW dengan manusia lain. Selain seorang Rasul, beliau adalah model ideal bagi siapa saja, termasuk orang yang ingin membina persahabatan.

”Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.” Demikian Allah SWT firmankan dalam surat Annajm [53] ayat 2.

Menurut cendekiawan Muslim, KH Quraish Shihab, Nabi SAW dipanggil dengan sapaan sahabat untuk mengingatkan kepada kita bahwa beliau adalah sahabat kita yang sejati. Yang di saat akhir sakaratul maut masih memikirkan nasib umatnya dengan bisikan, ”… ummati (umatku) … ummati … (umatku).”

Kendati mereka baru akan lahir di dunia ribuan tahun sesudahnya. Nabi SAW sangat peduli umatnya. Karenanya, kita harus mengenal beliau dengan dekat, lahir maupun batin.

Muhammad SAW harus kita kenali sebagai sahabat yang selalu menyertai perjalanan hidup kita.Sikap bersahabat dari Nabi SAW ditunjukkan lewat persahabatan beliau bersama sahabat-sahabatnya. Bukankah cukup contoh dalam sejarah dini Islam bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat membuka diri bukan hanya untuk bermusyawarah dengan para pengikutnya, yakni dalam hal yang tidak qath’i.

Bahkan, tak jarang sebagian di antara para pengikutnya itu mendebat, bercanda atau bergurau. Begitu besar kasih sayang Muhammad SAW kepada sahabat-sahabatnya, ”Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah mereka yang tegas terhadap orang-orang yang menolak kebenaran (kafir), tapi selalu menjalin kasih sayang (baca: membangun persahabatan) di antara sesama mereka.” (QS Alfath [48]: 29).

Oleh: Masagus A Fauzan

IHRAM