Para Penghina Islam adalah Teroris yang Sesungguhnya

Aksi membakar al-Qur’an yang dilakukan salah seorang warga asal Denmark yang tinggal dan berkewarganegaraan Swedia beberapa waktu lalu, menurut Ketua Umum DPP Hidayatullah, Dr. Nashirul Haq, adalah bukti betapa frustasi mereka kepada Islam.

“Mereka tak punya cara lain untuk menghentikan berkembangnya  Islam selain lewat tindakan pengecut seperti itu,” jelas Nashirul ketika dihubungi di Jakarta Jumat sore (27/1/2023).

Islam ini, kata Nashirul lagi, adalah agama yang haq karena berasal dari wahyu Tuhan. Sejak zaman dahulu kala hingga sekarang tak ada satu pun manusia yang bisa membantah kebenarannya, termasuk para pembenci Islam seperti orang yang membakar al-Qur’an di Swedia tersebut.

Mereka juga tak berani mengajak debat para ulama karena tahu bakal kalah. Mereka tak bisa menyingkirkan Islam lewat cara-cara intelektual. Satu-satunya yang bisa mereka lakukan lewat cara-cara pengecut seperti menghina kitab suci Islam atau menghina Rasulullah SAW sambil berlindung di bawah undang-undang negaranya sendiri.

“Para penghina Islam inilah teroris yang sesungguhnya,” jelas Nashirul lagi.

Namun, umat Islam tentu tak boleh berdiam diri dengan penghinaan ini. Umat Islam harus menunjukkan pembelaan manakala agamanya dihina. Ini akan menjadi bukti kecintaan kita kepada Allah yang menurunkan agama yang haq ini, juga kecintaan kita kepada Rasulullah SAW yang menjadi perantara turunnya Kalam ilahi.

Hanya saja, aksi pengecut seperti mereka tak boleh kita balas dengan aksi pengecut pula seperti tindakan anarkhis. Sebab, jelas Nashirul, ini akan merugikan umat Islam itu sendiri.

Di sisi lain, umat Islam di Indonesia sulit sekali menghentikan secara langsung aksi penghinaan yang mereka lakukan di negara-negara yang menjunjung tinggi kebablasan berekpresi seperti Swedia. Sebab, mereka dilindungi oleh undang-undang negara mereka.

Yang bisa kita lakukan saat ini, jelas Nashirul, adalah mendesak pemerintah Indonesia agar memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah Swedia sampai mereka meminta maaf secara resmi kepada seluruh umat Islam atas perlakuan salah seorang warganya.

Selain itu, kata Nashirul, kita juga bisa memboikot semua produk Swedia; tidak membelinya, menjualnya, apalagi mengonsumsinya. 

Jika gerakan ini masif, apalagi bila meluas ke seluruh dunia, maka  Swedia atau negara-negara lain yang juga memuja kebebasan berekspesi, akan berpikir dua kali untuk mengabaikan tuntutan kaum Muslim, atau untuk melakukan hal serupa di kemudian hari.*

HIDAYATULLAH

Sumber Kebahagiaan Duniawi

Memiliki cita-cita untuk masa depan duniawi merupakan fitrah yang dimiliki setiap manusia. Angan untuk mendapatkan rezeki, jodoh, pendidikan, keturunan, kesehatan, dan berbagai bentuk harapan untuk kehidupan yang lebih baik dari yang saat ini dijalani adalah hal yang lumrah diinginkan oleh manusia.

Begitu pula halnya dengan masa lalu. Setiap insan memiliki masa yang pernah ia jalani, baik dalam suka maupun duka. Dalam hal masa suka, seperti ketaatan-ketaatan yang pernah dilakukan dan karunia dari Allah yang diperoleh, tentu sah-sah saja jika dikenang guna mengambil ibrah untuk masa kini yang dijalani.

Adapun masa duka, baik berupa musibah, cobaan, maupun kemaksiatan yang pernah dilakukan, hendaknya dengan mengenangnya menjadikan seorang hamba senantiasa beristigfar memohon ampunan dari Allah Ta’ala.

Karunia terbesar di balik kekhawatiran dan penyesalan

Saudaraku, ketika kita larut dengan kekhawatiran akan masa depan atau pun penyesalan terhadap masa lalu, maka hal itu dapat menjadikan kita luput dari mensyukuri dan menyadari berbagai karunia Allah Ta’ala yang kita peroleh saat ini.

Lihatlah diri kita dengan miliaran sel otak dan puluhan organ tubuh yang masih dapat berfungsi dengan baik. Sementara sebagian saudara kita diberikan ujian oleh Allah Ta’ala dengan diambilnya karunia tersebut. Bukankah ini anugerah yang tak ternilai harganya?

Begitu pula keluarga dan kerabat yang masih mempedulikan kita tatkala dirundung masalah dan musibah. Mereka hamba-hamba Allah (orang tua, istri, anak, kakak/adik) yang dikirimkan Allah kepada kita untuk membersamai kita, bahkan hingga ajal menjemput.

Sementara, banyak pula dari orang-orang yang kita kenal yang telah kehilangan orang-orang yang dicintainya baik karena bencana alam maupun sosial yang memisahkan mereka dari keluarga dan kerabatnya hingga kini hidup sendiri, dan merindukan mereka yang dicintainya agar kembali.

Saudaraku, renungkanlah karunia terbesar ini!

Mengkhawatirkan masa depan hanya akan membuat kita melupakan kenikmatan dan anugerah Allah yang kini sedang kita peroleh. Sedangkan, terus menerus menyesali masa lalu (apabila tidak dibarengi dengan tobat) hanya akan menjadikan kita menyalahkan diri dan melupakan kasih sayang Allah Yang Maha Pengampun (Al-Ghafur).

Landasan kebahagiaan

Dalam Islam, kita diajarkan untuk qana’ah. Landasan kebahagiaan adalah qana’ah. Praktik qana’ah dilakukan dengan cara menerima anugerah dari Allah Ta’ala tanpa memandang apa yang dimiliki oleh orang lain. Sungguh, memperoleh sifat qana’ah merupakan anugerah Allah Ta’ala yang harus kita gapai dengan senantiasa melakukan amalan saleh (kabajikan).

مَنۡ عَمِلَ صَـٰلِحࣰا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنࣱ فَلَنُحۡیِیَنَّهُۥ حَیَوٰةࣰ طَیِّبَةࣰۖ

“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl: 97)

Maksud kehidupan yang lebih baik (حَیَوٰةࣰ طَیِّبَةࣰۖ) ditafsirkan oleh sebagian ulama sebagai qana’ah. Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

“Pengertian kehidupan yang baik ialah kehidupan yang mengandung semua segi kebahagiaan dari berbagai aspeknya. Telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas dan sejumlah ulama, bahwa mereka menafsirkannya dengan pengertian rezeki yang halal lagi baik. Dari Ali ibnu Abu Talib, disebutkan bahwa dia menafsirkannya dengan pengertian al-qana’ah (puas dengan apa yang diberikan kepadanya). Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Ikrimah, dan Wahb ibnu Munabbih.”

Kunci kehidupan yang baik

Qana’ah dengan apa yang saat ini diperoleh dari anugerah Allah Ta’ala hanya bisa dirasakan oleh orang yang senantiasa melakukan amal saleh. Tentu saja, amal saleh yang dimaksudkan di sini secara garis besar adalah praktik ketaatan dalam menjalankan segala perintah Allah Ta’ala dan menghindari sejauh mungkin dari potensi kemaksiatan dengan meninggalkan segala larangan-Nya.

Maka, sesungguhnya orang-orang yang qana’ah adalah sejatinya orang yang kaya karena mereka mensyukuri segala karunia dan anugerah dari Allah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ليسَ الغِنَى عن كَثْرَةِ العَرَضِ، ولَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“(Hakikat) kekayaan bukanlah pada harta yang banyak, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari no. 6446)

Dua perspektif terhadap nikmat Allah Ta’ala

Disadari atau tidak, banyak manusia yang telah Allah berikan rezeki melimpah berupa harta, jabatan, istri, dan anak, tetapi selalu saja energi negatif yang keluar dari ucapannya seperti keluhan dan permasalahan yang dihadapi. Jarang sekali terucap rasa syukur dan mengedepankan pandangan positif dari segala anugerah yang telah ia peroleh.

Ketika mata terbuka dari lelap, yang terbayang hanyalah permasalahan duniawi dan segala sisi negatif dari kehidupan yang ia jalani. Padahal, jika saja ia melihat dari sudut pandang seorang hamba yang qana’ah dengan segala anugerah dari Allah Ta’ala, tentu tiada kata yang terucap, kecuali syukur dengan memuji Allah atas segala karunia yang telah diberikan.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٌ

“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya.” (QS. Al-’Adiyat: 6)

Sebaliknya, ada pula orang yang diberikan cobaan dengan segala kekurangan. Makanan yang dimiliki seadanya, tidak memiliki harta yang banyak, tidak pula jabatan, keluarga terdekat yang menjauh, dan bahkan organ tubuhnya tidak lengkap, mereka masih dapat memuji Allah Ta’ala atas segala kenikmatan yang telah mereka peroleh.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18-19)

Urgensi qana’ah dalam kehidupan dunia

Hal ini menandakan bahwa betapa sifat qana’ah ini sangat penting untuk kita miliki. Sungguh nikmat kehidupan ini tatkala yang ada dalam pikiran dan terucap dari bibir ini adalah rasa syukur yang terus menerus karena yang terlintas dan terlihat hanyalah anugerah dari Ar-Rahman.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata,

إذا ما كنت ذا قلب قنوع ** فأنت ومالك الدنيا سواء

“Manakala sifat qana’ah senantiasa ada pada dirimu ** Maka engkau dan raja dunia, sama saja.” (Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i, hal. 10)

Oleh karenanya, dalam hal urusan duniawi, agar mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, hendaklah kita memperhatikan hamba-hamba Allah yang tidak seberuntung kita baik dari sisi ekonomi, keluarga, keturunan, pendidikan, atau pun kesehatan. Niscaya kita akan mendapati bahwa Allah Ta’ala telah memberikan banyak kelebihan pada diri kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هو أَسفَل مِنْكُمْ وَلا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوقَكُم؛ فهُوَ أَجْدَرُ أَن لا تَزْدَرُوا نعمةَ اللَّه عَلَيْكُمْ

“Lihatlah siapa yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, sebab yang demikian lebih patut agar kalian tidak memandang remeh nikmat Allah atas kalian.” (Muttafaqun ‘alaihi dengan lafaz Muslim)

Saudaraku, sumber kebahagiaan duniawi itu adalah qana’ah. Bertakwalah kepada Allah Ta’ala dan pertahankanlah sifat qana’ah. Mudah-mudahan Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita sehingga kita selalu mudah untuk bersyukur di setiap waktu, dan qana’ah dengan apa yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita. Wallahu a’lam.

***

Penulis: Fauzan Hidayat

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/82362-sumber-kebahagiaan-duniawi.html

Fatwa Ulama: Puasa Rajab

Fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Wal Ifta’

Soal:

Puasa sunnah Rajab itu dianjurkan pada awal bulan, tengahnya atau akhirnya?

Jawab:

Tidak ada hadits yang shahih yang khusus menyatakan adanya keutamaan puasa bulan Rajab selain hadits yang dikeluarkan oleh An Nasa-i dan Abu Daud, yang dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, dari hadits Usamah, ia berkata:

قلت : يا رسول الله ، لم أرك تصوم من شهر من الشهور ما تصوم من شعبان ، قال : ذلك شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم

“aku bertanya: wahai Rasulullah, belum pernah aku melihatmu puasa di bulan lain sebagaimana puasamu pada bulan Sya’ban. Beliau bersabda: ‘Itu adalah bulan yang banyak dilalaikan manusia antara Rajab dan Ramadhan’. Dan bulan itu adalah bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Rabbul ‘Alamin. Maka aku suka jika ketika aku sedang berpuasa

Terdapat juga hadits-hadits umum yang menganjurkan mengerjakan puasa tiga hari atau puasa ayyamul bidh setiap bulannya. Yaitu pada tanggal 13, 14, 15 (bulan Hijriah). Dan juga anjuran untuk memperbanyak puasa di bulan-bulan haram, juga puasa senin-kamis. Bulan Rajab termasuk dalam keumuman hadits-hadits tersebut. Jika anda bersemangat untuk berpuasa pada hari-hari tertentu (di bulan Rajab) maka puasalah pada ayyamul bidh yang tiga hari tadi, atau pada hari senin dan kamis, atau jika bukan (pada hari-hari tersebut pun boleh), perkaranya luas.

Adapun mengkhususkan hari tertentu sebagai hari puasa Rajab, kami tidak mengetahui ada dasarnya dari Syariat.

Wabillahi at taufiq, washallallahu ‘ala nabiyyina muhammadin wa ‘ala ahlihi washahbihi wasallam.

Sumber: http://www.alifta.com/Fatawa/fatawaChapters.aspx?languagename=ar&View=Page&PageID=335&PageNo=1&BookID=12

Penerjemah: Yulian Purnama

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/21294-fatwa-ulama-hukum-puasa-rajab.html

Suami Istri, Pasang Wajah Manis

BUKAN sekadar cantik yang jadikan suami betah tinggal di rumah, tapi penerimaan tulus dalam melayani suaminya. Istri yang menyambut dengan hangat dan penuh cinta. Ada kemesraan di sana. Jangankan rumah yang besar, rumah kecil pun terasa istana indah tiada tara.

Bukan karena tampan yang membuat istri setia mendampingi suaminya, tapi wajah yang teduh, senyum yang tulus, dan tutur kata yang sejuk dari suami dalam memperlakukan istrinya. Suami yang bertanggungjawab, melindungi, dan mempimpin keluarga dengan pebuh cinta dan kasih sayang.

Apa yang dibutuhkan istri saat melahirkan?

Apakah wajah yang tampan, tubuh yang macho, tangan yang kekar, dan dada yang bidang?

Atau kesediaan suami mendampingi, menguatkan, dan mendoakan?

Apa yang dibutuhkan suami saat sakit?

Apakah wajah yang cantik, kulit yang mulus, dan tubuh yang seksi?

Atau pelayanan yang tulus, kesediaan mendampingi, mengantar berobat, merawat dengan setia, dan mendoakan dengan ikhlas?

Seorang suami senang dengan istri yang cantik, tapi bila sering merenggut, mencibir, dan cemberut, tentu tak tenang hidup rumah tangga.

Seorang istri senang dengan wajah tampan, tapi bila sering melotot, dingin dan cuek, tentu tak nyaman hidup bersama.

Maka memasang wajah ramah dalam berinteraksi merupakan sebuah keharusan, untuk memuliakan dan menyenangkan pasangan.

Bukankah rumah tangga untuk ketenangan hidup? Maka salah satunya adalah sikap kita melalui tampilan wajah yang ramah, baik, dan santun. Hiasi dengan senyuman, sapaan kemesraan, dan tatapan kerinduan.

Semoga ketenangan hadir dalam kehidupan keluarga, saat bersama, saat menatap wajah pasangan menjadi tenteramlah jiwa. Tes! Sebutir embun cinta menyiram hati kita. Sejuk, segar, dan manis. Menambah erat jalinan perasaan (’athifah), menguatkan cinta dan kebersamaan.

Seperti ungkapan Ali bin Abi Thalib saat menatap wajah istrinya, Fatimah az-Zahra, “Ketika aku memandangnya, hilanglah kesusahan dan kesedihanku.”

Pasang wajah manis, insya Allah keluarga kian harmonis. Aamiin. []

ISLAMPOS

Amalan Rajab

Pada bulan Rajab sangat dianjurkan meningkatkan amal ketaatan sekaligus menghindarkan kemaksiatan.

Rajab sebagai salah satu bulan Haram (suci) dalam Islam sangat dianjurkan untuk meningkatkan amal ketaatan sekaligus menghindarkan kemaksiatan. Karena setiap amalan di bulan ini akan dilipatgandakan pahalanya sebagaimana bermaksiat juga akan lebih besar dosanya.

Ibnu Hajar dalam kitabnya, Latha’iful Ma’arif, menukil perkataan Ibnu Abbas RA, “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan saleh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.”

Di antara amalan Rajab yang dimaksud, yakni: Pertama segera bertobat dan jangan ditunda lagi. Imam Dailamiy meriwayatkan bahwa Rajab juga disebut sebagai Syahrullah (bulannya Allah), hingga para ulama menasihati untuk segera bertobat dengan memperbanyak istighfar di bulan ini. Karena untuk urusan tobat, perintahnya disegerakan.

Allah SWT mengingatkannya dalam QS Ali Imran [3]: 133. Bahkan di ayat lain, diperintahkan untuk berlomba dalam tobat. (QS al-Hadid [57]: 21). Jangan sampai telat bertobat dan jangan tunggu saat sekarat baru mau taat.  

Maka jangan sampai telat bertobat dan jangan tunggu saat sekarat baru mau taat. Karena Allah SWT hanya akan menerima tobat hamba-Nya sebelum sekarat.

Abdullah bin Umar bin Khaththab RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Allah yang Mahamulia dan Maha Agung menerima tobat hamba-Nya selama belum sekarat.” (HR at-Tirmidzi).

Kedua, segera tinggalkan maksiat sekarang juga. Ketika sudah bertobat, jangan lagi maksiat. Karena salah satu syarat diterimanya tobat adalah berhenti maksiat. Apalagi di bulan Haram ini segala bentuk maksiat jika dikerjakan akan dilipatgandakan dosanya. Bahkan maksiat membuat kita tak mampu beribadah.

Imam Sufyan Ats Tsauri pernah menuturkan, “Saya pernah tidak bisa menjalankan shalat tahajud selama lima bulan. Hanya karena satu dosa yang dulu aku lakukan.” (Kitab Ihya’u ‘Uluumid Diin).

Imam Hasan al-Bashri juga pernah ditanya seorang lelaki sehat dan bahkan telah menyiapkan segala sesuatunya untuk melakukan shalat malam, tapi lelaki tersebut tidak mampu bangun. Apa sebab? “Dosa-dosamu mengikatmu” kata sang Imam.

Ketiga, perbanyak puasa sunnah. Para salafushshalih memberikan teladan berpuasa sunah di bulan Rajab sebagai bagian dari bulan Haram. Imam Sufyan Ats Tsauri, misalnya, sangat gemar memperbanyak puasa sunnah di bulan Rajab. Beliau mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”

Syeikh Imam Taqiyudin Abu Bakar bin Muhammad al Husaini ad Dimasyqi asy Syafi’i juga menuliskan dalam kitabnya, Kifayatul Akhyar, “Bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadhan adalah bulan-bulan haram, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Rajab, dan  Muharram.”

Puasa sunnah yang dimaksud bisa puasa sunnah Senin-Kamis, puasa sunnah Daud ataupun ayyamul bidh. Rajin puasa sunnah di bulan Rajab juga bisa dijadikan sebagai latihan dan persiapan memasuki Ramadhan.

Keempat, perbanyak doa keberkahan Rajab. Salah satu doa populer yang bisa diamalkan adalah riwayat Anas, terdapat juga dalam kitab al-Adzkar karya Imam Nawawi, “Allahumma baariklanaa fii rajaba wa sya’bana waballighnaa ramadhaana” (Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan)”. (HR al-Baihaqi dalam Fadha’il al-Auqat).

Allahu a’lam bishshawab.

KHAZANAH REPUBLIKA

Menistakan Alquran, Sama Saja Merendahkan dan Menghina Allah SWT

Aksi dua tokoh anti-Islam Rasmus Paludan yang membakar Alquran di Swedia dan Edwin Wagensveld di Belanda memicu kemurkaan umat dan negara-negara Islam. Indonesia, sebagai negara dengan pendudukan beragama Islam terbesar di dunia, melalui Kementerian Luar Negeri telah memanggil Duta Besar (Dubes) Swedia dan Belanda untuk mengklarifikasi sekaligus meminta pertanggungjawaban.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan apresiasi Pemerintah langsung merespon pembakaran Alquran oleh politisi ekstrim kanan Rasmus Paludan. Respon tersebut dengan dipanggilnya Duta Besar Swedia Dan Belanda oleh Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

“Sehubungan dengan berita bahwa pihak Kemenlu telah melakukan pemanggilan kepada Dubes Swedia Dan Belsnda terksit dengan pembakaran dan penyobekan al-Qur’an oleh politisi ekstrim kanan, MUI menyampsikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya,” kata  Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Prof Sudarnoto Abdul Hakim dikutip dari laman Republika.co.id, Jumat (27/1/2024).

Menurut dia, langkah Kemenlu ini secara diplomatik sudah tepat mengingat perbuatan politisi ekstrim kanan Swedia dan Belanda ini benar-benar menyakiti seluruh umat Islam di manapun. Karena Alquran adalah sebuah Kitab Suci yang berisikan Firman Allah.

“Menistakan Alquran sama saja menistakan, menghina dan merendahkan Allah,” katanya.

Sudarnoto menuturkan, dalam istilah agama, orang-orang seperti ini masuk katagori orang orang kafir. Kewajiban orang-orang yang beriman antara lain melawan orang kafir karena mereka memusuhi, membenci dan menyerang umat Islam dengan berbagai cara.

“Tidak saja umat Islam yang tersakiti, tapi orang-orang yang taat beragama apapun agama mereka juga merasa terdzholimi,” katanya.

Peringatan, kecaman, demo yang selama ini dilakukan oleh banyak kalangan di banyak negara adalah cara perlawanan kepada kelompok ekstrim kanan ini. Cara diplomatik juga dilakukan antara lain oleh Kemenlu.

Diplomatik appeal (menarik) ini penting tidak saja dimaksudkan untuk mengingatkan siapa saja agar tidak melakukan penistaan dan mengembangkan fobia, tapi juga untuk menjaga persahabatan dua negara. Yang sangat penting kemudian ialah keseriusan pemerintah Swedia dan Belanda untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan tindakan kelompok ekstrimis dan Islamofobia.

“Hormati agama, bangun toleransi kehidupan beragama dan junjung tinggi keputusan PBB untuk melawan dan menghentikan Islamofobia,” katanya.

Ia menegaskan, MUI menunggu sikap kongkrit yang konstruktif dari Swedia dan Belanda. Berharap ada niat tulus dari dua negara untuk melakukan perbaikan.

ISLAM KAFFAH

Mengenal Penyakit ‘Ain, Pencegahan dan Pengobatannya

PENYAKIT ‘ain merupakan penyakit yang berasal dari kekaguman seseorang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh jiwanya yang keji, sehingga dengan menggunakan tatapan matanya menyampaikan racun yang ada pada jiwanya kepada orang yang dilihatnya. Tatapan yang dilontarkan dengan hati hasad inilah yang dapat membahayakan orang lain.

Maka tidak heran jika penyakit ‘ain dikatakan sebagai penyakit hati yang sangat merugikan orang yang berada disekeliling kita dan diri sendiri. Penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata ini tidak bisa dianggap sepele. Sebab penyakit ini bisa mempengaruhi perasaan dan pikiran yang berdampak negatif bagi kesehatan korban. Bahkan penyakit ini bisa menyebabkan gangguan fisik yang berbahaya sampai mengancam nyawa.

Dilansir dari AshefaNews cara kerja penyakit ain yang bisa mendatangkan kemudharatan ialah dengan pandangan mata. Meski sebenarnya bukan mata saja yang memberikan pengaruh, namun yang memberi pengaruh ialah ruh.

Maka pandangan yang keluar melalui mata seseorang dengan rasa hasad atau kagum adalah panah maknawi yang apabila mengenai suatu jasad yang sedang ia tidak berperisai maka panah tersebut akan mempengaruhi badan. Adapun jika tidak berpengaruh kepada orang yang dipandangnya, maka berarti ia tidak mengenai sasaran akan tetapi kembali kepada pemilik tatapan itu.

Jahatnya penyakit ‘ain dipertegas oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam an-Naisaburi, “Dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Penyakit yang timbul dari pengaruh jahat pandangan mata memang ada. Seandainya ada yang dapat mendahului qadar, tentulah itu pengaruh pandangan mata. Karena itu apabila kamu disuruh mandi, maka mandilah!” (HR. Muslim: 5831)

Hal senada disampaikan pula, dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أكثرُ مَن يموت بعدَ قضاءِ اللهِ وقَدَرِهِ بالعينِ

“Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah ain.” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar [3/ 404], dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.1206).

Penyakit yang disebut penyakit hasad ini, merupakan suatu penyakit yang berbahaya bahkan lebih berbahaya dari sihir dan penyakit-penyakit lainnya. Bahkan pendapat lain mengatakan jika penyakit ‘Ain tidak hanya datang dari orang yang berjiwa jahat saja, akan tetapi orang yang sholeh sekalipun dapat mendatang kan ‘ain.

Sebagaimana dikisahkan dalam hadits dari Abu Umamah yang dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, jika ia terkena ‘ain karena kekaguman seseorang.

Abu Umamah bin Sahl berkata:

اغتسل أَبِي سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ بِالْخَرَّارِ، فَنَزَعَ جُبَّةً كَانَتْ عَلَيْهِ وَعَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ يَنْظُرُ، قَالَ: وَكَانَ سَهْلٌ رَجُلاً أَبْيَضَ، حَسَنَ الْجِلْدِ، قَالَ: فَقَالَ عَامِرُ بْنُ رَبيعَةَ: مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ وَلا جِلْدَ عَذْرَاءَ، فَوُعِكَ سَهْلٌ مَكَانَهُ، فَاشْتَدَّ وَعْكُهُ، فَأُتِي رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأُخْبِرَ أَنَّ سَهْلاً وُعِكَ وَأَنَّهُ غَيرُ رَائِحٍ مَعَكَ يَا رسول الله، فَاَتَاهُ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْبَرَهُ سَهْل بالَّذِي كَانَ مِنْ شَأنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ، فَقَالَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم -: “عَلاَمَ يَقْتُلُ أًحَدُكمْ أَخَاهُ؟ أَلا بَرَّكْتَ؟، إِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ، تَوَضَّأْ لَهُ”. فَتَوَضَأَ لَهُ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ، فَرَاحَ سَهْل مَعَ رَسُولِ الله – صلى الله عليه وسلم – لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ

“Suatu saat ayahku, Sahl bin Hunaif, mandi di Al Kharrar. Ia membuka jubah yang ia pakai, dan ‘Amir bin Rabi’ah ketika itu melihatnya. Dan Sahl adalah seorang yang putih kulitnya serta indah. Maka ‘Amir bin Rabi’ah pun berkata: “Aku tidak pernah melihat kulit indah seperti yang kulihat pada hari ini, bahkan mengalahkan kulit wanita gadis”. Maka Sahl pun sakit seketika di tempat itu dan sakitnya semakin bertambah parah. Hal ini pun dikabarkan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, “Sahl sedang sakit dan ia tidak bisa berangkat bersamamu, wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menjenguk Sahl, lalu Sahl bercerita kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan ‘Amir bin Rabi’ah. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Mengapa seseorang menyakiti saudaranya? Mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan? Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya, maka berwudhulah untuknya!”. ‘Amir bin Rabi’ah lalu berwudhu untuk disiramkan air bekas wudhunya ke Sahl. Maka Sahl pun sembuh dan berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’ [2/938] [6/149]).

Lalu bagaimana cara mencegah penyakit ‘ain?

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

وإذا كان العائن يخشى ضرر عينه وإصابتها للمعين، فليدفع شرها بقوله: اللهم بارك عليه

“Orang yang memandang dengan pandangan kagum khawatir bisa menyebabkan ain pada benda yang ia lihat, maka cegahlah keburukan tersebut dengan mengucapkan: Allahumma baarik ‘alaih” (Ath Thibbun Nabawi, 118).
Adapun agar kita tidak menjadi penyebab mendatangkan penyakit ‘ain bagi saudara kita maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إذا رأى أحدكم من نفسه و أخيه ما يعجبه فليدع بالبركة فإن العين حق

“Jika salah seorang dari kalian melihat pada diri saudaranya suatu hal yang menakjubkan maka doakanlah keberkahan baginya, karena ‘ain itu benar adanya” (HR. An Nasa’i no. 10872, disahihkan Al-Albani dalam Shahih An Nasa’i).

Sedangkan bagi orang yang terlanjur terkena ‘ain, yang pertama kali harus dilakukan adalah bersabar. Hendaknya ia meyakini bahwa penyakit ‘ain itu terjadi atas izin Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At Taghabun: 11).

Begitu pula hadits dari Asma bintu Umais radhiallahu’anha, ia berkata:

يا رسول الله ، إن بني جعفر تصيبهم العين ، أفنسترقي لهم ؟ ، قال : نعم ، فلو كان شيء سابق القدر لسبقته العين

“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi menjawab: iya boleh. Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain.” (HR. Tirmidzi no.2059, Ibnu Majah no. 3510, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).

Terdapat beberapa cara meruqyah orang yang terkena penyakit ‘ain, diantaranya ialah dengan membacakan doa yang ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha.

Ia berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasakan sakit, Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa:

باسْمِ اللهِ يُبْرِيكَ، وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إذَا حَسَدَ، وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ

Latin: bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza hasad, wa syarri kulli dzii ‘ainin.
Artinya: “Dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu dari segala penyakit dan dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang yang menyebabkan ‘ain.” (HR. Muslim no.2185)

Itulah pemaparan mengenai penyakit ‘ain yang berbahaya bagi siapa saja yang menjadi korbannya. Semoga kita terhindar dari penyakit ‘ain dan bukan pula pelakunya. []

ISLAMPOS

Terbukti Ilmiah, Inilah Kekuatan Penyembuh dalam Butiran Tasbih

SAHABAT mulia Islampos, banyak umat Islam menggunakan tasbih ketika berzikir. Butiran tasbih atau gelang tasbih dikenal juga dengan nama sibhah. Secara tradisional tasbih digunakan untuk menghitung berapa banyak zikir yang diucapkan. Namun, tidak banyak muslim yang menyadari adanya kekuatan penyembuh dalam butiran tasbih.

Yahya meriwayatkan kepadaku dari Malik bahwa Ziyad ibn Abi Ziyad mengutip perkataan Abu’d-Darda, “Maukah aku memberitahumu perbuatan terbaikmu, dan yang memberimu peringkat tertinggi, dan yang paling murni dengan Rajamu? dan lebih baik bagimu daripada memberi emas dan perak, dan lebih baik bagimu daripada menemui musuhmu dan memenggal leher mereka?”

Mereka menjawab, “Tentu saja.” Dia berkata, “Mengingat (zikir) kepada Allah Yang Maha Kuasa (Hadis Bukhari Buku 15:7.24).”

Dikisahkan oleh Abu Ma’bad: (budak yang dibebaskan dari Ibnu ‘Abbas) Ibnu ‘Abbas mengatakan kepadaku, “Pada masa hidup Nabi, adalah kebiasaan untuk memuji Allah dengan suara keras setelah shalat wajib berjamaah.”

Ibn ‘Abbas lebih lanjut berkata, “Ketika saya mendengar Dzikir, saya mengetahui bahwa shalat wajib berjamaah telah berakhir.” (Bukhari Vol.1: Buku 12: 802)

Namun, meskipun  zikir  kepada Allah telah dibacakan sejak zaman Nabi,  sibhah  seperti yang kita kenal sekarang belum tercatat ada pada masa itu. Beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa umat Islam mengadopsi  sibhah  dari India pada abad ke-2 Islam dan melalui mereka, pada tahun 1214, orang Kristen mengadopsi gagasan tersebut dan mulai menggunakan tasbih (Gulik).

Padahal, metode pendampingan selalu digunakan dalam pengabdian agama bahkan sebelum  sibhah. Tradisi menyatakan bahwa sebelum  sibhah, batu terkadang digunakan. Agama lain menggunakan tali yang diikat atau selendang tenun untuk menghitung jumlah bacaan doa.

Namun, teknologi modern telah menambahkan dimensi baru pada tasbih ketika  sibhah atau tasbih elektronik  ditemukan. Banyak orang bahkan memilih untuk tidak menggunakan gelang tasbih sama sekali. Padahal, menggunakan butiran tasbih atau sibhah  tidak hanya membantu melacak ingatan, tetapi juga bisa menyembuhkan, tergantung kayu atau batu mana yang digunakan untuk membuat tasbih.

Di Islamic Shopping Network banyak jenis tasbih tersedia dari batu Turquoise dan Tiger Eye hingga tasbih Sandalwood dan Rosewood. Pencarian situs lain mengungkapkan sejumlah situs yang didedikasikan untuk membuat manik-manik batu khusus untuk semua agama. Pencarian pasar lokal di Timur Tengah mengungkapkan pilihan  sibhah yang lebih besar.

Dan seperti halnya menggunakan tasbih untuk berdoa adalah tradisi yang sudah berlangsung lama, begitu pula penyembuhan dengan tasbih. Sepanjang budaya sejarah telah menggunakan batu permata dan kayu untuk penyembuhan.

Robert Frost, seorang dokter di Basel, Swiss, baru-baru ini mempelajari sifat ilmiah dari permata dan kayu ini dan menciptakan metode pengujian kayu dan batu permata yang mengungkapkan sifat penyembuhannya dalam istilah ilmiah (Frost).

Dalam pekerjaan klinisnya, Dr. Frost menemukan bahwa menggunakan batu permata atau kayu yang tepat dapat mengurangi rasa sakit, mencegah reaksi alergi, meningkatkan koordinasi, dan bahkan meningkatkan kekuatan otot.

Untuk memberikan beberapa contoh; Tiger-eye secara tradisional digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan memperkuat keyakinan. Ini menyembuhkan ke daerah perut dan sering digunakan untuk membantu masalah ginjal, pankreas, hati, usus kecil atau lambung. Itu juga ditemukan memiliki efek menenangkan pada orang yang memegangnya.

Pirus menyimpan perasaan cinta tanpa syarat di hati seseorang dan membantu seseorang merasa lebih terhubung dengan Allah. Ini juga membantu dalam pencernaan protein dan dengan demikian membantu pencernaan.

Turquoise juga membantu mengeluarkan perasaan negatif seperti iri atau marah dari seseorang. Ini membantu dalam penyembuhan penyakit tiroid, tenggorokan, telinga, leher dan sistem pernapasan. Ini juga dapat membantu memerangi alergi atau masalah jantung.

Manik-manik amber dapat membantu mengangkat beban berat, batu kecubung dapat mengangkat secara spiritual atau menyembuhkan perut atau hati, dan onyx hitam membantu mengubah kebiasaan buruk. Ada banyak buku dan situs web yang berbicara tentang kekuatan penyembuhan permata.

Waspadalah dalam pencarian Anda, karena beberapa situs mistis dan firasat. Tetapi ada banyak buku ilmiah dan situs web yang menawarkan informasi tentang permata kepada masyarakat umum.

Kekuatan penyembuhan tasbih kayu seringkali terletak pada aromanya, yang dilepaskan dan dihidupkan kembali seiring penggunaan. Aroma rosewood secara tradisional digunakan untuk ketegangan saraf, frigiditas, dan sakit kepala. Ini juga membantu sistem kekebalan tubuh, membantu melawan virus dan meregenerasi sel. Ini bagus untuk jet lag dan radang kulit dan memiliki kemampuan untuk membuat seseorang rileks tanpa membuatnya mengantuk.

Manik-manik yang terbuat dari kayu cendana mengeluarkan aroma yang telah digunakan untuk penyembuhan sejak zaman nabi. Kayu cendana adalah antidepresan, antiseptik, insektisida, dan kayu penenang. Ini dapat membantu penyembuhan sel dan digunakan untuk membantu sistem kekebalan tubuh dalam proses penyembuhan atau untuk mencegah penyakit.

Dalam Tafsir Ibnu Juzayy, dikatakan bahwa Nabi Muhammad bersabda dalam sebuah pesan dari Allah, “Aku menurut pendapat hamba-Ku tentang Aku dan Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku.”

Untuk alasan ini dan alasan transportasi yang mudah, tasbih adalah hadiah yang populer dari satu Muslim ke Muslim lainnya. Dengan sedikit lebih banyak pemikiran, pemberian ini dapat meningkatkan kualitas seseorang secara fisik maupun spiritual.  []

SUMBER: ABOUT ISLAM

Tafsir Mimpi Pergi ke Mekah Menurut Ulama

Banyak orang terutama umat muslim ingin sekali pergi ke Mekah dan menunaikan ibadah disana.Terkadang banyak orang yang berharap sesuatu atau menginginkan sesuatu, membuatnya terbawa mimpi. Lantas, bagaimanakah tafsir mimpi pergi ke Mekah menurut ulama?

Dalam literatur kitab klasik, dijumpai beberapa keterangan mengenai tafsir mimpi pergi ke mekah menurut ulama. Menurut keterangan ulama tafsir mimpi ke Mekkah dapat memiliki arti yang berbeda sesuai dengan kondisi seseorang yang mengalami mimpi.

Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan kitab Tafsirul Ahlam berikut,

من رأى أنه في مكة أو في طريقها فإنه يرزق الحج إن شاء الله تعالى وإن كان  مريضا فإنه يطول مرضه وربما مات منه ودخل الجنة إن شاء الله تعالى ومن رأى  أنه في مكة وهو مشتغل بالزهد والصلاح والعبادة يحصل له خير ومنفعة في دينه  ودنياه وإن رأى أنه مشتغل بالشر والفساد فضد ذلك ومن رأى أنه نزل بمكة دل على إقبال الدنيا وكذا الناس أو على أن يحج في سرور كامل وسلامة ومن رأى  أنه في حرم مكة فإنه أمن من آفات الدنيا ومن رأى أنه دخل البيت فإنه يأمن  مما يخاف وإن كان عزبا تزوج أو كافرا أسلم أو عاقا لوالديه أبرهما أو يرجى  له الزهد والعبادة وقيل يدل على أنه ملازم للصلاة وقيل يعمر مسجدا

Artinya : “Barang siapa yang bermimpi ada di Mekkah atau di jalan menuju Mekkah, maka dia akan diberi rezeki untuk dapat pergi haji. Apabila dia dalam kondisi sakit, maka pertanda akan lama penyakitnya dan terkadang pertanda dia akan mati dan masuk surga. Apabila dia bermimpi melakukan ibadah di Mekkah, maka dia akan mendapatkan kebaikan dan manfaat dalam agama dan dunianya. 

Apabila dia bermimpi melakukan keburukan di Mekkah, maka itu pertanda sebaliknya. Barang siapa bermimpi turun di Mekkah, maka itu pertanda dia akan mendapatkan dunia atau akan melaksanakan haji dengan bahagia, sempurna, dan selamat. Barang siapa bermimpi dia berada di tanah haram Mekkah, maka itu pertanda dia akan selamat dari penyakit-penyakit dunia.  

Barang siapa bermimpi masuk ke Baitullah, maka dia akan aman dari apa yang ditakutkan, apabila dia jomblo maka pertanda akan menikah, apabila non muslim maka pertanda akan masuk Islam atau dalam keadaan durhaka maka pertanda dia akan menjadi orang yang berbakti atau akan akan melaksanakan ibadah. 

Menurut sebagian pendapat menunjukan bahwa dia senantiasa melaksanakan sholat. Menurut pendapat yang lain menunjukan dia akan membangun masjid. ”

Demikian penjelasan mengenai tafsir mimpi pergi ke mekah menurut ulama. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Bagaimana Hukum Takfiri dalam Islam?

Fenomena takfiri atau memvonis muslim lainnya sebagai kafir atau murtad sudah tidak asing lagi disekitar kita. Tuduhan ini biasanya dilontarkan kepada sesama mulim mengenai perbedaan ijtihad, atau dilontarkan kepada orang-orang non-muslim. Lantas bagaimana hukum takfiri dalam Islam?

Pengertian kafir merupakan seseorang yang berlawanan dengan iman. Menurut Abi Abdillah al-Dihbi, problematika takfiri bukan hanya terjadi pada zaman saat ini, penisbatan kafir sudah dimulai sejak 36 H, yang sering diperuntukkan orang-orang Khawarij—mereka yang keluar dari golongan Ali bin Abi Thalib—.

Pada akhir-akhir ini, kita melihat bahwasannya pengeboman yang terjadi di Polsek Astana Anyar pada (7/12/2022), CNN melaporkan bom bunuh diri terjadi dilakukan oleh mantan Narapidana terorisme.

Jika kita runtut, problematika dari terorisme adalah ketika seseorang memvonis seseorang yang berbeda dengan dirinya seorang kafir. Dengan begitu, mereka beranggapan bahwasannya seseorang yang kafir wajib untuk dibunuh.

فَإِذَا انْسَلَخَ الأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُواْ الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُواْ لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ، فَإِن تَابُواْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ فَخَلُّواْ سَبِيلَهُمْ، إِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ  (التوبة: 5)

 Artinya, “Apabila sudah habis bulan-bulan mulia itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian.

Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sungguh Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.” (QS. At-Taubah: 5).

Secara sekilas, ayat di atas sering disalahpahami sebagai perintah yang menunjukkan untuk memerangi orang-orang kafir dengan tegas, orang tidak seiman dan berbeda dengan syariat Islam.

Dengan pemahaman yang patah, mengakibatkan salah pemahaman dalam memahami ayat tersebut. Baik memahami makna kafir dan makna jihad sesungguhnya. Lalu, bagaimana Nabi melihat orang-orang yang menghukumi dengan mudahnya memvonis muslim lain kafir?

Bahwasannya Nabi Muhammad sendiri sudah mewanti-wanti umatnya untuk tidak saling menghukumi kafir sesama muslim.

قول النبي صلى الله عليه وسلم: (لايرمي رجل بالفسوق ولايرميه بالكفر إلا ارتدت عليه إن لم يكن صاحب كدالك).

Artinya: Nabi Muhammad SAW berkata; janganlah kalian saling menghukumi orang lain dengan sebutan kafir ataupun fasik, jika kamu tidak ingin demikian juga.

Dari hadis di atas, bahwasannya Nabi mengharamkan umatnya untuk saling menghukumi orang lain dengan sebutan kafir atau fasik. Karena, seseunggahnya orang-orang yang menghukumi kafir termasuk salah satu perkara perbuatan orang kafir itu sendiri.

Menurut Imam Taqiuddin Al-Subki, problematika takfiri harus segera dihindari, karena takfiri merupakan perkara yang sangat keji di mata Allah SWT. Allah juga tidak segan-segan untuk menempatkan di neraka selamanya.

Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan ketika seseorang memvonis muslim lain kafir (takfiri):

Pertama, Bahwasannya takfiri bertentangan dengan syariat dan perintah Allah dan perintah Nabi. Dalam firmannya,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat: 10). Karena pada dasarnya muslim dan sesama muslim lainnya adalah saudara, maka dari itu Allah mewajibkan untuk saling menghormati, menjaga dan tolong-menolong dalam kebaikan.

Kedua, Menghukumi sesama muslim kafir adalah salah satu sifat dari orang kafir itu sendiri. Ketiga, pedoman dan rujukan dalam hal takfiri adalah Allah dan Rasulnya.

Keempat, Tidak menjatuhkan hukum takfir kepada sesama muslim kecuali dengan jelas dan gamblang; baik dalam Alquran dan Sunnah, bukan berdasarkan prasangka atau dugaan.

Demikian penjelasan terkait hukum takfiri dalam Islam. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH