Buah Khuldi

Buah Khuldi adalah penamaan buah untuk nama pohon yang Allah ‘Azza Wajalla larang Nabi Adam dan istri beliau untuk mendekatinya. Sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla,

وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

“Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!” (QS. Al-Baqarah: 35)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu mengatakan,

نوع من أنواع شجر الجنة; الله أعلم بها، وإنما نهاهما عنها امتحانا وابتلاء

Pohon ini merupakan salah satu pohon surga. Allah yang lebih tahu tentang hal tersebut. Akan tetapi, yang jelas Allah larang keduanya mendekati pohon tersebut sebagai bentuk ujian (patuh ataukah tidak).” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 49)

Akan tetapi, setan berupaya sedemikian kuat untuk menjerumuskan Nabi Adam dan Hawa ‘alaihimassalam agar tidak mematuhi perintah Rabbnya. Dalam sebuah riwayat [1] disebutkan bahwa setan berpura-pura menangis dengan tangisan yang menyayat sehingga mengundang iba keduanya. Setan mengaku bersedih jika keduanya nanti tidak akan menjumpai nikmat seperti ini, sampai ia berkata,

يا آدم هَل أدلك على شجرة الخلد ومُلك لا يبلى؟ وقال:”ما نهاكما ربكما عن هذه الشجرة إلا أن تكونا مَلَكين أو تكونا من الخالدين، وقاسمهما إني لكما لمن الناصحين”

Wahai Adam, maukah kutunjukkan manfaat pohon Khuld yang nantinya kamu akan menjadi malaikat di sini yang tidak akan lenyap? Rabbmu melarangmu memakannya agar engkau tidak menjadi malaikat dan kekal di sini. (Bahkan setan sampai bersumpah) dan mengatakan bahwa, aku ini benar-benar memberi saran yang baik untukmu.” [2]

Rayuan setan ini pun masuk ke dalam hati Adam dan Hawa dan keduanya menuruti bisikan tersebut. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطٰنُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وٗرِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْءٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ

Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat tampak pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan) berkata, ‘Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).’” (QS. Al-A’raf: 20)

Allah pun memberikan teguran dengan menampakkan aurat lahir mereka karena telah melanggar apa-apa yang Allah perintahkan. Hal ini menunjukkan, bahwa kemaksiatan dalam hati sekalipun akan berdampak pada lahiriah manusia. Syekh As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan ayat ini dengan mengatakan,

ظهرت عورة كل منهما بعد ما كانت مستورة، فصار للعري الباطن من التقوى في هذه الحال أثر في اللباس الظاهر، حتى انخلع فظهرت عوراتهما، ولما ظهرت عوراتهما خَجِلا وجَعَلا يخصفان على عوراتهما من أوراق شجر الجنة، ليستترا بذلك

Nampaklah aurat keduanya satu sama lain, setelah sebelumnya tertutup. Keterbukaan batin (karena melanggar ketentuan Allah) memberikan efek kepada keterbukaan lahiriah (terbukanya aurat). Sampai benar-benar tidak ada yang menutupi aurat mereka dan nampaklah aurat keduanya. Mereka pun berupaya menutupinya karena malu dengan dedaunan surga.[3]

Jika Nabi Adam ‘alaihissalam langsung Allah tegur, bagaimana dengan kita yang bahkan kedekatan kita dengan Allah Ta’ala tidak sebagaimana kedekatan Nabi Adam alaihissalam?! Semoga Allah jaga kita dari perbuatan ingkar kepada Allah Ta’ala.

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/83097-buah-khuldi.html

Niat Sholat Dhuha Dua Rakaat dan Doa Lengkap (Arab, Latin, dan Terjemahan)

Sholat Dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sholat Dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi atau waktu Dhuha, yakni ketika matahari sedang naik setinggi tombak atau naik sepenggalah. Jika diukur menggunakan jam, maka waktu sholat Dhuha berada pada pukul tujuh, delapan, sembilan, sampai sebelum masuk waktu sholat zhuhur.

Sholat Dhuha ini sedikitnya dikerjakan dua rakaat dan sebanyak-banyaknya dua belas rakaat dengan setiap dua rakaat satu salam. Cara mengerjakannya sama seperti mengerjakan sholat sunnah dua rakaat, hanya saja niatnya berbeda.

Adapun lafal niat sholat Dhuha adalah sebagai berikut:

Niat sholat dhuha 2 rakaat

أصلي سنة الضحى ركعتين لله تعالى الله أكبر

Ushallii sunnatadh dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa. Allaahu akbar.

Artinya:

“Aku niat mengerjakan sholat sunah Dhuha dua rakaat karena Allah Ta’ala. Allah Mahabesar.”

Untuk sholat Dhuha ini sebaiknya pada rakaat pertama sesudah membaca surah Al-Fatihah diteruskan dengan membaca surah Asy-Syams dan pada rakaat kedua membaca surah Adh-Dhuha.

Doa Sesudah Sholat Dhuha

اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Allaahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka walbahaa-a bahaa-uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quw watuka wal qudrata qudratuka wal ‘ishmatta ‘ishmatuk. Allaahumma in kaana rizqii fissamaa-i fa anzilhu wa in kaanafil ardhi fa-akhrijhu wa in kaana mu’assaran fayas sirhu wa in kaana haraaman fathahhirhu wa in kaana ba’iidan faqarribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quuwatika wa qudratika aatinii maa aataita ‘ibaadakash shalihiin.

Artinya:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu Dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, dan kekuasaan adalah kekuasaan-Mu serta penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, jika rizqiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi, keluarkanlah. Jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh.”

ISLAMDIGEST

Kenapa Dinamakan Bulan Syakban?

Kenapa dinamakan bulan Syakban? Kenapa bukan nama-nama yang lain saja? Apa alasan di dalamnya. Berikut akan penulis jelaskan alasan dari penamaan tersebut perspektif Islam.

Salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam adalah bulan Syakban. Bulan di mana keberkahan di dalamnya sangat banyak. Kebaikan melimpah. Doa-doa yang dipanjatkan akan diterima oleh Allah. Ketaatan memiliki nilai pahala yang dilipatgandakan.

Bulan Syakban juga bulan yang bergandengan dengan Ramadhan. Maka, siapa saja yang berhasil menjalankan bulan Syakban dengan sempurna, menunjukkan bahwa ia akan berhasil ketika menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Lantas, kenapa disebut dengan Syakban?

Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al-Maliki al-Makki al-Hasani dalam kitabnya membahas panjang lebar perihal bulan Syakban, termasuk alasan di balik penamaan tersebut. Menurutnya, kata Syakban dibentuk dari lafal Sya’aba, yang memiliki makna bercabang.

Artinya, semua perbuatan yang dilakukan pada bulan tersebut memiliki nilai yang sangat banyak. Oleh karena itu, para ulama memiliki pandangan beragam dalam mengartikan nama bulan tersebut.

Di antaranya adalah karena di dalam bulan Syakban terdapat kebaikan yang sangat banyak. Ada juga yang mengatakan bahwa dinamakan bulan Syakban karena bulan ini menjadi salah satu waktu mulia untuk melakukan kebaikan. Ada juga yang mengatakan karena pada bulan ini Allah menghilangkan kesedihan dalam hati umat Islam,

وسمي شعبان: لأنه يتشعب منه خير كثير. وقيل طريق للخير. وقيل الجبر، فيجبر الله فيه كسر القلوب

“Dinamakan bulan Syakban karena di dalamnya terdaat kebaikan yang sangat banyak. Dikatakan juga, karena menjadi bulan untuk meraih kebaikan. Dikatakan juga, karena menjadi penutup, yaitu mengobati hati orang-orang yang sedang gelisah.” (Sayyid Muhammad, Madza fi as-Syakban, [Darul Ilmi asy-Syarif, cetakan pertama: 1424 H], halaman 5).

Berbeda dengan pendapat di atas, Syekh Badruddin al-Aini dalam kitabnya mengatakan bahwa Syakban memiliki arti tampak/terang, karena setelah bulan ini tampak bulan yang sangat agung, yaitu Ramadhan.

Ada juga yang mengartikan bahwa Syakban memiliki arti terpecah belah. Sebab, pada bulan ini orang-orang zaman dahulu berpecah belah untuk mencari air, karena sudah berada pada musim kemarau. (Syekh Badruddin, Umdatul Qari Syarh Sahihi al-Bukhari, [Shamela: 2006], juz XVII, halaman 49).

Kendati demikian, yang paling diunggulkan dari semua pendapat tersebut adalah yang mengatakan bahwa alasan di balik penamaan dengan Syakban karena di dalamnya terdapat banyak cabang kebaikan yang Allah berikan kepada makhluk, serta melipatgandakan ibadah dan kebajikan yang dilakukan di dalamnya.

Hal itu dikarenakan banyak peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi pada bulan ini, di antaranya; (1) peralihan arah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram; (2) bulan istimewa bagi Rasulullah; (3) menjadi bulan Al-Qur’an; dan (4) penetapan dan penentuan catatan takdir.

Dari beberapa penjelasan di atas, sangat jelas bahwa di dalam  bulan Syakban terdapat banyak kebaikan dan kemuliaan yang hanya dikhususkan pada bulan ini. Maka, sangat beruntung orang yang bisa memanen banyak pahala dengan giat beribadah dan melakukan kebajikan.

Demikian penjelasan perihal alasan kenapa dinamakan bulan Syakban. Semoga bisa menjadi penyemangat untuk terus meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah di bulan ini. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Amalan Bulan Sya’ban Sesuai Sunnah

Berikut ini amalan sunnah bulan Sya’ban sesuai sunnah yang bersumber dari ulama Nusantara. Rajab akan pergi, kini Syakban yang sedang menanti. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwasanya bulan Syakban merupakan bulannya Rasulullah SAW, maka Mari kita sambut bulan ini seraya mengisinya dengan berbagai aktivitas positif. 

Amalan Bulan Sya’ban Sesuai Sunnah

Pertama, ialah taubat dan berbuat kebajikan. Syekh Abdul Hamid Kudus ketika membahas bulan Syakban, beliau menuliskan amalan sunnah bulan Syakban ialah bertaubat dan memperbanyak kebajikan;

إعلم أن شعبان المكرم من الأشهر المعظمة ، وهو شهر بركاته مشهورة ، وخيراته موفورة ، والتوبة فيه من أعظم الغنائم الصالحة ، والطاعة فيه من أكبر المتاجر ، جعله الله تعالى مضمار الزمان ، وضمن فيه الرابحة للتائبين الأمان. من عود نفسه فيه بالاجتهاد فاز في رمضان بحسن الاعتياد، وهو شهر النبي صلى الله تعالى عليه وسلم كمـا ذكـرنـا فـي الحـديـث الـمـار بقوله: وشعبان شهري. 

“Ketahuilah bahwasanya bulan Sya’ban merupakan diantara bulan yang diagungkan, bulan ini masyhur keberkahannya, kebaikan sangat terbuka lebar. Dan bertaubat pada bulan tersebut merupakan perbuatan yang baik, taat di bulan tersebut merupakan yang paling besar pahalanya. 

Allah menjadikannya sebagai waktu di mana orang yang bertaubat itu akan memanen laba yang sangat babyak, maka siapa yang membiasakan dirinya untuk melakukan kegiatan positif pada bulan tersebut, niscaya ia akan terbiasa untuk melaksanakannya pada bulan Ramadhan. Bulan Syakban merupakan bulannya Nabi Muhammad SAW sebagaimana hadis yang berbunyi Sya’ban itu adalah bulanku.”

Kedua, memperbanyak shalawat. Lebih lanjut, Syekh Abdul Hamid menjelaskan bahwasanya bulan Syakban merupakan bulan sholawat, karena ayat perintah shalawat itu turun pada bulan tersebut. Maka dianjurkan memperbanyak membaca sholawat. Beliau menuliskan;

وهو شهر الصلاة على النبي صلى الله تعالى عليه وسلم ـ كما في تحفة الإخوان ـ فأكثروا من الصلاة عليه أيها الإخوان في كل الأزمان؛ خصوصاً في شهر نبيكم شعبان في ليلة نصفه تقسم أجال العباد ويحكم فيها بالقرب والبعاد. 

“Bulan Sya’ban merupakan bulan untuk bershalawat kepada rasulullah SAW sebagaimana yang diterangkan dalam kitab tuhfat Al-Ikhwan, maka kalian Perbanyaklah membaca shalawat kepada Baginda SAW di setiap saat, terlebih pada bulan Sya’ban merupakan bulannya Rasulullah SAW dan juga ajalnya hamba itu dibagi dan nasibnya pula ditentukan.” (Kanz al-Najah wa al-Surur, halaman 149).

Ketiga ialah memperbanyak puasa sunnah. Syekh Nawawi Al-Bantani menambahkan amalan yang bisa dilakukan dalam bulan Syakban, yaitu berpuasa;

وَالثَّانِي عشر صَوْم شعْبَان لحبه صلى الله عَلَيْهِ وَسلم صِيَامه فَمن صَامَهُ نَالَ شَفَاعَته صلى الله عَلَيْهِ وَسلم يَوْم الْقِيَامَة

“Hari Yang disunahkan puasa selanjutnya adalah puasa Sya’ban karena Rasulullah SAW sangat menyukai berpuasa pada bulan tersebut. Maka siapa yang berpuasa pada bulan Sya’ban niscaya ia kelak akan mendapatkan syafaatnya Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat.” (Nihayat al-Zain, Halaman 197)

Pernyataan ini dikuatkan oleh Syekh Mahfudz Termas, beliau menyatakan;

قوله : ( في شعبان الثابت في الخبر ) أي : في خبر مسند أحمد : أنه صلى الله عليه وسلم سئل عن إكثار الصوم في شعبان فقال : إنه شهر ترفع فيه الأعمال ، فإني أحب أن يرفع عملي وأنا صائم. 

Dalam musnadnya Imam Ahmad dijelaskan bahwasanya Rasulullah SAW itu ditanya mengenai Amaliah beliau yang mana memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban, beliau menjawab bahwasanya pada bulan tersebut itu amal dilaporkan kepada Allah dan beliau ini senang  ketika amal beliau dilaporkan dan beliau dalam keadaan berpuasa.” (Hasyiyah Al-Tarmasi, Juz 5 Halaman 803) 

Syekh Mahfudz pun sangat menganjurkan untuk memperbanyak puasa pada bulan tersebut, dalam halaman lain beliau menjelaskan;

قوله : ( ثم بعد الحرم شعبان ) أي : فهو من الأشهر الفاضلة ، وإن لم يكن من الأشهر الحرم .. فصوم كله سنة ، وكذا صوم أكثره بشرط ألا يقع منه صوم بعد النصف غير متصل بيومه ؛ لأن الصوم بعد نصف شعبان إذا لم يتصل بيوم النصف ولا وافق عادة له أو نحو نذر أو قضاء . . حرام كما مر بدليله ، ويحصل أصل الأكثرية بزيادة يوم على النصف.

Kemudian bulan utama setelah asyhurul hurum (Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram) adalah bulan Sya’ban, bulan ini merupakan bulan yang utama Meskipun tidak termasuk pada kategori bulan yang dimuliakan atau asyhur al-hurum. Maka berpuasa pada bulan Syakban itu sunnah hukumnya. 

Demikian pula disunnahkan untuk berpuasa banyak pada bulan tersebut dengan syarat ketika sudah 15 separuh kedua itu disambung dengan berpuasa pada hari sebelum 15 tersebut karena jika tidak demikian maka hukumnya haram kecuali adanya uzur semisal puasa nazar, Qada’ atau puasa Daud. 

Hanya saja memperbanyak puasa dalam bulan Syakban ini sudah dianggap cukup dengan menambah satu hari dari 15 separuh yang pertama, yakni berpuasa selama 16 hari. (Hasyiyah Al-Tarmasi, Juz 5 halaman 808).

Dengan demikian bisa diketahui bahwasanya amal kebajikan yang bisa dilakukan dalam bulan Syakban adalah memperbanyak puasa dan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Tentunya masih banyak lagi amaliyah lain, namun hanya keduanya sangat ditekankan oleh Ulama Nusantara. 

Selamat menanam kebiasaan positif, agar terbiasa melakukannya di bulan Ramadhan, di mana amal saleh dilipat gandakan pahalanya. Demikian amalan sunnah bulan Syakban.  Wallahu a’lam bi al-shawab, Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Hadits Bulan Syaban tentang Puasa hingga Ampunan Allah

ulan Syaban adalah bulan ke-8 dalam kalender Islam (Hijriyah). Terdapat sejumlah hadits bulan Syaban sebagaimana diriwayatkan para sahabat yang berhubungan dengan keutamaan dan amalan di bulan tersebut.

Hadits-hadits yang berkaitan dengan bulan Syaban terdiri dari hadits shahih hingga dhaif atau lemah. Salah satu hadits bulan Syaban yang memiliki derajat shahih adalah hadits tentang puasa sunnah. Berikut selengkapnya.

Hadits Bulan Syaban
1. Hadits Anjuran Puasa Bulan Syaban

Amalan yang dilakukan Rasulullah SAW pada bulan Syaban adalah berpuasa sunnah. Bahkan, beliau berpuasa paling banyak di bulan ini. Sebagaimana Aisyah RA berkata,

وما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان، وما رأيته أكثر صياما منه في شعبان

Artinya: “Tidaklah aku melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan, dan tidaklah aku melihatnya puasa paling banyak dalam sebulan, kecuali bulan Syaban.” (HR Bukhari dan Muslim, dinilai shahih)

Kemudian, Ummu Salamah RA meriwayatkan,

أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ.

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Syaban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR Abu Dawud dan An-Nasa’i. Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
2. Hadits Puasa Nisfu Syaban

Puasa Nisfu Syaban adalah puasa yang dikerjakan pada tanggal 15 Syaban. Salah satu dalil yang menyebut secara khusus pelaksanaan puasa Nisfu Syaban adalah hadits yang diriwayatkan Ibn Majah dari Mu’awiyah bin Abdillah bin Ja’far. Berikut bunyi penggalan haditsnya,

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا

Artinya: “Jika masuk malam pertengahan bulan Syaban maka salatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Karena Allah turun ke langit dunia ketika matahari terbenam…”

Menurut penelusuran detikHikmah, dalil yang berkenaan dengan anjuran puasa Nisfu Syaban tersebut dinilai lemah. Hal ini turut disebutkan dalam Kitab Fiqhus Sunnah karya Sayyid Sabiq. Ulama Syafi’iyah tersebut menjelaskan, tidak ada dalil shahih yang menyebut bahwa mengerjakan puasa Nisfu Syaban dengan keyakinan ia memiliki keutamaan tertentu.

Akan tetapi, sebagaimana disebutkan dalam Kumpulan Tanya-Jawab Bid’ah dalam Ibadah yang ditulis oleh Hammud bin Abdullah Al-Mathr, orang yang memiliki kebiasaan melakukan puasa Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriah), maka tidak masalah baginya mengerjakan puasa pada tanggal 15 Syaban (Nisfu Syaban).
3. Hadits Ampunan Allah pada Malam Nisfu Syaban

Ada sejumlah hadits bulan Syaban yang menyebut bahwa Allah SWT akan mengampuni hamba-Nya yang memohon ampunan pada malam Nisfu Syaban. Salah satunya hadits yang dikatakan Al-Albani, dari Muadz bin Jabal RA dia meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda,

“Pada malam Nisfu Syaban Allah SWT memperhatikan seluruh makhluk-Nya, Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR Thabrani, Daruquthni, Baihaqi, dan Ibnu Hibban)

Dalam Kitab Syu’ab al-Iman juga terdapat riwayat yang menyebut bahwa Allah SWT akan mengampuni hamba-Nya yang memohon ampun pada malam Nisfu Syaban. Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila tiba malam Nisfu Syaban, maka malaikat berseru menyampaikan dari Allah: adakah orang yang memohon ampun maka aku ampuni, adakah orang yang meminta sesuatu maka aku berikan permintaannya.” (HR Baihaqi)

Melansir arsip detikHikmah, sebagian ulama mengatakan bahwa tidak ada satu pun hadits tentang keutamaan malam Nisfu Syaban yang dinilai shahih. Sementara itu, sebagian ulama hadits mengatakan ada riwayat yang karena banyaknya sanad hadits tersebut, maka ia menjadi shahih atau paling tidak menjadi hasan dan bisa dijadikan dalil.

4. Hadits Diangkatnya Amal pada Bulan Syaban

Bulan Syaban juga menjadi bulan diangkatnya amal manusia ke hadirat Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang berasal dari Usamah bin Zaid. Ia berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Syaban”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya: “Bulan Syaban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR Dawud dan an-Nasa’i. Ibnu Khuzaimah men-shahihkan hadits ini)

Baca artikel detikhikmah, “Hadits Bulan Syaban tentang Puasa hingga Ampunan Allah” selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6584988/hadits-bulan-syaban-tentang-puasa-hingga-ampunan-allah.

Niat Puasa Syaban, Kapan Waktu Membacanya?

Puasa Syaban adalah puasa sunah yang dilakukan menjelang bulan Ramadhan, tepatnya pada bulan Syaban tahun Hijriyah. Cara mengerjakan puasa Syaban sama seperti melakukan puasa sunah yang lainnya, hanya saja berbeda niatnya.

Sebagai umat muslim yang ingin mendapat pahala dari Allah SWT, niat puasa syaban harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan. Dalam agama Islam, niat merupakan kunci utama dalam menjalankan segala bentuk ibadah, termasuk puasa Syaban. Maka dari itu, artikel ini akan membahas secara lengkap niat puasa Syaban menjelang bulan Ramadhan, mulai dari bacaan, cara membaca, dan waktu yang tepat untuk melakukan niat.


1. Niat Puasa Syaban

Mengutip dari buku Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII oleh H. Ahmad Ahyar dan Ahmad Najibullah, berikut bacaan niat puasa syaban:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ شَهْرٍ شَعْبَانَ سُنَهُ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu sauma gadin min syahri sya’ban sunnatal lillahi ta’ala

Artinya: “Saya niat berpuasa besok dari bulan Syaban sunnah karena Allah Ta’ala.”

2. Niat Puasa Nisfu Syaban

Sementara niat puasa nisfu Syaban yang dilakukan di pertengahan bulan Syaban berdasarkan buku Tuntunan Lengkap Rukun Islam Doa Kunci karya Moch Syarif, yaitu sebagai berikut:

نَوَيْتُ الصَّوْمَ فِى النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ سُنَّةَ اللَّهِ تَعَالَى

Nawaitush sahuma fin nishfi min sya’bana sunnatan lillahi ta’ala

Artinya: “Saya berniat puasa sunah pada pertengahan bulan Syaban karena Allah SWT.”

Cara Membaca Niat Puasa Syaban

Cara membaca niat puasa Syaban sama halnya seperti melakukan niat puasa lainnya. Menurut buku 125 Masalah Puasa karya Muhammad Anis Sumaji dan Muhammad Najmuddin Zuhdi, cara membaca niat tidak harus diucapkan. Niat merupakan sesuatu yang tempatnya ada di dalam hati. Tidak ada satu pun keterangan dari Rasulullah yang menyebutkan perintah melafalkan niat.

Artinya, ketika seseorang hendak berpuasa dan dengan sengaja di dalam hatinya menyatakan bahwa dirinya akan melakukan puasa, itu sudah termasuk niat. Begitupun sebaliknya, ketika seseorang melafalkan niat tetapi hatinya tidak berniat, maka dirinya belum dikatakan telah berniat. Oleh karena itu, niat puasa syaban tidak perlu diucapkan secara lisan, melainkan cukup diucapkan di dalam hati.

Tentu, seluruh amalan yang dikerjakan oleh umat yang berakal pasti disertai dengan niat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadits berikut:

إِنَّمَا الأعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِيَّ مَا نَوَى

Artinya: “Amal itu tergantung niatnya. Setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai niatnya” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Waktu Membaca Niat Puasa Syaban

Sultan Abdillah dalam buku Risalah Puasa menjelaskan bahwa waktu membaca niat puasa sunah tidak harus dilakukan sebelum terbit fajar. Seseorang diperbolehkan untuk berniat puasa sunah setelah terbit fajar selama dirinya belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar.

Begitu pula disebutkan dalam buku Fikih MTs Kelas VIII yang menjadi sumber sebelumnya, niat puasa syaban boleh dilakukan pada pagi hari hingga waktu zuhur asalkan belum makan dan minum.

Jika lupa ataupun belum melakukan niat puasa sunah syaban di malam hari, maka diperbolehkan untuk langsung berniat puasa Syaban lalu berpuasa hingga tiba waktu Maghrib.

Setelah melakukan niat puasa Syaban, kemudian tidak diperbolehkan untuk makan, minum, ataupun melakukan hal-hal yang membatalkan puasa hingga tiba waktu berbuka. Apabila sudah tiba waktu Maghrib, segerakanlah untuk berbuka puasa meskipun belum dalam keadaan lapar.

Baca artikel detikhikmah, “Niat Puasa Syaban, Kapan Waktu Membacanya?” selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6585291/niat-puasa-syaban-kapan-waktu-membacanya.

Amalan Mimpi Bertemu Rasulullah dari Abah Guru Sekumpul

Berikut adalah amalan mimpi bertemu Rasulullah dari Abah Guru Sekumpul. Setiap orang muslim, pasti mengenal Rasulullah. Ia adalah sosok teladan yang penuh dedikasi pada umatnya. Seabrek kisah teladannya dapat kita jumpai dalam pelbagai kitab yang ditulis secara gamblang oleh sejarawan. Untuk itu, kita umatnya yang hidup hari ini senantiasa bisa mengetahui risalah kehidupan Nabi di masa lalu.

Lebih lanjut,  bagi seorang muslim yang taat, bertemu dengan Rasulullah adalah impian. Kendatipun bersua secara fisik sudah tidak mungkin lagi, sebab Nabi telah meninggal pada 14 abad yang telah lalu. Namun masih ada cara agar kita bisa bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW yakni melalui mimpi.

Berdasarkan kisah-kisah telah banyak muslim yang taat yang telah bersua dengan Rasulullah lewat mimpi dan merasakan pengalaman berharga yang tak terlupakan. Kemudian mimpi tersebut menjadikan mimpi tersebut pengobat rindu kepada Rasulullah.

Salah satu upaya umat Islam untuk bertemu Rasulullah ialah dengan berdoa dan membaca wirid dengan ikhlas kepada Allah SWT. Amalan tersebut bertujuan untuk diberi kesempatan bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dalam mimpi. Dengan doa yang tulus dan penuh keikhlasan hati, semoga Allah akan memberikan kesempatan kita bersua dengan Nabi Muhammad.

Amalan Mimpi Bertemu Rasulullah

Adapun salah satu amalan agar bertemu Rasulullah dalam mimpi datang dari ulama kharismatik asal Kalimantan Selatan, yakni KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari, yang terkenal dengan nama Abah Guru Sekumpul.

Dalam salah satu cuplikan video yang bertebaran di media sosial, menurut Abah Guru Sekumpul, kalau sampai ada umat Islam sudah umur 40 tahun, namun belum bertemu Rasulullah dalam mimpi, maka hal itu sangat disayangkan. Pasalnya, banyak sekali amalan yang bisa dibaca ketika hendak bertemu dan bersua dengan Rasulullah.

Adapun amalan bertemu Rasulullah dalam mimpi tersebut ialah membaca shalawat Durril Azhar.  Menurut Guru Sekumpul, cara mengamalkannya ialah shalawat Durril Azhar ini dibaca 15 kali ketika hendak tidur. Seyogianya hal itu didawami [lazimi] diamalkan, dalam waktu dekat, maka ia akan bertemu dengan Rasulullah.

Adapun bacaan shalawat Durril Azhar sebagai berikut;

اللّٰهُمَّ صَلِى عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الدُّرِّ الاَزْهَرْ وَالْيَقُوتِ الاَحْمَرْ وَالنُورِ الاَظْهَرِ وَالسِرِّ اللّٰهِ الاَكْبَر

 Allaahumma Sholli wa Sallim ‘ala Sayyidina Muhammadinid Durril Azhar wal Yaaquutil Ahmar, wan Nuuril Adzhhar wa Sirrillaahil Akbar 

Artinya: “Wahai Allah, limpahkanlah sholawat serta pujian selamat kepada junjungan kami Muhammad Sang Mutiara yang berkilauan, Sang Permata Yaquth Merah, Sang Cahaya yang nampak (terang benderang) & wujud rahasia keluhuran Allah yang terbesar.”

Demikian amalan mimpi bertemu Rasulullah dari Guru Sekumpul. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Menyentuh Kemaluan, Apakah Membatalkan Wudhu?

Siapa saja yang memegang kemaluannya maka hendaklah dia berwudhu.

Para ulama saling berbeda pendapat tentang batal atau tidaknya menyentuh lawan jenis jika sudah berwudhu. Namun bagaimana hukumnya ketika menyentuh kemaluan, apakah wudhu juga menjadi batal?

Abdul Qadir Muhammad Manshur dalam kitab Panduan Shalat An-Nisaa menjelaskan, Saif bin Abdullah Al-Himyari menceritakan bahwa dia menjumpai Aisyah bersama beberapa orang laki-laki. Dan mereka bertanya tentang laki-laki yang mengusap kemaluannya. Sayyidah Aisyah pun meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Maa ubaaliy iyyahu masist aw anfiy,”. Yang artinya, “Aku tidak peduli apabila menyentuhnya. Apakah aku harus membuangnya?”. HR Abu Ya’la.

Arqam bin Syurahbil berkata, “Aku menggaruk tubuhku dalam shalat, hingga aku mencapai kemaluanku. Lalu aku menceritakan hal itu kepada Abdullah bin Mas’ud. Dia pun berkata kepadaku sambil tertawa, ‘Potonglah ia! Ke mana kamu akan membuangnya dari dirimu? Ia tidak lain hanyalah sepotong daging pada tubuhmu,”. HR Thabrani.

Tak hanya itu, Zaid bin Khalid Al-Juhani meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Man massa farjahu falyatawadho’,”. Yang artinya, “Siapa saja yang memegang kemaluannya maka hendaklah dia berwudhu,”.

Dalam hal menyentuh kemaluan ketika memiliki wudhu, Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid menjelaskan, para ulama berselisih pendapat tentang menyentuh zakar (kemaluan). Mereka terbagi ke dalam tiga kelompok.

Kelompok pertama mewajibkan wudhu karenanya, bagaimana pun bentuk penyentuhan. Ini adalah pendapat dari Imam Syafii dan para pengikutnya, yakni Imam Ahmad dan Imam Dawud. Sedangkan kelompok kedua sama sekali tidak mewajibkan wudhu karenanya. Masing-masing dari kedua kelompok ini memiliki pendahulu dari kalangan sahabat dan tabiin.

Adapun kelompok ketiga membedakan antara penyentuhan dengan kondisi tertentu dan penyentuhan dengan kondisi yang lain. Dan mereka terbagi ke dalam beberapa golongan. Ada yang membedakan antara penyentuhan yang disertai dengan kenikmatan dan penyentuhan yang tidak disertai dengan kenikmatan.

Mereka mewajibkan wudhu karena penyentuhan yang disertai dengan kenikmatan, dan tidak mewajibkannya karena penyentuhan yang tidak disertai dengan kenikmatan. Ada yang membedakan antara penyentuhan dengan bagian dalam telapak tangan dan penyentuhan bagian luar telapak tangan.

Kedua acuan tersebut diriwayatkan oleh para pengikut Imam Malik. Dan dijadikannya bagian dalam telapak tangan sebagai acuan adalah karena ia merupakan penyebab kenikmatan. Ada pula yang membedakan antara sengaja dan tidak sengaja. Mereka mewajibkan wudhu karena penyentuhan dengan sengaja dan tidak mewajibkannya karena penyentuhan tanpa sengaja.

Sekelompok ulama berpendapat bahwa berwudhu karena menyentuh zakar adalah sunnah dan bukan wajib. Abu Umar berkata, “Inilah yang benar dari pendapat Malik, menurut para pengikutnya di Maghrib. Riwayat darinya memang tidak jelas,”.

Penyebab perbedaan pendapat mereka adalah adanya dua hadis yang saling berbenturan. Hadis pertama adalah hadis yang diriwayatkan oleh Busrah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang dari kalian menyentuh zakarnya, maka hendaknya dia berwudhu,”. Ini adalah hadis yang paling terkenal yang berbicara tentang kewajiban berwudhu karena menyentuh zakar.

Yahya bin Muin dan Imam Ahmad bin Hanbal menganggap shahih hadis ini, sementara penduduk Kufah menganggapnya dhaif. Hadis yang semakna dengannya juga diriwayatkan oleh Ummu Haibah dan dianggap shahih oleh Ahmad bn Hanbal, serta diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan dianggap shahih oleh Ibnu Sakan. Tetapi Imam Bukhari dan Imam Muslim tidak meriwayatkan satu pun dari hadis-hadis ini.

Hadis kedua yang menentang hadis pertama adalah hadis Thalq bin Ali. Dia berkata, “Kami datang kepada Rasulullah SAW ketika di sisi beliau ada seorang laki-laki yang tampaknya adalah orang Badui. Laki-laki itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang laki-laki yang menyentuh zakarnya setelah berwudhu?”. Nabi pun bersabda, “Wa hal huwa illa bidh’atun minka,”. Yang artinya, “Apakah ia lebih dari sekadar sepotong daging pada tubuhmu?”.

Hadis tersebut dianggap shahih oleh banyak ahli ilmu, baik dari Kufah maupun ulama dari wilayah lainnya. Dijelaskan bahwa dalam menafisrkan hadis-hadis tadi, para ulama menganut salah satu dari dua metode. Yakni yang pertama, metode penimbangan (tarjih) atau penasakhan. Dan kedua, metode pengumpulan (al-jam). 

islam digest

Yahudi dan Nasrani akan Masuk Islam Semua Saat Nabi Isa Turun ke Bumi Kelak?

Yahudi dan Nasrani akan beriman kepada risalah Muhammad SAW

Ketika Nabi Isa alaihissalam diturunkan Allah SWT ke bumi menjelang hari kiamat, maka setiap orang-orang ahli kitab akan beriman kepada Nabi Isa, bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah SWT dan utusanNya. 

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An Nisa berikut ini:

وَاِنْ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهٖ قَبْلَ مَوْتِهٖ ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًاۚ

“Tidak ada seorang pun di antara Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Dan pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka.” (QS An Nisa 159). 

Ibnu Jarir Ath Thabari dalam tafsirnya menjelaskan qabla mautih adalah sebelum kematiannya nabi Isa putra Maryam. Maksudnya sebelum Nabi Isa diwafatkan Allah SWT di bumi menjelang kiamat, pada saat itu tidak ada ahli kitab yang tidak beriman kepada Nabi Isa.

Sedangkan saat ini Nabi Isa masih hidup. Dan kelak ketika telah diturunkan kembali ke bumi maka orang-orang ahli kitab akan beriman pada Nabi Isa mengakui bahwa Nabi Isa bukan Tuhan melainkan hamba Allah SWT, dan bukan putra Tuhan melainkan putra Maryam. 

  في قوله: ﴿ وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ ﴾ قال: “قبل موت عيسى، والله إنه الآن لحي عند الله، ولكن إذا نزل آمنوا به أجمعون”؛ [تفسير ابن جرير الطبري ج: 9 ص: 380].

Dalam kalimat wa in min ahlil kitabi illa layuminanna bihi qobla mautihi, dia berkata bahwa (maknanya) sebelum kematiannya Nabi Isa. Demi Allah bahwa Nabi Isa sekarang hidup di sisi Allah, akan tetapi ketika turun Nabi Isa ke bumi orang-orang ahli kitab semuanya beriman kepada Nabi Isa.

Sementara itu Imam Nawawi menjelaskan bahwa sebagaimana menukil keterangan Abu Hurairah bahwa dhomir lafaz mautihi itu kembali atau menunjuk pada Nabi Isa alaihissalam.

Maknanya bahwa tidak ada dari ahli kitab yang pada zaman ketika Nabi Isa diturunkan kembali ke bumi kecuali mereka beriman kepada Nabi Isa. Mereka mengetahui bahwa Isa adalah hamba Allah SWT dan putra Maryam. Ini merupakan pendapat sebagian mufasirin. 

Sementara itu dalam tafsir Tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) ada dua makna. 

Pertama bahwa ayat itu maksudnya tidak ada seorangpun dari ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, melainkan akan beriman kepada Nabi Isa dengan iman yang sebenarnya sebelum mereka itu mati, yaitu ketika menghadapi sakaratul maut.

Orang-orang Yahudi akan beriman, bahwa Nabi Isa itu utusan Allah SWT dan roh yang ditiupkan kepada Maryam dan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.

Orang-orang Nasrani pun akan beriman bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah SWT dan kalimat-Nya, bukan Allah SWT dan bukan pula anak Allah SWT.

Keimanan mereka yang sedemikian itu tidak berguna lagi, sebab dinyatakan setelah mereka sampai di tenggorokan, setelah mereka melihat tanda-tanda di alam akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT.

يَوْمَ يَأْتِيْ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا اِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ اٰمَنَتْ مِنْ قَبْلُ 

“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu.” (QS Al Anam ayat 158)

Kedua, ada pula sebagian ulama yang menafsirkan bahwa surat An Nisa ayat 159 maksudnya  tidak ada seorang pun dari ahli kitab melainkan akan beriman kepada Nabi Isa dengan iman yang sebenarnya sebelum Nabi Isa wafat.

Nabi Isa akan diturunkan lagi ke dunia dari langit pada akhir zaman untuk memperbaiki nasib umat Islam setelah dirusak oleh Dajjal. Berdasarkan beberapa hadis sahih riwayat al Bukhari dan Muslim dan lain-lain: 

Nabi Isa akan turun ke dunia, nanti pada akhir zaman. Beliau akan memecahkan salib lambang umat Nasrani, akan memusnahkan babi dan segala kekejian. Setelah itu dunia akan mengalami kesuburan, keamanan dan kesejahteraan yang adil dan merata.

Ketika itu Ahli Kitab dari Yahudi dan Nasrani akan beriman semuanya kepada Nabi Isa sebelum wafat, dan setelah wafat beliau dimakamkan di samping makam Nabi Muhammad di Madinah.

Turunnya Nabi Isa ke dunia ini adalah untuk menegakkan syariat Muhammad SAW sehingga Nabi Muhammad tetap menjadi saksi atas keimanan atau kekafiran ahli Kitab, seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT:

فَكَيْفَ اِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍۢ بِشَهِيْدٍ وَّجِئْنَا بِكَ عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ شَهِيْدًا 

“Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.” (QS An Nisa ayat 41).   

ISLAM DIGEST