5 Perbedaan antara taaruf dengan pacaran

Taaruf adalah berkenalan antara pria dan wanita secara islami yang bertujuan untuk mencari jodoh. Taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Secara syari, taaruf diperintahkan oleh Rasulullah bagi setiap pasangan yang ingin menikah.

Perbedaan antara berpacaran dengan taaruf ialah dari segi tujuan dan manfaat. Dikutip dari buku Istri Yang Di Rindukan Surga: Berdasarkan Al Quran dan As Sunah, karya Mutmainah Afra Rabbani menjelaskan, berpacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat. Sedangkan taaruf tujuannya untuk mengetahui kriteria calon pasangannya.

Perbedaan lain antara taaruf dengan pacaran yakni:

1. Taaruf untuk perkenalan sebelum menikah. Jadi kalau keduanya merasa tidak cocok dapat menyudahi taarufnya. Hal ini lebih baik dibandingkan orang berpacaran kemudian putus. Biasanya orang yang berpacaran hatinya akan bertaut sehingga jika tidak cocok sulit untuk putus dan akan terasa menyakitkan.

Akan tetapi taaruf, niatnya untuk menikah jika cocok bertawakal saja. Mungkin memang bukan jodohnya. Sehingga dengan begitu tidak ada pihak yang dirugikan atau pun merugikan.

2. Taaruf itu lebih adil. Pada masa perkenalan diisi dengan saling tukar informasi tentang diri masing-masing baik itu kebaikan atau keburukannya. Misalnya, seperti mengidap penyakit tertentu, tidak bisa memasak atau lainnya.

Informasi tersebut bukan hanya dari si calon saja, melainkan bisa dari orang yang mengenalnya yaitu keluarga dan sahabat. Hal ini berbeda dengan pacaran yang biasanya diselimuti dengan kepura-puraan.

3. Dengan taaruf bisa berusaha untuk mengenal calon serta mengumpulkan informasi sesingkat-singkatnya. Dalam hal ini dapat terjadi karena kedua belah pihak siap menikah dan siap membuka diri baik kelebihan maupun kekurangan. Dengan demikian dapat menghemat waktu.

Sedangkan pacaran, meski berhubungan sangat lama terkadang masih merasa belum dapat mengenal pasangannya. Dengan begitu hanya membuang-buang waktu.

4. Melalui taaruf diperbolehkan mengajukan kriteria calon yang diinginkan. Jika ada hal-hal yang cocok bisa dilanjutkan, tapi kalau kurang cocok bisa dipertimbangkan dengan hati dan pikiran yang sehat.

Keputusan akhir berdasarkan dengan berdialog dengan Allah melalui salat istikarah. Berbeda dengan berpacaran, terkadang hal buruk diterima meski hati kecilnya tidak menyukainya. Tetapi karena cinta terpaksa menerima.

5. Jika keduanya cocok, biasanya jangka waktu taaruf ke lamaran dan ke akad nikah tidak terlalu lama. Hal ini bisa menghindarkan dari berbagai perbuatan zina, termasuk zina hati.

Selain itu, tidak ada perasaan yang ‘digantung’ pada pihak wanita. Sebab, semua itu tujuannya untuk memenuhi sunnah Rasulullah yakni menikah. [hhw]

 

 

sumber:Merdeka.com