5 Pertanyaan Allah Kepada Manusia di Hari Kiamat

Mati itu pasti. Setiap orang, setiap yang bernyawa pasti mati. Selain Allah, semua pasti mati. Tapi, kapan kematian itu menghampiri, tidak satupun yang mengetahui, kecuali Allah. Kalau demikian, kematian bukan sesuatu yang mesti ditakuti karena pasti terjadi. Namu, bagi sebagian orang, kematian menjadi momok mengerikan, menakutkan dan suatu keadaan yang sangat mencekam.

Bagi umat Islam, kematian bukan akhir dari segalanya. Ia menjadi babak baru dan pintu gerbang menuju kehidupan berikutnya yang abadi. Alam kubur adalah fase menunggu hari kiamat. Maka, apakah seseorang termasuk orang yang beruntung atau buntung tanda-tandanya telah tampak ketika ia memasuki alam kubur. Di sini, ganjaran amal baik akan diberikan. Begitu pula sebaliknya, amal buruk akan dibalas dengan siksaan.

Dan penentuan apakah akan hidup bahagia ataukah penuh derita adalah saat hari kiamat. Semua manusia akan dihadapkan kepada Allah satu persatu, tanpa pendamping dan tanpa penerjemah untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya waktu di dunia.

Allah berfirman, “Tidak ada satu (umat) pun, kecuali semuanya akan dihadirkan kepada kami (untuk dihisab)”. (QS. Yassin: 32).

Begitulah, pada akhirnya semua akan kembali pada pengadilan Allah. Pada saat itu, Allah bertanya kepada manusia tentang lima hal. Pertama, umurmu digunakan untuk apa? Kedua, apa yang kamu lakukan saat masih muda? Ketiga, hartamu engkau peroleh dari mana? Keempat, hartamu engkau pergunakan untuk apa? Dan, kelima, apa yang kamu perbuat dengan ilmumu?

Lima pertanyaan ini yang menentukan apakah manusia di akhirat akan hidup suka cita atau duka cita, penuh kebahagiaan atau penderitaan. Sebab, seluruh perbuatan manusia saat hidup di dunia akan dibalas oleh Allah. Kebaikan dibalas dengan nikmat dan keburukan dibalas dengan laknat. Bagi yang beramal shaleh akan ditempatkan di surga dengan kenikmatan tiada tara, sementara bagi yang senang melakukan kemaksiatan dan dosa akan dicampakkan ke neraka dengan siksa yang pedihnya tak terbayangkan.

Karena itulah, manfaatkan umur selama masih bisa bernafas untuk kepentingan ibadah dan bermanfaat bagi yang lain hanya demi Allah. Usia muda adalah masa produktif yang harus menjadi semangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Begitu pun harta adalah titipan untuk kita menjadi amanah dengan cara mendapatkan dengan cara halal dan untuk kepentingan kebaikan. Semuanya dipandu oleh ilmu yang manfaat untuk ibadah dan amal kebaikan.

ISLAM KAFFAH