DI bulan Ramadhan ada beberapa amalan yang disyariatkan, di antara amalan itu ada yang wajib dan ada yang sunat. Berikut amalan tersebut:
Beritikaf
Setelah hari-hari biasanya kita sibuk terhadap urusan dunia, kita diminta hanya sebentar untuk menyibukkan diri dengan akhirat (fokus kepada akhirat), yaitu dengan beritikaf.
Itikaf artinya menetap di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Azza wa jalla. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa beritikaf sepuluh hari di bulan Ramadhan, namun pada tahun wafatnya Beliau, Beliau beritikaf selama dua puluh hari. (sebagaimana dalam riwayat Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Majah). Itikaf ini hukumnya sunat, dan menjadi wajib jika dinadzarkan oleh seseorang.
Itikaf lebih utama dilakukan di sepuluh terakhir bulan Ramadhan sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Waktunya dimulai dari setelah shalat Subuh hari pertama dan berakhir sampai matahari tenggelam akhir bulan Ramadhan.
Itikaf terlaksana dengan seseorang tinggal di masjid dengan niat beritikaf baik lama atau hanya sebentar, dan ia akan mendapatkan pahala selama berada di dalam masjid. Bagi yang beritikaf boleh memutuskan atau membatalkan itikafnya kapan saja ia mau, jika ia sudah keluar dari masjid lalu ia hendak beritikaf lagi, maka ia pasang niat lagi untuk beritikaf.
Itikaf tidak batal ketika seseorang keluar dari masjid karena terpaksa harus keluar (seperti ingin buang air, makan dan minum bila tidak ada yang mengantarkan makan untuknya, pergi berobat, mandi dsb). Itikaf menjadi batal jika seseorang keluar dari masjid tanpa suatu keperluan serta melakukan jima.
Aisyah radhiyallahu anha pernah berkata, “Sunnahnya bagi yang beritikaf adalah tidak menjenguk orang yang sakit, tidak menyentuh istri, memeluknya, tidak keluar kecuali jika diperlukan, dan itikaf hanya bisa dilakukan dalam keadaan puasa, juga tidak dilakukan kecuali di masjid jaami (masjid yang di situ ditegakkan shalat Jumat dan jamaah).”
Hendaknya orang yang beritikaf memanfaatkan waktunya yang ada dengan sebaik-baiknya, seperti memperbanyak dzikr (baik yang mutlak maupun yang muqayyad), membaca Al Quran, mengerjakan shalat-shalat sunnah dan amalan sunat lainnya serta memperbanyak tafakkur tentang keadaannya yang telah lalu, hari ini dan yang akan datang juga merenungi hakikat hidup di dunia. Ia pun hendaknya menghindari perbuatan yang sia-sia seperti banyak bercanda, ngobrol dsb.