10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada

10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada (Bag. 4)

Bismillah wal hamdulillah, wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.

Sebab ketiga, menuntut ilmu yang bermanfaat

Saat syariat Islam ini turun pertama kali kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, hal pertama yang Allah perintahkan kepada Nabi-Nya adalah membaca. Membaca adalah salah satu kunci kesuksesan kita di dalam belajar dan menuntut ilmu. Allah Ta’ala berfirman,

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (QS. Al-Alaq: 1).

Hal ini menunjukkan bahwa budaya membaca dan belajar sangatlah penting di dalam Islam. Kita bisa mengetahui syariat ini dengan sebenar-benarnya dengan membaca dan belajar. Bahkan Allah Ta’ala memberikan ganjaran pahala di setiap hurufnya kepada orang yang membaca Al-Qur’an walaupun tidak lancar. Ini merupakan kelebihan yang tidak dimiliki kitab-kitab lainnya.

Lalu apa itu ilmu bermanfaat yang Allah Ta’ala perintahkan umat ini untuk mempelajarinya?

Apa yang dimaksud dengan ilmu yang bermanfaat?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullaah mengatakan di dalam Majmuu’ al-Fataawaa, “Ilmu adalah apa yang dibangun di atas dalil, dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Terkadang ada ilmu yang tidak berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi berkaitan dengan urusan duniawi, seperti ilmu kedokteran, ilmu hitung, ilmu pertanian, dan ilmu perdagangan.”

Ibnu Rajab Rahimahullaah menambahkan penjelasan mengenai definisi ilmu yang bermanfaat di dalam kitab Fadhlu ‘Ilmi Salaf  ‘alal Khalaf, “Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur-an, penjelasan makna hadis-hadis Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan pembahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para Sahabat, Tabiin, Tabi’ut Tabi’in, dan para imam terkemuka yang mengikuti jejak mereka.”

Mujahid bin Jabr Rahimahullaah juga mengatakan, “Orang yang faqih adalah orang yang takut kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya sedikit. Orang yang bodoh adalah orang yang berbuat durhaka kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya banyak.”

Perkataan beliau Rahimahullaah menunjukkan bahwa ada orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya, namun ilmu tersebut tidak bermanfaat bagi orang tersebut karena tidak membawanya kepada ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Hukum menuntut ilmu bagi seorang muslim

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim”(HR. Ibnu Majah dan disahihkan Al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir).

Dalam hadis ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Penting untuk kita ketahui bahwa ketika Allah Ta’ala atau Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al-Qur’an atau As-Sunnah, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama). Hal ini termasuk juga kata “ilmu” yang terdapat dalam hadis di atas.

Allah Ta’ala juga berfiman,

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’“ (QS. Thaaha: 114).

Mengenai ayat ini, Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah berkata, “Firman Allah Ta’ala (yang artinya),‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Ilmu syar’i adalah ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah. Begitu juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan” (Fathul Baari, 1: 92).

Mengapa manusia wajib menuntut ilmu? Karena setiap orang dapat dibedakan dari ilmu yang dimiliki. Ilmu merupakan pembeda antara orang yang tahu dan tidak mengetahui. Kita mengetahui apa-apa yang Allah wajibkan, tata cara ibadah, rukun-rukun, dan hal lain yang berkaitan dengan hak-hak Allah dengan ilmu. Semua bisa kita ketahui dengan berilmu dan belajar. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ

“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi ke medan perang, mengapa sebagian di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya” (QS. At-Taubah: 122).

Kaitan antara menuntut ilmu dan kelapangan dada

Syekh Abdurrazaaq Hafidzhahullah menjelaskan bahwa semakin banyak seorang hamba memperoleh ilmu syar’i yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, semakin bertambah pula kadar kelapangan dadanya dan membaik pula keadaannya. Hal ini dikarenakan pada prinsipnya ilmu syar’i itu meninggikan derajat seorang hamba, membahagiakannya, dan merupakan sebab kesuksesannya di dunia, serta di akhirat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ

Allah akan mengangkat derajat orangorang yang beriman diantara  kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” (QS. Al-Mujadalah: 11).

Bersama semua hal itu, menuntut ilmu adalah surga bagi para penuntutnya. Di dalamnya terdapat taman yang penuh dengan bunga serta kebun yang penuh dengan buah-buahan. Diliputi juga di dalamnya kegembiraan dan ketenangan, di mana kita bisa memetik buah-buahan terbaik serta mengambil tangkai-tangkai bunga yang indah. Oleh karena itu, bisa kita jumpai sebagian besar ulama menamai karya mereka dibidang ilmu syar’i dengan apa yang mereka yakini menjadi salah satu sifat dari ilmu syar’i ini, seperti:

1. Rhoudhotul Uqola (Taman-Taman Pakar Ilmu);

2. Bustaanul ‘Arifin (Kebun Orang-Orang yang Berilmu);

3. Riyaadussholihin (Taman-Taman Orang-Orang Saleh);

4. Ar Roudhu Al Basim (Taman-Taman Orang-Orang yang Ceria);

5. dan lain sebagainya dari nama-nama yang menunjukkan akan makna-makna yang diyakini seorang penuntut ilmu terhadap ilmu.

Sesungguhnya menuntut ilmu adalah sebuah keutamaan yang besar, terlebih di zaman sekarang. Zaman yang dipenuhi dan disibukkan dengan hal-hal yang melalaikan. Sehingga orang yang masih Allah Ta’ala berikan kesempatan untuk menuntut ilmu itulah orang-orang orang yang mendapatkan kenikmatan yang sangat agung. Hanya segelintir orang dari umat ini yang mendapatkannya. Berdoa, berusaha, dan bersemangat adalah kunci agar kita selalu istikamah di dalam jalan ilmu ini.

Syekh menutup pembahasan ini dengan salah satu hadis yang menunjukkan keutamaan ilmu yang bermanfaat. Bahwasanya ilmu tersebut adalah jalan yang akan membawa penuntutnya kepada surga yang penuh kenikmatan, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة

“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim).

[Bersambung]

***


Penulis: Muhammad Idris

Referensi:

1. Asyartu Asbabin Linsyirahi As-sadr (10 Sebab Memperoleh Rasa Lapang Dada). Karya Syekh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Hafidzhohullah dengan beberapa perubahan.

2. Kitabul Iman (Kitab Iman). Karya Imam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dengan beberapa perubahan.

Sumber: https://muslim.or.id/70760-sepuluh-kunci-meraih-rasa-lapang-dada-bag-4.html