Sebagai makhluk Allah Swt yang dianugerahi kecerdasan berpikir (dibuktikan bahwa setiap manusia memiliki otak yang berfungsi untuk berpikir), kita dituntut untuk senantiasa belajar tanpa henti demi mewujudkan keluhuran pekerti dan pengetahuan. Nah berikut penjelasan terkait peran pendidikan dalam Islam.
Manusia, sebagaimana masyhur dijelaskan ahli logika, dijelaskan bahwa manusia adalah hewan yang berpikir (hayawanun nathiq), hal pembeda antara kita dengan hewan adalah kemampuan kita untuk menalar saat mengerjakan sesuatu. Belajar, melakoni proses pendidikan, merupakan salah satu bukti bahwa kita merupakan makhluk yang bernalar.
Mengarungi proses pendidikan adalah hal yang asyik untuk dilakukan, selain tentunya ia merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Melatih kecakapan diri dengan belajar merupakan upaya kita membentuk karakter yang baik yang tertanam dalam diri, yang jelas itu merupakan indikator keberhasilan kita menjadi umat islam yang mulia, hal ini tidak lain karena Rasulullah Saw diutus ke muka bumi tidak lain adalah untuk mengajak manusia agar memiliki akhlak yang sempurna.
Rasulullah Saw bersabda,
عن أبى هريرةَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قال: قال رسولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “إنَّمابُعِثتُ لأُتَمِّمَ مَكارِمَ الأخلاقِ”
Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu berkata : Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya aku di diutus ke muka bumi ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia” (Hadits riwayat al-Baihaqi dan al-Bazzar)
Dalam konteks ini, seorang guru bangsa Indonesia, Ki Hajar Dewantara (pendiri Taman Siswa dan pencipta slogan Tut Wuri Handayani), mengatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak.
Setali tiga uang, dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) disebutkan bahwa; “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan yang membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. (Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun Karakter Bangsa yang Bermoral, Jurnal ekonomi dan Pendidikan, 2018, hal 29-30).
Islam Mengapresiasi Proses Pendidikan
Sebagai umat Islam kita diberikan banyak sekali anugerah, yang dalam hal ini adalah adanya apresiasi yang tinggi dari Allah Swt terkait mulianya derajat orang yang berpendidikan. Hal ini dibuktikan melalui melimpahnya ayat-ayat dan hadis-hadis Nabi Saw yang berbicara seputar keutamaan menimba ilmu pengetahuan.
Hal ini bahkan diperkaya dengan melimpahnya upaya ulama dalam membuat bab tentang pentingnya belajar dalam karya-karya mereka, bahkan melimpahnya literasi yang dikarang oleh mereka sendiri merupakan perwujudan semangat mereka dalam mengamalkan nilai-nilai Islam tentang luhurnya upaya menimba pengetahuan!
Mengenai hal ini Allah Swt berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah : 11)
Imam al-Qutrhubi (w. 671 H) seorang mufassir kenamaan kelahiran Cordoba Spanyol menjelaskan dalam tafsirnya al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an mengenai ayat di atas bahwa seorang mukmin dimuliakan pertama karena imannya dan kedua karena pengetahuan yang dimilikinya.
Menurutnya, orang berilmu (yang tak letih terjun dalam melakoni proses pendidikan) akan mendapatkan pahala saat di surga serta kemuliaan saat di dunia. Seorang beriman statusnya lebih baik dibanding orang yang tidak beriman sebagaimana orang berilmu lebih mulia dibanding yang tidak berilmu.
Orang yang beriman dan berpengetahuan akan diangkat beberapa derajat dengan syarat ia mampu mengamalkan apa yang telah diperintahkan untuknya (diketahuinya dari proses pembelajaran). Itu merupakan peran pendidikan dalam Islam.
Dari sana maka tak heran jika kemudian Rasulullah Saw menegaskan dengan ungkapan bahwa menuntut ilmu hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim.
عَنْ أَنَسٍ, قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
Dari Anas bin Malik radiyallahu anhu berkata : Rasulullah Saw bersabda : “Menuntut ilmu hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim. (Hadis riwayat Ibnu Majah, al-Baihaqi dan al-Thabrani)
Menuntut ilmu atau belajar hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimat. Redaksi hadis yang hanya mencakup kata muslim saja tidak menafikan kewajiban belajar bagi muslimat, ulama menjelaskan bahwa jika suatu hal diwajibkan bagi seorang muslim maka itu juga berarti diwajibkan bagi muslimat, kecuali ada dalil yang mengkhususkan keduanya.
Dari sana maka disimpulkan bahwa setiap muslim, baik itu laki-laki atau perempuan, diwajibkan bagi mereka untuk memperkaya diri dengan menimba pengetahuan sebagai bekal hidupnya.
Selain itu, menempuh laku pembelajaran juga mampu mengantarkan pelakunya mendapatkan surga Allah Swt dan beroleh kebaikan-kebaikan yang sangat banyak. Secara khusus, Rasulullah Saw memotivasi umat Islam agar senantiasa meningkatkan semangat pembelajaran dalam hidup, hal ini diwujudkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Darda’ berikut ini
عَنْ أَبي الدَّرْداءِ قَال: سمِعْتُ رَسُول اللَّهِ ﷺ يقولُ: منْ سَلَكَ طَريقًا يَبْتَغِي فِيهِ علْمًا سهَّل اللَّه لَه طَريقًا إِلَى الجنةِ, وَإنَّ الملائِكَةَ لَتَضَعُ أجْنِحَتَهَا لِطالب الْعِلْمِ رِضًا بِما يَصْنَعُ, وَإنَّ الْعالِم لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ منْ في السَّمَواتِ ومنْ فِي الأرْضِ حتَّى الحِيتانُ في الماءِ, وفَضْلُ الْعَالِم عَلَى الْعابِدِ كَفَضْلِ الْقَمر عَلى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ, وإنَّ الْعُلَماءَ وَرَثَةُ الأنْبِياءِ وإنَّ الأنْبِياءَ لَمْ يُورِّثُوا دِينَارًا وَلا دِرْهَمًا وإنَّما ورَّثُوا الْعِلْمَ, فَمنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحظٍّ وَافِرٍ. رواهُ أَبُو داود والترمذيُّ.
Dari Abu Darda : “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melalui satu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridha kepada penuntut ilmu. Penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di dalam air mendoakan ampunan kepada penuntut ilmu.
Sesungguhnya, keutamaan seorang alim dibanding dengan seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar mahupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bahagian yang sangat besar.”
Demikian penjelasan terkait telaah peran pendidikan dalam Islam. Wallahu A’lam Bisshowab.