Kisah Tukang Bid’ah yang Rajin Ikut Perayaan Maulid Nabi

Kisah Tukang Bid’ah yang Rajin Ikut Perayaan Maulid Nabi

Telah diketahui bersama, sebagian kecil dari umat Islam ada yang beranggapan maulid Nabi bid’ah. Alasannya klasik, yakni karena Nabi tidak pernah melakukannya. Sebuah argumen yang dangkal karena al Qur’an dan hadits memerintahkan untuk mensyukuri setiap karunia Allah yang diberikan kepada manusia, termasuk kelahiran Nabi Agung, Muhammad bin Abdullah.

Ada satu kisah menarik bagaimana Allah menegur mereka. Suatu ketika, Sayyid Alwi al Maliki menghadiri perayaan Maulid Nabi di Palestina. Beliau heran melihat salah seorang jamaah yang berdiri dari sejak awal pembacaan maulid sampai selesai.

Beliau bertanya kepada orang itu kenapa melakukan hal tersebut. Orang itu bercerita tentang apa yang pernah dialaminya. Dulu, di saat menghadiri maulid Nabi dirinya enggan untuk berdiri, termasuk saat pembacaan “mahallul qiyam” di mana semua orang berdiri semua untuk menghormati Baginda Nabi, karena menurutnya hal tersebut adalah bid’ah.

Lanjutnya, tiba-tiba saat semua orang berdiri ia melihat kehadiran Rasulullah lewat di sampingnya. Beliau berkata kepadanya, “Kamu tak perlu berdiri, duduk saja di tempatmu”.

Setelah itu dirinya mencoba untuk berdiri namun seluruh kekuatannya seakan sirna, ia tidak mampu untuk berdiri. Setelah kejadian tersebut, ia sering sakit-sakitan. Dirinya berjanji atau bernazar kalau Allah menyembuhkan penyakitnya, maka setiap ada perayaan maulid Nabi dirinya akan berdiri dari awal pembacaan maulid sampai selesai.

Begitulah cara Allah menegur mereka yang enggan merayakan maulid Nabi dan tidak berdiri ketika “mahallul qiyam” untuk bershalawat dan sebagai penghormatan kepada baginda Nabi.

Kalau kita mau berpikir, maulid Nabi memiliki kemaslahatan untuk persatuan umat Islam. Yang paling penting bukan perdebatan tentang kekuatan dalilnya sebab hukum merayakan maulid Nabi sudah jelas kebolehannya. Tetapi, yang harus kita sadari maulid Nabi memiliki kekuatan untuk menyatukan kita semua.

Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dalam perayaan maulid Nabi. Di antaranya, terjalinnya keakraban dan keharmonisan jalinan silaturahmi. Momentum maulid di samping untuk memupuk kecintaan kepada junjungan kita, juga menguatkan persaudaraan dan kecintaan terhadap sesama umat Islam.

Bukankah semua umat Islam bagaikan satu tubuh, apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit seluruh anggota yang lain merasakannya juga?

Karenanya, kisah di atas menjadi alarm pengingat terhadap kita semua. Menuduh sesuatu yang baik sebagai sesuatu yang dilarang merupakan perbuatan tercela. Apabila kita melakukan hal itu, Allah akan menegur kita dengan cara yang tak terduga. Salah satunya seperti Allah menegur seseorang dalam kisah di atas.

ISLAM KAFFAH