Wajibnya ta’yin niat puasa Ramadhan karena puasa ibadah yang bersandar pada waktu, maka wajib ditentukan niatnya, sebagaimana sholat 5 waktu
DALAM Madzhab Syafi’I, niat puasa Ramadhan wajib dita’yinkan. Yaitu diharuskannya seseorang meniatkan puasa Ramadhan di setiap malamnya dengan detail bahwasanya ia berniat puasa besok.
At-Ta’yin berasal dari kata bahasa Arab ayyana-yuayyinnu yang artinya menentukan, yaitu menjadikan suatu hal menjadi tertentu. Bisa juga diartikan dengan pengkhususan. Adapun penyebutannya dalam fikih Syafi’i, kata Ta’yin dimaksudkan untuk menentukan niat tatkala hendak beramal.
Dalam kitab panduan utama Madzhab Syafi’i, Minhaj ath-Thalibin, Imam Nawawi menyebutkan tentang wajibnya Ta’yin pada ibadah wajib.
ويجب التعيين في الفرض
“Dan wajib hukumnya Ta’yin (penentuan niat) dalam ibadah fardhu.” (Minhaj ath-Thalibin: 75)
Dalam kitabnya yang lain, Raudhah ath-Thalibin, Imam Nawawi menambahkan bahwa yang dimaksudkan ta’yin adalah penentuan niat pada puasa wajib, termasuk di dalamnya puasa Ramadhan.
وَيَجِبُ تَعْيِينُ النِّيَّةِ فِي صَوْمِ الْفَرْضِ، سَوَاءٌ فِيهِ صَوْمُ رَمَضَانَ، وَالنَّذْرُ، وَالْكَفَّارَةُ، وَغَيْرُهَا.
“Dan diwajibkan Ta’yin (penentuan) niat pada puasa fardlu, baik itu puasa Ramadhan, puasa nadzar, puasa kafarat, dan lainnya.” (Raudhah ath-Thalibin: 2/350).
Lalu mengapa ta’yin niat puasa itu wajib dalam Madzhab Syafi’i?
Mengenai pertanyaan tersebut, Imam Khatib Asy Syirbini dalam Mughni al-Muhtaj, menjawab dengan argumen bahwa wajibnya ta’yin niat puasa itu dikarenakan puasa adalah ibadah yang bersandar pada waktu, maka wajib ditentukan niatnya, sebagaimana sholat 5 waktu yang bersandar pada waktu wajib juga ditentukan niatnya.
(ويجب) في النية (التعيين في الفرض) بأن ينوي كل ليلة أنه صائم غدا من رمضان أو عن نذر أو عن كفارة لأنه عبادة مضافة إلى وقت فوجب التعيين في نيتها كالصلوات الخمس.
“Dalam dalam niat diwajibkan Ta’yin pada ibadah yang besifat wajib. Yaitu dengan berniat seseorang setiap malamnya bahwa ia akan berpuasa Ramadhan besok, atau puasa nadzar, atau puasa kafarat. Kerena ia (puasa) adalah ibadah yang bersandar pada waktu. Maka wajib dita’yin dalam niatnya sebagaimana sholat 5 waktu”. (Mughni al-Muhtaj: 1/424).
Dari referensi di atas dapat dijabarkan bahwa puasa Ramadhan sebagaimana yang diketahui dilakukan di waktu tertentu dan bulan tertentu.
Artinya puasa Ramadhan adalah ibadah wajib yang bersandar pada waktu. Dan setiap ibadah wajib yang bersandar pada waktu itu bermacam-macam, seperti: puasa nadzar, kafarah, qadha.
Memaksudkan Niat Puasa secara Jelas
Disebutkan dalam kitab Hasyiyah Bājūrī Imam Ibrāhim Bājūrī bahwa paling minimalnya niat puasa itu sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ
Nawaitu shauma Ramadhāna
Artinya, “Aku berniat puasa bulan Ramadhan.” (Hasyiyah Bājūrī: 1/633).
Lalu dalam Fathul Qarīb Syarah Ghāyah wa Taqrīb Imam Ibnu Qasim menerangkan tentang niat puasa Ramadhan secara lengkap.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
“Saya berniat puasa besok, yang mana ia (merupakan bagian) dari kewajiban Ramadhan pada tahun ini karena Allah ta’ala.” (Fathul Qarīb: 194).
Adapun Imam Baramāwi yang dikutip dalam I’ānah Thõlibīn, ia menganjurkan untuk membaca beberapa kalimat pengganti lafadz “lillahi ta’ala”.
وقوله : (لله تعالى) : ويسن أن يقول إيمانا واحتسابا لوجه الله الكريم
“Dan pada lafadz ‘lillahi ta’ala’ disunnahkan untuk mengucapakan ucapan ‘imānan wa ihtisāban li wajhillāhi al-karīm’.” ( I’ānah Thõlibīn: 2/1228).
Maka wajib niatnya ditentukan agar apa yang seseorang amalkan tepat dengan apa yang ia niatkan, tidak bercampur dengan puasa wajib lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa niat puasa Ramadhan wajib hukumnya dita’yin, yaitu disebutkan secara jelas dan detail. Wallahu a’lam bi ash-shawab.*/Dzulfikar, LC, mahasiswa pascasarjana di Al-Azhar, Mesir