Abwabul Faraj Kitab Pengingat Allah

Tahukah sesuatu yang menyelamatkan kalian dari bahaya musuh dan yang mempermudah rezeki datang? Kalian berdoa siang dan malam. Sesungguhnya doa adalah senjata orang-orang beriman (HR Abu Ya’la).

Itu adalah salah satu hadis pembuka ki tab Abwabul Faraj. Kitab ini ditulis dengan bahasa yang santun dan menyentuh, sehingga enak untuk dibaca. Untaian kata yang tertulis di dalamnya menggambarkan sosok pengarangnya yang bukan orang biasa. Dia adalah alim terkemuka Tanah Suci Sayyid Muham mad Alawi al-Maliki al- Hasani.

Dia dikenal sebagai pemegang teguh akidah Ahlussunnah wal jama’ah yang moderat di Tanah Suci. Kehidupannya ba nyak dicurahkan untuk berdakwah di Masjid al-Haram. Murid-muridnya tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Ayahnya , Sayyid Alawi (wafat 1971) adalah penasihat raja Faisal bin Abdul Aziz.

Berbagai dalil tentang doa ditulisnya sebagai pembuka kitab Abwabul Faraj. Siapa pun dapat mengangkat kedua tangannya sambil mengucapkan berbagai permintaan kepada Allah. Orang dengan berjuta pahala maupun berlumur dosa sama-sama berhak berdoa kepada Allah. Allah tak pernah membatasi hambanya untuk berdoa.

Selama mereka beriman dan mengakui kesalahan disertai semangat memperbaiki diri, maka langit akan mengantarkan doa-doa yang dipanjatkan hingga sampai didengar Sang Pencipta.

Bab pertama buku tersebut menjelaskan tentang amal yang menyenangkan hati dan menghilangkan gundah. Cara menghilangkan gundah dan keraguan adalah dengan menyibukkan diri dalam doa yang sudah pasti membuat hati senang. Doa melindungi diri dari ketakutan dan kekerasan hati.

Berdasarkan hadis yang dikumpulkannya, Sayyid Muhammad menjelaskan beberapa hal yang menyenangkan hati. Pertama adalah takwa. Sikap ini adalah penyembuh dan obat segala penyakit hati.

“Ini adalah cara untuk men jaga kejernihan hati. Fa manit taqa ja’alallahu lahu makhrajan (barang siapa bertakwa maka Allah akan memberikan jalan keluar permasalahan yang dihadapi),” tulis Sayyid Muhammad.

Kedua adalah bersuci untuk menghilangkan kesedihan. Dia mengutip pesan sahabat Umar bin Saqaf as-Saqafi, bahwa untuk menghilangkan rasa sedih, melapangkan dada, dan menyehatkan badan, adalah dengan membersihkan dan menyucikan badan. Salah satunya dengan mandi.

Lainnya adalah berbagai doa yang biasa dipanjatkan sahabat dan ulama, seperti syekh Abu Hasan Ali as-Syazili. Lafaz doa banyak berbunyi tentang pengagungan Allah dan kelemahan manusia sebagai hamba-Nya yang kerap melalaikan tugas kemanusiaan.

Zikir dan doa yang dianjurkan Sayyid Muhammad didasarkan pada riwayat hadis dan ijtihad ulama yang otoritatif. Pengarang juga menjelaskan faidah dari masing-masing doa dan wirid, yang kebanyakan untuk menenangkan dan menetapkan hati selalu mengingat Allah.

Ijtihad para ulama bukan sematamata hasil membaca kitab. Lebih dari itu, mereka sendiri mengamalkan zikir dan doa dalam keseharian semasa hidupnya. Oleh karena itulah mereka mampu menjelaskan manfaat dari keduanya.

Sayyid Muhammad menjelaskan rahasia surah Waqi’ah yang menjadi doa mempermudah rizki. Penulis produktif ini mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud Ra, bahwa Rasulullah bersabda, “barang siapa membaca surat Waqi’ah setiap malam, maka dengan izin Allah dia tidak akan mendapati kemiskinan selamanya.”

Hadis ini disebutkan dalam kitab Syu’bul Iman, karya al-Imam Baihaqi, Abu ‘Ubaid dalam kitab Fadail. Masih ba nyak lagi penjelasan tentang doa khasiat surat yang lain, termasuk juga doadoa dan wirid dari para ulama.

Selain sebagai pengalaman pribadi, ibrah para ulama berdoa juga menginspirasi masyarakat kini untuk mengikuti jejak mereka yang tak pernah membiarkan dirinya terlena dalam keduniaan. Pengalaman tersebut sangat berharga untuk masyarakat saat ini yang banyak disibukkan dengan pekerjaan duniawi.

Kitab Abwabul Faraj berisikan lima belas Bab. Selain bab tentang membahagiakan hati dan menghilangkan gundah, Sayyid Muhammad juga menulis bab doa al-Faraj, bab tentang terkabulnya keinginan dan kebutuhan, bab mempermudah rizki dan membayar hutang, bab menyembuhkan penyakit dan penolak bahaya. Bagian akhir buku ini menjelaskan tentang shalawat kepada Rasulullah SAW.

Kitab Sayyid Muhammad ini memiliki pesan yang sama dengan karangan Imam Nawawi Dimasyqi (1233-1277) al- Muntaqal Mukhtar Min Kitab al-Adzkar. Kitab ini berisikan hadis dan petuah para ulama mengenai zikir, etika, dan ibadah, yang menuntun para pembaca untuk mendekati Allah.

Ada zikir yang dibaca pada pagi dan malam hari. Ada juga zikir dan doa pada waktu tertentu, seperti ketika mema suki rumah, ketika berada di Tanah Suci, memakai pakaian, memasuki toilet, dan banyak lagi. Doa-doa tersebut didasari pada hadis dan pendapat ulama yang otoritatif.

Bagian awal kitab ini berisikan bab tentang ikhlas beramal. Imam Nawawi mengutip ayat Alquran yang artinya, Tidaklah manusia diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan ikhlas untuk agamanya. (QS al-Bayyinah: 5).

Kitab karangan Syekh Nawawi maupun Sayyid Muhammad sama-sama kaya dengan pendapat para ulama, terutama sufi. Mereka berbicara tentang etika yang menjadi jalan menuju kedekatan kepada Ilahi Rabbi. Petuah mereka merupakan asupan bermanfaat untuk hati yang selama ini dipenuhi dengan kesibukan duniawi.

Berbagai pembahasan dalam dua kitab ini mem buat siapapun menyadari, selama ini kesibukan dan keduniaan telah merenggut kemesraan dan kehangatan bersama Sang Pencipta.

 

REPUBLIKA