Alasan Rasulullah Disusui di Pedesaan

PELAJARAN dari Persusuan Nabi shallallahu alaihi wa sallam hingga Dibawa ke Desa. Kita dapat simpulkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sengaja dibawa ke desa dari kota untuk disusui sebagaimana menjadi kebiasaan tokoh-tokoh Arab. Apa sebab Nabi shallallahu alaihi wa sallam disusui di pedesaan? Berikut beberapa alasannya.

1- Untuk menghindari polusi pergaulan kota dan untuk menghirup udara segar pedesaan. Apalagi kota Mekkah saat itu didatangi oleh banyak pengunjung yang berasal dari penjuru dunia dengan beragam jenis manusianya. Mereka datang untuk menunaikan haji, kunjungan hingga berdagang dan lainnya. Kondisi tersebut berpotensi mengotori pergaulan dan moral.

2- Bayi yang dikirim untuk diasuh di pedalaman dimaksudkan untuk membiasakan mereka berbahasa Arab yang bagus dan untuk menghindari kesalahan dalam berbahasa Arab. Pelajarannya, penting bagi kita untuk menjaga murninya bahasa Arab yang merupakan bahasa dari kitab suci kita.

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan tentang hukum mempelajari bahasa Arab, “Dan juga perlu dipahami bahwa bahasa Arab itu sendiri adalah bagian dari agama. Mempelajarinya adalah fardhu wajib. Karena untuk memahami Al-Quran dan As-Sunnah itu wajib. Memahaminya tidaklah bisa kecuali dengan memahami bahasa Arab. Sedangkan kaedah menyatakan, Sesuatu yang wajib yang tidak bisa terpenuhi kecuali dengannya, maka itu dihukumi wajib. Kemudian untuk mempelajarinya tadi, ada yang hukumnya fardhu ain dan ada yang hukumnya fardhu kifayah.” (Iqtidha Ash-Shirath Al-Mustaqim, 1: 527)

3- Allah menakdirkan Halimah radhiyallahu anha untuk menyusui dengan cara yang tidak mudah. Setelah bertekad untuk meninggalkan Mekkah, dia kembali untuk mengambil Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Karena awalnya tidak suka. Tetapi setelah berada di pangkuannya dan mendapatkan keberkahan baginya dan keluarganya, dia bertekad untuk tidak melepaskan anak yang pada mulanya ditolak disusun oleh semua wanita.

Kita bisa bayangkan bagaimana kondisi Halimah yang mengambilnya dalam kondisi tidak tulus, tatkala dia berbisik pada dirinya, “Sudah merupakan nasib saya, semua wanita yang lain telah mendapatkan tujuannya terkecuali saya.” Dia lalai dari kebaikan yang telah disiapkan nantinya yang ia tidak tahu. Alangkah banyaknya fenomena seperti ini yang kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari, kita tergesa-gesa dalam memohon dan mengharapkan sesuatu, padahal kita tidak mengetahui di mana letak kebaikan itu.

Harusnya kita semua ingat akan firman Allah, “Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa:19).

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Ada pelajaran penting yang disampaikan oleh sahabat Ibnu Masud radhiyallahu anhu, “Sesungguhnya seorang hamba ada yang berharap sesuatu dari perniagaan atau kepemimpinan hingga dimudahkan baginya, kemudian Allah memalingkan nikmatnya itu kepadanya. Kemudian Allah berkata kepada malaikat, “Palingkan dia dari keinginannya itu karena jika Aku mengabulkan keinginannya, maka Aku akan memasukannya ke dalam neraka.” Oleh karena itu, Allah pun menjauhkannya dari keinginannya itu, tetapi hamba itu masih saja berkata, “Fulan telah mengalahkan saya, sungguh untunglah Fulan dibandingkan saya, walaupun pada hakikatnya itu adalah karunia dari Allah azza wa jalla.” (Jami Al-Ulum wa Al-Hikam, 1: 470)

 

INILAH MOZAIK