Allah Memperkenalkan Penghargaan Orang Berilmu

Allah memerintahkan menghormati seseorang yang mempunyai ilmu.

Ramadhan telah tiba, kembali kami tampilkan uraian singkat tentang Al Qur’an sebagai tadarus singkat selama bulan Ramadhan. Tadarus ini, meneruskan tulisan sejenis yang diupload Ramadhan tahun lalu. Moga Bermanfaat.

Pada tulisan kali ini, ditampilkan Qs Al Baqarah ayat 34:

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

Wa iż qulnā lil-malā`ikatisjudụ li`ādama fa sajadū illā iblīs, abā wastakbara wa kāna minal-kāfirīn

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir. (Qs Al Baqarah 34).

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada malaikat dan yang ada pada saat itu untuk bersujud kepada Adam a.s. Perintah bersujud pada ayat ini bukan berarti penyembahan atau peribadatan, tetapi lebih cenderung kepada penghormatan yang sangat.

Jika perintah sujud ini diartikan dengan penyembahan atau peribadatan maka jelas bertentangan dengan perintah Allah untuk hanya beribadah atau menyembah Allah saja pada ayat-ayat yang lebih awal  dalam Al Qur’an seperti yang diisyaratkan pada Qs Al Fatihah ayat 5:

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Qs Al Fatihah 5)

Juga yang terdapat dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 21 dan 22:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Yā ayyuhan-nāsu’budụ rabbakumullażī khalaqakum wallażīna ming qablikum la’allakum tattaqụn

Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Qs Al Baqarah 21).

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Allażī ja’ala lakumul-arḍa firāsyaw was-samā`a binā`aw wa anzala minas-samā`i mā`an fa akhraja bihī minaṡ-ṡamarāti rizqal lakum, fa lā taj’alụ lillāhi andādaw wa antum ta’lamụn

(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Qs Al Baqarah 22).

Dalam ayat 21 Allah memerintahkan manusia untuk beribadah atau menyembah Tuhan yang menciptakan manusia. Sedang dalam ayat 22 Allah melarang manusia mencari tandingan untuk disembah. Jadi jelas sujud dalam Qs Al Baqarah ayat 34 ini bukan berarti penyembahan atau peribadatan.

Oleh karena itu, kata sujud di dalam ayat 34 ini lebih cenderung perintah untuk menghormati orang berilmu. Ini tergambar dalam ayat-ayat sebelumnya.

Ayat 31 Allah mengajarkan sesuatu pada Adam dan memerintahkan malaikat untuk menyebutkan sesuatu itu.

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ

هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Wa ‘allama ādamal-asmā`a kullahā ṡumma ‘araḍahum ‘alal-malā`ikati fa qāla ambi`ụnī bi`asmā`i hā`ulā`i ing kuntum ṣādiqīn

Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”(Qs Al Baqarah ayat 31).

Ayat 32 malaikat tidak mengerti sesuatu itu, karena belum pernah diajarkan oleh Allah SwT.

قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

Qālụ sub-ḥānaka lā ‘ilma lanā illā mā ‘allamtanā, innaka antal-‘alīmul-ḥakīm

Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (Qs Al Baqarah ayat 32)

Ayat 33 Allah meminta Adam untuk memberitahu sesuatu itu kepada malaikat dan yang hadir pada saat itu. 

قَالَ يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّآ اَنْۢبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ

غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَاَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ

Qāla yā ādamu ambi`hum bi`asmā`ihim, fa lammā amba`ahum bi`asmā`ihim qāla a lam aqul lakum innī a’lamu gaibas-samāwāti wal-arḍi wa a’lamu mā tubdụna wa mā kuntum taktumụn

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (Qs Al Baqarah 33).

Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas?

Allah memerintahkan menghormati seseorang yang mempunyai ilmu Allah, apalagi seseorang itu mengajarkan ilmu Allah tersebut kepada kita. Ini merupakan pengajaran akhlak kepada kita untuk bisa menghormati orang berilmu, termasuk menghormati guru-guru dan ustadz kita yang telah mengajarkan kebaikan. Takdzim kepada guru atau ustadz merupakan akhlak atau tindakan yang terpuji. Waallahu a’lam bisshawab

Oleh: Lutfi Effendi

sumber : Suara Muhammadiyah/Republika.co.id