Allah SWT Memaklumi Adam Berbuat Salah, Asalkan…

Allah SWT menciptakan Nabi Adam sebagai sosok yang sempurna. Ciptaan yang dihormati seluruh makhluk Allah keculi iblis, ini memiliki akal, dapat berbicara, dan memahami apapun yang dikatakan kepadanya.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Ketika Allah menciptakan Adam dan meniupkan ruh kepadanya, dia bersin, berkata Alhamdulillah, dan memuji Allah dengan izin-Nya”. Maka Tuhan berfirman kepadanya, “Semoga Allah merahmatimu, wahai Adam. Pergilah kepada para Malaikat itu, sebagian mereka yang sedang duduk”.

Katakanlah, ‘Assalamu’alaikum’. Mereka menjawab, ‘Wa ‘alaikas salam warahmatihi.” Lalu Adam kembali kepada Tuhannya, dan Dia berfirman, “Sesungguhnya itu adalah penghormatanmu dan penghormatan anak-anakmu di antara mereka.” Allah kemudian menjawabnya, “Semoga Allah merahmatimu, wahai adam,”. Hadis ini diriwayatkan Imam Tirmizi di dalam kitab tafsirnya bab surah Muawwidzatain 4/453. Shahih Sunan Tirmidzi 3/137 no 3607.

Besar sekali perhatian Allah kepada Adam AS dan anak cucunya. Karena ketika bersin sekalipun Allah akan memberikan perhatian, perlindungan dan kemuliaan ketika mereka mengucapkan tahmid. Oleh karena itu, Allah SWT memaklumi Adam berbuat salah, asalkan kembali bertobat.

Kemudian Allah memerintahkan Adam untuk mendatangi malaikat dan mengucapkan salam. Seluruh malaikat yang ditemui Adam membalas salam tersebut dengan penghormatan yang lebih baik. Allah kemudian menyampaikan, bahwa ucapan salam tersebut adalah penghormatan bagi Adam dan anak cucunya. Manusia pertama itu telah mampu berjalan, mendengar, berbicara, bersin, mengerti, dan memahami perkataan.

Melihat anak-cucu yang akan hidup

Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Pada saat menciptakan Adam, Allah mengusap punggungnya, lalu dari punggung itu berjatuhan seluruh jiwa anak cucunya sampai Kiamat. Dan Allah menjadikan di antara kedua mata masing-masing orang kilauan cahaya. Kemudian terjadiah percakapan berikut ini”.

Adam : Siapa mereka?

Allah : Mereka adalah anak cucumu.

Lalu Adam melihat seorang laki-laki dari mereka. Dia mengagumi kilauan cahaya yang memancar di antara kedua matanya.

Adam : Ya Rabbi siapa ini?

Allah : Ini adalah laki-laki dari kalangan umat terakhir dari anak cucumu yang bernama Daud.

Adam : Ya Rabbi, berapa Engkau beri dia umur?

Allah : Enam puluh tahun

Adam : Ya Rabbi, ambil empat puluh tahun umurku untuk Daud.

Allah mengabulkan permintaan itu. Namun, di ujung usianya, Adam berkata kepada malaikat pencabut nyawa, bukankah umur dia masih tersisa empat puluh tahun. Malaikat kemudian mengingatkan, bahwa Adam telah memberikan umur sebanyak itu untuk Daud.

Adam masih tetap mengingkari perbuatannya. Ini merupakan pengingkaran yang diikuti manusia hingga saat ini. Nabi bersabda, “Adam mengingkari, maka anak cucunya pun mengingkari. Adam dijadikan lupa, maka anak cucunya dijadikan lupa; dan Adam berbuat salah, maka anak cucunya berbuat salah.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmizi rahimahullah dalam Sunah-nya Kitab Tafsir bab surah Al-A’raf, 4/267.

Adam dikeluarkan dari Surga pun tak lepas dari sifat lupanya atas perintah Allah SWT. “Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (QS:Thaahaa | Ayat: 115). Kisah tersebut Dikisahkan Dosen Fakultas Syariah Universitas Yordania Umar Sulaiman al-Asyqar dalam bukunya Kisah-Kisah Shahih dalam Alquran dan Hadis.

Wafat

Ubay bin Ka’ab pernah menjelaskan bagaimana Nabi Adam wafat. Saat maut datang menjemput Adam, ia berkata kepada anak-anaknya, “Wahai anak-anakku, aku ingin memakan buah surga.” Maka anak-anaknya pun pergi mencarikan buah tersebut.

Namun di tengah perjalanan, mereka disambut oleh para malaikat yang membawa kain kafan, dan wewangian. Selain itu mereka juga membawa kapak, sekop dan pacul. Malaikat pun bertanya kepada anak-anak Adam kemana mereka pergi dan apa yang akan dicari. Anak-anak Adam kemudian menceritakan jika bapaknya sedang sakit dan meminta dicarikan buah surga.

Malaikat yang berwujud manusia pun menyuruh mereka kembali ke rumah karena ajalnya telah tiba. Malaikat maut datang. Istri Adam, Siti Hawa, yang mengenali mereka bersedih. Wanita pertama itu meminta perlindungan dari malaikat maut, tapi Adam mengusirnya dan meminta nyawanya dicabut oleh Malaikat karena dia telah hidup lebih lama dari Hawa.

Lalu malaikat mencabut nyawa Adam pada hari Jumat. Mereka memandikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyalatinya, dan menyiapkan kubur. Lalu mereka masuk ke kuburnya dan meletakkan Adam di dalamnya, lalu meletakkan bata di atasnya.

Kemudian mereka keluar dari kuburnya, mereka menimbunnya dengan batu. Mereka keluar dari kubur, lalu menimbunnya dengan tanah. Lalu mereka berkata, “Wahai Bani Adam, ini adalah tuntunan bagi kalian pada orang mati di antara kalian.” (Diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad dalam Zawaidul Musnad, 5/ 136).

 

KHAZANAH REPUBLIKA