Apa yang Dimaksud dengan Merasa Aman Dari Makar Allah?

Fatwa Syekh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullahu ta’ala

Pertanyaan:

Apakah yang dimaksud dengan merasa aman dari makar (azab) Allah? Apakah seorang mukmin yang banyak beramal salih akan tercegah dari merasa aman terhadap makar Allah? Lalu bukankah Allah menjanjikan kebaikan yang banyak dan pahala yang mulia? Bagaimana mengkompromikan antara larangan merasa aman dari makar Allah dan berprasangka baik kepada Allah?

Jawaban:

Seorang mukmin wajib untuk senantiasa merasa memiliki rasa takut (khauf) dan harap (roja’). Janganlah ia berlebihan dalam rasa harap sampai ia merasa aman dari makar Allah, karena Allah Ta’ala berfirman,

‏أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللَّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ‏

“Maka apakah mereka merasa aman dari makar Allah (azab Allah yang tiada terduga)? Tidak ada (tiada) yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi” (QS. Al-A’raaf: 99).

Maka merasa aman dari makar Allah akan membawa kepada maksiat, dan membawa kepada tidak adanya rasa takut (khauf) kepada Allah Ta’ala.

Demikian juga, seseorang jangan berlebihan di sisi khauf, sampai ia merasa putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya berputus asa dari rahmat Allah adalah kekufuran. Allah Ta’ala berfirman,

‏وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّآلُّونَ‏

“Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Rabbnya kecuali orang-orang yang sesat” (QS. Al-Hijr: 56).

Allah Ta’ala juga berfirman,

‏إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللَّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ‏

“Sesungguhnya tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kufur” (QS. Yusuf: 87).

Berprasangka baik (husnuzan) kepada Allah haruslah dibarengi dengan menjauhi maksiat. Jika tidak demikian, maka itulah (yang disebut dengan) merasa aman dari makar Allah Ta’ala. Begitu pun, berbaik sangka kepada Allah juga dibarengi dengan mengerjakan sebab-sebab pembawa kebaikan, dan meninggalkan sebab-sebab pembawa keburukan. Itulah rasa harap (roja’) yang terpuji.

Adapun husnuzan kepada Allah Ta’ala yang dibarengi dengan meninggalkan kewajiban dan mengerjakan perkara yang diharamkan, maka ini adalah rasa harap yang tercela. Itulah merasa aman dari makar (azab) Allah Ta’ala.

***

Penerjemah: Muhammad Fadhli

Sumber: http://iswy.co/e3hks

Sumber: https://muslim.or.id/71284-apa-yang-dimaksud-dengan-merasa-aman-dari-makar-allah.html