Apakah Mati untuk Dilupakan?

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala atas seluruh nikmat yang telah Dia berikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya yang senantiasa istiqamah mengikuti sunnah-sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam hingga akhir zaman.

Saudariku… seringkali kita melakukan segala upaya dan daya untuk menggapai kenikmatan dunia. Kenikmatan dunia berupa harta, pangkat, prestasi, dan jabatan merupakan kebahagiaan yang hakiki di dunia sehingga kita lupa bahwa kehidupan akhirat adalah  kehidupan yang sebenarnya setelah kematian. Hamid al-Qaishari berkata,

كُلُّنَا قَدْ أَيْقَنَ الْمَوْتَ، وَمَا نَرَى لَهُ مُسْتَعِدًّا، وَكُلُّنَا قَدْ أَيْقَنَ بِالْجَنَّةِ وَمَا نَرَى لَهَا عَامِلاً، كُلُّنَا قَدْ أَيْقَنَ بِالنَّارِ وَمَا نَرَى لَهَا خَائِفاً، فَعَلَام تَفْرَحُوْنَ؟! وَمَا عَسَيْتُمْ تَنْتَظِرُوْنَ؟! الْمَوْتُ، فَهُوَ أَوَّلُ وَارِدٍ عَلَيْكُمْ مِنْ أَمْرِ اللهِ بِخَيْرٍ أَوْ بَشَرٍ، فِيا إِخْوَتَاهْ! سِيْرُوْا إِلَى رَبِّكُمْ سِيْراً جَمِيْلاً

“Setiap kita yakin dengan adanya kematian, namun kita tidak melakukan persiapan untuk menghadapinya. Setiap kita yakin dengan adanya surga, namun kita tidak melakukan amal kebaikan untuk mendapatkannya. Setiap kita yakin dengan adanya neraka, namun kita tidak merasa takut terhadapnya. Lantas, apa yang membuat kalian merasa gembira? Apa yang kalian tunggu dan harapkan dari dunia? Kematian, ia akan datang kepada kalian dengan membawa berita dari Allah; kebaikan ataupun keburukan. Wahai saudaraku, persiapkanlah perjalanan menghadap Allah dengan sebaik-baiknya.” (Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm. 384)

Ingatlah akan kematian! Allah Ta’ala berfirman dalam surat Ali-‘Imran ayat 185:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ الْمَوْتِ.

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. Ahmad, an-Nasa`i, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no.1210)

Dari hadits tersebut, kematian bukanlah perkara yang mudah. Kematian adalah pemutus kenikmatan, menghilangkan kebahagiaan, dan penyebab kesedihan. Allah Ta’ala tentu akan mengujimu dengan berbagai masalah, musibah, dan cobaan.

Persiapkan kematian! Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

أَفْضَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَ أَكْيَسُهُمْ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَ أَحْسَنُهُمْ لَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-orang yang berakal.” (HR. Ibnu Majah no. 3454, dihasankan al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Orang-orang shalih akan selalu memikirkan dan mempersiapkan kematian dengan sebaik-baiknya. Mereka bersungguh-sungguh ketika melakukan amalan-amalan kebaikan seolah-olah mereka akan meninggal pada hari tersebut. Mereka memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara; masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum masa matimu.” (HR. Al-Hakim dalam al-Mustadrak no. 7846, dishahihkan al-Albani dalam Shahih at-Targhib no.3355)

Kematian tidak pernah hilang dari pikiran dan ingatan orang-orang shalih. Apabila disebutkan kematian, mereka langsung terdiam, tertunduk, tidak dapat berkata apapun, dan merasa seolah-olah mereka sedang menghadapinya hingga menangis. Mereka merasa kurangnya persiapan dan sedikitnya perbekalan amalan ketika akan menghadapi kematian. Padahal mereka adalah orang-orang yang shalat sebanyak 1.000 rekaat setiap harinya, tidak pernah keluar dari masjid selama 20 tahun lamanya, dan telah mengkhatamkan al-Qur`an lebih dari 18.000 kali semasa hidupnya. Sebaliknya, ada manusia yang diperintahkan untuk menyiapkan perbekalan sebelum menghadapi kematian, diajak untuk berjalan menuju Allah dengan melakukan ketaatan dan beribadah kepada-Nya, dan diperingatkan  bersabar untuk tidak bermaksiat di dunia demi mendapatkan kenikmatan yang hakiki, yaitu kenikmatan di akhirat, tetapi mereka hanya duduk, diam, bermalas-malasan, bermain-main, dan lebih mementingkan kehidupan dan kebahagiaan di dunia daripada kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat nanti.

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang melupakan kematian dan memperbanyak mengingat kematian.

Referensi:

Penulis: Ressa Ulimaz Amalia

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/10155-apakah-mati-untuk-dilupakan.html