Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu terlihat dari tebalnya kepulan awan panas yang keluar dari gunung. Kejadian awan panas guguran Gunung Semeru telah menyebabkan satu orang warga meninggal dunia, 2 orang hilang, 8-10 orang masih terjebak, 70 orang dilarikan ke puskesmas dan 300 KK mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Dalam kondisi bencana seperti itu, sejatinya korban yang tidak diketahui identitas dan keberadaannya ketika diyakini meninggal berhak dishalati. Salah satu cara menshalatinya adalah dengan shalat ghaib. Melakukan shalat ghaib bagi korban bencana seperti erupsi gunung Semeru dilakukan untuk mendoakan para jenazah korban yang jauh atau tidak diketahui keberadaannya oleh kita.

Salat ghaib juga merupakan wujud empati kita terhadap para korban bencana. Agama telah mengatur tentang kewajiban kaum muslimin terhadap kematian yang menimpa saudaranya dengan cara melaksanakan empat perkara yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan. Kewajiban itu kemudian dikenal dalam fikih sebagai fardhu kifayah. Fardu kifayah berarti wajib dilakukan, jika belum dilakukan oleh Muslim yang lain. Jika sudah dilakukan oleh Muslim lain, kewajiban gugur dan menjadi sunah.

Terdapat beberapa hadist yang menjelaskan bahwa Raulullah pernah melakukan shalat Ghaib, “Nabi memberitakan kepada para sahabatnya tentang kematian an-najasyi, kemudian beliau maju (unutk mengimami), maka kami membuat shaf di belakang beliau, dan beliau bertakbir empat kali” (HR. Bukhari)

Imam al-Syâfi’î dan Imam Ahmad berpendapat dalam hadist di atas tersirat bahwa salat ghaib merupakan hal yang disyariatkan Rasulullah SAW dan disunnahkan bagi umatnya untuk melaksanakan shalat atas jenazah gaib. Shalat atas jenazah adalah doa baginya. Apabila jenazah sudah dikafani maka ia berhak untuk dishalati (didoakan), begitu juga dengan jenazah yang sudah dikuburkan.

Shalat gaib ini bernilai pahala bagi yang melakukan dan juga mendatangkan manfaat bagi jenazah yang didoakan. Tata cara salat gaib kurang lebih sama dengan tata cara salat jenazah pada umumnya. Hanya memang terdapat perbedaan di dalamnya, yakni, terletak pada niat dan keberadaan jenazah.

Shalat ghaib juga dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Salat ini bisa dilakukan sendiri atau berjamaah.  Sama seperti salat jenazah, shalat gaib dilakukan dengan berdiri, empat kali takbir, dan diakhiri dengan salam. Berikut tata cara salat gaib.

  1. Niat

Niat boleh dibaca di dalam hati atau dilafalkan dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia.

أُصَلِّى عَلَى اْلمَيِّتِ (اْلمَيِّتَةِ) اْلغَائبِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ (إِمَامًا / مَأْمُوْمًا) لِلّهِ تَعَالى

“Saya niat salat gaib atas jenazah (nama jenazah) empat kali takbir fardu kifayah karena Allah ta’ala.”

  1. Berdiri jika mampu
  2. Takbir pertama
  3. Membaca surat Al-fatihah
  4. Takbir kedua
  5. Membaca selawat nabi
  6. Takbir ketiga
  7. Membaca doa untuk jenazah
  8. Takbir keempat
  9. Membaca doa untuk keluarga yang ditinggalkan
  10. Salam

Setelah itu, rangkaian shalat juga dapat ditutup dengan membaca doa shalat ghaib.

Pelaksanaan shalat ghaib sendiri bisa dilakukan setelah meyakini seseorang telah meninggal dunia dan sudah siap untuk dilaksanakan shalat atasnya. Shalat jenazah juga dapat dilakukan di kubur beberapa hari setelah kematiannya.

ISLAM KAFFAH

Amalkan 3 Perkara Ini, Insya Allah Doa Segera Terkabul

Doa memiliki kedudukan yang sangat penting didalam Islam, bahkan dalam kehidupan manusia. Maka dari itu tidak ada satupun aktivitas dalam Islam yang luput dari doa. Doa pun merupakan tanda bukti ketundukan seorang hamba kepada Allah Ta’ala bahwa dia adalah hamba yang fakir, perlu kepada Allah dan perlu berdoa. Maka berdoa adalah kebutuhan seorang mukmin.

Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّـهِ ۖ وَاللَّـهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَم
“Hai manusia, kamulah yang faqir perlu kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir : 15)

Demikian pula, doa merupakan sesuatu yang sangat mulia disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ سُبْحَانَهُ مِنْ الدُّعَاءِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia bagi Allah subhaanahu dari do’a.” (HR. At-Timidzi, Ibnu Majah, Ahmad)

Karena itu, menurut Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary MA, dai yang rutin mengisi kajian di kanal televisi muslim ini, setiap mukmin wajib mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan doa, yang dapat mempercepat dikabulkannya permintaan atau doa itu. Hal-hal yang berkaitan dengan doa itu, di antaranya adalah:

1. Mengikhlaskan doa kepada Allah Ta’ala

Termasuk syirik yang besar apabila seseorang memohon kepada selain Allah. Berdo’a meminta kepada selain Allah. Misalnya berdo’a meminta kepada orang yang sudah mati atau meminta kepada benda-benda mati seperti sebagian orang memohon kepada pepohonan dan bebatuan, meminta kepada bulan dan bintang, meminta kepada matahari dan lain sebagainya.

Syirik adalah dosa yang terbesar. Dan bentuk syirik yang terbesar adalah memalingkan doa kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala.

2. Berdoa dengan tuntunan Nabi

Karena berdoa adalah ibadah dan ibadah harus ada ketentuannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita harus tahu kedudukan dan bagaimana doa yang benar didalam Islam. Apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim berkaitan dengan adab-adab ketika dia memohon kepada Allah.

Ingat, kita adalah hamba yang memohon. Bukan hamba yang memaksa Allah subhanahu wa ta’ala untuk memberikan apa yang kita minta. Terkadang kita sebagai seorang hamba tidak tahu menempatkan diri kita ketika kita berdoa kepada Allah. Lupa bahwasannya kita adalah pemohon yang memohon.

Maka jangan seperti orang yang memaksa. Apalagi seolah Allah harus memberikannya kepada kita lalu kita marah jika tidak diberi oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Atau juga berdoa seolah kita tidak merasa perlu dan butuh kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tentu ini adalah adab yang buruk didalam berdoa.

3. Jangan terburu-buru

Jangan terburu-buru dalam berdoa lalu mengatakan bahwa sudah lelah dalam berdoa. Setiap saat telah berdoa tapi tidak kunjung dikabulkan lalu dia tinggalkan doa. Mending kalau hanya meninggalkan do’a. Terkadang menyisakan suatu keburukan dalam hatinya. Yaitu keraguan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Dan mungkin dia tidak pernah lagi berdoa, putus asa dalam berdoa dan merasa bahwa doa itu tidak bermanfaat.

Satu perkara yang harus diingat baik-baik adalah bahwa doa tidak pernah membawa kerugian bagi seorang hamba. Jika dia berdoa dengan benar. Karena Allah memerintahkannya dan Allah menjamin dikabulkannya do’a itu. Seorang mukmin yang berdo’a harus yakin bahwa Allah pasti mendengar doanya.

Baca juga: Tali Pengikat Mayit Haruskah Dilepas? Bagaimana Hukumnya?

Wallahu A’lam

KALAM SINDO

2 Amalan yang Memudahkan Seseorang Masuk Surga

Surga itu diliputi dengan perkara yang tidak menyenangkan atau sesuatu yang sulit diraih bagai berada di tempat tinggi. Sedangkan neraka diliputi perkara yang disukai nafsu.

Dari banyak amalan yang dapat memasukkan seseorang ke surga, ada dua amalan yang memudahkan kita menjadi ahli surga. Bagi sebagian orang, amalan ini mungkin dianggap sulit, tetapi ganjarannya surga. Berikut kedua amalan tersebut:

1. Berakhlak Mulia (Akhlaqul Kariim)
Amalan yang paling banyak membuat orang masuk surga adalah akhlak mulia (akhlaqul karimah). Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ اَلْجَنَّةَ تَقْوى اَللَّهِ وَحُسْنُ اَلْخُلُقِ

“Yang paling banyak memasukkan ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Maajah dan Al-Hakim)

Hal itu dikarenakan akhlak mulia merupakan timbangan amal baik paling berat. Dari Abu Darda’, Nabi bersabda:

مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ

“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlaq yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin sholat.” (HR at-Tirmidzi)

Riwayat lain dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Daud 4682 dan Ibnu Majah 1162)

2. Berbakti Kepada Orangtua (Birrul Walidain)
Selain akhlak mulia, amalan yang memudahkan seseorang masuk surga adalah berbakti kepada kedua orangtua (birrul walidain). Mari kita simak firman Allah berikut:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali.” (QS Luqman [31]: 15)

Orangtua merupakan pintu surga. Abu Darda mengatakan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ البَابَ أَوْ احْفَظْهُ

“Orang tua merupakan pintu surga paling pertengahan, jika engkau mampu maka tetapilah atau jagalah pintu tersebut.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

Dalam riwayat lain, berbuat baik kepada kedua orang tua adalah amalan yang dicintai Allah. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Rasulullah menjawab: “Sholat pada (awal) waktunya.” Kemudian apa lagi? Nabi menjawab lagi, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi. “Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.” (HR Al- Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasai)

KALAM SINDO

Jalan Meraih Ikhlas

Ikhlas mudah diucapkan, tetapi sukar dilaksanakan. Dalam bahasa Arab, akar katanya ialah kha-la-sha. Artinya, ‘murni’ atau ‘bersih’.

Dalam Alquran, terdapat surah al-Ikhlash. Surah ke-112 itu, bagaimanapun, tidak memuat satu pun kata ikhlash. Secara garis besar, dengan surah tersebut Allah SWT secara khusus menceritakan perihal Diri-Nya.

Tema tauhid yang kuat dalam surah al-Ikhlash mengindikasikan petunjuk tentang jalan meraih keikhlasan. Tidak cukup dengan berkata, seumpama, “Saya ikhlas beramal ini atau itu.”

Seseorang harus pertama-tama mengenal Allah. Sebab, hanya untuk mendapatkan ridha-Nya—itulah tujuan hakiki semua amalan.

Ingat Allah

Setiap Muslim hendaknya memiliki pola pikir (mindset) tauhid. Keyakinannya mantap bahwa diri hanyalah hamba, sedangkan Allah adalah satu-satunya Pemilik. Visinya tentang dunia tidak lepas dari penghambaan kepada-Nya.

Mindset itu akan lebih mudah tertanam bila hati dan pikiran selalu mengingat Allah. Hakikat dzikrullah bukan hanya menyebut nama Allah, tetapi juga diikuti dengan keimanan dan amal saleh. Orang yang rajin berzikir akan menyadari, Allah selalu hadir dan mengawasi semua perbuatannya, lahir maupun batin. Dengan begitu, ia akan terus menjaga niat amalannya agar tetap murni Lillahi Ta’ala.

Utamakan Akhirat

Biasanya, yang merusak keikhlasan adalah pamrih duniawi. Lebih buruk lagi, seseorang beramal dengan tujuan ingin dilihat dan dipuji manusia. Inilah riya, salah satu bentuk syirik kecil yang dikhawatirkan Rasulullah SAW tatkala umatnya beribadah.

Untuk melawan timbulnya rasa pamrih, tanamkan mindset dalam diri bahwa akhirat selalu lebih utama daripada dunia. Allah menegaskan keutamaan itu. “Dan kehidupan dunia ini hanya senda-gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui” (QS al-Ankabut: 64).

Jangan sampai sesudah mati, penyesalan akhirnya datang. Tatkala ditimbang pada Hari Akhir, amal ibadah ternyata tiada bobotnya karena diniatkan bukan untuk ridha Allah Ta’ala.

Segera Beramal

Ikhlas terletak di hati. Namun, entitas ini dapat berubah dalam sekejap. Misalnya, akibat pengaruh lingkungan atau pergaulan. Seseorang boleh jadi bersemangat dalam mengerjakan amal kebajikan pada pagi hari. Menjelang sore, dirinya lalai sehingga ikut berbuat dosa.

Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya (kebaikan) menghapusnya (keburukan).” Amal kebaikan pun hendaknya tidak ditunda-tunda. Ketika hati merasa terpanggil untuk tulus beribadah, maka lakukanlah segera.

Pesan Nabi SAW, “Perlahan-lahan dalam segala sesuatu itu baik kecuali dalam perbuatan yang berkenaan dengan akhirat.”

KHAZANAH REPUBLIKA

Umroh Saat Omicron Tergantung Indonesia dan Arab Saudi

Varian Omicron sudah menyebar ke beberapa negara termasuk Arab Saudi. Ada dua kebijakan yang perlu diperhatikan oleh penyelenggaraan perjalanan ibadah umroh (PPIU) agar virus ini tak mengganggu penyelenggaraan ibadah umroh.

“Terkait omicron ini ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama kebijakan Indonesia, kedua kebijakan Arab Saudi,” kata pemilik Travel Haji dan Umroh Taqwa Tours Rafiq Jauhary saat dihubungi Republika kemarin.

Rafiq mengatakan, untuk mengatasi virus ini semakin meluas,  Arab Saudi bisa saja membatasi kedatangan jamaah umroh. Atau menambah waktu karantina atau menerapkan filter yang ketat.

“Indonesia juga ketika menanggapi kasus ditemukannya varian omicron di Arab Saudi bisa jadi memasukkan kriteria umrah dalam daftar perjalanan yang diharuskan karantina 14 hari,” katanya

Rafiq mencontohkan, saat Arab Saudi membuka suspend untuk Indonesia dan lima negara lainnya. Di waktu yang hampir bersamaan, Arab Saudi justru menetapkan suspend untuk Madagascar, Zambia, Malawi dan banyak negara lain.

Di Indonesia pun karena meledaknya varian omicron di berbagai negara membuat pemberintah menetapkan karantina 14 hari untuk negara yang diketahui memiliki kasus varian omicron. Dan bagi negara lainnya waktu karantinanya ditambah menjadi tujuh bahkan kabarnya hari ini dinaikkan lagi menjadi 10 hari.

“Dengan proses karantina yang semakin lama, perjalanan umrah menjadi lebih merepotkan,” katanya.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana meminta masyarakat tidak risau dengan adanya kasus Omicron yang telah menjangkit warga Arab Saudi. Menurutnya Saudi tetap menginzinkan umroh selama jamaah sudah vaksin dosis lengkap.

“Saudi yakin selama warga sudah dosis lengkap akan relatif aman,” kata Budi Sylvana saat dihubungi Republika, Kamis (2/12).

Untuk itu Budi Sylvana mendorong agar masyarakat khususnya jamaah umroh segera melengkapi vaksinasinya. Sehingga ketika mendapat jadwal keberangkatan jamaah bisa langsung diberangkatkan ke Arab Saudi.

“Sehingga mendorong warganya untuk segera menyelesaikan dosis kedua,” katanya.

Menurutnya, kasus Omicron tidak mengganggu konsentrasi Saudi menerima jamaah Indonesia umroh. Karena Indonesia bukan menjadi negara yang disinyalir menjadi negara yang terpapar Umicron.

“Untuk sementara tidak ada kebijakan baru terkait pengaturan kedatangan warga asing ke Saudi, kecuali negara-negara Afrika yang disinyalir ada varian baru,” katanya.

Seperti diketahui, Arab Saudi memastikan temuan kasus pertama Covid-19 varian Omicron pada pendatang dari sebuah negara Afrika bagian utara, menurut kantor berita negara SPA, Rabu. Mengutip pernyataan dari kementerian kesehatan kerajaan, SPA mengatakan pihak berwenang sudah mengisolasi orang tersebut dan orang-orang lain yang melakukan kontak dengannya.

Temuan itu menjadi kasus Omicron pertama di Timur Tengah dan Afrika Utara.Kementerian mengatakan orang tersebut adalah warga negara Saudi yang baru kembali dari sebuah negara di Afrika Utara, tanpa menyebut nama negaranya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada Senin bahwa varian Omicron kemungkinan menyebar secara global dan membawa risiko peningkatan yang sangat tinggi dalam kasus infeksi sehingga bisa menimbulkan “konsekuensi parah” di sejumlah tempat.

Kementerian Saudi mendesak masyarakat untuk menjalani vaksinasi lengkap dan memerintahkan pelaku perjalanan untuk menaati aturan isolasi mandiri dan pengujian Covid.  Umicron pertama kali dilaporkan pada 24 November di selatan Afrika, lokasi dengan kasus infeksi meningkat tajam. 

Varian itu lalu menyebar ke belasan negara, sebagian besar di antaranya telah memberlakukan pembatasan perjalanan. Jepang pada Senin menyusul Israel dan Maroko yang berencana menutup penuh perbatasan mereka.

IHRAM

Berlaku Sopan Santun Terhadap Makhluk Ghaib

Islam, melalui Al-Quran telah mendeklarasikan diri sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamin. Visi dan misi Islam sebagai gama rahmat bagi alam ditunjukkan Nabi Muhamad lewat tingkah dan laku beliau. Pun akhlak yang Nabi tonjolkan selaras dengan penyebaran rahmat (kasih sayang) kepada seluruh alam.

Deklarasi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta bisa dirujuk pada Q.S al Anbiyā’/21:107). Hal ini berarti, Islam tempat bernaung pelbagai makhluk, baik manusia, hewan, tumbuhan. Pun tempat bernaun makhluk yang tak kasat mata (ghaib), seperti jin dan setan. Semuanya merasa aman, damai, sejahtera, di dalamnya.

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً لِّلۡعَٰلَمِينَ

Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Jalaluddin al Mahalli dan Jalaluddin Suyuthi dalam kitab Tafsir al Jalalin, menjelaskan bahwa ayat menjelaskan posisi Islam sebagai agama rahmat bagi alam semesta. Ia menambahkan bahwa Muhammad diutus ke dunia, sebagai rahmat (bagi semesta alam) manusia dan jin melalui kerasulanmu.

Dari penjelasan di atas tertangkap jelas, kehadiran Islam yang dibawa Nabi Muhammad tidak hanya untuk manusia, tetapi juga makhluk yang tak kasat mata. Yang dalam Islam digolongkan sebagai makhluk ghaib.

Profesor Quraish Shihab dalam buku Islam yang Saya Anut; Dasar-dasar Islam, menjelaskan manusia tak dapat mengetahui secara pasti jenis makhluk ghaib. Akan tetapi yang biasa dikenal adalah jin dan malaikat. Itulah yang banyak pula dijelaskan dalam Al-Qur’an, hadis Nabi, pun berbagai kitab para ulama.

Kendatipun mereka makhluk ghaib, sebagai seorang penganut agama Islam yang mendeklarasikan diri sebagai agama rahmat, seorang muslim harus memiliki sopan santun pada makhluk ghaib. Terlebih pada malaikat Allah.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan ada malaikat yang bertugas menjaga manusia dari mara bahaya, demi mencapai ajal/tujuan yang Allah tetapkan. Ada juga malaikat yang melakukan tugas mendorong manusia untuk kepada kebaikan.

Nah salah satu cara sopan santun terhadap malaikat adalah merasa malu melakukan dosa. Pasalnya, ada malaikat yang bertugas mencatat dosa manusia, yakni malaikat Raqib dan Atid.

Sejatinya, para malaikat yang mencatat amal kebajikan dan dosa manusia berharap manusia senantiasa melakukan kebaikan. Misalnya, malaikat yang mencatat amal kebaikan, ketika manusia berniat melakukan kebaikan, maka itu langsung di catat. Pun sebaliknya, ketika ingin keburukan, maka jika sebatas niat tak akan dicatat, terkecuali sudah dilaksanakan.

Untuk itu, menurut Profesor Quraish Shihab sudah selayaknya manusia malu melakukan dosa, terlebih para malaikat yang senantiasa menemani manusia. Bahkan dalam salah satu riwayat, ada malaikat itu bila manusia yang dicatat amalnya telah wafat, maka akan mendoakan manusia yang telah wafat itu agar dosanya diampuni.

Pun seyogianya manusia bersangka baik pada malaikat, terutama yang mencatat amal kebaikan dan dosanya. Jangan ada sangkaan dari manusia, bahwa malaikat itu—terutama yang mencatat dosa—, mencari-cari dosa manusia. Pasalnya, malaikat maha suci dari sangkaan tersebut.

Pun terhadap jin, manusia juga harus memiliki etika dan sopan santun. Misalnya dalam sebuah riwayat dijelaskan manusia jangan membuang air kecil sembarangan. Pun ada etika lain yang harus dijaga antar sesama makhluk Tuhan.

BINCANG SYARIAH

10 Kesalahan Saat Sholat yang Harus Dihindari Muslim

Terdapat sejumlah kesalahan yang bisa akibatkan sholat batal

Ada sejumlah kesalahan yang kerap dilakukan oleh orang-orang ketika sholat, yang karena melakukan kesalahan itu dapat mengurangi pahala sholatnya, bahkan membatalkan sholatnya. Apa saja? 

1. Salah dalam membaca Al Fatihah

Dalam fatwa Lembaga Fatwa Mesir, Sykeh Ahmad Mamduh memberikan penjelasan tentang kesalahan dalam pengucapan Al-Fatihah yang dapat membatalkan sholat.

Dia menjelaskan bahwa kesalahan dalam membaca surat Al-Fatihah akan membatalkan sholat jika ada kesalahannya itu tampak jelas. Contohnya jika seseorang membaca ayat: 

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ

Shirotol ladzina an’amta ‘alaihim (Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat)

Akan tetapi, dia membaca an’amtu (pada huruf ‘ta’ salah membaca harakatnya. Yang seharusnya dibaca fathah jadi dibaca dhomah). Maka kesalahan ini fatal dan mengubah artinya menjadi: (yaitu) orang-orang yang telah aku anugerahkan nikmat kepada mereka.” Maka maknanya menjadi bahwa yang memberi nikmat itu dirinya bukan Allah ﷻ. 

Akan tetapi, kesalahan yang bersifat kecil, yaitu dalam penerapan hukum tajwid itu tidak membatalkan sholat. Yang terpenting tidak salah dalam pengucapan dan harakatnya yang dapat berdampak fatal pada berubahnya arti ayat.

2.Salah dalam membaca tasyahud

Adalah salah bila dalam tasyahud menggunakan  kalimat:

السلام على النبي “Assalamu ‘alan Nabi” Yang benar sebagaimana riwayat yang sahih adalah:

السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ Asslamu ‘Alaika Ayyuhan nabiyu

3. Tidak tumaninah dalam sholat

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى رَجُلٍ لَا يُقِيمُ صُلْبَهُ بَيْنَ رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ

“Allah tidak melihat seorang yang tidak menegakkan tulang punggungnya antara rukuknya dan sujudnya.”  

Maksudnya dia tidak diam sebentar ketika berdiri, rukuk, dan sujud, tetapi justru terburu-buru melakukan gerakan sholat lainnya. 

4. Mendahului imam

Nabi Muhammad ﷺ melarang orang yang jadi makmum mendahului gerakan imam ketika sholat berjamaah. Contohnya makmum sujud sebelum imam sujud, atau makmum berdiri lebih dulu dari imam dan semisalnya. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:  

  أما يَخْشَى الَّذِي يَرفعُ رأسه قَبْلَ الإمام، أنْ يُحَوِّلَ الله رَأسَهُ رَأسَ حِمَارٍ. أوْ يَجْعَلَ الله صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ؟! 

“Apakah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam itu tidak takut bahwa Allah akan mengubah kepalanya menjadi kepala himar atau menjadikan rupanya seperti rupa himar?” (HR Bukhari).   

5.Orang yang sholat tidak sujud dengan tujuh anggota sujud

Misalnya, ketika sujud keningnya tidak menyentuh tempat sujud tapi justru menggunakan ubun-ubun kepala atau sengaja mengangkat keningnya sehingga mengambang. Sebagaimana disabdakan Rasulullah ﷺ: 

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ

“Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh tulang (anggota sujud) kening. Beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung-kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki dan tidak boleh menahan rambut atau pakaian (sehingga menghalangi anggota sujud).” (HR Bukhari).

6. Menahan buang air besar dan buang air kecil saat sholat 

Menahan buang air besar dan buang air kecil saat sholat adalah salah satu yang dilarang. Lembaga Fatwa Mesir menjelaskan bahwa tidak boleh menahan buang air besar dan buang air kecil karena dapat merusak kekhususan sholat. 

7. Duduk iq’a  

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Rasulullah ﷺ melarang duduk iq’a karena seperti anjing. 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ وَنَهَانِي عَنْ ثَلَاثٍ أَمَرَنِي بِرَكْعَتَيْ الضُّحَى كُلَّ يَوْمٍ وَالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَنَهَانِي عَنْ نَقْرَةٍ كَنَقْرَةِ الدِّيكِ وَإِقْعَاءٍ كَإِقْعَاءِ الْكَلْبِ وَالْتِفَاتٍ كَالْتِفَاتِ الثَّعْلَبِ

“Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah memerintahkan kepadaku dengan tiga perkara dan melarangku dari tiga perkara; Beliau memerintahkanku dengan dua raka’at dhuha pada setiap hari, witir sebelum tidur, dan puasa tiga hari pada setiap bulannya. Dan melarangku mematuk (dalam shalat) seperti ayam mematuk, duduk seperti duduknya anjing dan menoleh seperti berpalingnya serigala.” (HR Ahmad) 

Jadi posisi iq’a yang dilarang dalam sholat itu seperti ketika sujud tapi pantatnya menempel ke lantai (tidak diangkat) dan bagian kaki atas atau bagian atas telapak kakinya juga menempel ke lantai seperti duduknya anjing. Atau saat duduk ifrirasy posisi pantat menempel pada lantai tidak pada kaki. 

8. Menekuk lutut ketika rukuk padahal mampu meluruskannya 

Ketika rukuk itu posisi lutut harus tegak lurus, begitupun bagian punggungnya. Terkecuali bila ada suatu penyakit tertentu yang membuat orang yang sholat itu tidak bisa meluruskan lututnya ketika ruku. Selagi orang yang sholat itu sehat dan tidak mengalami kendala apapun, maka posisi lutut harus lurus ketika ruku. Rasulullah ﷺ bersabda:  

يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَا يُقِيمُ صُلْبَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ

“Wahai kaum muslimin, tidak sah shalat seorang laki-laki yang tidak menegakkan tulang punggungnya ketika ruku dan sujud.”(HR Ibnu Majah) 

9. Tertawa dalam sholat 

Menurut jumhur ulama tertawa dalam sholat itu membatalkan sholat jika menimbulkan suara. Juga ketika orang yang sholat itu berbicara. Terkecuali ia lupa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ :  

قهقهة تنقض الصلاة ولا تنقض الوضوء

“Tertawa terbahak-bahak membatalkan sholat dan dan tidak membatalkan wudhu.” HR Imam Dar Al Quthni.)

10. Orang sholat duduk padahal mampu berdiri 

Sebab berdiri dalam sholat itu adalah wajib, dan menjadi salah satu rukunnya yang bila tidak dikerjakan akan membatalkan sholat. Terkecuali orang yang sholat itu betul-betul tidak bisa berdiri karena sakit atau dalam kondisi yang tidak memungkinkannya untuk sholat sambil berdiri semisal ketika dalam perjalanan di pesawat dan lainnya.  

Sumber: masrawy 

KHAZANAH REPUBLIKA

2 Tanda Ketakwaan Hamba dan 5 Jalan Jaga Anggota Tubuh

Ketakwaan seorang hamba bisa diketahui secara kasat mata

Orang Muslim bertakwa memiliki beberapa tanda yang terlihat. Orang bertakwa senantiasa melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua Larangan-Nya.

Dikutip dari buku Jangan Takut Hadapi Hidup karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarny, terdapat dua tanda ketakwaan seorang hamba, di antaranya: 

1. Senantiasa menjaga sholat   

Allah ﷻ telah menyebut rutinitas ibadah sholat  dengan menjaga dan memelihara. Di dalam surat Al Maarij ayat 34 Allah ﷻ  berfirman: 

وَالَّذِيۡنَ هُمۡ عَلٰى صَلَاتِهِمۡ يُحَافِظُوۡنَؕ  

“Dan orang-orang yang memelihara sholatnya.” 

Maka barangsiapa yang senantiasa menjaga ibadah sholat nya, baik dari sisi ketepatan waktu, kekhusyukan, ketundukan, maupun mendirikannya dengan berjamaah, niscaya Allah ﷻ akan menjaga dirinya di saat orang-orang mengalami kebinasaan dan kehilangan pegangan. 

اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ 

“Sesungguhnya sholat  itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS Al Ankabut ayat 45). 

2. Menjaga anggota badan  

Di antara cara agar mendapatkan penjagaan Allah ﷻ adalah dengan menjaga anggota badan dari segala bentuk maksiat dan mempergunakannya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah ﷻ, yaitu sebagai berikut:  

Pertama, menjaga hati  

Penjagaan Allah ﷻ akan diturunkan manakala seorang hamba menjaga hatinya dari segala keinginan dan sesuatu yang syubhat. Jika segumpal daging ini hilang dari seorang hamba, maka semuanya akan hilang pula. Segumpal daging ini adalah hati.  

Kedua, menjaga lisan  

Cara seseorang yang menjaga Tuhannya, di antaranya adalah dengan menjaga lisannya. Lisan (lidah) merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat penting sekali karena segala bentuk maksiat dan perbuatan mungkar itu bermula dari lisan.  

Laa ilaaha illallaah, berapa banyak orang yang terjerembab dalam kehinaan karena lisannya, dan berapa banyak orang bergelimang noda dan dosa karena lisannya. Berapa banyak orang yang amal perbuatannya tiada arti karena sum’ah.  

Ketiga, menjaga pendengaran  

Hal lain dari menjaganya seseorang terhadap Tuhannya adalah ketika ia menjaga pendengarannya. Ia hanya menggunakan pendengarannya untuk mendengarkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai positif baik di dunia maupun di akhirat.  

Keempat, menjaga pandangan 

Mata, jika dibiarkan memandang sesuatu yang haram, merupakan salah satu panah iblis. Dan barangsiapa yang memejamkan matanya dari sesuatu yang haram, maka Allah ﷻ akan menggantinya dengan manisnya iman yang tertanam dalam kalbunya.  

Kelima, menjaga perut 

Sesuatu yang seharusnya dijaga setiap Muslim adalah perutnya. Hendaknya ia menjaga perutnya dari makanan yang haram, sehingga ia tidak akan makan kecuali makanan yang halal dan yang diperbolehkan Allahﷻ.    

KHAZANAH REPUBLIKA

Zakat Bangunan yang Awalnya Disewakan Lalu Ingin Dijual

Fatwa Syaikh Syaikh Muhammad Shalih Al-’Utsaimin Rahimahullahu Ta’ala

Soal:

Seseorang mempunyai suatu bangunan yang ia sewakan kemudian ia ingin menjualnya, sehingga bangunan ini menjadi urudh tijarah (komoditi perdagangan). Apakah ia keluarkan zakatnya sebagai urudh tijarah ataukan tetap sebagai bangunan yang disewakan?

Jawab:

Selama ia niatkan untuk dijual, maka sesungguhnya haulnya dihitung berdasarkan niatnya. Apabila telah genap 1 tahun berlalu sejak ia meniatkan untuk dijual, wajib baginya untuk mengeluarkan zakatnya (sebagai urudh tijarah). Ia bayar zakatnya setelah genap 1 tahun dan membayar 2,5% dari nilai bangunan tersebut. Ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Sesungguhnya amal-amal tergantung pada niat-niatnya”.

Jika niatnya untuk perdagangan, maka haul-nya dihitung sejak dijatuhkan niatnya. Begitu pula pada selain bangunan, jika itu mobil atau selainnya dan ia jadikan itu untuk perdagangan. Maka haul-nya dihitung sejak dijatuhkan niatnya. Jika sudah terpenuhi satu haul (satu tahun), maka wajib baginya membayar zakat.

Adapun bila seseorang mendapat warisan berupa rumah, mobil, atau yang semisal dari bapaknya, dan ini miliknya. Tetapi ia tidak menginginkannya untuk memilikinya, ia ingin menjualnya bukan sebagai komoditas perdagangan, ia berkata, “andaikan kutemukan ada yang minat, maka akan kujual kepadanya”, maka ini tidak ada zakatnya. Orang tersebut tidak meniatkannya untuk komoditas perdagangan, walakin ia merasa senang jika tidak memilikinya dan ingin ia jual sebagai harta yang bisa dibagi-bagi lagi. Dengan demikian, maka tidak wajib baginya zakat.

Daftar Pustaka:

Majmu’ Fatawa Wa Rasa-il Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al-’Utsaimin Jilid ke-19, Kitab ‘Urudh At-Tijarah, link: http://iswy.co/e3rhi

Penerjemah: Muhammad Fadli

Sumber: https://muslim.or.id/70762-zakat-bangunan-yang-awalnya-disewakan-lalu-ingin-dijual.html

Batas Waktu Setiap Umat dan Bangsa

Alquran menjelaskan bahwa setiap umat atau bangsa mempunyai batas waktu, yakni waktu untuk maju atau mundur, dan waktu untuk jaya atau binasa. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-A’raf Ayat 34 dan tafsirnya.

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (QS Al-A’raf: 34)

Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, ayat ini menjelaskan kenyataan sejarah bahwa tiap-tiap umat atau bangsa ada ketentuan yang disebut ajalnya, yaitu batas waktu tertentu untuk maju atau mundur, jaya atau hancur. Dalam hal ini yang menentukan adalah Allah sesuai dengan sunah-Nya dan kehendak-Nya.

Ketentuan ajal maksudnya adalah ketentuan waktu turunnya azab bagi umat atau bangsa yang telah durhaka, tidak mau menerima kebenaran, berlaku sewenang-wenang sekehendak nafsunya, dan tidak segan-segan mengerjakan yang keji dan mungkar.

Maka ketentuan turunnya azab itu ada dua macam. Pertama, umat itu hancur musnah sampai hilang dari permukaan bumi. Seperti malapetaka yang telah diturunkan Allah kepada kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, Fir’aun, Luth dan yang lainnya. Umat itu telah hilang dari permukaan bumi sebab kedurhakaan dan keingkaran mereka tidak menerima ajaran-ajaran yang dibawa oleh masing-masing Rasul.

Sudah diberi peringatan berkali-kali, namun mereka tidak percaya, bahkan semakin membangkang dan sombong. Maka tibalah ajal mereka dengan kehancuran dan kebinasaan sampai musnah. Allah berfirman, “Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat.” (QS Hud: 102)

Azab yang merupakan kehancuran seperti ini, hanya khusus berlaku bagi umat-umat terdahulu dan tidak akan terjadi lagi pada umat Nabi Muhammad SAW. Sebab kedatangan Nabi Muhammad adalah rahmat bagi semua penghuni alam ini.

Allah berfirman, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya’: 107)

Kedua, umat itu menjadi hina, miskin, bodoh, dijajah, dan lain-lain. Allah menurunkan azab bukan untuk menghancurkannya, tapi umat itu hilang kebesarannya dan kemuliaannya, jatuh menjadi umat yang hina-dina, tidak ada harga dan kemuliaan lagi.

Kenyataan sejarah sudah banyak menunjukkan bahwa umat yang pada mulanya jaya dan terhormat, tapi akhirnya menjadi hina dan melarat, sebab mereka berfoya-foya menghamburkan harta kekayaan untuk maksiat. Berlaku sewenang-wenang berbuat aniaya sesama manusia, menghabiskan harta umat dengan cara yang tidak benar, baik dengan korupsi, menipu dan lain-lain.

Penyakit syirik merebak dengan suburnya, di samping menyembah Allah, mereka juga menyembah makhluk-Nya. Maka datanglah ajal umat atau bangsa itu, mereka menjadi umat yang lemah dan hina di mata manusia.

Kedatangan azab tidak dapat ditangguhkan walaupun sesaat dan tidak pula dapat dimajukan. Tidak seorang pun yang tahu saat datangnya azab itu, apakah di waktu malam, atau di waktu siang, kadang-kadang datangnya dengan tiba-tiba, di saat umat itu sedang lengah, sedang lupa daratan, sedang bersenang-senang, turunlah azab Allah dengan sekonyong-konyong. Seandainya diketahui kapan ajal itu akan datang, tentu mereka minta ditangguhkan, dan mereka segera memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka, dan meninggalkan perbuatan keji dan dosa dan lain-lain.

Datangnya ajal secara tiba-tiba itu, memberikan pengertian bahwa Allah Maha Kuasa dan tidak bisa dihalangi dan ditandingi oleh kekuasaan manusia. Akhirnya umat itu menyesal, namun penyesalan itu tidak berguna.

IHRAM