“Buldozer” yang Congkak Lagi Kejam

SEPANJANG sejarah upaya Zionis Yahudi mewujudkan ‘Eretz Yisrael’ di atas tanah Palestina, Ariel Sharon termasuk salah satu tokoh yang “tidak ada matinya.” Ia kerap muncul di setiap sejarah penting Israel.

Sharon dilahirkan di Kfar Maalal, sebuah daerah pertanian di Palestina bagian barat, pada tahun 1928. Wilayah itu dulu di bawah kekuasaan Inggris. Keluarga orangtuanya adalah imigran dari Rusia, pendukung kuat Zionis Israel. Dalam otobiografinya disebutkan, nama kecil Sharon adalah ‘Buldozer’.

Pada masa kanak-kanak ia telah bergabung dengan gerakan pemuda Zionis. Saat remaja belasan tahun ia menjadi anggota paramiliter Zionis. Sharon bergabung dalam dinas militer Israel sebelum genap usia 20 tahun dan ditunjuk menjadi komandan pleton. Ia ikut perang pertama antara pasukan Zionis dengan Arab tahun 1948.

Saat berkarir di militer maupun politik, Sharon dikenal sebagai seorang ‘hawkish’. Seseorang yang tidak sungkan menggunakan kekerasan dan kekuatan bersenjata untuk menghajar semua lawannya.

Namun di kemiliteran, ia paling dikenal dengan aksinya dalam Perang Arab-Israel tahun 1967 dan peperangan Yom Kippur Oktober 1973. Ia salah satu komandan pasukan Zionis yang berhasil meraih kemenangan dari pasukan Arab dalam waktu singkat. Keberhasilannya itu menjadi salah satu legasi Sharon, yang hingga kini terus diajarkan dan ditularkan kepada para kadet angkatan bersenjata Israel.

Di dunia politik, ia mendirikan Partai Likud pada tahun 1973, yang hingga kini dikenal sebagai partai paling kejam dan keras terhadap rakyat Palestina. Lawan-lawan politiknya di Israel pun mengakui ke-hawkish-annya.

Setelah keluar dari Likud, ia membentuk Partai Kadima pada akhir 2005. Partai ini juga mendapat warisan sifat keras dari Sharon. Salah satunya bisa dilihat dari sepak terjang Tzipi Livni.

Meskipun perempuan, pemimpin Kadima itu adalah otak dan pengambil keputusan penting saat pasukan Zionis Israel menyerang Jalur Gaza akhir 2008 hingga pertengahan Januari 2009, yang dikenal dengan Operation Cast Lead.

Tidak kurang dari 1.500 orang –kebanyakan anak kecil, wanita dan orangtua– menjadi korban tewas dalam serangan 22 hari tersebut. Serangan pasukan udara, darat dan laut Israel itu baru dihentikan hanya satu hari sebelum Amerika Serikat melantik Presiden Barack Obama.

Dalam urusan pemukiman Yahudi, Sharon yang pernah menjabat sebagai Menteri Perumahan dan Pembangunan Israel tahun 1990-1992 dan Menteri Infrastruktur Nasional Israel tahun 1996-1999, tidak mengenal kata ilegal dalam kamusnya.

Semua pemukiman Yahudi yang dibangun, termasuk dengan cara merampas tanah milik warga Palestina, adalah sah.

“Setiap orang harus bergerak, lari dan ambillah sebanyak mungkin puncak bukit sebisanya, untuk memperluas pemukiman (Yahudi). Sebab, semua yang kita bisa ambil akan tetap menjadi milik kita… Apa saja yang tidak bisa kita ambil, akan jatuh ke tangan mereka,” kata Sharon, saat berbicara di hadapan militan dari kelompok ekstrim sayap kanan Partai Tsomet, ketika menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, 15 Nopember 1998.

Congkak dan Kejam Kecongkakan Sharon dan kebenciannya terhadap orang Arab dan Palestina sudah mendarah-daging dalam dirinya sejak dulu.

Dalam wawancaranya dengan Jenderal Ouze Merham pada 1956, Sharon berkata, “Saya tidak tahu ada yang namanya prinsip-prinsip internasional. Saya bersumpah, akan saya bakar setiap anak yang dilahirkan di daerah ini. Perempuan dan anak-anak Palestina lebih berbahaya dibandingkan para pria dewasa, sebab keberadaan anak-anak Palestina menunjukkan bahwa generasi itu akan berlanjut. … Saya bersumpah, jika saya sebagai seorang Israel bertemu dengan seorang Palestina, maka saya akan bakar dia. Dan saya akan membuatnya menderita sebelum membunuhnya. Dengan satu pukulan saya pernah membunuh 750 orang Palestina (di Rafah tahun 1956). Saya ingin menyemangati prajurit saya agar memperkosa gadis-gadis Arab, karena perempuan Palestina adalah budak untuk Yahudi dan kami dapat berbuat apa saja yang kami inginkan kepadanya. Tidak ada yang boleh menyuruh kami apa yang harus kami lakukan, justru kami yang memerintah mereka apa yang harus mereka lakukan.”

Bicara tentang kekejaman Sharon dalam sejarah Zionis Israel, tidak akan lepas dari peristiwa pembantaian warga Palestina di pengungsian Sabra-Shatilla dan invasi pasukan Israel ke Beirut, Libanon, pada 1982 saat Sharon menjabat menteri pertahanan.

Dr. Ang Swee Chai, seorang perempuan warga China Kristen, yang dibesarkan dengan nilai-nilai anti-Islam dan Arab, serta mendukung penuh Yahudi dan Israel, bercerita cukup lengkap tentang kekejaman Israel di Sabra-Shatilla dalam bukunya “From Beirut to Jerussalem”.

Pembantaian Sabra-Shatilla terjadi pada September 1982, hanya beberapa hari setelah para pejuang Palestina menyerahkan senjata mereka dibawah perjanjian damai internasional. Mereka kemudian dideportasi dari Beirut, meninggalkan keluarganya ke perlindungan pasukan perdamaian internasional. Pasukan Israel kemudian menginvasi Beirut. Tidak kurang dari 3.000 wanita dan anak-anak yang tidak berdaya dikumpulkan di kamp pengungsian Sabra-Shatilla. Kemudian secara sistematis mereka dibantai begitu saja.

Pendudukan Beirut oleh pasukan Zionis berlangsung selama 70 hari. Lebih dari 30.000 orang kehilangan nyawanya. Pasukan Zionis menyerang secara membabi-buta. Makanan, air dan listrik seketika lenyap. Lebih dari 500.000 orang dipaksa meninggalkan rumahnya.

Berdasarkan perhitungan tentara Israel IDF, mereka menggunakan tidak kurang dari 960 ton amunisi untuk menghancurkan kota Beirut.

Dalam serangan ke Libanon tersebut, untuk pertama kalinya Israel menguji cobakan senjata baru, yaitu bom fosfor dan bom vakum.

Jika seseorang terkena bom fosfor maka tubuhnya akan terbakar selama beberapa hari. Apabila tubuhnya disiram air, maka pembakarannya akan bertambah parah dan berlangsung lebih lama.

Bom vakum tidak kalah mengerikan. Bom itu terbuat dari TNT yang berkekuatan besar. Jika dijatuhkan ke sebuah gedung, maka bangunan itu akan tersedot ke bawah, rontok menjadi puing. Ang Swee Chai melihat sebuah bangunan 11 lantai mengubur hidup-hidup sekitar 200 orang di Beirut.

Saat menjelaskan latar belakang dari penciptaan karya instalasinya yang berjudul “Ariel Sharon” Noam Braslavsky mengatakan kepada BBC, “Pria ini bukan seorang laki-laki biasa. Dia punya pengaruh yang sangat besar atas kehidupan dari semua orang yang tinggal di negeri ini (Palestina-Israel).” Mungkin ia benar. *

Keterangan: korban “jagal” Aiel Sharon di Shabra dan Satila

HIDAYATULLAH

Kaifa Haluk Yaa Sharon?

Seorang pria tua bersandar lemah di atas tempat tidur, di dalam sebuah kamar yang temaram. Matanya yang menua memandang ke depan dari celah kelopak yang sempit. Saat  pria berpiyama biru muda itu bernapas dengan lemah, perut dan dadanya yang berselimut kain warna putih tampak naik-turun dengan perlahan. Di punggung telapak tangan kanannya tertancap jarum dan selang, yang mengalirkan cairan dari botol infus di sisi kanan ranjangnya.
 
Hanya dua atau tiga orang saja yang diizinkan masuk untuk merawat laki-laki tua itu dalam sekali waktu.
 
Cobalah pegang tangannya, belai rambutnya yang memutih dan sapalah dia dengan bahasa orang Arab yang sangat dibencinya, “Kaifa haluk yaa Sharon?” Apa kabarmu Sharon?
 
Dia pasti tidak akan menjawab. Sebab, itu hanyalah sebuah patung lilin dalam ukuran sebenarnya sebagai representasi dari Ariel Sharon, mantan Perdana Menteri Israel ke-11.
 
Seni instalasi karya Noam Braslavsky tersebut pertama kali ditampilkan di Galeri Seni Kishon di Tel Aviv.

“Sebagai seorang seniman, adalah hak saya untuk memilih tokoh ini dan membawanya kembali menjadi kepala berita utama (di media massa),” kata Braslavsky, perupa Israel yang bermukim di Jerman.
 
Memang tidak banyak yang diketahui tentang Ariel Sharon, setelah diserang stroke pada 4 Januari 2006 yang menyebabkan koma hingga saat ini. Pada malam hari Sharon terkena stroke, seorang kru televisi Israel berhasil menangkap gambarnya yang sedang berada di belakang sebuah mobil ambulan, terbaring setengah duduk dalam keadaan sadar. Itulah gambar terakhir dari Sharon yang dimiliki media. Sebab setelah itu, keluarga Sharon sengaja menutup pintu rapat-rapat, atas informasi kondisi salah satu tokoh kontroversial dalam sejarah Zionis Israel itu.
 
Sementara Sharon palsu didatangi banyak pengunjung di Kishon Gallery, Sharon asli terbujur kaku tidak sadarkan diri beberapa kilometer jauhnya, di Chaim Sheba Medical Center, Tel Hashomer.
           
Hidup atau Mati

Dua hari setelah Sharon, yang akrab dipanggil Arik, terkena stroke berat sehingga otaknya dibanjiri darah, berbagai media internasional mengabarkan bahwa ia telah mati.
 
Hal itu wajar saja, karena setelah dinyatakan stabil pada 5 Januari 2006 oleh tim dokter di Rumah Sakit Haddasah, keesokan harinya Sharon dimasukkan lagi ke ruang operasi. Bahkan wakilnya, Ehud Olmert, telah ditunjuk sebagai pejabat sementara perdana menteri menggantikan tugas yang diemban Sharon.
 
Pada hari keenam, dokter berupaya membangunkannya dari keadaan tidak sadar, dengan cara mengurangi dosis obat anastesi. Ia pun kemudian bisa bernapas sendiri dengan bantuan respirator dan sedikit memberikan respon terhadap stimulus rasa sakit di lengan dan kakinya.
 
Tetapi, Sharon yang sudah berpindah rumah sakit tidak juga bangun, meskipun keluarga sudah memperdengarkan alunan musik klasik karya komposer Mozart kesukaannya –seperti yang disarankan oleh dokter. Ia tidak pernah membuka matanya, meskipun hasil tes CT scan menunjukkan otaknya tidak lagi mengeluarkan darah.
 
Hari berganti pekan, pekan berganti bulan. Sharon tidak lagi dikabarkan menderita pendarahan pada otaknya. Hanya saja, berbagai infeksi menyerang organ-organ tubuhnya yang lain secara bergantian. Dari otak, infeksi pindah ke paru-paru, ke ginjal, ke dalam darah, begitu seterusnya. Jantungnya yang diketahui bocor sejak sebelum koma, ikut memperburuk keadaan.
 
Bulan September 2008, dalam wawancara yang termasuk langka, profesor Zeev Rothstein yang merawat Sharon menceritakan keadaan pasiennya kepada Radio Angkatan Bersenjata Israel.
 
“Dia bisa menggerakkan matanya, atau satu jari atau beberapa jari… Dia dapat beraksi terhadap rasa sakit, terhadap suara anggota keluarga yang didengarnya. Reaksi-reaksi ini menunjukkan ia tidak sepenuhnya tidak sadar,“ jelas Rothstein.

“Seorang pasien yang terbaring di ranjang rumah sakit begitu lama, tidak akan pernah terlihat sama seperti saat ia sadar dan bisa berlari. Jadi, ia terlihat sangat berbeda,” kata Rochstein lagi.
 
Sejak itu, tim dokter yang merawatnya hanya menyampaikan dua kabar tentang Sharon. Yaitu, kondisinya memburuk karena ada gangguan pada organnya atau stabil, tapi tetap dalam keadaan koma.*

HIDAYATULLAH

Inilah Cara Mencapai Zuhud

Zuhud adalah sikap hati. Letaknya berada dalam qalbu manusia. Zuhud itu mengosongkan hati selain terhadap Allah. Tak tergantung pada materil duniawi—bukan berarti tak membutuhkan dunia.

Tak sedikit manusia yang lalai memaknai zuhud. Keliru dan tersesat dalam kejahilan. Banyak manusia salah jalan dalam menggapai zuhud. Atas nama zuhud, orang yang tersesat ini memakai pakaian yang ditambal. Makan makanan yang murah dan tak layak. Meninggalkan pekerjaan. Dan sinis, sekaligus dengki terhadap manusia yang berharta.

Padahal dalam hati mereka ingin juga berharta. Lisan menafikan harta, tapi hati sibuk ingin harta. Orang model begini, kata Syekh Abdul Qadir Isa, bak panggang jauh dari api; menyangka diri seorang zahid, padahal mereka nyatanya orang yang salah jalan.

Terkait orang yang menyangka zuhud adalah menjauhi dunia dan hidup dengan kemiskinan, Al Manawi dalam kitab Faidh Qadir Syarah al Jami ash Shagir memberikan ultimatum yang tegas;” Zuhud itu kosong hati dari dunia, bukan kosong tangan dari dunia,”.

Tak terkira orang yang salah kaparah memaknai zuhud. Golongan ini pergi mengasingkan diri. Menjauhi pergaulan dengan manusia. Memutuskan  tali silaturahmi. Tak mau bekerja. Meninggalkan pekerjaan yang halal. Lebih parah lagi, memandang sinis bagi orang kaya. Padahal bila diberikan harta, niscaya mereka akan rakus dan tamak terhadapnya.

Di sisi lain juga kata Al Manawi, ada juga manusia yang mengklaim diri zuhud. Pergi bekerja. Siang-malam mencari harta. Hatinya terpaut pada dunia. Sibuk mengumpulkan puing-puing harta benda. Sialnya, orang begini juga mengklaim diri zuhud.

Padahal kedua golongan ini bukanlah orang yang zuhud. Bila seumpamanya mereka dibawa pada dokter hati, niscaya sang dokter akan menjelaskan bahwa hati mereka sedang bermasalah. Sedang tertimpa penyakit hati kronis.

Selanjutnya, Syekh Abdul Qadir Isa dalam kitab Haqaiq ath Tashawuf,  menjelaskan ada tiga cara untuk menggapai maqam zuhud. Usaha ini akan membantu seorang zahid untuk menggapai makna zuhud sejati. Usaha ini bila berhasil akan mampu menjauhkan manusia dari tamak, rakus, korupsi, nepotisme, dan mengeksploitasi manusia lain.

Pertama, mengetahui dan menyadari bahwa dunia sejatinya hanya bayangan yang akan hilang dan pergi. Dunia ibarat bayangan yang palsu. Penuh tipu dan daya. Sekaya apapun manusia, kelak ketika ia mati, hanya akan membawa tiga lapis kain kafan. Ia akan pergi meninggalkan pelbagai kemewahan hidup.

Seorang yang berpangkat, bila mati hanya akan memperoleh titel “almarhum”. Seorang pria yang memiliki istri cantik jelita, kelak ketika mati, istri akan tinggal meyandang status janda. Anaknya menjadi yatim. Tak ia bawa menghadap ilahi.

Dalam salah satu hadis Nabi bersabda;

يقول ابن آدم مالي مالي قال وهل لك يا ابن آدم من مالك الا ما اكلت فافنيت او لبست فابليت او تصدقت فامضيت

Artinya: Anak Adam berkata; “harta ku harta ku”.  Engkau tidak memiliki sesuatau dari harta mu, wahai anak Adam, kecuali apa yang telah engkau makan lalu dia hilang, apa yang engkau pakai, lalu ia usang, dan apa yang engkau sedekahkan lalu dia berlalu,

Kedua, mengetahui kelak akan ada kehidupan akhirat. Dunia adalah ladang investasi bagi akhirat. Akhirat adalah kehidupan agung bagi manusia kelak. Dan kehidupan agung itu hanya akan diagapai dengan kebajikan. Allah berfirman dalam Q.S an Nisa ayat 77;

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ

Artinya: Katakanlah kesenangan dunia hanyalah sebentar, dan akhirat lebih baik bagi orang orang yang bertakwa.

Untuk itu, para sufi senantiasa mengarah para pengikut untuk menggapai keridhaan Allah. Mencintai harta sekadarnya. Yang terpenting, mereka menjauhi hawa nafsu. Pasalnya, nafsu adalah pangkal kecintaan pada dunia. Bila manusia dikuasai nafsu, maka yang timbul adalah kebinasaan dan musibah.

Ketiga, seorang muslim yang baik tak boleh tamak terhadap dunia. Ia harus meyakini bahwa bagiannya di dunia telah ditetapkan ilahi. Tak dapat ditambah sedetik pun, dan tak bisa dikurangi sedikitpun. Semua sudah ada dalam ilmu Allah swt.

Syekh Abdul Qadir Isa mengutip syair sufi;

Janganlah sekali-kali engkau memandang istina yang indah

Dan ingatlah, di waktu tua, tulang mu akan menjadi rapuh

Jika engkau ingat akan perhiasan dunia, maka katankanlah

“aku menyambut panggilan Mu, bahwa kehidupan adalah kehidupan akhirat

Demikian penjelasan tentang tiga cara menggapai zuhud. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Pentingnya Sabar

Kaum muslimin yang dirahmati Allah. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Ta’ala, yang senantiasa mencurahkan kepada kita nikmat dan bimbingan-Nya. Selawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia; amma ba’du.

Menjadi seorang muslim merupakan sebuah kebahagiaan yang sangat agung. Sebab dengan keislaman yang ada pada dirinya itulah Allah akan menerima amal dan ketaatannya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

“Barang siapa mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya dan kelak di akhirat dia pasti termasuk golongan orang-orang yang merugi” (QS. Ali-Imran: 85).

Oleh sebab itu seorang muslim akan berusaha untuk menjaga agama dan akidahnya agar tidak rusak dan hanyut dalam gelombang kekafiran dan kemunafikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bersegeralah kalian menggapai amal-amal sebelum datangnya berbagai fitnah laksana potongan malam yang gelap gulita; pada pagi hari seorang masih beriman namun sore harinya berubah menjadi kafir, atau sore hari beriman namun keesokan harinya berubah menjadi kafir. Dia menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan dunia.” (HR. Muslim).

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah. Fitnah di dalam hidup ini beragam bentuknya. Hakikat fitnah itu adalah ujian dan cobaan dari Allah untuk hamba-hamba-Nya; dalam rangka membuktikan kebenaran iman dan ketulusan penghambaan mereka kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ (٢) وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ‌ۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ (٣)

“Apakah manusia itu mengira dia ditinggalkan begitu saja mengatakan: Kami beriman, lalu mereka tidak diberikan ujian? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah akan mengetahui orang-orang yang jujur dengan orang-orang yang dusta” (QS. Al-Ankabut: 2-3).

Iman itu sendiri bisa mengalami penambahan dan pengurangan, peningkatan dan kemerosotan. Ia akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena perbuatan kemaksiatan. Diantara perkara yang bisa memperkuat dan mengokohkan kembali iman adalah dengan merenungkan ayat-ayat Allah dan mengamalkannya di dalam sudut-sudut kehidupan kita. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ

“Hanyalah orang-orang beriman itu adalah jika disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka, apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah imannya, dan mereka bertawakal hanya kepada Rabb mereka” (QS. Al-Anfal: 2).

Para ulama menjelaskan, bahwa iman itu terdiri dari dua bagian. Sebagian berupa sabar, dan sebagian lagi berupa syukur. Sabar adalah menerima musibah yang menimpa dengan lapang dada, walaupun memang ia terasa pahit dan menyakitkan. Akan tetapi ingatlah bahwa musibah itu datang dari sisi Allah Dzat Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Allah Ta’ala berfirman,

 وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَہۡدِ قَلۡبَهُ 

“Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya” (QS. At-Taghabun: 11).

Alqomah -seorang tabi’in– menafsirkan ayat ini, bahwa orang yang dimaksud adalah seorang yang tertimpa musibah lalu dia menyadari bahwasanya musibah itu datang dari sisi Allah, sehingga dia pun merasa rida dan pasrah kepada kehendak Allah. Sehingga, dengan bersabar akan diperoleh pahala berlipat ganda. Allah Ta’ala berfirman,

 إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan disempurnakan balasan pahala mereka tanpa ada perhitungan” (QS. Az-Zumar: 10)

Sabar memang terasa pahit akan tetapi buahnya jauh lebih manis daripada madu; sebagaimana diungkapkan oleh sebagian ulama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya balasan yang besar bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan timpakan cobaan (musibah) kepada mereka” (HR. Tirmidzi, dan beliau menghasankannya).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang menempa diri untuk sabar maka Allah akan jadikan dia penyabar. Dan tidaklah seorang diberikan suatu karunia yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kaum muslimin yang dirahmati Allah. Namun, sebenarnya sabar tidak hanya meliputi sabar ketika tertimpa musibah. Terdapat bentuk kesabaran yang lain, yaitu sabar di atas ketaatan dan sabar dalam menjauhkan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan.

Ketika seorang hamba berusaha menuntut ilmu maka dia harus bersabar dalam menjalaninya. Demikian pula ketika dia berusaha mengamalkan ilmu yang telah dia dapatkan, pun dibutuhkan kesabaran. Tidak berhenti di situ, tatkala dia mendakwahkan ilmu dan kebenaran itu kepada orang lain pun dibutuhkan kesabaran. Sehingga sabar akan senantiasa mewarnai gerak langkah dan aktivitas ketaatannya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُواْ فِينَا لَنَہۡدِيَنَّہُمۡ سُبُلَنَا‌ۚ

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di atas jalan Kami maka Kami akan menunjukkan kepadanya jalan-jalan menuju keridaan Kami” (QS. al-‘Ankabut: 69).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Seorang mujahid adalah orang yang berjuang mengendalikan nafsunya di atas ketaatan kepada Allah. Dan seorang muhajir/yang berhijrah adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah” (HR. Ahmad, disahihkan al-Albani).

Hal terpenting dalam melaksanakan ketaatan dan tidak boleh kita lupakan adalah hendaknya kita selalu membersihkan dan memurnikan niat kita untuk mencari wajah Allah saja, bukan untuk selain-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu diukur dengan niatnya. Dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin dia dapatkan atau wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya hanya akan mendapatkan balasan seperti apa yang dia niatkan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sehingga seorang harus berjuang untuk menggapai keikhlasan dalam segala amal ibadahnya, ketika mengerjakan salat, ketika berpuasa, ketika bersedekah, ketika berdakwah, ketika meninggalkan maksiat, dan lain sebagainya. Semuanya membutuhkan kesabaran dan keikhlasan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sabar itu cahaya yang panas” (HR. Muslim). Sabar akan menerangi kehidupan kita, namun untuk mencapainya kita harus berjuang dan melawan berbagai keinginan nafsu dan ambisi-ambisi dunia yang rendah dan hina; wallahul musta’aan.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah. Jenis sabar yang lain adalah sabar dalam menghindarkan diri dari maksiat. Sebagaimana kita ketahui bahwa hawa nafsu senantiasa mengajak kepada hal-hal yang buruk dan merusak kehidupan. Allah Ta’ala berfirman,

 إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ‌ۚ

“Sesungguhnya nafsu itu senantiasa mengajak kepada keburukan, kecuali yang dirahmati Rabbku” (QS. Yusuf: 53).

Oleh sebab itu Allah Ta’ala menjanjikan kepada orang yang merasa takut kepada Allah dan menahan dirinya dari memperturutkan kemauan hawa nafsunya dengan balasan surga. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ (٤٠) فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِىَ ٱلۡمَأۡوَىٰ (٤١)

“Adapun barang siapa yang merasa takut kepada kedudukan Rabbnya serta menahan diri dari memperturutkan hawa nafsunya maka surgalah tempat tinggalnya” (QS. An-Naz’iat: 40-41).

Dari sini, kita menyadari bahwa sabar memiliki peranan yang sangat besar dalam menjaga keimanan seorang hamba. Baik sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan ketaatan, maupun sabar dalam menjauhi maksiat. Karenanya Sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu berkata, “Sabar di dalam iman bagaikan kepala di dalam tubuh manusia.” Apabila kepala hilang maka hilang pula nyawa tubuh tersebut dan pada akhirnya tidak tersisa iman pada orang yang tidak memiliki kesabaran.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kepada kita kekuatan iman, sehingga kita bisa bersabar dalam menghadapi musibah, dalam menjalani ketaatan, dan menjauhi maksiat. Dan semoga Allah membantu kita untuk mewujudkan syukur kepada-Nya dengan hati, lisan, dan anggota badan kita. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕن شَڪَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡ‌ۖ وَلَٮِٕن ڪَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

“Sungguh, jika kalian bersyukur pasti Aku tambahkan nikmat kepada kalian, akan tetapi jika kalian kufur maka sesungguhnya azab-Ku teramat pedih” (QS. Ibrahim: 7).

Wallahu a’lam. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

Artikel: Muslim.or.id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/66285-pentingnya-sabar.html

Golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Siapa Mereka?

 Rasulullah ﷺ telah menyatakan bahwasannya kelompok yang selamat dari umatnya adalah mereka yang berpegang teguh kepada prinsip-prinsip yang mana Rasulullah ﷺdan para sahabatnya menganutnya. Orang-orang yang memegang prinsip itulah yang disebut sebagai Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Nah, dari kelompok-kelompok yang ada di sepanjang sejarah peradaban umat Rasulullah, siapa saja yang tergolong dalam Ahlus Sunnah wal Jama’ah menurut para ulama?

Imam Tajuddin As Subki (771 H) juga menjelaskan bahwasannya Ahlus Sunnah wal Jam’ah terdiri dari tiga golongan. Yakni Ahlul Hadits, Ahlun Nadzr (Al Asy`ariyah dan Al Maturidiyah), Ahlul Wijdan, yakni para shufi. (Ithaf As Sadah Al Muttaqin, 2/5,6).

As Sa’d At Taftazani (791 H) berkata, ”Masyhur dari Ahlus Sunnah di negeri Khurasan, Iraq, Syam, dan mayoritas wilayah adalah Al Asya`irah, pengikut Abu Hasan Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismalil bin Abdillah bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al Asy`ari sahabat Rasulullah ﷺ, orang pertama yang menentang Abu Ali Al Jubba’i dan keluar dari madzhabnya menuju As Sunnah, yakni metode Nabi ﷺdan jama’ah, yakni metode para sahabat. Dan di negeri-negeri seberang Sungai (Jihun) Al Maturidiyah, yakni para pengikut Abu Manshur Al Maturidi murid Abu Nashr Al ‘Ayyadh, murid Abu Bakr AL Jurjani pengikut Abu Sulaiman Al Jurjani yang merupakan murid Muhammad bin  Al Hasan Asy Syaibani Rahimahullah.” (dalam Syarh Al Maqasid, 2/271).

Ibnu Kamal Basya (940 H) menyatakan, ”Ketahuilah bahwa sesungguhnya Syeikh Abu Hasan Al Asy’ari, Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan pemukanya, kemudian Syeikh Abu Manshur Al Maturidi. Dan sesungguhnya para murid Asy Syafi’i dan para pengikutnya mengikutinya (Abu Hasan Al Asy`ari) di dalam masalah ushul (aqidah) dan mengikuti Asy Syafi`i dalam furu` (fiqih). Dan sesungguhnya para pengikut Abu Hanifah mareka adalah pengikut Syeikh Abu Manshur Al Maturidi dalam ushul dan pengikut Abu Hanifah dalam furu`.” (dalam Masa’il Al Ikhtilaf baina Al Asyairah wal Al Maturidiyah, hal. 11).

Thash Kubra Zadah (968 H) juga berkata, ”Ketahuilah bahwasannya pemimpin Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam ilmu kalam adalah dua laki-laki. Salah satunya pengikut Madzhab Hanafi dan yang lain penganut Madzab Syafi’i. Adapun Hanafi ia adalah Abu Manshur Muhammad bin Mahmud Al Maturidi pemimpin yang berada di atas petunjuk. Adapun yang lain penganut Syafi’i, ia adalah Syeikh Sunnah, dan pemimpin jama’ah, imam para mutakallimin, penyebar Sunnah Tuan para Rasul, pembela dien yang berusaha menjaga aqidah umat Islam Abu Al Hasan Al Asy’ari Al Bashri…” (dalam Miftah As Sa’adah, 2/33).

Ibnu Hajar Al Haitami (974 H) menyatakan, ”Yang dimaksud dengan para pelaku bid’ah padanya adalah siapa saja yang menyelisihi asas Ahlus Sunnah wal Jama`ah. Dan yang dimaksud dengan mereka (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) adalah para pengikut Syeikh Abu Hasan Al Asy`arid dan Abu Manshur Al Maturidi, dua Imam Ahlus Sunnah.” (dalam Fatawa Al Haditsiyah, hal. 654).

Imam Ibrahim Al Laqqani berkata (1041 H), ”Apa-apa yang bersandar dari Sunnah dan berjalan di atasnya jama’ah, maka ia dikenal sebagai al asya`irah dan mereka disebut dengan Ahlus Sunnah Wal Jama`ah. Mereka dikenal di kebanayakan wilayah dengan nama ini. Adapun negeri-negeri seberang sungai (Sungai Jihun) maka yang masyhur di wilayah itu dengan sebutan itu yakni Abu Manshur Al Maturidi dan pengikutnya yang dikenal dengan nama al-maturidiyah. Kedua kelompok itu di atas petunjuk dan cahaya.” (dalam Umdah Al Murid Syarh Jauharah At Tauhid, 1/130, 131).

Abdul Baqi Al Mawahibi Al Hanbali (1071 H) berkata, ”Kelompok Ahlus Sunnah ada tiga Asya`irah, pengikut Imam Ahmad bin Hanbal, dan Maturidiyah.” (dalam Al Ain Al Atsar fi Aqaid Ahlil Atsar, hal. 53).

Sedangkan Muhammad bin Muhammad As Safarini Al Hanbali (1188 H) berkata, ”Ahlus Sunnah tiga kelompok: Al Atsariyah yang imam mereka adalah Ahmad bin Hanbal, Al Asy`ariyah dan imam mereka adalah Abu Hasan Al Asy`arid an Al Maturidiyah imam mereka adalah Abu Manshur Al Maturidi.” (dalam Lawami` Al Anwar Al Bahiyah, 1/73).

Muhammad Murtadha Az Zabidi Al Hanafi (1208 H), ”Dan makna Ahlus Sunnah wal Jama’ah mereka kelompok empat, para muhaddits, penganut shufiyah, penganut asy`ariyah dan penganut maturidiyah.” (dalam Ithaf As Sadah Al Muttaqin, 2/86).

Al Adhud Al Iji (756 H) berkata mengenai firqah an najiyah (firqah yang selamat), ”Adapun firqah yang selamat yang dikecualikan, yang mana Rasulullah ﷺ bersabda mengenai mereka,’ mereka yang berada di atas apa-apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya.’ Mereka adalah asyairah, dan salaf dari para ulama hadits dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.” (dalam Al Mawaqif fi Ilmi Kalam, hal. 429).

Sedangkan Syeikh Abu Abdullah Muhammad bin Musa Al Kallai`i yang merupakan  ulama Madzab Maliki menyatakan bahwasannya Ahlus Sunnah mencakup para penganut Madzhab Maliki, Madzab Syafi’i dan mayoritas Madzhab Hanafi, di mana mereka berbicara dengan lisan Abu Hasan Al Asy`ari dengan hujjahnya pula. Bahkan Al Kalla`i menyatakan bahwasannya Syeikh Abu Hasan Al Asy’ari penganut Madzhab Maliki dalam fiqih. (dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah Al Kubra, 3/366).

Demikianlah kelompok-kelompok yang termasuk dalam Ahlus Sunnah wal Jama’ah menurut para ulama mu’tabar dari empat madzhab. Dengan demikian, maka tidak mudah bagi kita umat Islam untuk bermudah-mudah dalam memvonis bahwa hanya kelompoknyalah yang tergolong dalam Ahlus Sunnah wal Jama`ah. Sementara degan mudahnya menuduh diluar kelompoknya bukan termasuk Ahlus Sunnah wal Jama`ah.

Semoga kita semua tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Amin.*

HIDAYATULLAH

Khutbah Jumat: Peran Ulama dalam Mengedukasi Masyarakat Mengenai Protokol Kesehatan di Masa Pandemi

Ulama seharusnya berkontribusi dan memiliki peranan penting dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga protokol kesehatan di masa pandemi sebagaimana yang dianjurkan oleh para dokter. Dalam kesempatan khutbah ini, penulis ingin menyampaikan hal tersebut.

Khutbah 1

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَهْدِيهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ، فَإِنِّي أُوصِيكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيرِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ﴾.

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Syukur alhamdulillah pada Jumat yang penuh berkah ini kita bisa kembali melaksanakan ibadah salat Jumat di negeri yang penuh damai ini, meskipun masih dalam suasana pandemi Covid-19. Selawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, Nabi dan Utusan Allah yang mengajarkan kepada kita untuk hidup seimbang, hidup bersih, sehat, dan mengutamakan kebugaran jasmani serta ruhani.

Pertama, kami berwasiat kepada diri pribadi dan juga kepada hadirin agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt Yang Maha Tinggi lagi Maha Merajai.

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Selama masa pandemi ini, yang kini sudah mencapai fase yang disebut oleh para ulama sebagai fase new-normal, pemerintah telah mewanti-wanti kepada kita bahwa meskipun kita sudah diperbolehkan beraktifitas lagi seperti sedia kala, namun masih harus tetap mentaati protokol kesehatan sebagaimana yang dianjurkan oleh dokter dan tenaga medis lainnya.

Selaku kaum beriman-islam, sudah sewajarnya apabila kita mentaati semua anjuran tersebut. Terlebih, aturan tersebut nyatanya adalah untuk keselamatan diri kita pribadi, orang-orang yang kita sayangi, dan lebih umumnya lagi, demi kenyamanan dan kesehatan seluruh warga negara Indonesia.

Kita patut berbangga bahwa hingga hari ini, kedisipliplinan bangsa kita dalam menaati protokol kesehatan cukup tinggi sehingga bisa menekan laju penyebaran virus Covid-19 sehingga meringankan beban tenaga medis dalam merawat mereka-mereka yang sakit akibat virus ini.

Meskipun demikian, masih ada beberapa saudara kita yang membandel dan tidak mau menaati protokol kesehatan. Mirisnya lagi, terkadang mereka berkilah mengatasnamakan ajaran Islam. Mereka berujar “jangan takut sama Corona, takutlah sama Allah”. “Corona mah dibacain bismillah juga hilang”, dan pernyataan-pernyataan lainnya. Kesalahkaprahan menempatkan pemahaman keagamaan semacam ini tentunya menjadi masalah yang bisa menjadi penyebab hal-hal yang memprihatinkan bagi kita. Disinilah peran ulama sangat dibutuhkan, khususnya untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menaati protokol kesehatan sekaligus mengedukasi bahwa mematuhi protokol kesehatan tersebut merupakan bagian dari keimanan kita kepada Allah, dan merupakan bukti tingginya pemahaman keislaman kita.

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Maka dalam kesempatan kali ini, izinkanlah kami untuk menjelaskan siapakah yang disebut sebagai ulama dan apa saja kontribusi penting yang bisa mereka berikan dalam masa pandemi ini.

Kata ulama merupakan bentuk jama’ atau plural dari kata “’alim”, yang artinya ialah orang yang memiliki ilmu atau pemahaman. Di dalam Alquran, kata “ulama” pada dua tempat, yaitu pada surat al-Syu‘ara’:197 dan surat Fathir: 28. Penyebutan kata “ulama” dalam dua ayat tersebut memiliki arti yang sama namun keluasan maknanya berbeda. Mari kita bahas satu-persatu.

Kata “ulama” dalam surat al-Syu‘ara’: 197 berbunyi:

أَوَلَمْ يَكُن لَّهُمْ ءَايَةً أَن يَعْلَمَهُۥ عُلَمَٰٓؤُا۟ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ

A wa lam yakul lahum āyatan ay ya’lamahụ ‘ulamāu banī isrāīl

Artinya: Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?

Ulama yang dimaksudkan di situ adalah ulama Bani Israil, yaitu pemuka agama Bani Israil. Disini Alquran mengkritik sikap kalangan pemuka agama Yahudi yang menolak wahyu Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw; padahal sejatinya para ulama mereka sendiri telah mengetahui hal tersebut secara jelas. Dengan demikian “ulama” pada ayat ini dimaknai sebagai orang-orang yang memiliki pemahaman tentang agama atau menguasai keilmuan agama. Namun sayang sekali, para ulama Bani Israil tersebut tidak memanfaatkan pemahaman mereka untuk mengimani apa yang sudah diwahyukan oleh Allah lewat Alquran.

Adapun kata “ulama” dalam surat Fathir, ayat 28 berbunyi:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Wa minan-nāsi wad-dawābbi wal-an’āmi mukhtalifun alwānuhụ każālik, innamā yakhsyallāha min ‘ibādihil-‘ulamā`, innallāha ‘azīzun gafụr

Arti: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.

Jika kita menilik kepada ayat tersebut, bisa kita pahami bahwa di awal, Allah menyebutkan tentang makhluk-makhluk ciptaan Allah mulai dari manusia, binatang melata, ternak dan lainnya yang berbeda-beda jenis serta karakteristiknya. Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa kata “ulama” pada kalimat berikutnya ialah bermakna orang-orang yang menguasai ilmu pengetahuan sains yang membahas makhluk hidup.

Dengan kata lain, ulama yang dimaksudkan dalam ayat di atas bersifat general. Namun demikian, keterkaitannya dengan ayat-ayat di sekitarnya menunjukkan bahwa ulama adalah seorang yang senantiasa berpikir dan merenungi segala kejadian di sekitarnya dan bahkan alam semesta ini, lalu mengambil pelajaran darinya. Ulama adalah orang yang mampu melihat keagungan Allah di mana-mana dan merasa dirinya kecil, sehingga ia selalu memiliki komitmen yang tinggi terhadap segala titah Allah.

Ulama semacam inilah yang kemudian dijelaskan oleh Allah Swt sebagai ulama yang takut kepada Allah, yang paling bertakwa dibandingkan dengan hamba-hamba Allah lainnya.

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Di sisi lain, meskipun tidak menggunakan redaksi kata “ulama”, namun Allah seringkali menyebutkan di dalam Alquran tentang keutamaan orang-orang yang berilmu. Dalam ayat-ayat yang lain terdapat pernyataan yang menempatkan orang berilmu lebih tinggi kedudukannya daripada orang yang tidak berilmu, meskipun dalam ayat tersebut kata ulama tidak secara langsung disebutkan. Mari kita sama merperhatikan ayat surat al-Mujadilah: 11:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Yā ayyuhallażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥụ fil-majālisi fafsaḥụ yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzụ fansyuzụ yarfa’illāhullażīna āmanụ mingkum wallażīna ụtul-‘ilma darajāt, wallāhu bimā ta’malụna khabīr

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa Allah meninggikan posisi orang-orang beriman dan orang-orang berilmu.

Allah juga membandingkan orang berilmu dan tidak berilmu seperti orang yang dapat melihat dan orang buta, misalnya dalam surat al-An‘am ayat 50:

قُل لَّآ أَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعْلَمُ ٱلْغَيْبَ وَلَآ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّى مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰٓ إِلَىَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

Qul lā aqụlu lakum ‘indī khazā`inullāhi wa lā a’lamul-gaiba wa lā aqụlu lakum innī malak, in attabi’u illā mā yụḥā ilayy, qul hal yastawil-a’mā wal-baṣīr, a fa lā tatafakkarụn

Artinya: “Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?”

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Dengan demikian bisa kita pahami bahwa ulama merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan dan menguasai keilmuan sehingga bisa memberikan manfaat yang besar bagi hamba-hamba Allah yang lainnya. Sebagaimana telah disebutkan diatas, Allah juga menegaskan tentang ketinggian derajat ulama dibandingkan dengan lainnya.

Oleh karena itu, di masa pandemi ini, peran ulama sangat penting untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga protokol kesehatan. Ulama harus bisa menjelaskan bahwa menjaga bukan berarti mengingkari kekuasaan Allah. Dalam agama Islam dikenal ada yang namanya qadla dan qadar, ada yang namanya kekuasaan Allah dan ikhtiar manusia. Maka ulama harus bisa menjelaskan bahwa menataati protokol kesehatan merupakan bagian dari ikhtiar manusia yang mana hal tersebut menunjukkan tingginya pemahaman keislaman seseorang bahwa manusia perlu berusaha sambil berdoa semoga Allah mengabulkan usaha manusia tersebut.

Para pakar kesehatan menyebutkan bahwa protokol kesehatan meliputi menjaga kebersihan tangan, tidak menyentuh wajah secara sembarangan, menghindari kontak berlebih dengan orang lain, menerapkan etika ketika batuk dan bersin, menggunakan masker dan menghindari kerumunan alias menjaga jarak. Hal-hal yang telah disebutkan ini sesungguhnya tidak ada satupun yang secara frontal bertentangan dengan akidah Islam. Kalaupun ada yang agak memberatkan umat Islam, paling-paling hanyalah susahnya berjamaah dan bersalaman. Dua hal ini bisa kita sikapi dengan menjaga jarak saat berjamaah dan bersalaman cukup secara virtual saja sampai pandemi ini berakhir.

Selebihnya, menjaga kesehatan, menjaga kebersihan badan khususnya tangan, merupakan hal-hal yang sanhgat selaras dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan kita untuk mandi, wudlu, memotong kuku, dan lain sebagainya.

Akhirnya, kita sama-sama berharap semoga pandemi ini segera berakhir sehingga kita bisa beraktifitas sebagaimana biasanya. Kita sama berharap semoga Allah menguatkan para ulama dalam mengedukasi masyarakat khususnya edukasi terkait protokol kesehatan dan semoga Allah melembutkan hati bangsa indonesia ini agar selalu taat dengan para ulama yang telah memberikan contoh dan teladan yang baik terkait proteksi menghadapi pandemi Covid-19.

Khutbah II

إنَّ الحَمدَ لله نحمدُهُ ونستعينهُ ونستهديهِ ونشكرُهُ ونعوذُ بالله من شرورِ أنفسِنَا ومن سيئاتِ أعمالنا، مَن يهدِ الله فلا مُضِلَّ لهُ ومن يُضلِل فلا هاديَ له، وأشهدُ أنْ لا إلـهَ إلا الله وحدَهُ لا شريكَ لهُ وأنَّ محمّدًا عبدُهُ ورسولُهُ صَلَواتُ الله وسلامُهُ عليهِ وعلى كلّ رسولٍ أَرْسَلَهُ. أمّا بعدُ عبادَ الله فإنّي أوصيكُمْ ونفسي بِتَقوَى الله العليّ القديرِ واعلَموا أنَّ الله أمرَكُمْ بأمْرٍ عظيمٍ، أمرَكُمْ بالصلاةِ والسلامِ على نبيِهِ الكريمِ فقالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴾ اللّهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم، وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ، إنّكَ حميدٌ مجيدٌ

اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ رَبَّنَا اغْفِرْ وََارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ

REPUBLIKA ID

Meninggalkan Salat Berjamaah Karena Adanya Kesulitan

Fatwa Syekh Muhammad Ali Farkus

Soal:

Seorang pria memiliki toko makanan. Ia mengambil beberapa barangnya dari toko, seperti kotak buah-buahan dan barang-barang lainnya. Namun, ia kesulitan jika mengeluarkannya dan meninggalkannya setiap kali melaksanaan salat berjamaah.

Apakah dia boleh meninggalkan seseorang di belakangnya (untuk menjaga tokonya -pen.) kemudian ia melaksanakan salat jamaah, atau apakah baginya uzur untuk meninggalkan salat berjamaah tersebut? Jazakallah khairan.

Jawab:

Menurut pendapat yang mewajibkan salat berjamaah kecuali dengan uzur syar’i maka salat berjamaah di masjid wajib bagi orang tersebut. Namun demikian, terhadap kasus ini terdapat perbedaan hukum tergantung pada jarak masjid yang dimaksud apakah dekat atau jauh dari tempatnya.

* Apabila masjid jauh dari tempatnya sehingga ia tidak dapat mendengar seruan azan maka tidak wajib baginya melaksanaan salat berjamaah di masjid. Hal ini didasarkan pada hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang berkata :

أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ: «يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ»، فَسَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ

فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ، فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَا «هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ؟» قَالَ: «نَعَمْ»، قَالَ: «فَأَجِبْ»

Seorang tunanetra mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada yang bisa memandu saya ke masjid (untuk melaksanakan salat berjamaah -pen.)”. Ia kemudian meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar diberikan rukhsoh (keringanan) agar ia dapat melaksanakan salat wajib di rumahnya saja, maka Rasullullah mengizinkannya. Namun, saat orang itu hendak pergi, Rasulullah kemudian memanggilnya dan bersabda, “Apakah engkau mendengar seruan azan?”. “Iya, benar” jawab orang tersebut. Rasulullah bersabda, “Maka jawablah (seruan tersebut -pen.)” (HR. Muslim no. 653).

Hadis ini menjadi dalil bahwa orang yang tidak dapat mendengarkan seruan azan tidak ada kewajiban berjamaah baginya.

* Adapun jika ia dapat mendengarkan seruan azan, maka berlaku baginya ketentuan berikut:

  1. Apabila ia khawatir kehilangan barang dagangannya jika ia tinggalkan dan ia mendapatkan cara untuk memasukkan dagangannya tanpa ada kesulitan. Atau ia dapat membawa dagangannya yang ada di trotoar dengan menggunakan troli serta meletakkan barang-barang tersebut di dalam troli, sehingga jika azan berkumandang, ia dapat menarik troli tersebut dengan mudah, memasukkannya ke dalam dan menutup tokonya. Apabila dia mampu melakukan itu, tidak ada alasan lagi baginya untuk tetap tinggal di toko atau menyuruh orang lain menjaganya.
  2. Jika ia tidak mendapatkan alternatif lain sementara ia khawatir kehilangan dagangan tersebut jika ia tinggalkan. Sedangkan jika ia memasukkan dagangan tersebut justru akan menghabiskan waktu, maka wajib baginya menjaga salat berjamaah pada dua waktu yaitu shalat asar dan salat subuh. Sebagaimana hadis Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu yang berkata :

عَلَّمَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَانَ فِيمَا عَلَّمَنِي: «وَحَافِظْ عَلَى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ»، قَالَ: قُلْتُ: «إِنَّ هَذِهِ سَاعَاتٌ لِي فِيهَا أَشْغَالٌ؛ فَمُرْنِي بِأَمْرٍ جَامِعٍ إِذَا أَنَا فَعَلْتُهُ أَجْزَأَ عَنِّي»، فَقَالَ: «حَافِظْ عَلَى الْعَصْرَيْنِ»، وَمَا كَانَتْ مِنْ لُغَتِنَا فَقُلْتُ: «وَمَا الْعَصْرَانِ؟» فَقَالَ: «صَلَاةٌ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ، وَصَلَاةٌ قَبْلَ غُرُوبِهَا»

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan sesuatu kepadaku dan bersabda, “Jagalah salat lima waktu“. Akupun berkata, “Sungguh aku mempunyai kesibukan di waktu-waktu tersebut, maka perintahkanlah aku untuk mengerjakan suatu amalan ringkas yang apabila aku kerjakan, aku pun mendapatkan pahala”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jagalah di dua waktu”. Aku belum memahami maksudnya, kemudian bertanya: “Apakah dua waktu itu?”. Rasulullah menjawab, “Shalat yang ada di waktu sebelum matahari terbit, dan shalat di waktu sebelum terbenamnya”. (HR. Abu Daud no. 428, di-dhaif-kan oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam Takhrij Sunan Abu Daud, dan juga oleh Al-Albani dalam Silsilah Adh-Dha’ifah no. 3344).

Maka, apabila waktu salat asar tiba, hendaklah pedagang itu memasukkan barang dangannnya dan janganlah ia meninggalkan salat berjamaah kecuali di waktu-waktu lain (selain dua waktu tersebut -pen.). Karena jika seseorang tidak mampu melaksanakan dua kewajiban sekaligus, hendaknya ia melaksanakan salah satunya. Sebagaimana kaidah syar’iyyah,

الْمَعْسُورُ لَا يُسْقِطُ الْمَيْسُورَ

“Adanya kesulitan pada suatu perkara, tidak mengugurkan hukum pada perkara lain yang tidak ada kesulitan”.

Ketahuilah bahwa diperbolehkan meninggalkan kewajiban melaksanakan salat secara berjamaah apabila ada uzur yang dengannya diberikan rukhsah (keringanan) untuk tidak berjamaah seperti hujan, lumpur, cuaca yang sangat dingin, sakit, kondisi ketakutan (adanya ancaman apabila keluar rumah -pen) serta kebutuhan yang mendesak dan berbagai kondisi sulit lainnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah Ta’ala,

وَمَا جَعَلَ عَلَيۡكُمۡ فِي ٱلدِّينِ مِنۡ حَرَجٖ

“Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama”. (QS. Al-Hajj : 78)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ

“Allah menginginkan kemudahan bagi kalian dan Allah tidak menghendaki bagi kalian kepayahan”. (QS. Al-Baqarah : 185).

wa al-‘ilmu ‘inda al-lāh.

Akhīru al-kalām, wa al-ḥamdu li al-lāhi Rabbi al-‘ālamīna wa ṣallā al-lāhu ‘alā al-nabiyyi Muḥammadin wa ‘alā aṣhābihī wa ikhwānihī ilā yaumi al-dīn, wa sallama taslīman.

Sumber : http://ferkous.com/home/?q=fatwa-62

Penerjemah : Fauzan Hidayat, S.STP., MPA

Artikel: Muslim.or.id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/66283-meninggalkan-shalat-berjamaah-karena-adanya-kesulitan.html

Mengapa Palestina Disebut Menang Perang Saif Al Aqsha 2021?

Mengapa Palestina –khususnya Hamas- disebut menang perang padahal jumlah korban di Gaza jauh lebih banyak daripada jumlah korban di Israel? Demikian pula kerusakan infrastruktur di Gaza jauh lebih parah daripada di Israel?

Seperti diketahui, korban agresi Zionis Israel sedikitnya berjumlah 232 warga Palestina. Termasuk 65 anak-anak dan 39 wanita dan lebih dari 1.900 warga Palestina luka-luka. Sedangkan di pihak Zionis, 12 orang tewas dan 796 lainnya dilaporkan terluka.

Warga Palestina, termasuk Hamas, memiliki pandangan tersendiri. Dan pandangan ini kemudian mendunia. Auranya tersebar melalui saluran televisi Aljazeera dan media sosial. Tampak dalam hastag yang dominan menguasai linimasa.

1. Zionis Sambut Usulan Gencatan Senjata Tanpa Syarat

Kekalahan Zionis Israel tampak dari sikap mereka menyetujui secara bulat usulan gencatan senjata yang diprakarsai Mesir, tanpa syarat.

“Dengan suara bulat menerima rekomendasi untuk menerima inisiatif Mesir untuk gencatan senjata … tanpa syarat,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, 21 Mei 2021.

Sebelumnya, setiap kali hendak gencatan senjata, Zionis memberikan syarat kepada Palestina. Namun kali ini, mereka menunjukkan sikap menyerah menghadapi roket-roket Hamas yang mampu menembus pertahanan andalan mereka, Iron Dome.

2. Roket Pejuang Palestina Tembus Tel Aviv

Ini yang menjadi kebanggaan utama warga Palestina, terutama yang tinggal di Gaza. Mereka merasa telah memenangkan perang karena saat ini roket-roket Hamas bisa menjangkau Tel Aviv, ibu kota sekaligus jantung Zionis Israel.

“Saya merasa kami menang,” kata Ibrahim Hamdan. Pemuda berusia 26 tahun yang mengikuti konvoi kemenangan itu merasa bangga roket Hamas menembus pertahanan Israel hingga akhirnya Israel “menyerah.”

Ibrahim al Najjar, peserta konvoi lainnya, merasakan hal yang sama dengan Hamdan. Ia menegaskan Hamas kini telah mencapai tonggak sejarah besar dalam perang. Sebab untuk pertama kalinya roket Hamas mencapai Tel Aviv. Padahal kota ini sudah dimasukan ke dalam zona aman oleh Israel.

“Ini kemenangan paling mewah karena setidaknya kami menyerang Tel Aviv,” kata al Najjar. “Ketika roket itu tiba di Tel Aviv, saya merasa sangat bahagia melebihi hari pernikahan saya dulu.”

Pada agresi militer Zionis sebelumnya, pejuang Palestina hanya bisa membalas dengan menembakkan roket ke perbatasan atau wilayah terluar Israel. Roket yang lebih jauh, tertangkis Iron Dome sebelum jatuh.

Namun sekarang, Hamas seperti di atas angin. Lebih dari 4.000 roket ditembakkan. Iron Dome kewalahan. Pertahanan yang diklaim mampu menangkis 90 persen serangan roket itu ternyata tidak secanggih itu. Maka Zionis Israel kalang kabut dan dihantui depresi setiap kali Hamas mengumumkan akan melakukan serangan roket pada jam sekian.

3. Zionis Israel Dilanda Kekacauan

Selain menghadapi serangan roket dari arah Gaza, Zionis Israel juga menghadapi masalah dari dalam. Di beberapa kota, meletus bentrokan antara zionis dan warga Arab. Pemicunya adalah penodaan atas Masjid Al Aqsha lalu kesadaran warga Arab terstimulus keberanian oleh kemajuan militer Hamas.

Serangan roket yang mampu menjangkau jantung wilayah Israel juga membuat warga Zionis ketakutan. Jangankan warga, bahkan pasukan Zionis saja dilanda stres.

Akurasi pernyataan Juru Bicara Brigade Izzuddin Al-Qassam Abu Ubaidah membuat mereka yakin bahwa apa pun yang dikatakan Izzuddin Al-Qassam adalah benar meskipun militer Zionis melontarkan pernyataan yang bertolak belakang.

Misalnya saat Abu Ubaidah mengumumkan serangan roket ke Tel Aviv. Mereka percaya lalu bersembunyi di shelter dalam kondisi depresi, meskipun militer Israel meyakinkan bahwa Iron Dome akan menangkal semua serangan itu. Faktanya tepat seperti pernyataan Abu Ubaidah dan karenanya mereka lebih percaya dengan ancaman Gaza daripada pernyataan pemerintah Zionis.

4. Dunia Internasional Mendukung Palestina

Kini dunia berubah. Tidak hanya dikuasi media pro Zionis. Ada Aljazeera dan media internasional yang memberitakan apa yang sesungguhnya terjadi. Apalagi dengan semakin pesatnya internet dan media sosial, setiap orang bisa mengabarkan peristiwa di lapangan.

Sejak awal ketika pemukim Yahudi dengan dukungan polisi Zionis merampas tanah dan mengusir warga Sheikh Jarrah, dunia internasional bisa menyaksikan. Apalagi ketika Zionis Israel menyerang Masjid Al Aqsha. Maka seluruh dunia mengecam kecuali Amerika Serikat (AS) dan segelintir negara pro Zionis.

Dukungan kepada Palestina semakin meluas saat Zionis Israel menghujani Gaza dengan rudal. Demonstrasi pun meletus mulai dari negeri-negeri muslim hingga negara-negara Eropa. Secara resmi, mayoritas negara di dunia juga mengecam Zionis Israel sehingga ia semakin tertekan.

5. Zionis Israel Rugi Besar

Dalam perang kali ini, Zionis Israel menderita kerugian besar. Setiap menangkis satu roket Gaza, Zionis Israel harus mengeluarkan biaya $100.000 (Rp 1,5 miliar) untuk rudal anti-roket Iron Dome. Padahal, roket Hamas rata-rata hanya seharga $500 – $1.000 (Rp 7—14,5 juta). Bahkan kadang-kadang, Hamas menembakkan roket palsu untuk mengecoh Iron Dome.

Itu baru perbandingan roket Hamas dan rudal pencegat Iron Dome. Belum lagi harga per unit Iron Dome-nya mencapai $50juta (Rp 725 miliar).

Bayangkan selama 11 hari zionis Israel mengeluarkan biaya berapa untuk menghadapi 4.000 roket Hamas? Dengan asumsi 3.000 roket bisa dicegat dengan rudal Iron Dome, Zionis Israel harus mengeluarkan biaya sedikitnya Rp 4,5 triliun. Hanya untuk rudal pencegat roket. Belum termasuk operasional Iron Dome-nya.

Selain itu, roket-roket Hamas yang menyasar Bandara Ramon hingga Tel Aviv sehingga seluruh penerbangan internasional terhenti.

Bisa dimengerti mengapa Zionis Israel buru-buru gencatan senjata tanpa syarat. Sebab jika diteruskan perang berlama-lama, kerugian lebih besar di depan mata.

6. Pasukan Zionis Ditarik dari Masjid Al Aqsha

Sebagaimana pernyataan Juru Bicara Brigade Izzuddin Al-Qassam, Abu Ubaidah, Hamas bersedia gencatan senjata dengan catatan Zionis menarik pasukannya dari kompleks Masjid Al Aqsha.

Berikut ini poin-poin pernyataan Abu Ubaidah soal gencatan senjata:

  • Kita telah menjalani peperangan secara terhormat dengan segenap kesadaran mewakili seluruh umat Islam.
  • Kita berhasil menghinakan Israel dan tentaranya.
  • Kita telah mempersiapkan serangan roket dengan kekuatan sangat besar.
  • Hamas memenuhi seruan negara-negara Arab agar menerima gencatan senjata dan menunda serangan besar-besaran ke Israel hingga pukul 02.00 dini hari Jum’at, 21 Mei 2021.
  • Jadi atau tidaknya serangan besar-besaran Al-Qassam tergantung kepatuhan Israel terhadap gencatan yang kami terus pantau.
  • Elite Israel sedang dihadapkan pada ujian sebenarnya, hingga pukul 02.00 dini hari Jum’at ini, pilihan untuk menyerang Israel secara besar-besaran selalu bisa menjadi opsi kami.
  • Syarat gencatan senjata dari Hamas adalah Israel berhenti menistakan Al-Aqsha, menghentikan kejahatan di Sheikh Jarrah dan membebaskan semua tahanan yang telah ditangkap Israel. Jika tidak, maka Hamas bersiap masuk perang yang lebih besar.
  • Pejuang Palestina telah menyelesaikan tugasnya menjaga Al-Quds.

Enam alasan inilah yang membuat Palestina –khususnya Hamas- layak disebut menang dalam Perang 2021 yang kemudian dinamakan Perang Saif Al Aqsha. Insya Allah kemenangan yang barakah. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

BERSAMA DAKWAH

Hukum Shalat Berjamaah bagi Musafir

Fatwa Syaikh Muhammad Ali Farkus

Pertanyaan:

Seseorang melakukan perjalanan dari Aljazair ke Syilf, dan tinggal di sana selama tiga hari. Pada hari kedua perjalanannya adalah hari Jumat;  Apakah wajib baginya melakukan salat Jumat di masjid?  Jazakallah khairan

Jawaban:

Apabila seorang musafir tinggal di suatu negara untuk suatu hajat dan tidak berniat untuk menetap dalam waktu yang lama, maka menurut pendapat ulama yang paling rajih; statusnya adalah tetap sebagai musafir. Orang tersebut terlepas dari kewajiban melaksanakan salat Jumat secara berjamaah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,

لَيْسَ عَلَى مُسَافِرٍ جُمُعَةٌ

“Salat Jumat tidak diwajibkan bagi musafir” [1].

Dalam hadis lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَعَلَيْهِ الْجُمُعَةُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِلَّا مَرِيضٌ أَوْ مُسَافِرٌ أَوِ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِيُّ أَوْ مَمْلُوكٌ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, maka hendaklah ia melaksanakan salat Jumat di hari Jumat, kecuali orang yang sakit, atau musafir, atau wanita, atau anak kecil atau budak” [2].

Tidak adanya kewajiban salat Jumat bagi para musafir bukan berarti hilang pula pahala apabila ia melaksanakannya. Ia boleh berniat salat Jumat di masjid, atau dia pun boleh berniat melakukan salat Zuhur secara qashar (meringkas rakaat), menurut ulama yang membolehkan perbedaan niat (antara imam dan makmum), walaupun ada perbedaan keutamaan (antara niat salat Jumat dengan niat salat Zuhur secara qashar) [3].

Adapun yang paling afdhal menurutku adalah dengan salat Zuhur secara berjamaah namun dengan niat qashar itu lebih utama. Sebab tidak adanya dalil dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ataupun para khulafa rasyidin Radhiallahuanhum dan generasi setelahnya bahwa mereka salat Jumat secara berjamaah ketika safar. Sebagaimana tidak adanya riwayat bolehnya meninggalkan salat berjamaah dalam keadaan menetap, safar maupun dalam kondisi sedang berjihad. Ini diketahui berdasarkan istiqra’ (penelusuran dalil-dalil).

wa al-‘ilmu ‘inda al-lāh.

Akhīru al-kalām, wa al-ḥamdu li al-lāhi Rabbi al-‘ālamīna wa ṣallā al-lāhu ‘alā al-nabiyyi Muḥammadin wa ‘alā aṣhābihī wa ikhwānihī ilā yaumi al-dīn, wa sallama taslīman.

Baca Juga:

Penerjemah: Fauzan Hidayat, S.STP., MPA

Artikel: Muslim.or.id

Catatan Kaki:[1] HR. at-Thabrani dalam kitabnya “al-Aushath” (no. 818), ad-Daaruquthni (no. 1582) dari hadis Ibnu Umar Radhiallahuanhuma dan disahihkan oleh al-Albani dalam kitabnya “Shahihul Jaami’” (no 5405).[2] ad-Daaruquthni (no. 1576), Baihaqi dalam as-Sunan al Kubra (no. 5634) dari hadis Jabir bin Abdillah Radhiallahuanhuma; sahihLihat kitab “Irwaa-ul Ghalil” karya al-albaniy (58-55/3).[3] Bagi musafir, menunaikan salat Jumat dan salat lainnya secara berjamaah di masjid dilakukan selama dia tidak dalam perjalanan dan ia mudah melaksanakannya.

Sumber: http://ferkous.com/home/?q=fatwa-48

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/66281-hukum-shalat-berjamaah-bagi-musafir.html

Waspada! Ini 12 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an

Baru 12 jam kesepakatan gencatan senjata dengan Palestina, Zionis Israel kembali melakukan serangan di Masjid Al Aqsha. Tagar #IsraelStartsTheAttack pun jadi trending topic di Twitter. Banyak netizen tidak kaget karena tahu karakter yahudi seperti apa.

Memang seperti apa karakter orang-orang Yahudi? Al-Qur’an banyak membicarakan orang-orang Yahudi, baik dari kalangan Bani Israil maupun entitas Yahudi di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni Yahudi Bani Qainuqa, Bani Quraizhah, Bani Nadhir dan Yahudi Khaibar.

Berikut ini 12 karakter Yahudi dalam Al-Qur’an dan penjelasannya:

1. Suka berbuat dosa dan permusuhan

Di antara karakter Yahudi yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an adalah suka berbuat dosa dan permusuhan.

وَتَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. (QS. Al Maidah: 62)

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan: “Mereka bersegera melakukan tindakan tersebut, yakni mengerjakan semua hal yang berdosa dan hal-hal yang diharamkan serta menganiaya orang lain dan memakan harta orang lain dengan cara yang batil.”

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan bahwa kaum Yahudi mengerjakan segala dosa, termasuk suap, korupsi, menipu, dan makan riba. Tafsir Al Misbah juga memiliki penjelasan senada. “Kalian akan melihat kebanyakan mereka selalu bersegera dalam berbuat maksiat, menyakiti sesama dan memakan harta haram seperti harta yang didapat dari suap dan riba. Sungguh amat buruk perbuatan jelek yang mereka lakukan itu.”

Sayyid Qutb menyampaikan penjelasan yang lebih menukik. “Bersegera di sini menggambarkan kaum itu seakan-akan sedang berlomba-lomba melakukan dosa dan permusuhan serta makan barang haram,” tulisnya dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. “… Bahkan memakan barang haram ini sudah menjadi ciri kaum Yahudi pada masa kapan pun.”

Kita lihat, Zionis Israel juga memiliki karakter ini. Di antara dosa mereka adalah menjajah Palestina dan mengusir jutaan penduduknya. Pada 1948 saja, ketika Zionis mendeklarasikan berdirinya negara Israel, sekitar 750.000 warga Palestina terusir dari tanah air. Bagi Palestina, tahun itu disebut nakhba (malapetaka).

2. Penipu dan pendusta

Karakter Yahudi berikutnya adalah penipu dan pendusta. Bukan hanya soal dunia, bahkan mereka berdusta dalam masalah aqidah.

وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: “tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 75)

Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, memang ada orang Yahudi yang jujur dan amanah seperti Abdullah bin Salam hingga akhirnya masuk Islam. Namun, entitas Yahudi sering kali berdusta kepada beliau. Baik Yahudi Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, maupun Bani Quraizhah. Maka bayangkan, jika kepada Rasulullah saja mereka berani berdusta, apalagi kepada umatnya. Mereka juga suka menipu dan merampas harta milik non-Yahudi.

“Mereka merasa kelas dan martabatnya lebih tinggi. Apalagi sebelum Bani Nadhir dan Bani Quraizhah dijatuhi hukuman,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

“Ini merupakan karakter Yahudi. Merekalah yang mengucapkan perkataan ‘tak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi’ ini,” kata Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. “Terhadap non Yahudi yang mereka sebut ummi, tidak ada dosa bagi mereka merampas harta dan menipu.”

Syaikh Wahbah Az Zuhaili memberikan penjelasan serupa. “Yang mendorong mereka untuk bersikap seperti ini adalah asumsi bahwa Taurat memperbolehkan kepada mereka merampas harta orang-orang Arab,” tulisnya dalam Tafsir Al Munir. “Mereka memiliki paham rasialisme bajwa mereka adalah umat paling unggul dibandingkan umat-umat lainnya. Oleh karena itu mereka memiliki pandangan bahwa non yahudi tidak memiliki kehormatan, tidak bernilai dan tidak memiliki hak apapun.”

Kegemaran berdusta ini masih berlanjut hingga sekarang. Zionis Yahudi mengatakan bahwa saat diduduki, Palestina merupakan wilayah tak berpenghuni. Padahal sejak abad 19, hasil pertanian Palestina telah diekspor ke berbagai negara, termasuk Perancis. Zionis juga menyatakan warga Palestina pergi dengan suka rela untuk meninggalkan kampung halamannya. Pengamat sejarah Illan Pappe dan Benny Morris, memberikan kesaksian bahwa warga Palestina terusir dengan pemaksaan dan kekerasan.

Demikian pula dengan penipuan. Zionis Israel menipu dunia dengan mempropagandakan bahwa gerakan perlawanan Palestina seperti Hamas adalah teroris. Padahal mereka adalah pejuang kemerdekaan. Zionis Israel juga terus mengkampanyekan bahwa masalah Palestina tidak akan pernah bisa terselesaikan dengan menebar kebencian. Padahal siapa di dunia ini yang tidak membenci tanah airnya dijajah?

3. Manipulatif

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan perbuatan Yahudi mengubah kitab Taurat. Jika kitab suci saja dimanipulasi, bisa dibayangkan betapa manipulatifnya mereka.

أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Apakah kamu (kaum muslimin) masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (QS. Al Baqarah: 75)

Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi menjelaskan ayat ini:
(Apakah masih kamu harapkan) hai orang beriman (bahwa mereka akan beriman) yakni orang-orang Yahudi itu (kepadamu, sedangkan sebagian) atau satu golongan (di antara mereka) yakni pendeta-pendeta mereka (mendengar firman Allah) yaitu Taurat (lalu mengubahnya) (setelah mereka memahaminya) (padahal mereka mengetahui) bahwa sebenarnya mereka mengada-ada. Pertanyaan di sini berarti sanggahan terhadap orang-orang beriman hingga berarti, “Tak usah kamu harapkan mereka akan beriman karena dulu mereka juga sudah kafir!”

Sedangkan dalam Tafsir Al Misbah dijelaskan, “Wahai orang-orang yang beriman, tidak seharusnya kalian selalu berharap bahwa orang-orang Yahudi akan mempercayai agama kalian dan tunduk kepada kalian, karena telah terkumpul bermacam keburukan dalam kelompok-kelompok mereka yang membuat mereka jauh dari beriman kepada kebenaran. Sebenarnya salah satu kelompok mereka (kelompok pendeta Yahudi) mendengar firman Allah yang ada pada Taurat dan benar-benar memahaminya. Kemudian mereka sengaja mengubahnya, padahal mereka benar-benar tahu bahwa itu adalah kebenaran. Mereka juga tahu bahwa kitab-kitab Allah yang diturunkan tidak boleh diubah.”

4. Suka menghina

Karakter Yahudi yang keempat, mereka suka menghina. Jangankan manusia, Allah saja mereka hina. Maka Allah pun melaknat mereka.

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا

Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Sesungguhnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu… (QS. Al Maidah: 64)

“Orang Yahudi menyebut Allah miskim sedangkan mereka kaya. Juga menyebut Allah bakhil, terutama saat mengalami krisis finansial disebabkan mendustakan Rasulullah,” terang Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir. “Meskipun perkataan ini diucapkan sebagian orang Yahudi, ia dinisbatkan kepada keseluruhan Yahudi karena adanya mutual agreement dan joint liability di antara mereka sebagai sebuah entitas.”

Saat ini, karakter negatif ini masih tampak jelas. Zionis Israel meyakini bahwa mereka adalah bangsa terpilih sedangkan manusia di luar mereka tak lebih dari budak. Ajaran itu bahkan telah ditanamkan sejak dini, terekam dalam sebuah video yang viral.

Pun dalam Perang Saif Al Aqsha 2021. Di saat mayoritas penduduk dunia mendukung Palestina dan menekan Israel, ada netizen dari India menyatakan dukungannya kepada Zionis itu. Namun apa balasan Zionis? Mereka justru menghina India dengan mengatakan tidak memerlukan dukungan dari negara yang kotor dan jorok.

5. Sangat keras memusuhi Islam

Ini karakter Yahudi berikutnya. Allah menegaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling keras permusuhannya kepada kaum mukminin.

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri. (QS. Al Maidah: 82)

Di masa Rasulullah, klan-klan besar Yahudi di Madinah, semuanya memusuhi umat Islam. Bahkan klan terbesar di jazirah Arab, Yahudi Khaibar, menyiapkan serangan besar untuk menghancurkan Madinah. Maka Rasulullah pun tegas melawan mereka.

Zionis Israel di masa kini juga sangat keras permusuhannya kepada umat Islam. Mereka tidak rela umat Islam memakmurkan Masjid Al Aqsha. Bahkan hanya berselang 12 jam sejak kesepakatan gencatan senjata, polisi Zionis sudah menyerang kembali kaum muslimin di Masjid Al Aqsha.

6. Durhaka

Karakter Yahudi berikutnya yang Al-Qur’an ungkap adalah durhaka. Durhaka kepada Allah, durhaka kepada Nabi-Nya. Durhaka di hadapan kebenaran dan kebaikan. Karena kedurhakaan itulah, Allah menghukum mereka.

وَعَلَى الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِي ظُفُرٍ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُومَهُمَا إِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُورُهُمَا أَوِ الْحَوَايَا أَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍ ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِبَغْيِهِمْ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ

Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar. (QS. Al An’am: 146)

7. Suka berbuat zalim

Orang-orang Yahudi mengaku sebagai kekasih Allah. Namun mereka tidak berani mengharap kematian karena sebenarnya mereka bergelimang kezaliman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ . وَلَا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ

Katakanlah: “Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar”. Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. (QS. Al Jumu’ah: 6-7)

“Selamanya tidak ada seorang pun dari mereka yang mengharap kematian oleh sebab kekafiran dan perbuatan buruk mereka,” kata Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah.

8. Menghalangi manusia dari jalan Allah

Di antara kezaliman besar yang orang-orang Yahudi lakukan adalah menghalangi manusia dari jalan Allah. Ini sudah terjadi sejak zaman Nabi Musa ‘alaihis salam hingga masa Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا

Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. (QS. An Nisa: 160)

“Akibat kezaliman yang dilakukan orang-orang Yahudi, Allah pun menyiksa mereka dengan mengharamkan sejumlah makanan yang baik-baik yang sebelumnya halal,” tulis Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah. “Di antara bentuk kezaliman itu adalah menghalangi manusia untuk masuk agama Allah.”

Karakter Yahudi tersebut masih melekat pada Zionis Israel saat ini. Maka kita lihat jamaah shalat tarawih di Masjid Al Aqsha pun dihujani dengan peluru karet dan granat kejut. Masjid-masjid di Gaza menjadi sasaran rudal. Hingga Pastor Katolik Manuel Musallam mengatakan, “Jika masjidmu dibom Israel, adzanlah di gereja-gereja kami.”

9. Pendengki

Karakter Yahudi lainnya adalah hasad alias dengki. Sebelum diutusnya Rasulullah, orang-orang Yahudi membangga-banggakan nabi terakhir. Namun setelah tahu bahwa nabi terakhir itu dari Bani Ismail, bukan Bani Israil, mereka sangat membenci dan memusuhi. Itulah kedengkian besar Yahudi.

أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ آَتَيْنَا آَلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآَتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا

ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (QS. An Nisa: 54)

Hingga saat ini, Zionis Israel dengki dan benci dengan bangsa Arab. Tafsir Al Misbah menjelaskan kedengkian itu. “Mengapa mereka selalu ingin melebihi bangsa Arab, agar Allah mengutus nabi dari kalangan mereka, padahal Allah telah memberikan kepada Ibrâhîm dan keluarganya, kitab, kenabian dan kerajaan yang besar. Dan Ibrahim adalah bapak kalian dan bapak mereka.”

10. Pengkhianat

Ini karakter Yahudi yang terus melekat hingga kini. Dulu mereka mengkhianati Nabi Musa. Mereka juga mengkhianati perjanjian dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan di saat genting ketika Madinah menghadapi serangan pasukan Ahzab dari luar, Bani Nadhir menikam dari belakang.

فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Maidah: 13)

Umat Islam yang hafal dengan karakter Yahudi ini, hendaklah waspada ketika mengadakan perjanjian dengan mereka. Dan bukankah terlalu sering di masa modern ini juga, Zionis Israel mengkhianati janjinya? Bahkan yang terbaru, baru 12 jam kesepakatan gencatan senjata dengan Palestina, Zionis Israel kembali melakukan serangan di Masjid Al Aqsha. Tagar #IsraelStartsTheAttack dan #IsraelBreakTheTruce pun jadi trending topic di Twitter.

11. Pengecut

Di balik kezaliman dan kepongahannya, Yahudi sebenarnya adalah pengecut. Karakter ini Allah ungkap dalam firman-Nya:

قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ

Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja”. (QS. Al Maidah: 24)

Inilah yang menjelaskan, mengapa Zionis Israel takut kepada pejuang Palestina terutama Hamas dan Izzuddin Al Qassam, hingga tak berani melakukan serangan darat. Meskipun persenjataan mereka jauh lebih canggih dan jumlah tentara mereka jauh lebih banyak. Ini pula yang menjelaskan, mengapa dalam Perang Saif Al Aqsha 2021 ini, mereka segera menyambut gencatan senjata yang diprakarsai Mesir. Padahal mereka memiliki rudal, bom dan iron dome. Sedangkan Hamas hanya memiliki roket-roket murah.

12. Tamak

Sejak dulu, karakter Yahudi ini masih ada. Ketamakan terhadap dunia. Sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, mereka menguasai ekonomi dengan sistem ribawi. Dengan penuh ketamakan, mereka melakukan penindasan ekonomi kepada penduduk Yatsrib. Dominasi ekonomi mereka akhirnya hancur setelah Rasulullah hijrah. Tampil pebisnis muslim yang sukses seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf dengan sistem ekonomi Islam tanpa riba.

وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orangorang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik… (QS. Al Baqarah: 96)

Ketamakan Zionis Israel saat ini tampak nyata di Palestina. Pencaplokan tanah masih berlangsung hingga hari ini. Termasuk upaya penggusuran di Sheikh Jarrah yang menjadi pemicu Perang Saif Al Aqsha 2021. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

BERSAMA DAKWAH