tentang mimpi

Bagaimanakah Petunjuk Islam tentang Mimpi? (Bag. 1)

Bismillah wasshsholatu wassalamu ‘ala rasulillah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari…” (QS. Ar-Rum: 23)

Tidak ada satu pun manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan, yang sudah dewasa maupun yang masih anak-anak, kecuali pasti pernah mengalami mimpi di saat tidur. Begitu banyak dalil-dalil sahih yang menjelaskan hakikat mimpi ini, namun tetap saja mimpi masih menjadi salah pintu masuk terjadinya khurafat dan perilaku-perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam.

Banyak kita jumpai orang yang mengambil keputusan dan menentukan hubungannya dengan orang lain berdasarkan mimpi yang ia alami. Banyak juga yang menjadi optimis ataupun pesimis akan suatu hal yang ia alami hanya karena ia melihat mimpi yang menenangkannya ataupun mimpi yang mengganggunya. Di sisi lain, banyak sekali manusia yang mengaku-ngaku ahli di dalam menafsirkan mimpi, padahal ia sama sekali tidak berkecimpung di bidang tersebut, memanfaatkan obsesi dan rasa ingin tahu manusia hanya demi mengumpulkan pundi-pundi harta dan memperkaya diri.

Lalu bagaimana agama Islam ini memandang mimpi?

Pengertian Mimpi dan Macam-Macamnya

Mimpi dianggap dan didefinisikan sebagai serangkaian fantasi yang mungkin menimpa seseorang selama tidurnya, dan mimpi itu berbeda dalam urutan dan logikanya dengan kehidupan nyata. Terdapat banyak teori dan penjelasan mengapa mimpi ini bisa terjadi serta banyak usaha untuk mengartikan dan menerka maknanya. Mimpi juga dianggap sebagai sarana untuk mewujudkan dan memenuhi apa yang sedang diinginkan jiwa serta motifnya.

Di dalam agama Islam, mimpi terbagi menjadi tiga macam. Hal ini berdasarkan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

الرؤيا ثلاث حديث النفس وتخويف الشيطان وبشرى من الله

“Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, rasa takut dari setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR. Bukhari)

Pertama: Mimpi yang baik (ru’ya shalihah hasanah), yaitu jika seseorang bermimpi hal yang ia sukai. Mimpi ini datangnya dari Allah Ta’ala dan itu suatu nikmat. Karena jika ia bermimpi seperti itu, ia menjadi semangat dan bergembira. Inilah yang dimaksud dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

لم يبق من النبوة إلا المبشرات قالوا وما المبشرات قال الرؤيا الصالحة

“Tidak tersisa dari kenabian, kecuali kabar-kabar gembira.” Para sahabat bertanya, “Apakah hal yang menggembirakan itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mimpi yang baik.” (HR. Bukhari)

Kedua: Mimpi buruk (ru’ya makruhah), mimpi ini datang dari setan. Dan ini sering kali menggelisahkan dan mengganggu. Salah satu terapi dari mimpi seperti ini adalah membaca ta’awudz, yaitu meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala dari godaan setan. Jika kita mengalaminya, maka yang harus kita lakukan adalah bersabar. Karena ingatlah bahwa setan itu musuh manusia dan berusaha menyakiti serta membuat sedih, bahkan di dalam tidur kita. Coba kita renungkan dengan baik ayat berikut,

إِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu bersedih, sedang pembicaraan itu tidaklah memberi mudharat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.” (QS. Al-Mujadalah: 10)

Ketiga: Mimpi biasa yang tidak ada maksud apa pun. Biasanya itu cuma bisikan jiwa atau suatu pikiran yang akhirnya terbawa dalam mimpi.

Bagaimana Menyikapi Mimpi yang Baik dan Mimpi yang Buruk?

Jika ada seseorang yang mendapatkan mimpi yang baik, mimpi yang disukainya, mimpi yang mengandung kebahagiaan, apa yang harus ia lakukan?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إذا رأى أحدكم رؤيا يحبها، فإنما هي من الله، فليحمد الله عليها وليحدث بها

“Jika seseorang di antara kalian bermimpi dengan sesuatu yang menggembirakannya, ketahuilah bahwa itu merupakan karunia dari Allah, hendaklah ia memuji Allah, lalu ia boleh menceritakan mimpi tersebut.” (HR. Bukhari)

Rasulullah juga bersabda di dalam riwayat lain, “Jika ia melihat mimpi yang baik, maka ia memberikan kabar gembira dan janganlah kalian ceritakan, kecuali pada orang yang juga ikut menyukai mimpi tersebut.” (HR. Muslim)

Dari kedua hadis tersebut ada beberapa adab yang bisa kita amalkan saat mendapatkan mimpi yang baik:

Pertama, memuji Allah Ta’ala.

Kedua, memohon kepada Allah Ta’ala agar yang dia impikan terwujud di kehidupan nyata.

Ketiga, menceritakan hal tersebut kepada orang-orang yang ia cintai, sebagai bentuk berbagi kebahagiaan.

Keempat, tidak menceritakan mimpinya tersebut untuk orang yang berpotensi hasad dan dengki ataupun orang yang bodoh akan hal itu.

Adapun jika seseorang bermimpi dengan sesuatu yang ia benci, maka nabi juga sudah memberikan beberapa arahan untuk menghadapinya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وإذا رأى ما يكره فليتعوذ بالله من شرها، ومن شر الشيطان، وليتفل ثلاثا، ولا يحدث بها أحدا، فإنها لن تضره

“Jika kalian mimpi sesuatu yang tidak kalian suka, maka memohonlah perlindungan pada Allah atas keburukan mimpi tersebut dan dari keburukan setan, meludahlah tiga kali, dan jangan kalian ceritakan pada siapa pun, maka mimpi buruk itu tidak akan membahayakan pada kalian.” (HR. Bukhari)

Di dalam hadis lain disebutkan,

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا، فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا وَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلَاثًا، وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ

“Ketika kalian melihat mimpi yang tidak kalian suka, maka meludahlah dari arah kiri kalian tiga kali dan memohonlah perlindungan kepada Allah dari setan tiga kali, dan hendaklah kalian berpindah dari posisi tidur yang semula ia lakukan.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda dalam riwayat lain,

فَمَنْ رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلاَ يَقُصَّهُ عَلَى أَحَدٍ وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ

“Barang siapa yang bermimpi sesuatu yang tidak disukai, maka jangan ceritakan pada siapa pun. Berdiri, lalu salatlah!” (HR. Bukhari).

Merangkum dari 3 hadis di atas, terdapat enam anjuran yang sunah jika dilakukan ketika sehabis mengalami mimpi buruk.

Pertama, meminta perlindungan pada Allah Ta’ala atas keburukan mimpi yang dialami.

Kedua, meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala dari setan dengan melafalkan ta’awudz, A‘ûdzu Billâhi minasy-syaithânir-rajîm (Aku berlindung kepada Allah Ta’ala dari setan yang terkutuk).

Ketiga, meludah sebanyak tiga kali pada arah ke kiri untuk mengusir dan melecehkan mereka.

Keempat, tidak menceritakan hal tersebut kepada seorang pun, sehingga orang tersebut terburu-buru berusaha mengartikan mimpi tersebut dengan sesuatu yang dibenci oleh si pemimpi.

Kelima, melaksanakan salat ketika terbangun dari tidurnya, karena sejatinya salat mengusir setan.

Keenam, berpindah posisi. Jika sebelumnya ia menghadap kiri, maka ia bersegera mengganti arah dengan menghadap kanan.

Adapun jika ia terbangun dan ketakutan karena mimpinya, maka hendaklah ia membaca do’a,

أعوذُ بِكَلماتِ اللَّهِ التَّامَّةِ ، من غَضبِهِ  وعقَابِهِ وشرِّ عبادِهِ ، ومن هَمزاتِ الشَّياطينِ وأن يحضُرونِ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemarahan-Nya, siksaan-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, godaan setan, serta kehadiran mereka (setan) ke hadapanku).” (HR. Abu Dawud)

Jika seorang hamba sudah melakukan hal itu, maka insya Allah mimpi tersebut tidak akan membahayakannya sama sekali. Wabillahi At-taufiik.

[Bersambung]

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/71942-bagaimanakah-petunjuk-islam-tentang-mimpi-bag-1.html