Banyak Jamaah Bercita-cita Wafat di Tanah Suci, Alasannya?

Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (HIMPUH) menilai, banyaknya jamaah haji yang wafat tidak menentukan keberhasilan penyelenggaran haji. Namun, hal ini disebabkan oleh perspektif dan keinginan masyarakat untuk meninggal di Tanah Suci.

Wakil Ketua Umum Himpuh Muharom menjelaskan, banyak masyarakat yang bercita-cita meninggal di Tanah Suci. Karena berdasarkan hadis, ungkap dia, barangsiapa yang meninggal di Tanah Suci dan ia shaleh, maka akan mati syahid.

“Jadi, keyakinan ini, tidak menghalangi kepada mereka untuk berangkat haji, kalaupun dihadapkan dengan maut. Oleh karena itu, besar atau tingginya jumlah jamaah haji wafat, tidak menjadi ukuran sukses atau tidaknya pelayanan kesehatan, karena tidak ada kaitannya,” kata Muharom kepada Republika.co.id, Selasa (7/11).

Muharom menuturkan, jamaah haji yang rentan adalah yang memiliki penyakit risiko tinggi (risti) dan lanjut usia. Namun, untuk jamaah haji lansia, saat ini masih dianggap di atas 87 tahun.

Hal ini, menurutnya, menjadi kondisi dilematis para petugas haji, yang dalam posisi ingin menyampaikan sudah tidak wajib berangkat haji, tapi juga ada cita-cita terpendam puluhan dan belasan tahun dari calon jamaah haji agar bisa berangkat haji.

Sementara itu terkait layanan kesehatan, Muharom menilai, penyelenggaraan haji tahun ini sudah lebih bagus dibandingkan tahun lalu. Pihaknya akan lebih concern kalau ada jamaah haji sakit tapi pelayanan kesehatan tidak baik.

“Jadi kita tetap apresiasi kepada Kemenkes dan Kemenag yang memberikan pelayanan optimal. Tapi kalau masalah usia bukan tanggung jawab penyelenggara haji, dan selama mereka kalau sakit mendapatkan pelayanan bagus, ya manajemennya bagus,” katanya.

 

IHRAM