Belajar dari Peristiwa Isra Mi’raj

Isra Mi’raj adalah peristiwa perjalanan Rasulullah Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dalam Isra Mi’raj itulah Rasulullah SAW pertama kali mendapat perintah melaksanakan salat lima waktu dari Allah SWT.

“Isra Mi’raj adalah suatu mukjizat untuk memberikan solusi ketika umat Islam dalam kondisi hidup yang sulit, ditindas, dan banyak hal berat yang dihadapi, maka sebenarnya Isra Mi’raj itu solusi. Apa solusinya? Ketika Rasulullah di Isra Mi’raj-kan, beliau diberi tugas bahwa untuk menyelesaikan masalah adalah hubungan erat dengan Allah, yaitu dengan melaksanakan shalat. Sebab hubungan dengan Allah yang erat akan menghasilkan berbagai macam solusi,” kata Ketua Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi) Prof Ahmad Satori Ismail, Selasa (17/4).

Oleh sebab itu, lanjut Kiai Ahmad Satori, diperintahkan kepada umat islam untuk kembali dan meminta ke Allah SWT dalam setiap shalat lima waktu. Karena dalam salat itu, umat islam minimal 17 kali membaca “ iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in” yang artinya hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami meminta. Dan itu sudah dipraktekkan Rasulullah SAW dalam banyak hal.

Kiai Ahmad Satori mengungkapkan, dalam suatu hadis menyebutkan, Rasulullah SAW kalau menghadapi problematika besar maka dia langsung kembali pada Allah SWT dengan melakukan shalat. Begitu juga bila ada suatu bangsa yang menghadapi banyak masalah, seharusnya bangsa itu bukan malah ribut atau bahkan perah, tapi harus kembali ke Allah untuk meminta solusinya.

Selain mukjizat perintah shalat kepada Rasulullah SAW, kata pimpinan Pondok Pesantren Modern Al Hassan Jatikramat Bekasi ini, banyak pelajaran dan hikmah lain yang bisa dipetik bangsa Indonesia dari peristiwa Isra Mi’raj. Pertama, kalau bangsa ini ingin aman tenteram, damai, harus benar-benar taat ajaran agama masing-masing, karena setiap agama itu menyuruh kebaikan, tidak yang menyuruh untuk membunuh orang lain, tapi agama menyuruh pada kebaikan.

Oleh sebab itu, umat islam yang mayoritas di Indonesia, harus aktif ke masjid, aktif salat jamaah, maka disitu akan terbentuk pribadi yang indah dan damai. Sebab dalam shalat itu, jamaah akan menuruti imam, juga banyak berdzikir mengingat Allah sehingga mereka betul-betul mendapat keberkahan hidup. Dengan meramaikan tempat ibadah, maka pribadi umat manusia pasti akan menjadi santun, damai, dan bermartabat. Sebaliknya, orang yang tidak pernah meramaikan tempat ibadah itu dinilai sebagai pribadi jahat.

“Untuk umat Islam, kalau rajin ke masjid dan beribadah, dia akan mendapatkan ilham dari Allah SWT, mendapatkan keindahan dalam hati, ketenangan jiwa, dan keberkahan dalam hidup,” tutur Kiai Ahmad Satori.

Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga mengingatkan kepada bangsa Indonesia, khususnya umat islam, untuk selalu waspada dengan ancaman perpecahan, radikalisme, terorisme, yang mengancam keutuhan NKRI. Ia menggarisbawahi kondisi di Timur Tengah yang masih dicekam dengan peperangan. Menurutnya perang di Timur Tengah itu terjadi karena skenario-skenario politik dari negera-negara lain, apakah itu Amerika Serikat, Rusia, bahkan juga Iran dan Cina.