Belajar dari Sekelumit Catatan Sejarah Soal Wabah

DALAM kitab “Siyar A’laam al-Nubala'” jilid 18 halaman 311 disebutkan bahwa pada tahun 448 H, telah terjadi wabah hebat di Mesir dan Andalusia (Spanyol). Tak pernah ada wabah sebesar itu di masa-masa sebelumnya. Mesjid-mesjid dikunci tanpa ada seorang pun yang shalat di dalamnya. Tahun itu dikenal dengan sebutan “Tahun Kelaparan Besar.”

Dalam kitab “Al-Bayan” jilid 1 halaman 257 disebutkan bahwa pada tahun 395 telah terjadi wabah dahsyat di Afrika. Saat itu, manusia banyak terlihat sakit, mengunjungi orang sakit, sibuk menguburkan jenazah dan bertakziyah. Sungguh tahun itu adalah tahun tragedi mengerikan. Tak hanya masyarakat awam, orang alimpun banyak wafat. Wanita dan anak-anak tercatat sebagai bagian yang sangat banyak meninggal. Masjid di kota Qairuwan kosong melompong. Kota ini layak disebut kota mati.

Dalam kitab “Al-Bidayah wa al-Nihayah” jilid 12 halaman 70 disebutkan bahwa pada tahun 439 H telah terjadi wabah parah di Iran yang disebabkan oleh bangkai binatang yang tak terurus dengan baik. Karenanya maka matilah banyak manusia. Pasar menjadi sepi, barang-barang yang dibutuhkan oleh mereka yang sakit tidaklah tersedia. Masjid menjadi kosong, pendudukpun menjadi sedikit. Krisis luar biasa terjadi.

Dalam kitab “Inba’ al-Ghamar” jilid 3 halaman 326 dikisahkan bahwa pada tahun 827 H telah terjadi wabah meluas di Mekah. Setiap hari ada sekitar 40 orang yang meinggal dunia. Bahkan pada bulan Rabi’u al-Awwal ada 1700 orang yang meninggal dunia. Pada hari-hari itu, orang yang shalat di Masjidil Haram hanyalah seorang imam dan 2 orang makmum. Di tempat lain malah tak ada yang menjadi imam shalat karena memang tak ada makmumnya sama sekali.

Itulah sekelumit kisah sejarah tentang wabah. Ada ribuan kisah lainnya yang tak mungkin diungkap di sini. Wabah-wabah seperti ini menyadarkan manusia akan kelemahan dirinya, mengajari manusia untuk tak sombong dan arogan seakan bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Wabah-wabah seperti ini mengajarkan kepada kita betapa kita senantiasa perlu kembali kepada Allah, senantiasa membutuhkan pertolonganNya. Masihkah tersisa kesombongan dan arogansi dalam diri kita? Mari kita bermuhasabah.

Bertaubat, beristighfar dan bertawakkal adalah jalan tepat menghadapi wabah seperti yang terjadi kini, Virus Corona. Sertai dengan upaya dzahir berupa menjadi sebab untuk jauh dan selamat serta sembuh jika sudah terjangkit wabah. Taatlah pada pengaturan pemerintah dan tutuplah segala jalan yang memungkinkan menjadi jalur penularan wabah ini. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

Oleh KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK