semut

Belajarlah dari Semut

وَتِلۡكَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِ‌ۚ وَمَا يَعۡقِلُهَاۤ اِلَّا الۡعٰلِمُوۡنَ

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS: Al-Ankabut [29]: 43).

Al-Qur’an telah banyak membuat perumpamaan atau tamsil, ada yang baik dan ada yang buruk. Ketika Allah Ta’ala menyindir perilaku orang Yahudi yang selalu membawa Kitab tanpa pernah mau mengamalkannya, maka orang tersebut diibaratkan seperti keledai.

Demikian juga ketika menyebut orang kafir yang tidak mau menerima kebenaran, Allah mengibaratkan mereka seperti anjing yang jika dihalau atau dibiarkan saja sikapnya sama, tidak berubah. Selain tamsil negatif tersebut, Allah juga membuat tamsiltamsil yang positif, seperti lebah dan semut.

Bahkan kedua nama binatang itu telah dijadikan nama surat al-Qur’an, yaitu an-Nahl dan an-Naml. Penyebutan dua binatang tersebut karena pada keduanya terdapat sisi-sisi kebaikan yang bisa dijadikan pelajaran bagi manusia. Lalu apa sisi kebaikan dari binatang itu?

Pertama, semut merupakan binatang yang paling suka bersilaturahim. Mereka tidak lupa bertegur sapa dan saling memberi salam bila bertemu. Kemampuan berkomunikasi dengan menguasai segala teknisnya secara baik dan benar merupakan sikap penting dan gaya hidupnya. Saling bertukar informasi menjadi tabiat koloni ini.

Kedua, semut selalu berusaha mandiri dan bekerjasama. Kemandiriannya tidak menghambatnya untuk saling berta’awun, sebaliknya kerjasamanya tidak mengurangi kemandiriannya. Koloni semut ini tidak egois dan individualis.

Mereka hidup saling menopang dan membantu dengan daya juang tinggi yang dilandasi rasa peduli dan peka terhadap lingkungan sekitarnya. Kesetiakawanan dan kepekaan terhadap lingkungan ini telah terekam dengan baik dalam al-Qur’an ketika menceritakan kawanan semut dan pasukan Nabi Sulaiman. Allah menceritakan:

حَتّٰٓى اِذَاۤ اَتَوۡا عَلٰى وَادِ النَّمۡلِۙ قَالَتۡ نَمۡلَةٌ يّٰۤاَيُّهَا النَّمۡلُ ادۡخُلُوۡا مَسٰكِنَكُمۡ‌ۚ لَا يَحۡطِمَنَّكُمۡ سُلَيۡمٰنُ وَجُنُوۡدُهٗۙ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُوۡنَ‏
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنۡ قَوۡلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوۡزِعۡنِىۡۤ اَنۡ اَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ الَّتِىۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَىَّ وَعَلٰى وَالِدَىَّ وَاَنۡ اَعۡمَلَ صَالِحًـا تَرۡضٰٮهُ وَاَدۡخِلۡنِىۡ بِرَحۡمَتِكَ فِىۡ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيۡنَ

“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut:“Hai semut-semut, masuklah ke sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.”…” (QS: An-Naml [27]: 18 – 19).

Ketiga, semut merupakan binatang memiliki etos kerja keras, tak kenal menyerah. Hewan bernama ilmiah Formicidae itu memiliki kesungguhan dalam menghadapi hidup dan usaha yang penuh risiko, tantangan, cobaan, dan ujian. Segala rintangan dihadapi dengan disiplin dan tanggung jawab dengan sepenuh jiwa. Kalau tidak percaya, coba halangi jalannya semut, mereka akan mencari jalan lain sampai ketemu. Daya juangnya sungguh luar biasa.

Keempat, semut merupakan binatang yang selalu aktif dan kreatif. Inisiatifnya patut diacungi jempol. Mereka inovatif dalam mengejar impian hidupnya.

Pernah dijumpai koloni semut bekerja bahu membahu menyemberangi sungai yang luas dengan menggunakan sisa-sisa patahan ranting. Subhanallah, bagaimana mereka saling berkoordinasi, berbagi tugas, dan berimprovisasi?

Kelima, semut merupakan binatang pemberani. Medan perjuangan mereka adalah belantara luas yang tak berujung.

Mereka mengembara dengan hanya mengandalkan fisiknya yang ringkih. Meskipun demikian mereka dengan gagah beraninya berjuang dengan menghadapi risiko yang tidak sederhana.

Mari belajar dari semut dalam menghadapi tantangan hidup untuk kesejahteraan, kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Wallahu’alam.*

HIDAYATULLAH