Berhaji Di Usia Muda, Andi Rahmat Ingin Berubah dan Doakan Orang Tua

Namanya Andi Rahmat. Remaja kelahiran Makassar tahun 1998 ini menjadi salah satu jemaah Indonesia termuda pada musim haji tahun ini. Dia tergabung dalam kloter 7 Embarkasi Makassar yang diisi oleh masyarakat Maluku Utara.

Lahir di Makassar, Andi besar di Halmahera Utara. Lulus SMA, Andi memilih untuk membantu orang tua berdagang di sana. Mendaftar pada tahun 2011, Andi tahun ini diberi kesempatan memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.

“Naik haji karena dibiayai orang tua. Karena orang tua sudah janji waktu masih kecil untuk memberangkatkan Andi berhaji,” katanya saat ditemui tim Media Center Haji (MCH) Daker Makkah di Pemondokan 102 Mahbas Jin, Makkah, Sabtu (27/08).

Andi Rahmat masih mengenakan kain ihram, saat tim MCH menemuinya di lantai 11 Hotel Safwat Al Bait 1. Dia bersama rombongannya baru saja tiba dari Madinah, setelah menyelesaikan ibadah Arbain di Masjid Nabawi. Meski berhaji karena dibiayai orang tua, namun Andi mengaku tidak akan melewatkan kesempatan itu untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik.

“Teman-teman saya bilang, mudah-mudahan kamu berubah dari sana. Dan saya memang mempunyai niat untuk berubah,” kata Andi menegaskan komitmennya untuk menjadi lebih baik lagi. Komitmen ini menemukan momentumnya karena Andi akan berulang tahun ke-18 persis saat puncak haji, Wukuf di Arafah, 10 September mendatang.

Sebagai anak remaja, Andi mengaku kalau dunianya saat ini adalah dunia bermain dan mencari tantangan bersama teman-teman. Namun demikian, Andi memiliki caranya tersendiri. “Sambil bergaul, menjalankan ibadah juga,” katanya sembari mengatakan kalau teman-temanya juga minta untuk didoakan. Spesial, salah satu teman wanitanya menitip doa agar bisa lolos seleksi menjadi Polwan.

Anak sulung dari empat bersaudara ini mengaku tidak memiliki persiapan khusus saat akan berangkat haji. Namun, diakuinya bahwa pengalaman berumrah pada tahun 2014 memberi wawasan dasar tentang apa yang harus dia lakukan saat beribadah haji. “Saya pernah umrah pada tahun 2014, sekeluarga. Sudah tahu manasik haji,” katanya.

Ditanya soal makna haji, Andi polos menjawab kalau itu adalah memenuhi panggilan Allah. Angannya melayang oleh rasa bahagia setibanya di Makkah Al-Mukarramah. “Pertama kali tiba, rasanya senang dan bahagia karena masih muda sudah mendapat kesempatan ke sini,” tuturnya.

Di Baitullah, Andi ingin melangitkan harapan semoga orang tuanya senantiasa diberi kesehat, banyak rezeki, dan terhindar dari masalah.
Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) UPG 07 Mahmud Zul Kirom M Khoiruddin, mengaku tidak repot mendampingi Andi yang berangkat sendiri di usianya yang masih remaja. Menurutnya, anak muda cenderung bisa mengikuti manasik dan kuat secara fisik. Mahmud justru mengkhawatirkan anggota rombongannya yang lansia karena harus didampingi dengan ekstra pengawasan.

“Kalau yang muda, dari sisi bimbingan manasik bisa mereka pahami. Dari sisi kemampuan fisik, mereka juga istithaah secara jasmani dan rahani sehingga lebih mudah untuk diarahkan,” tuturnya.

“Kalau jamaah lansia, lebih riskan sehingg pola pembinaannya juga butuh ektra pengawasan, tida hanya pada masalah ibadah, tapi termasuk juga pengawasan tim kesehatan,” tambahnya.

Namun demikian, Mahmud mengaku kagum dengan semangat jemaah lansia dalam berbadah. Menurutnya, hal itu dimungkinkan karena proses panjang yang harus mereka alami dalam mewujudkan cita-cita memenuhi panggilan Allah, berhaji di Tanah Suci. (mkd/mkd)

 

sumber: Kemenag RI