Berjuta Pengalaman di Tanah Suci

Badai pasir dan hujan deras juga menjadi kesan tersendiri bagi Hamdiyah Sebanyak 360 jamaah haji kelompok terbang (kloter) pertama tiba di Asrama Haji Solo, Selasa (28/8) pukul 12.00 WIB.

Jamaah haji tersebut berasal dari Kabupaten Tegal dan seorang dari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Jamaah haji kloter pertama dari Embarkasi/Debarkasi Solo mendarat di Bandara Adi Soemarmo pada pukul 11. 05 WIB. Mereka langsung dibawa menuju Asrama Haji di Donohudan, Kabupaten Boyolali.

Setelah turun dari bus, jamaah haji tersebut langsung masuk ke Gedung Muzdalifah.
Mereka menjalani pemerik- saan barang bawaan melalui mesin x-ray serta pemeriksaan paspor. Ini menjadi hari kedua pemulangan jamaah haji dari Tanah Suci.

Sehari sebelumnya, jamaah haji dari empat debarkasi juga telah menginjakkan kaki di Tanah Air. Sebanyak 6.026 jamaah dengan tujuan Debarkasi Palembang, Surabaya, Jakarta- Bekasi, hingga Solo berangkat dengan Pesawat Saudi Airlines.

Beragam pengalaman mereka rasakan selama di Tanah Suci. Kebahagiaan mereka masih terlihat ketika sampai di Indonesia. Hamdiyah (67 tahun) yang sedang duduk di dalam gedung Serbaguna Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, salah satunya.

Dia masih tersenyum mengenang pengalaman di Tanah Haram. Sambil menyantap hidang an makanan ringan, Hamdiyah berce rita jika semua ibadahnya berjalan lancar selama di Tanah Suci.

“Enak, mungkin tergantung perbuatannya ya, yakin saja yang terbaik,” kata Hamdiyah.

Dia bersyukur bisa tiba dengan selamat di Indonesia. Ia sangat bahagia saat pesawatnya mendarat dengan selamat di Bandara Udara Soekarno-Hatta.
“Alhamdulillah, senang,” ujar Hamdiyah yang sehari-harinya hanya sibuk mengasuh cucunya.

Ada banyak kejadian yang membekas di benak Hamdiyah selama pelaksaan ibadah haji. Di antaranya, saat melaksanakan shalat sehabis tawaf.

Dia terkaget-kaget karena tersenggol oleh jamaah haji lain yang berbedan besar.
Ia menduga, jamaah haji tersebut berasal dari Arab. Selain itu, badai pasir dan hujan deras juga menjadi ke san tersendiri bagi Hamdiyah.

Ketika itu, jutaan jamaah haji termasuk dirinya secara spontan mengucapkan kalimat istighfar. Ia bersyukur ujian tersebut tak membuat ibadahnya terganggu. Hamdiyah telah menunggu sejak tujuh tahun lalu untuk bisa berangkat menunaikan rukun Islam yang kelima ini.

Awalnya, ia mendaftarkan diri bersama suaminya. Namun, selang beberapa bulan setelah pendaftaran, suaminya wafat, sehingga ia harus berangkat sendiri.

Peluang untuk menunaikan rukun Islam kelima tidak disia-siakan oleh Hamdiyah guna memanjatkan doa untuk seluruh keluarganya. Ia berharap, Allah mengabulkan doanya agar anak-anaknya mampu menunaikan ibadah haji.

Erna (63), jamaah haji lainnya asal Banten, merasakan hal berbeda. Dia mengaku, kendala kesehatan sangat memengaruhi di rinya dan jamaah lainnya selama pelaksanaan ibadah haji.

Tapi, segala cobaan tersebut ia hadapi dengan sabar serta beristighfar kepada Allah.
Selain itu, melakukan pengobatan yang telah disediakan oleh tim medis. Ia mengapresiasi pelayanan pemerintah, khususnya tenaga medis, sehingga membantu kesehatan para jamaah.

“Untuk tahun ini, saya mengapresiasi pemerintah, terutama Kemenkes sangat baik mulai tingkat puskesmas sampai semua aparat kesehatan sangat baik,”kata Erna.

Badai pasir dan hujan deras rupanya juga menjadi pengalaman yang membekas Erna.
Badai tersebut membuat jamaah khawatir, termasuk dirinya. Badai tersebut ia anggap sebagai kehendak Allah. Sehingga, semua diberikan keselamatan.

Selama melaksanakan ibadah haji, Erna mengaku, tak mengalami hambatan yang berarti. Ia mengikuti segala arahan dari petugas haji. Apalagi, semua petugas di kelompoknya solid dan baik.

Ia menegaskan, kunci ke lancaran dalam melaksanakan ibadah haji adalah kesabaran.
Erna yang sehari-hari sebagai ibu rumah tangga harus me nunggu tujuh tahun agar bisa melaksanakan ibadah haji. Ia berharap, ibadahnya dapat diterima oleh Allah dan menjadi haji mabrur.

Triono (60 tahun) juga merasa terharu ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Tanah Suci. Ia langsung mengucapkan kalimat syukur berkali-kali sebagai ungkapan kebahagiaan.

“Ia menilai bahwa doanya telah dikabulkan oleh Allah untuk ke Tanah Suci.
Alhamdulillah sekali, sampai mau nangis, katanya.

Perasaan tersebut yang membekas pada diri Triono. Selama berada di Tanah Suci, Trio no memperbanyak berdoa untuk dirinya dan keluarganya. Ia berharap, menjadi haji yang mabrur.

Secara umum, menurut Triono, tak ada peristiwa yang membekas selain perasaan bahagia ketika pertama kali menginjakkan kaki di Tanah Suci. Ia tak mengalami banyak hambatan karena meng ikuti arahan dari para petugas haji.

REPUBLIKA